Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Teknik Gelombang Mikro
PEMBIMBING :
Dr. Eddy Triyono, S.T., M.T.
B. DASAR TEORI
Dalam sebuah sistem komunikasi radio ada banyak hal yang memungkinkan terjadinya
redaman pada kekuatan sinyal. Beberapa diantaranya adalah kabel saluran kabel, konektor,
anti-petir, udara (free space), maupun berbagai halangan lain seperti gedung, pohon, bukit.
Semua ini akan menyebabkan turunnya kemampuan jika pemasangan tidak dengan baik.
Ada tiga tipe perambatan yang dikenal pada saluran transmisi maupun bumbuung
gelombang, yaitu tipe TEM (Tranverse Electric Magnetic), TE (Tranverse Electric), dan TM
(Transverse Magnetic), biasanya tipe TEM yang terjadi pada saluran transmisi, sedangkan
tipe TE dan TM umumnya terjadi pada bumbung gelombang (waveguide).
Rugi-rugi induksi atau radiasi ini terjadi akibat adanya medan-medan elektromagnetik
yang ada di sekitar kawat penghantar. Rugi-rugi induksi terjadi ketika medan elektromagnetik
disekeliling penghantar terkena langsung dengan suatu penghantar tersebut, akibatnya daya
hilang pada penghantar tersebut. Rugi-rugi radiasi merupakan rugi-rugi yang disebabkan
hilangnya sebagian garis-garis gaya magnet karena memancar keluar dari saluran transmisi.
Redaman muncul akibat adanya rugi-rugi pada saluran transmisi yang dinyatakan dalam
satuan decibel per satuan ataupun neper per satuan panjang.
Gambar 6.1. Gambar Rangkaian Percobaan Pertama
Tanpa 1,025
1. 120 mV
Attenuator KHz
2. 0 dB 80 mV 120,5 Hz
3. 1 dB 36 mV -
4. 5 dB 20 mV -
5. 10 dB 16 mV -
6. 15 dB 8 mV -
7. 20 dB 4 mV -
D. PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan di atas dapat diketahui bahwa pada percobaan ini hampir sama
dengan percobaan sebelumnya yaitu digunakan dua metode untuk membuktikan adanya
redaman pada komunikasi radio atau gelombang mikro yaitu pengukuran langsung tanpa
attenuator dan pengukuran menggunakan attenuator. Perbedaannya, pada percobaan kali ini
pada pengukuran menggunakan attenuator, redaman dapat diatur sedemikian rupa sehingga
didapatkan hasil pengukuran dengan nilai redaman yang berbeda-beda.
Frekuensi pada Gun Osilator ini diatur 9 GHz, kemudian untuk membangkitkan
gelombang mikro, gun osilator dihubungkan pada sumber tegangan 9 VDC. Untuk frekuensi
generator diatur 1 KHz dengan tegangan 2 Vp-p. Untuk pengukuran langsung, pin dioda
modulator langsung dihubungkan dengan crystal detector yang dihubungkan dengan
osiloskop untuk mengetahui bentuk sinyal yang dihasilkan. Sedangkan saat pengukuran
menggunakan attenuator, pin diode modulator dan crystal detektor dipisahkan oleh attenuator
untuk mengetahui respon gelombang mikro saat adanya attenuator atau redaman.
Pada saat pegukuran langsung, tegangan yang dihasilkan sebesar 120 mV dan
menghasilkan frekuensi 1,025 KHz, sedangkan saat diberi attenuator tegangan menjadi
berbeda. Pada saat attenuator diatur sebesar 0 dB tegangan sebesar 80 mV, sedangkan pada
saat attenuator diatur sebesar 1 dB tegangan turun menjadi 36 mV, pada saat attenuator
naikkan menjadi 5 dB tegangan turun menjadi 20 mV, pada saat attenuator dinaikkan lagi
sebesar 10 dB tegangan turun menjadi 16 mV, pada saat attenuator dinaikkan sebesar 15 dB
tegangan turun menjadi 8 mV, pada saat attenuator dinaikkan sebesar 20 dB tegangan turun
menjadi 4 mV. Pada saat attenuator diatur sebesar 0 dB hasil frekuensi dapat terbaca sebesar
120,5 Hz, kemudian saat attenuator diatur sebesar 1 dB - 20 dB frekuensi tidak dapat terbaca.
Jadi dalam hal ini ketika semakin tinggi nilai decibel pada attenuator maka tegangan dan
frekuensi yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini disebakan karena perangkat attenuator
mempunyai fungsi sebagai pelemah atau penurun level sinyal dari suatu output rangkaian.
Sehingga dalam hal ini, attenuator berfungsi sebagai redaman tetap terhadap sinyal yang
dihasilkan, yang mengakibatkan sinyal melemah.
E. KESIMPULAN
F. PERTANYAAN
G. JAWABAN PERTANYAAN