Practice 1
Tx Rx
Pengukuran dengan Ibias 16.8 mA, , photoemitter # 4 (PIN 850-nm) untuk CH1
Dari data diatas untuk pengukuran pada photoemitter # 3 (LED 660-nm) untuk CH1 menunjukkan bahwa
semakin besar nilai dari photosensitive surface, berdampak pada semakin besar pula nilai daya pada
receiver yang dihasilkan. Pada kondisi yang sama besar nilai dari I bias juga mempengaruhi besar nilai
daya pada receiver yang dihasilan, dimana P = I 2.R.
Pengukuran pada Photoemitter # 4 (PIN 850-nm) untuk CH1 juga menunjukkan bahwa nilai
photosensitive surface sangat berpengaruh pada nilai daya pada receiver yang dihasilkan,. Pada
photodetector # 1 dan 2, memiliki besar photosensitive surface yang sama, namun nilai daya yang
dihasilkan berbeda, dimana daya pada receiver untuk photodetector # 2 lebih besar daripada
photodetector # 1, hal ini disebabkan karena unsur yang digunakan yaitu pada photodetector # 1
menggunakan silica (Si) dan photodetector # 2 menggunakan InGaAs (Gallium Arsenide).
Practice 2
Tx Rx
Gambar 2.1 Koneksi Transmitter-Receiver dan Cable Patchcord (1m)
Tx Rx
Pengukuran Ibias 10.9 mA, photoemitter # 3(LED 660 nm) CH1, and photodetector # 4
A [dB]
Average α[dB/m]
Measurement # 1m 50 m
Attenuation
A-B B-A A-B B-A 1m 50 m 1m 50 m
1 12.74 12.28 3.63 3.64 12.51 3.635 12.51 0.0727
2 12.6 12.29 3.63 3.68 12.445 3.655 12.45 0.0731
3 12.6 12.35 3.61 3.6 12.475 3.605 12.48 0.0721
A [dB]
Measurement #
A-B B-A Average Attenuation
1 -11.89 -11.70 -11.795
2 -11.81 -11.76 -11.785
3 -11.87 -11.78 -11.825
Pengukuran untuk fiber patchcord yang dilengkungkan menghasilkan P out -9.13 dBm dan redaman -11.68
dB.
Redaman itu dapat terjadi karena adanya dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik
Absorsi (Penyerapan) peristiwa ini terjadi akibat ketidak murnian bahan fiber optik yang
digunakan . Bila cahaya menabrak sebuah partikel dari unsur yang tidak murni maka
sebagian dari caha tersebut akan terserap.
Scatterinh (Penghamburan) terjadi akibat adanya berkas cahaya yang merambat dalam
materi dipancarkan / dihamburkan ke segala arah dikarenakan struktur materi yang tidak
murni.
Mikrobending (Pembengkokan pada saat pembuatan serat optik) disebabkan aakibat
tekanan mekanik sewaktu pembuatan serat optik) sehingga terjadilah redaman karena
sudut datang menjadi tidak memenuhi persyaratan pemantulan.
2.Faktor Ekstrinsik
Frasnel Reflection terjadi karena ada celah udara sehingga cahaya harus melewati dua interface yang
memantulkan sebagian karena perubahan index bias dari inti ke udara dan inti lagi. Mode Copling terjadi
karena adanya sambungan antara sumber / detektor optik dengan serat optik. Makrobending
(Pembengkokan pada saat Instalasi) terjadi akibat terjadinya pembengkokan pada saat Instalasi
berlangsung.
DISPERSI
Dispersi adalah pelebaran pulsa yang terjadi pada ujung terima serat sehingga membatasi laju pengiriman
data untuk jarak tertentu. Dispersi terbagi atas dua yaitu dispersi modal dan dispersi cromatik.
1.Dispersi Modal terjadi akibat adanya berbagai mode perjalanan cahaya pada fiber optik melalui alur -
alur yang berbeda. Setiap alur mempunyai jarak yang tidak sama sehingga kadang - kadang dayanya akan
saling menghilangkan.
2.Dispersi Cromatik terjadi dalam satu tipe serat optik dan hasil dari terbatasnya spektrum frekuensi dari
sumber optik. Setiap sumber optik tidak memancarkan satu frekuensi kemudian dalam permabtannya
terjadi perbedaan kelambatan diantara spektrum frekuensi yang berbeda.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa semakin panjang serat optik yang digunakan maka redaman
Practice 3
Pengukuran untuk semua metode menggunakan I bias 10.9 mA, photoemitter # 3(LED 660 nm) CH1, and
photodetector # 4
Method 1
Tx Rx
Gambar 3.1 Koneksi Transmitter-Receiver dengan Cable Patchcord 1m
Tx Rx
Gambar 3.2 Koneksi Transmitter-Receiver dengan serat optik 50 m, 2 Cable Patchcord 1m dan 2 ST-
Adapter
Method 2
Tx Rx
Tx Rx
Gambar 3.4 Koneksi Transmitter-Receiver dengan serat optik 50 m, 2 Cable Patchcord 1m dan 2 ST-
Adapter
Method 3
Tx Rx
Tx Rx
Gambar 3.6 Koneksi Transmitter-Receiver dengan serat optik 50 m, 2 Cable Patchcord 1m dan 2 ST-
Adapter
A[dB]
Method
A-B B-A Average value
1 -1.03 -0.63 -0.83
2 -1.18 -0.55 -0.865
3 -1.19 -0.64 -0.915
Pada gambar 3.1 memiliki redaman sebesar 12.6 dB, gambar 3.3 memiliki redaman 10.54 dB, dan
gambar 3.5 memiliki redaman 8.38 dB. Pada setiap ST-Adapter memiliki besar redaman sebesar 0.2 dB.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa metode 3 memiliki nilai redaman paling kecil untuk semua
metode percobaan. Hal ini terjadi karena referensi metode 3 memiliki banyak kesamaan dengan bentuk
koneksi transmitter-receiver yang akan diukur yaitu dengan mengganti cable patchcord 1 m dengan serat
optic 50 m.
Total loss daya = Total loss fiber + Total loss konektor + Total loss splice
Metode 1 : Pembuatan saluran dengan tidak menggunakan sambungan atau dibiasa dikenal sambung
langsung dapat memaksimalkan daya yang dikirm dan meminimalisasi redaman yang akan terjadi.
Namun untuk saluran ini memiliki kekurangan yaitu tidak dapat melakukan penambahan/sambungan
kecuali penambahan ST-Adapter dan biasanya jarak yang dapat dijangkau tidak terlalu jauh.
Metode 2 : Dengan penambahan satu buah St-Adapter pada saluran transmisi dapat membuat panjang
saluran menjadi 2 kali atau lebih dari panjang serat optik yang dimiliki sehingga jangkauannya lebih
jauh. Kerugian yang dimiliki yaitu redaman yang dihasilkan juga bertambah seiring dengan jumlah
sambungan yang digunakan.
Metode 3 : Keuntungan saluran yang memiliki dua buah ST-Adapter yaitu jangkaun semakin jauh dan
juga proses penambahan dan perbaikan/ perawatan pada salah satu serat optik bisa lebih muda. Kerugian
yang dimiliki yaitu redaman yang dihasilkan juga bertambah seiring dengan jumlah sambungan yang
digunakan.
Data practice 4
Untuk 1 m
Untuk 50 m