Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA DAYA

Oleh :

KELOMPOK 14

BINTANG MAJUSI BRILIAND LOLOK (E1D119058)

LABORATORIUM TEKNIK ENERGI ELEKTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM TEKNIK ENERGI LISTRIK
Kampus Hijau Bumi Tridharma. JL. HEA Mokodompit.
Telepon. (0401) 3195287 Kendari, 93232, Laman http: //www.eng.uho.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

OLEH :

BINTANG MAJUSI BRILIAND LOLOK (E1D119058)

KELOMPOK 14

Telah diperiksa dengan teliti dan disetujui

Kendari, NOPEMBER 2021

Mengetahui,
Ketua Program Studi Menyetujui,
S-1 Teknik Elektro Kepala Laboratorium Teknik Energi Listrik

LUTHER PAGILING, ST., MT TACHRIR, ST., MT


NIP. 19660305 199802 1 002 NIP. 19691121 200212 1 007
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM TEKNIK ENERGI LISTRIK
Kampus Hijau Bumi Tridharma. JL. HEA Mokodompit.
Telepon. (0401) 3195287 Kendari, 93232, Laman http: //www.eng.uho.ac.id

KARTU KONTROL

NAMA : BINTANG MAJUSI BRILIAND LOLOK

KELOMPOK : 14

PRAKTIKUM : ELEKTRONIKA DAYA

TANGGAL MASUK
NO NAMA PERCOBAAN PARAF KET
PRAKTIKUM LAPORAN
1 ………………………….
2 ………………………….
3 ………………………….
4 ………………………….
5 ………………………….

Kendari, NOPEMBER 2021


Kepala Laboratorium Teknik Energi Listrik

TACHRIR, ST., MT.


NIP. 19691121 200212 1 007
1. AUDIO GENERATOR
PENDAHULUAN

Pengujian sistem elektronika seringkali memerlukan pemakaian suatu sinyal AC


dengan frekuensi dari amplitudo yang diketahui untuk masukan suatu sistem, dan
memeriksa hasil yang terjadi di bagian lain dari sistem tersebut. Peralatan elektronika yang
memberikan sinyal-sinyal demikian tadi dikenal sebagai generator sinyal frekuensi-audio
(AF), generator sinyal frekuensi-radio (RF), dan generator fungsi (beragam bentuk
gelombang).
Generator AF yang sederhana dapat menghasilkan gelombang-sinus, gigi-gergaji
atau segitiga, dan tegangan ac gelombang-persegi pada frekuensi dapat dipilih dari 20
sampai dengan lebih dari 20.000 Hz. Tegangan keluarannya dapat berubah-ubah dari 10 V
rms menurun sampai nol. Rangkaian yang biasa digunakan adalah osilator umpan-balik
(feedback) 360° jembatan Wien 2-komponen, yang menghasilkan tegangan ac gelombang
sinus dengan cacat yang sangat kecil. Sebuah penguat akan meningkatkan keluarannya
sampai pada level yang dikehendaki. Untuk menghasilkan tegangan ac gelombang persegi,
tegangan ac gelombang sinusnya harus sangat diperkuat tetapi kemudian amplitudonya
dipotong dengan diode paralel. generator sinyal AF yang lebih canggih (sophisticated)
dapat meliputi lebar-pita yang lebih lebar dan dapat menggunakan rangkaian pembentukan
gelombang persegi elektronik, seperti misalnya rangkaian pemicu Schmitt (Schmitt trigger)
untuk mendapatkan keluaran gelombang-persegi.
Generator sinyal RF menggunakan osilator frekuensi-variabel, seperti misalnya
Hartley atau Colpitts, dengan sebuah kapasitor variabel tetapi dengan enam sampai
sepuluh kumparan yang berlainan ukurannya untuk menghasilkan osilasi dari 20 kHz
sampai dengan 100 MHz. di samping menghasilkan sinyal gelombang kontinu (continuous
wave = CW), sebagian besar osilator-osilator ini menerapkan cara modulasi amplitude
(AM) atau modulasi frekuensi (FM) (Bab 17 dan 19) pada keluarannya agar sinyalnya
dapat terdengar di penerima. Untuk pita VHF dan UHF osilator LC, tangki-linear, atau jenis
tangki-rongga yang mencakup dari 50 sampai dengan 200 MHz. generator sinyal gelombang-
mikro menggunakan beragam jenis osilator untuk mencakup sekitar 2 sampai dengan 20 GHz,
dengan “pengganda” untuk menghasilkan sinyal 20 sampai dengan 40 GHz. Di samping
CW, sistem-sistem tersebut dapat menggabungkan rangkaian FM dan modulasi-pulsa di
dalamnya.
Generator sinyal pemadu ditala dengan sakelar atau tombol-tekan dari 0,01 Hz
sampai lebih 1 GHz dengan kestabilan yang berasal dari osilator jam kristal 10 MHz yang
dipunyainya , dan dapat mempunyai keluaran CW, AM, dan FM.
Generator fungsi menghasilkan beragam bentuk gelombang, seperti misalnya
gelombang-sinus, gelombang-persegi, dan gelombang-segitiga, pulsa-pulsa positif dan
negatif dengan berbagai lebar dan bentuk, dan tegangan tanjak (ramp) atau penyapuan (naik-
lambat turun-cepat). generator fungsi bekerja dalam daerah frekuensi mulai dari kurang
satu hertz sampai lebih dari 10 MHz. generator tersebut dapat berupa osilator LC atau
sistem sintesaiser.
Sebagian besar generator sinyal jenis-rekayasa saat ini dibuat agar bekerja pada
beban 50 ohm atau 600 ohm. Keluarannya dapat diatur dari sekitar 10 V menurun sampai
nol.

PEMBAHASAN
Generator Frekuensi Audio Adalah alat tes elektronik yang berfungsi sebagai
pembangkit sinyal atau gelombang listrik. Bentuk gelombang pada umumnya terdiri dari tiga
jenis, yaitu sinusoida, persegi, dan segitiga. Pada gambar dapat dilihat salah satu jenis
generator Frekuensi Audio. Dengan generator frekuensi audio ini seorang teknisi dapat
melakukan pengetesan suatu alat yang akan dites (devices under test). Dari analisis terhadap
hasil berbagai bentuk gelombang respons alat tersebut, akan dapat diketahui ketepatan
karakteristik sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki.

A. Kegunaan Generator Frekuensi Audio


Adapun kegunaan dari Generator Frekuensi Audio adalah:
 Sebagai pembangkit gelombang listrik sinusoidal, segitiga, dan kotak.
 Untuk memahami bentuk dan pola gelombang listrik.
 Sebagai acuan untuk menyelidiki rangkaian yang kurang baik dari suatu
rangkaian/sirkuit listrik atau elektronika
 Dapat digunakan sebagai sumber tegangan/arus AC untuk percobaan rangkaian
penguatan transistor.
 Selain kegunaan di atas, Generator Frekuensi Audio juga dapat digunakan sebagai
media pembelajaran, yakni. sebagai alat yang pendukung pada kegiatan praktikum
dalam hal:
 mengenali bentuk gelombang sinus dan kotak;
 mempelajari cara mengukur periode dan frekuensi gelombang;
 sebagai sumber bunyi;
 memperkenalkan perpaduan gelombang bunyi;

KONSTRUKSI DAN CARA KERJA


Generator Frekuensi audio mempunyai rangkaian jembatan wein sebagai rangkaiannya.
Jembatan Wien terdiri dari 2 pembagi tegangan, yaitu: Rangkaian Wien (R 1, C1, R3, C3) dan
sebuah rangkaian resistor murni R2 dan R4. Dalam penggunaan normal kesetimbangan
jembatan DV’ = Vo – Vo’ = DV’ = 0, yaitu bila Vo = Vo’ se-fase dan se-magnetudo. Kedua kondisi
tersebut harus dipenuhi secara serentak dengan menyetimbangkan jembatan AC.
Untuk mendapatkan kondisi setimbang, pertama tegangan keluaran Vo’ dari pembagi
potensial bersifat resistif selalu sefasa dengan tegangan masukan V i’. Kondisi sefasa ini dicapai
jika w = wo’ (fasa setimbang).
Dalam sebuah jembatan praktis, kapasitor C l dan C3 adalah kapasitor tetap dan resistor
R1 dan R3 adalah resistor variabel yang dikontrol oleh sebuah poros bersama. Dengan
menetapkan R2 = 2R4, maka jembatan dapat digunakan sebagai alat pengukur frekuensi yang
disetimbangkan oleh suatu pengontrol tunggal. Pengontrol ini dapat dikalibrasi langsung dalam
frekuensi.
Sinyal masukan (Vi) dari sumber yang dipilih dengan frekuensi (f) tertentu dilewatkan
pada jembatan dan arus akan terbagi pada masing-masing lengan. Dengan memilih nilai-nilai
resistor dan kapasitor tertentu sehingga R1 = R2 = R dan C1 = C2 = C sehingga diperoleh
frekuensi sebesar:
1
f = RC
2

Dari frekuensi inilah dihasilkan gelombang sinusoidal. Akan tetapi, dewasa ini telah
dilakukan penyesuaian sehingga generator bisa menghasilkan tak hanya gelombang sinus, tapi
juga gelombang segitiga, dan kotak.

Pada umumnya frekuensi yang dibangkitkan dapat divariasi dengan mengatur kapasitor
dalam rangkaian LC atau RC. Dalam instrumen ini frekuensi dikendalikan oleh variasi arus yang
mengemudikan integrator. Generator audio memberikan keluaran berbentuk gelombang sinus,
segitiga dan kotak dengan jangkauan frekuensi dari 20 Hertz sampai 20 kilo Hertz. Frekuensi
terkendali tegangan (frequency controlled voltage) mengatur dua sumber arus Upper dan Lower
Constant Current Source. Upper Constant Current Source mensuplai arus tetap ke integrator
yang menghasilkan tegangan output naik secara linier terhadap waktu, menurut persamaan
berikut :
1
Voutput = − ∫ i𝑑𝑡
𝐶

Kenaikan dan penurunan arus akan mengakibatkan naik atau turunnya slope tegangan
output, yang akan mengatur besarnya frekuensi. Tegangan komparator akan mengubah
keadaan ke level maksimum tegangan output integrator yang telah ditetapkan. Perubahan ini
akan memutus sumber arus konstan Upper beralih ke Lower constant current source
Sumber arus konstan Lower akan mencatu arus balik ke integrator, sehingga tegangan
output turun secara linier terhadap waktu. Bila output mencapai batas minimum yang
ditetapkan, maka tegangan komparator akan berubah keadaan dan menyambung ke Upper
constant current source, demikian seterusnya kembali seperti semula. Dengan demikian
terjadilah siklus yang terus menerus.Tegangan output integrator adalah bentuk gelombang
segitiga yang besar frekuensinya tergantung pada besar kecil arus yang dicatu oleh kedua
sumber arus konstan Upper dan Lower.
Keluaran komparator memberikan tegangan gelombang kotak (SQUARE) dengan duty
cycle 50%. Rangkaian diode resistance mengatur slope dari gelombang segitiga (TRIANGLE)
sehingga amplitudonya berubah menghasilkan gelombang SINUS dengan distorsi kurang dari 1
%.
Jenis konektor yang dipakai tergantung frekuensi kerjanya. Kebanyakan generator audio
generasi terbaru frekuensi kerjanya sampai 20MHz memakai konektor jenis-BNC, dengan
terminasi 50 ~ 75 Ω.
Generator frekuensi audio seperti lazimnya kebanyakan generator sinyal, terdapat juga
bagian attenuator, beberapa jenis gelombang modulasi output, dan memiliki fasilitas frekuensi
gelombang sapuan yang memberi kemampuan untuk pengetesan respons frekuensi dari
rangkaian elektronik yang diberikan. Beberapa generator audio dilengkapi kemampuan
membangkitkan sinyal derau putih (pink noise).
 Instrumen ini menghasilkan gelombang-gelombang : sinus, segitiga, dan persegi dengan
rangkuman frekuensi dari 0,5 Hz sampai 11 KHz.
 Jaringan pengontrol frekuensi diatur oleh cakera frekuensi pada panel depan instrumen
atau oleh sebuah tegangan pengontrol yang dimasukkan dari luar. Tegangan pengontrol
frekuensi mengatur dua sumber arus.
 Sumber arus atas mensuplai arus yang konstan ke integrator segitiga yang tegangan
keluarannya bertambah secara linier terhadap waktu. Tegangan keluaran diberikan oleh
hubungan :
eout = − 𝐶1 ∫ i𝑑𝑡..................................( * )

 Suatu pertambahan atau penurunan arus yang disuplai dari sumber arus atas akan
memperbesar atau memperkecil kemiringan tegangan keluaran. Multivibrator tegangan
berubah keadaan pada suatu level yang telah ditentukan sebelumnya pada kemiringan
tegangan keluaran integrator yang positif. Perubahan keadaan ini akan menghentikan
penyaluran arus atas menuju integrator dan menghubungkan suplai arus bawah.
 Sumber arus bawah mensuplai suatu arus balik menuju integrator, sehingga keluarannya
berkurang secara linier terhadap waktu. Jika tegangan keluaran mencapai suatu level yang
telah ditentukan lebih dahulu dengan kemiringan bentuk gelombang keluaran yang negatif,
pembanding tegangan sekali lagi

SPESIFIKASI ALAT
Spesifikasi alat pada generator frekuensi audio lazimnya adalah sebagai berikut.
 Bentuk gelombang keluaran; sinus, segitiga, dan kotak;
 Mempunyai impedansi keluaran dua buah: 8 Ohm, dan 600 Ohm;
 Jangkauan frekuensi keluaran dapat disetel: 1 Hz s/d 11000Hz;
 Daya keluaran : 8 Watt pada beban 8 Ohm;
 Voltage keluaran dapat disetel : 20mV s.d. 200 mV pick-to-pick
 Tegangan daya masukan utama : 220 Volt.

BAGIAN- BAGIAN GENERATOR FREKUENSI AUDIO


Bagian-bagian Generator Frekuensi Audio adalah sebagai berikut.
1) Tombol On-Off/Power
2) Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan sambungan listrik ke dalam rangkaian
generator. Atau berfungsi untuk menyalakan generator.
3) Pengatur Amplitudo (level)
4) Berfungsi untuk mengatur amplitudo output gelombang yang dihasilkan oleh generator.
5) Pemilih bentuk sinyal / gelombang
6) Untuk memilih bentuk sinyal. Terdiri dari sinyal/gelombang sinus, persegi, gerigi, dan
segitiga
7) Pengatur Frekuensi
8) Mengatur frekuensi keluaran Generator Frekuensi Audio
9) Pengatur jangkauan Frekuensi (Freq Range)
10) Untuk mengatur Frekuensi Frekuensi keluaran. Hubungannya dengan pengatur frekuensi
adalah bahwa keduanya adalah kontrol dari frekuensi keluaran generator. Sebagai contoh
ketika kita menginginkan frekuensi output sebesar 150 Hz, maka yang harus kita lakukan
adalah memindahkan Freq Range pada 100 dan kontrol frekuensi pada 1,5 Hz.
11) Terminal Keluaran 8 ohm
12) Merupakan bagian yang digunakan untuk menghubungkan Generator Frekuensi Audio
pada alat lain untuk mengetahui keluaran generator audio. Kabel yang digunakan adalah
kabel daya biasa. Dengan tahanan sebesar 8 ohm.
13) Terminal Keluaran 600 ohm
14) Bagian yang digunakan untuk menghubungkan audio generator dengan alat lain dengan
menggunakan kabel BNC-BNC (misalnya). Dengan Tahanan sebsear 600 ohm.

PROSEDUR PENGGUNAAN
Dalam uraian tentang prosedur pengoperasian generator audio akan dijelaskan cara
menghubungkan Generator dengan Osiloskop, antara lain :
1. Siapkan signal audio generaror di atas meja yang dekat dengan stopkontak jaringan PLN.
2. Pasangkan Audio Generator pada stop kontak tersebut.
3. Nyalakan signal dengan menghidupkan tombol power.
4. Setelah itu siapkan osiloskope.
5. Hubungkan keluaran signal dengan osiloskope pada bagian keluaran beban 600 Ohm.
Atau bisa juga dengan menggunakan kabel daya biasa, dengan cara menghubungkan
kabel daya yang telah terhubung pada terminal keluaran utama generator tersebut dengan
penjepit buaya pada osiloskop yang telah terhubung pada input osiloskop. Nyalakan
osiloskope dan tunggu sampai keluar bentuk pola gelombang keluarannya.
6. Atur bentuk tayangan gelombang dengan mengeset osiloskope pada posisi yang mudah
diamati.
7. Putar pengatur frekuensi signal sambil memperhatikan bentuk gelombang. Apakah terjadi
perubahan. Jika ya berarti signal sudah dapat bekerja dengan baik.

Aplikasi penggunaan Generator Audio


Berikut ini adalah aplikasi penggunanaan Generator audio, yakni:
 Troubleshooting dengan teknik signal tracing, penggunaan generator audio sebagai bias
dan sumber sinyal, karakteristik penguat dengan beban lebih (overload), , pengetesan
speaker dan rangkaian impedansi. Uraian berikut akan berisi penjelasan cara
pengetesan, setting up peralatan, dilengkapi dengan uraian dan gambar kerja tentang
pelaksanaan pengetesan masing-masing.

 Troubleshooting dengan teknik signal tracing

Salah satu teknik troubleshooting untuk mencari kerusakan pada komponen


system audio adalah, dengan mengijeksikan sinyal dari generator frekuensi audio pada
bagian input alat yang akan dites. Kemudian osiloskop dipakai untuk memeriksa output
setiap tingkat dari penguat. Hal ini dimulai dari bagian input dan bergerak kearah output.
Bila suatu tingkat memberikan sinyal output yang cacat atau tidak ada output sama
sekali, maka dapat diduga pada tingkat tersebut terdapat kerusakan. Sinyal input yang
lazim digunakan berbentuk sinusoida dengan amplitudo rendah, sedemikian rupa
supaya tidak menimbulkan cacat bentuk pada tingkat berikutnya.
Teknik yang sama dapat diterapkan pada peralatan non audio. Umumnya
generator frekuensi audio dapat menghasilkan sinyal sampai 2 MHz, bahkan beberapa
model mampu memberikan frekuensi sampai 10 MHz atau lebih tinggi. Pada teknik
sinyal tracing ini tidak diperlukan tegangan DC-offset dari generator frekuensi audio,
walaupun rangkaian penguat audio menggunakan kopling kapasitor yang mampu
memblokir tegangan DC yang berasal dari sumber.

Penggunaan generator fungsi sebagai bias dan sumber sinyal


Beberapa generator audio modern mampu mencampurkan tegangan DC-offset pada
tegangan output ACnya. Kemampuan ini dapat dipakai untuk membias transistor penguat yang
dites dengan melengkapi komponen AC dari sinyal input. Dengan mengamati output penguat
pada osiloskop, amplitudo dan bias transistor dapat dioptimalkan pada output tidak cacat.
Dengan melakukan variasi DC-offset, maka pengaruh beberapa bias (klas A, B dan C) dapat
ditentukan.

Karakteristik beban lebih pada amplifier


Titik beban lebih (overload) dari beberapa penguat sulit ditentukan dengan cara
pengetesan menggunakan input gelombang sinusoida. Bentuk gelombang segitiga merupakan
bentuk gelombang ideal untuk keperluan ini, karena setiap titik awal dari linieritas mutlak suatu
gelombang dapat dideteksi dengan baik. Dengan output segitiga kondisi puncak pembebanan
lebih dari sebuah penguat akan mudah ditentukan.
Keselamatan Kerja
a. Periksa apakah tegangan pada ground Generator terhadap netral stop kontak tetap
0 Volt.
b. Bila ternyata tegangan ground tersebut tidak sama dengan nol, laporkan pada
teknisi atau asisten, hentikan sementara percobaan
c. Jangan biasakan memutar tombol-tombol kontrol diluar ketentuan praktikum
d. Jangan coba masukkan tegangan DC atau apapun keterminal output Generator.
e. Jangan menggunakan Generator pada tempat yang bersuhu sangat tinggi,
kelembaban tinggi dan dalam medan elektromagnetik tinggi.
f. Simpanlah Generator di tempat yang sejuk, dan bebas debu. Sebaiknya disimpan
dalam lemari tertutup dan berilah silika-gel untuk menghindari kelembaban dalam
lemari.

2 OSILOSKOP
Osiloskop yaitu alat ukur elektronika yang bisa memetakan atau memproyeksikan sinyal
listrik dan frekuensi jadi gambar grafik, supaya bisa dibaca dam mudah dipelajari. Dengan
memakai Osiloskop, kamu bisa mengamati dan menganalisa bentuk gelombang dari sinyal
listrik atau frekuensi dalam suatu rangkaian elektronika. Umumnya, Osiloskop bisa
menampilkan grafik dua dimensi (2D) dengan waktu pada sumbu X dan tegangan pada sumbu
Y. Osiloskop banyak sekali dipakai pada industri-industri seperti penelitian, sains, engineering,
medikal dan telekomunikasi.

Fungsi osiloskop

Banyak sekali fungsi yang ada pada sebuah Osiloskop, diantaranya sebagai berikut:

1. Buat menyelidiki gejala yang bersifat periodik


2. Buat melihat bentuk gelombang kotak dari tegangan
3. Buat menganalisis gelombang dan fenomena lain dalam rangkaian elektronika
4. Bisa melihat amplitudo tegangan, periode, frekuensi dari sinyal yang gak diketahui
5. Buat melihat harga – harga momen tegangan dalam bentuk sinus ataupun bukan sinus
6. Dipakai buat menganalisa tingkah laku besaran yang berubah – ubah terhadap waktu,
yang ditampilkan pada layar
7. Mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran.
8. Mengukur keadaan perubahan aliran (phase) dari sinyal input
9. Mengukur Amlitudo Modulasi yang dihasilkan oleh pemancar radio dan generator
pembangkit sinyal
10. Mengukur tegangan AC/DC dan menghitung frekuensi.

Jenis Osiloskop
Saat ini, ada 2 jenis Osiloskop yaitu Osiloskop Analog dan Osiloskop Digital. Berikut ini
penjelasannya.
1. Osiloskop Tabung Kaca

Osiloskop jenis tabung kaca tersebut layarnya terbuat dari tabung CRT (Cathode Ray
Tube) dan Osiloskop jenis ini sering dikenal/dibilang sebagai Osiloskop Analog. Osiloskop ini
merupakan pengembangan dari osiloskop yang paling pertama dikembangkan dan osiloskop ini
mempunyai respon terhadap signal lebih cepat, dibandingkan dengan osiloskop digital.

2. Osiloskop LCD
Osiloskop ini merupakan osiloskop yang lebih maju dan udah memakai layar LCD yang
lebih ringan dan Osiloskop tersebut lebih dikenal dengan Osiloskop Digital. Kelebihan osiloskop
digital yaitu kemampuannya dalam menentukan bandwidth yang lebih fleksibel. Osiloskop jenis
digital atau LCD ini bisa dibagi secara spesifik menjadi 4 macam, diantaranya yaitu:

a. Osiloskop Sampling Digital


b. Osiloskop Portabel
c. Osiloskop Berbasis Komputer (PC)
d. Osiloskop Signal Campuran.
Beberapa persamaan yang digunakan untuk pengukuran dengan menggunakan
osiloskop adalah sebagai berikut:

1. Div vertical = tinggi gelombang


2. Div horizontal = lebar kotak satu gelombang
3. Periode = waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu gelombang
4. T = Div x Time/Div
1
5. F =
𝑇

6. Vpp (Volt peak to peak) = Div vertical x Volt/Div


7. V efektif = 0,77 x V maksimum
8. V maksimum = Vpp/2
9. V rata-rata = 0,636 x V maksimum
10. Vp (Volt peak) = jumlah kotak dari tengah gelombang keatas atau ke kebawah
11. Amplitude gelombang = banyaknya div vertical dihitung dari tengah kepuncak
gelombang atau dari tengah ke lembah gelombang.
3. Bagian-bagian Osiloskop

Adapun bagian-bagian yang ada pada sebuah Osiloskop adalah sebagai berikut:
1. Volt atau div fungsinya buat mengeluarkan tegangan AC.
2. CH1 (Input X) fungsinya buat memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau
pembacaan posisi horisontal.
3. AC-DC fungsinya buat memilih besaran yang diukur.
4. Ground fungsinya buat memilih besaran yang diukur.
5. Posisi Y fungsinya buat mengatur posisi garis atau tampilan dilayar atas bawah.
6. Variabel fungsinya buat kalibrasi osiloskop.
7. Selektor pilih fungsinya buat memilih Channel yang diperlukan untuk pengukuran.
8. Layar fungsinya buat menampilkan bentuk gelombang.
9. Inten fungsinya buat mengatur cerah atau tidaknya sinar pada layar Osiloskop.
10. Rotatin fungsinya buat mengatur posisi garis pada layar.
11. Fokus fungsinya buat menajamkan garis pada layar.
12. Position X fungsinya buat mengatur posisi garis atau tampilan kiri dan kanan.
13. Sweep time/ div dipakai buat mengatur waktu periode (T) dan Frekwensi ( f ).
14. Mode fungsinya buat memilih mode yang ada.
15. Variabel fungsinya buat kalibrasi waktu periode dan frekuensi.
16. Level fungsinya buat menghentikan gerak tampilan layar.
17. Exi Trigger fungsinya buat trigger dari luar.
18. Power fungsinya buat menghidupkan Osiloskop.
19. Cal 0,5 Vp-p fungsinya buat kalibrasi awal sebelum Osciloskop dipakai.
20. Ground Osiloskop yang dihubungkan dengan ground yang diukur.
21. CH2 ( input Y ) fungsinya buat memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau
pembacaan Vertikal.

4. Prinsip kerja osiloskop

Komponen utama Osiloskop yaitu tabung sinar katoda ( CRT ). Prinsip kerja tabung
sinar katoda yaitu Elektron dipancarkan dari katoda akan menumbuk bidang gambar yang
dilapisi oleh zat yang bersifat flourecent. Bidang gambar ini berfungsi sebagai anoda. Arah
gerak elektron ini bisa dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnetik.

Umumnya, Osiloskop sinar katoda mengandung medan gaya listrik untuk


mempengaruhi gerak elektron kearah anoda. Medan listrik dihasilkan oleh lempeng kapasitor
yang dipasang secara vertikal, maka akan terbentuk garis lurus vertikal dinding gambar.
Kemudian, pada lempeng horizontal dipasang tegangan periodik, maka elektron yang pada
mulanya bergerak secara vertikal, kini juga bergerak secara horizontal dengan laju tetap. Jadi,
pada gambar terbentuk grafik sinusoidal.
Sebuah benda bergetar sekaligus secara harmonik, getaran harmonik (super posisi)
yang berfrekuensi dan mempunyai arah getar sama akan menghasilkan satu getaran harmonik
baru berfrekuensi sama dengan amplitudo dan fase tergantung pada amplitudo dan frekuensi
setiap bagian getaran harmonik tersebut. Hal itu berdasarkan metode penambahan trigonometri
atau lebih sederhananya lagi dengan memakai bilangan kompleks.

Kalau 2 getaran harmonik super posisi yang beda, frekuensi terjadi getaran yang tidak
lagi periodik. Basis waktu secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri kekanan melalui
permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke Y atau masukan vertikal
osiloskop, menggerakkan bintik keatas dan kebawah sesuai dengan nilai tegangan yang
dimasukkan. Lalu, bintik tersebut menghasilkan jejak berkas gambar pada layar yang
menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Jika tegangan masukan
berkurang dengan laju yang cukup pesat, gambar akan kelihatan sebagai sebuah pola yang
diam pada layar.

PERCOBAAN 1. PENGUKURAN FREKUENSI DENGAN AUDIO GENERATOR


Gambar rangkaian percobaan

Alat dan Bahan:


1. Audio Generator
2. Osiloscope
3. Multimeter Analog/ Digital
4. Kabel Jamper
5. Sumber AC

Tabel Pengukuran:

No. Tegangan Jumlah Volt/Div Jumlah Time/Dif Amplitudo


Audio kotak kotak
Generator vertical horisontal
1
2
3
4
5
6
7

Tugas:
1. Hitung besar nilai Volt Puncak (Vp) dan Volt puncak ke puncak ( Vpp)
2. Hitung Nilai Volt evektif (Vrms)
3. Hitung Nilai V rata-rata
4. Hitung Nilai Periode
5. Hitung besar Nilai Frekuensi
6. Buat Kesimpulan

PERCOBAAN 2. PENGUKURAN TEGANGAN DAN FREKUENSI PADA


TRANSFORMATOR

2.1. Gambar rangkaian percobaan


Gambar 2.1 rangkaian pengukuran transformator dengan osiloscope
Alat dan Bahan:
1. Transformator step down
2. Osiloscope
3. Multimeter analog
4. Kabel Jamper
5. Sumber/Regulator AC

Tabel Pengukuran:

NO Tegangan Jumlah Volt/Div Jumlah Time/Dif Amplitudo


Sumber kotak kotak
Transformator vertikal horisontal
1
2
3
4
5
6
7

Tugas:
1. Hitung besar nilai Volt Puncak (Vp) dan Volt puncak ke puncak ( Vpp)
2. Hitung Nilai Volt evektif (Vrms)
3 Hitung Nilai V rata-rata
4 Hitung Nilai Periode
5 Hitung besar Nilai Frekuensi
6 Buat Kesimpulan

PERCOBAAN 3. RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG PENUH

Konversi Daya AC Ke DC
Pendahuluan
Seperti yang diketahui dan dapat dinyatakan bahwa elektronika daya berarti teknologi
mengenai konversi dan kontrol daya listrik dengan menggunakan piranti semikonduktor daya
seperti dioda, tiristor, transistor dan sebagainya. Daya listrik yang dikontrol pada dasarnya tidak
lain dari energi listrik per satuan waktu. Daya listrik ini mempunyai nilai informasi, misalnya
frekuensi, jumlah fasa, tegangan, dan arus. Pada “konversi” daya listrik adalah penting untuk
mengubah nilai informasi sumber daya listrik sambil mengusahakan rugi-rugi daya pada nilai
minimum. Dalam hal ini yang penting adalah aliran energi dari sumber daya ke keluaran
(output), seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.1(a).

Gambar 3.1 Fungsi dasar tentang konversi dan kontrol daya listrik. (a) Konversi daya
listrik. (b) Pengontrolan daya listrik.

Hal yang sangat penting dalam “kontrol” daya listrik adalah aliran informasi dari
masukan kontrol (control input) ke keluaran. Jadi tidak begitu penting berapa daya listrik yang
dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.1(b). Contoh tentang konversi daya listrik adalah
penyearahan sederhana dari daya listrik ac ke dc. Namun jika diterapkan pengaturan
(adjustment) tegangan dan arus pada penyearahannya, maka ia mengandung baik konversi
maupun kontrol daya listrik.

Terminologi Parameter Penyearahan


Konversi daya listrik ac ke dc menyangkut yang tak terkendali maupun yang terkendali.
Yang akan dibahas dalam bab ini adalah mengenai konversi daya listrik dari ac ke dc secara
tak terkendali. Untuk konversi seperti ini, maka selanjutnya akan digunakan istilah
“penyearahan” atau “rectification” dengan nama alat yang diistilahkan dengan “penyearah” atau
“rectifier”; sedangkan untuk konversi daya listrik dari ac ke dc secara terkendali akan digunakan
istilah “pengkonversian” atau “converting” dan nama alatnya diberi istilah “konverter”.
Pengertian yang dimaksud akan berubah jika ada keterangan tambahan.

Tegangan keluaran dari penyearah tidaklah betul-betul searah (dc murni atau pure dc)
atau rata/konstan/kontinu seperti keluaran baterai atau accumulator meskipun telah melalui
penyearahan. Hal ini perlu ditekankan lebih awal, sebab banyak orang yang mempunyai
persepsi yang keliru terhadap keluaran suatu penyearah, yang dalam persangkaannya adalah
dc rata padahal sebenarnya tidak. Dengan demikian, apakah keluaran suatu penyearah dapat
dinyatakan sebagai besaran sesaat ? Dapat saja, karena memang pada dasarnya besaran
tersebut masih berubah-ubah menurut waktu. Hal ini terjadi karena komponen semikonduktor
yang digunakan hanya bersifat melewatkan atau memblok saja tegangan sinusoidal di bagian
masukan komponen tersebut. Oleh karena itu dalam suatu keluaran penyearah terdapat dua
komponen, yaitu :
a. Komponen “searah” yang konstan/rata/kontinu yang disebut “komponen dc”.
b. Komponen “riak/ripel/kerut” yang disebut “komponen ac”.
Misalkan terdapat sebuah instrumen listrik yang dapat mengukur komponen dc saja dari
suatu besaran keluaran penyearah, maka instrumen tersebut menampilkan harga rata-rata
(average) dari besaran yang diukurnya.

Selanjutnya jika suatu instrumen dapat mengukur secara serempak komponen dc dan
komponen ac dari besaran yang diukurnya, maka instrumen itu menampilkan harga efektif atau
harga rms (root mean square) besaran tersebut.
Jika yang diukur adalah besaran tegangan, maka dapat ditulis :

2 2
2
Vrms = V dc + V ac .................................................................................. (3-1)

dalam hal ini :


Vrms = harga efektif atau harga rms dari tegangan
Vdc = harga rata-rata dari tegangan
Vac = harga efektif dari komponen kerut pada tegangan

Menjadi suatu ketentuan bahwa besaran yang berubah menurut waktu (dan
dinamakan besaran sesaat) dilambangkan dengan huruf kecil, sedangkan
besaran yang konstan atau tidak berubah lagi nilainya dilambangkan dengan
huruf besar.

Hal lain yang perlu dibahas lebih awal adalah tentang masukan penyearah. Karena
penyearah adalah mengkonversi daya ac, maka masukannya dapat diasumsikan sebagai jala-
jala PLN, suatu keluaran catu-daya ac, atau sekunder suatu transformator yang mendapat
suplai dari jala-jala PLN, yang kesemuanya merupakan fungsi sesaat sinusoidal murni.
Berikut ini akan didefinisikan mengenai beberapa parameter yang penting dalam suatu
penyearahan.
1. vo = tegangan sesaat pada keluaran suatu penyearah/ konverter.
2. vac = tegangan riak sesaat yang terkandung dalam vo.
3. vs = tegangan sesaat pada masukan penyearah/konverter.
4. io = arus sesaat pada beban (atau yang dikeluarkan oleh penyearah/konverter).
5. is = arus sesaat pada input penyearah/konverter (atau yang dikeluarkan sekunder
transformator pada sisi input).
6. id = arus sesaat yang mengalir dalam dioda.
7. iT = arus sesaat yang mengalir dalam tiristor.
8. Mengenai harga rata-rata :
Vdc = harga rata-rata (average) dari vo.
Idc = harga rata-rata (average) dari io.
Is(av) = harga rata-rata (average) dari is.
Id = harga rata-rata (average) dari id.
IT = harga rata-rata (average) dari iT.
9. Mengenai harga efektif atau rms :
Vrms = harga efektif (rms) dari vo.
Vs = harga efektif (rms) dari vs.
Vac = harga efektif (rms) dari komponen riak pada vo.
Irms = harga efektif (rms) dari io.
Is = harga efektif (rms) dari is.
Id(rms) = harga efektif (rms) dari id.
IT(rms) = harga efektif (rms) dari iT.
10. Vm = harga maksimum tegangan masukan per fasa atau harga maksimum tegangan
sekunder transformator per fasa pada sisi masukan penyearah/konverter.

= 2
Vs.......................................................................................................... (3-2)
11. Pdc = daya keluaran penyearah/ konverter.
= Vdc . Idc...................................................................................................... (3-3)
12. Si = daya masukan penyearah/konverter atau daya yang disalurkan oleh sekunder
transformator pada masukan penyearah.
= Vs . Is untuk transformator satu-fasa................................................(3-4)
= 2 Vs . Is untuk transformator berkaki-tengah (centre-tap).................(3-5)
= 3 Vs . Is untuk transformator tiga-fasa.................................................(3-6)
Vdc I dc
13.  = .............................................................................. (3-7)
Vrms I rms
14. FF = faktor bentuk (form factor)
Vrms
=
Vdc untuk besaran tegangan.......................................................(3-8)
I
= rms untuk besaran arus.........................................................................(3-9)
I dc
15. RF = faktor kerut/ripel/riak (ripple factor)

Vac
=
Vdc = (Vrms )2  1 untuk besaran tegangan.......................(3-10)
Vdc
I ac
=
I dc = ( I rms )2  1
untuk besaran arus.................................(3-11)
I dc
16. TUF = faktor penggunaan transformator (transformer utilization factor) atau faktor
kegunaan sisi input penyearah/konverter.

= = Vdc . I .............................................................. (3-12)


dc
Pd Si
c
Si
17. DF = faktor pergeseran (displacement factor)
= cos 1.................................................................................................... (3-13)
dalam hal ini :
1 = sudut antara tegangan dan is1
is1 = komponen dasar (fundamental component) dari is.
18. PF = faktor daya masukan (input power factor)

Is1 cos
=
 ........................................................................... (3-14)
1
Is
dalam hal ini :
Is1 = harga efektif (rms) dari is1.
19. HF = faktor harmonik (harmonic factor)

( I s )2  1
= ....................................................................... (3-15)
I s1

20. CF = faktor puncak (crest factor)


I s( peak )
= ............................................................................. (3-16)
Is
dalam hal ini :
Is(peak) = harga puncak atau maksimum dari is.
21. PIV = tegangan balik puncak (peak inverse voltage). PIV adalah tegangan balik
maksimum yang dialami oleh dioda/tiristor jika berada dalam keadaan memblok.
22. Rumus harga rata-rata dari vo adalah :

1 T
v dt
T  o
Vdc = ..................................................................... (3-17)
0
23. Rumus harga efektif (rms) dari vo adalah :

1 T 2
Vrms = …………………………………………………… (3-18)
T  vo dt
0

Penyearah Tak terkendali 1 fasa


Berbeban Resistif

Dalam pembahasan penyearah maka biasanya diawali dari kasus beban yang bersifat
resistif murni kemudian dilanjutkan dengan kasus beban yang bersifat induktif. Penyearah
dengan beban yang bersifat kapasitif atau kapasitif murni tidak dibahas dalam bab ini
dikarenakan kenyataan bahwa hanya beban-beban yang bersifat resistif dan induktif yang
banyak dijumpai dalam praktek.
Dalam Gambar 3.2 diperlihatkan rangkaian-rangkaian penyearah satu-fasa.
Penyearah satu-fasa dapat dikelompokkan atas dua bagian yaitu :
a) Penyearah satu-fasa setengah-gelombang (half-wave single-phase rectifier) yang nama
lainnya adalah “penyearah pulsa-tunggal/satu-pulsa” (single/one-pulse rectifier).
b) Penyearah satu-fasa gelombang-penuh (full-wave single-phase rectifier) yang nama
lainnya adalah “penyearah pulsa-ganda” (double-pulse rectifier).
Penyearah satu-fasa gelombang-penuh dapat dikelompokkan lagi menjadi :
*) Penyearah satu-fasa kaki-tengah (single-phase centre-tap rectifier).
*) Penyearah satu-fasa jembatan (single-phase bridge rectifier).
Fungsi penyearahan dalam penyearah satu-fasa setengah-gelombang dilakukan oleh
sebuah dioda seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.2(a), untuk gelombang-penuh centre-tap
dilakukan oleh 2 (dua) buah dioda seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.2(b), dan untuk
gelombang-penuh jembatan dilakukan oleh 4 (empat) buah dioda seperti yang ditunjukkan oleh
Gambar 3.2 (c). Bentuk gelombang tegangan masukan dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.2 Rangkaian penyearah satu-fasa. (a) Setengah-gelombang. (b) Gelombang-
penuh centre-tap. (c) Gelombang-penuh jembatan.

Untuk penyearah gelombang-penuh jembatan dari Gambar 3.2(c), maka tegangan


masukan akan diasumsikan sebagai :

vs = Vm sin t = Vs 2 sin t dan T = 2/......................................(3-19)


dalam hal ini :
 = 2  f = frekuensi sudut gelombang tegangan masukan..............................(3-20)
1
f= = frekuensi gelombang tegangan masukan............................................(3-21)
Tin
Persamaan untuk tegangan keluaran sesaat adalah :

vo = Vm sin t untuk 0  t   dan T = ................................ (3-22)

Persamaan untuk arus beban sesaat adalah :
V
i = m 
.............. (3-23)
o sin t = Im sin t untuk 0  t   dan T =
R 
Berdasarkan persamaan (3-19), (3-22) dan (3-23), maka dibuatlah grafik gelombang tegangan
masukan pada penyearah seperti pada Gambar 3.3.

t
π2π 3π4π

t t
π2π 3π4π π2π 3π 4π

Gambar 3.3 Bentuk gelombang tegangan masukan pada penyearah satu-fasa. (a) Untuk
rangkaian setengah-gelombang dan jembatan. (b) Untuk rangkaian centre-
tap.

Prinsip Kerja Rangkaian Jembatan :


Untuk setengah siklus positif dari vs yaitu 0  t  , dioda D1 dan D2 mendapat
prategangan maju sehingga konduksi. Jika jatuh tegangan panjar maju di kedua dioda
diabaikan, maka tegangan keluaran atau tegangan beban (vo) akan sama dengan vs. Jadi arus
akan mengalir dalam jalur dioda D1 – beban – dioda D2 - sumber tegangan.
Untuk setengah siklus negatif dari vs yaitu   t  2, dioda D3 dan D4 mendapat
prategangan maju sehingga konduksi. Jika jatuh tegangan panjar maju di kedua dioda
diabaikan, maka tegangan keluaran atau tegangan beban (vo) akan sama dengan vs. Jadi arus
akan mengalir dalam jalur dioda D3 – beban – dioda D4 - sumber tegangan.
Dari Gambar 3.2(c) terlihat bahwa arus masukan (is) akan selalu ada setiap saat, ketika
pasangan dioda D1 dan D2 atau pasangan dioda D3 dan D4 konduksi. Akan tetapi pasangan-
pasangan dioda D1 dan D2 serta D3 dan D4 konduksi pada setengah-setengah siklus yang
berlawanan pada gelombang tegangan masukan. Jadi arus masukan akan bersifat bolak-balik
(sinusoidal), sementara arus beban akan berbentuk gelombang penuh searah.
Persamaan untuk tegangan keluaran sesaat dan arus beban sesaat telah dinyatakan
dalam persamaan (3-22) dan (3-23). Bentuk gelombang tegangan keluaran, arus beban dan
arus masukan dapat dilihat pada Gambar 3.4.

ωt
π 2π 3π 4π

ωt
π 2π 3π 4π

ωt
π 2π 3π 4π

Gambar 3.4 Bentuk gelombang tegangan keluaran (vo), arus beban (io) dan arus masukan
(is) dari penyearah satu-fasa jembatan.

Harga Rata-Rata dan Harga Efektif


Dengan menggunakan persamaan (3-17) dan (3-18) maka dapat ditentukan harga rata-
rata dan harga efektif dari besaran-besaran yang penting dalam penyearahan satu-fasa
berbeban resistif ini.
Untuk Penyearah Centre-Tap :
To  
1 1  V m cos t  2Vm

Vdc =
T dt
vo =
 Vm sin t dt = 
   =  ............ (3-24)
o o o
o

To  1 tsin 2t 


1 1
 v dt = (Vm sin t) 2 dt = Vm
2
Vrms =
To o
o
    24



o
o
Vm
= ............................................................. (3-25)
2

Karena Vm = Vs 2 maka dapat ditulis :

Vdc = 2Vs2
............................................................................ (3-26)

Vrms = Vs...................................................................................................... (3-27)
Selanjutnya :

Idc = V
dc 2Vs 2 ................................................................. (3-28)
R = R

V
Irms = rms = Vs ..................................................................... (3-29)
R R

Arus masukan yang sama dengan arus dioda adalah berbentuk setengah-gelombang, jadi :

1   I m cos t
 Im Vm Vs 2
Is(av) = Id =  = = = ...... (3-30)

2  I m sin t dt = 
 2
o R R
o

 1 tsin 2t 
Is = Id(rms) = 1
(I m sin t) 2 dt = Im 2  2 4
2  
o
o
V
= ½ Im = m = Vs ....................................................... (3-31)
2R R 2

Untuk Penyearah Jembatan :


Penyearah satu-fasa centre-tap dan penyearah satu-fasa jembatan mempunyai bentuk-bentuk
gelombang tegangan keluaran dan arus beban yang sama, sehingga rumus untuk V dc, Vrms, Idc
dan Irms adalah sama seperti yang dinyatakan dalam persamaan (3-36) sampai (3-39).
Selanjutnya, karena arus masukan (is) adalah sinusoidal maka dapat diketahui bahwa :
Is(av) = 0........................................................................................................(3-32)
V
I = s
s
R
..................................................................................... (3-33)

Gambar 3.6 tidak memperlihatkan bentuk gelombang arus yang lewat dalam pasangan dioda,
namunpun demikian harga rata-rata dan efektifnya dapat ditentukan. Arus beban sesaat
merupakan penjumlahan dari arus sesaat dalam pasangan-pasangan dioda, jadi id1 = id2 atau
id3 = id4 berbentuk setengah-gelombang searah. Oleh karena itu :
Vs 2.................................................................................................................
I = (3-34)
d
R
V
Id(rms) = s ............................................................................. (3-35)
R 2

Rumus harga rata-rata dan efektif dari besaran-besaran pada penyearah satu-fasa dapat dilihat
pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Rumus harga rata-rata dan harga efektif secara pendekatan dari
beberapa besaran pada penyearah satu-fasa berbeban resistif. [R =
resistansi beban, Vs = harga efektif tegangan masukan per fasa].

Setengah
Mengenai Centre-tap Jembatan
Gelombang
Vdc 0,4502 Vs 0,9003 Vs 0,9003 Vs
Vrms 0,7071 Vs Vs Vs
0,4502Vs 0,9003Vs 0,9003Vs
Idc
R R R
0,7071Vs Vs Vs
Irms
R R R
0,4502Vs 0,4502Vs 0,4502Vs
Id
R R R
0,7071Vs 0,7071Vs 0,7071Vs
Id(rms)
R R R
0,4502Vs 0,4502Vs
Is(av) 0
R R
0,7071Vs 0,7071Vs Vs
Is
R R R

Beberapa Parameter Penyearahan


Dari pembahasan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa penting untuk
memperhatikan bentuk-bentuk gelombang tegangan atau arus baik pada sisi keluaran,
masukan maupun pada komponen, khususnya pada penyearah atau umumnya pada konversi
daya. Bentuk-bentuk gelombang yang sama/serupa akan menghasilkan nilai parameter
penyearahan yang sama, sedangkan yang berbeda akan menghasilkan nilai parameter yang
berbeda pula. Parameter penyearahan yang akan dibahas disini adalah :
*) Faktor Bentuk
Rumus yang mendasari adalah seperti yang telah dinyatakan dalam persamaan (3-8) dan
(3-9).
*) Faktor Kerut
Rumus yang mendasari adalah seperti yang telah dinyatakan dalam persamaan (3-10) dan
(3-11).
*) Efisiensi Penyearahan
Rumus yang mendasari adalah seperti yang telah dinyatakan dalam persamaan (3-7).
*) TUF
Rumus yang mendasari adalah seperti yang telah dinyatakan dalam persamaan (3-12).
*) Faktor Puncak
Rumus yang mendasari adalah seperti yang telah dinyatakan dalam persamaan (3-16).
*) PIV
Hal ini sudah dijelaskan dalam Sub Bab 3.1.2.
Dengan menggunakan rumus-rumus dalam Tabel 3.1 maka beberapa nilai parameter
untuk penyearah satu-fasa ini dapat dirangkumkan dalam Tabel 3.2. Dari tabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa kecuali PIV yang dipengaruhi oleh tegangan masukan, maka dalam kasus
beban resistif kelima parameter yang lainnya (FF, RF, , TUF dan CF) merupakan harga tetap
dan tidak bergantung pada besar tegangan masukan maupun besar resistansi beban.
Tabel 3.2 Beberapa parameter penyearahan pada penyearah satu-fasa berbeban
resistif.

Setengah
Centre-tap Jembatan
Gelombang
Mengenai
Eksak Approx. Eksak Approx. Eksak Approx.
Faktor   
1,571 1,111 1,111
bentuk, FF 2 8 8

Faktor 1 1
2 4 1,211 1 2
2 16 0,483 2
2
16 0,483
kerut, RF 2 4 4

4 8 8
Efisiensi,  0,4053 0,8106 0,8106
2 2 2
2 2 4 2 8
TUF 0,2866 0,5732 0,8106
2 2 2
Faktor
puncak, 2 - 2 - 2 -
CF
PIV Vs 2 1,414 Vs 2Vs 2 2,828 Vs Vs 2 1,414 Vs

BERBEBAN INDUKTIF
Beban-beban induktif adalah beban-beban yang terdiri dari resistansi (R) dan induktansi

1
(L), atau terdiri dari R, L dan C dengan syarat 2fL > . Beban yang hanya mengandung L
2fC

saja disebut beban induktif murni; sedangkan beban yang mempunyai 2fL >> R atau (2fL -
1
) >> R disebut beban induktif tinggi atau “sangat” induktif (highly inductive).
2fC

Adanya sifat induktif dari beban akan memperhalus arus yang mengalir dalam beban.
Jadi fungsi induktansi dalam beban adalah sebagai penapis (filter) arus.
Penyearah Gelombang-Penuh Berbeban Induktif
Berbeda dari penyearah setengah-gelombang maka pada penyearah gelombang-penuh
(baik centre-tap maupun jembatan) berbeban resistif ini, arus beban selalu kontinyu (tidak
terputus). Gambar 3.8 memperlihatkan bentuk gelombang tegangan dan arus beban dalam
kondisi penyearah gelombang-penuh berbeban induktif.

ωt
π 2π 3π 4

 π
ωt

Gambar 3.8 Bentuk gelombang tegangan keluaran (vo) dan arus beban (io) dari
penyearah satu-fasa gelombang-penuh berbeban induktif.
Persamaan untuk tegangan keluaran dalam Gambar 3.8 adalah :

vo = Vm sin t untuk 0  t   dan T = 


................................ (3-36)

Sedangkan persamaan untuk arus beban adalah :

  t / tan  
io = Vm sin(t )  2 sin  . e  .................................. (3-37)
 t / tan 
Z  1 

Sudut  yaitu sudut yang menyebabkan terjadinya harga maksimum arus beban (Io(max)) dapat
dihitung dengan persamaan berikut :



tan  
(1 - e ) cos( - ) = 2 cos  e tan ............................... (3-38)
. 

Selanjutnya harga maksimum arus beban adalah sama dengan yang dinyatakan dalam
persamaan :

V sin 
Io(max) = m ..................................................................... (3-39)
R
Pada t = , terjadi arus beban minimum (Io(min)), maka rumusnya adalah :

tan
2Vm sin  . e
Io(min) = ........................................................ (3-40)


tan 
Z (1 e )

Z = R 2  (L) 2 impedansi total dari beban.......................................................(3-41)


L
 = tan-1( )....................................................................................................................(3-42)
R
 = 2f = frekuensi sudut gelombang tegangan masukan
Gambar rangkaian percobaan

Alat dan Bahan:


1. Power Suplay AC 0 - 30V
2. Multimeter
3. Osiloscope dua probe
4. Dioda 2A
5. Travo 3 - 5A
6. Kabel Penghubung (Jamper)

Tabel Pengukuran

No Tegangan Vp Vpp VDC multimeter VDC


Sumber Osiloscope
1
2
3
4
5
6

Pertanyaan:
1. Hitung Tegangan AC dan DC dari data pengukuran dengan Osiloscope
2. Gambar bentuk Gelombang
3. Harga efektif tegangan beban.
4. Perbandingan lilitan transformatornya.
5. PIV diodanya.
6. Harga rata-rata arus diodanya.
7. Harga efektif arus diodanya.
8. Daya semu (dalam VA) yang disuplai oleh transformator.
9. Buat Kesimpulan (bandingkan hasil pengukuran dan perhitungan)

PERCOBAAN 4. THYRISTOR

Pendahuluan

Tiristor merupakan piranti semikonduktor dwistabil (bistable) yang mempunyai susunan


4 lapisan (pnpn) dengan 3 sambungan p-n. Dwistabil artinya dapat di-on-kan dari keadaan off
dan di-off-kan dari keadaan on. Istilah “tiristor” seringkali dipakai untuk apa yang disebut SCR
(silicon controlled rectifier) yaitu tiristor berkaki-3 yang memblok dalam arah balik (reverse
blocking triode). Jadi sebenarnya SCR adalah salah satu anggota keluarga tiristor. Untuk
selanjutnya, jika terdapat kata “tiristor” maka yang dimaksud adalah SCR, kecuali jika diberi
keterangan lain. Tabel 4.1 memperlihatkan beberapa anggota keluarga tiristor.

Tabel 4.1 Beberapa anggota keluarga tiristor.

No. Jumlah kaki Nama Piranti Contoh

1 2 Two terminal reverse blocking Dioda empat lapis


diode thyristor
2 3 Two terminal reverse blocking SCR, GTO
triode thyristor
3 4 Two terminal reverse blocking SCS
tetrode thyristor
4 3 Light activated reverse LASCR, LASCS
blocking triode thyristor
5 2 Two terminal bidirectional DIAC
switch
6 3 Three terminal bidirectional TRIAC
switch

Susunan Tiristor

Tiristor mempunyai 3 buah terminal yaitu : anoda (A), katoda (K) dan gerbang (G).
Terminal A dan K disebut terminal daya (power terminal) dan terminal G biasanya disebut
terminal kontrol.
Gambar 4.1 memperlihatkan simbol dan struktur tiristor. Pada Gambar 4.1(b),
sambungan p-n yang pertama di dekat anoda dapat disebut J1, sambungan n-p di tengah
disebut J2 dan sambungan p-n di dekat katoda dapat disebut J3.
Gambar 4.1 Tiristor. (a) Simbol. (b) Susunan sebagai keping 4-lapis. (c) Susunan
sebagai ekivalensi 2 buah transistor.

Pada saat pembuatannya yang pertama kali dalam sekitar tahun 1957 oleh General
Electric, tiristor mempunyai kapasitas sekitar 10 A dan beberapa ratus volt saja. Namun
belakangan kapasitas tersebut sudah meningkat misalnya dengan arus 3000 A pada tegangan
4 kV sampai 8 kV.

Prinsip Kerja Dan Karakteristik Tiristor

Jika tiristor diberi tegangan yang menyebabkan anoda lebih positif dari katoda maka
sambungan J1 dan J3 terbias maju sedangkan sambungan J2 mendapat prategangan balik,
sehingga hanya ada arus bocor yang kecil yang mengalir dari anoda ke katoda. Pada keadaan
seperti ini, dikatakan bahwa tiristor berada dalam keadaan off atau “memblok maju” (forward
blocking), dan arus bocor yang mengalir itu disebut arus keadaan off dan disimbolkan dengan
IF. Karakteristik v-i dari suatu tiristor dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Jika tegangan anoda-katoda (VAK) dinaikkan ke suatu nilai yang cukup besar, maka
sambungan panjar mundur J2 akan mulai tembus. Peristiwa ini dikenal dengan nama “dadal
avalans” (avalanche break-down) dan tegangan VAK yang menyebabkannya dinamakan
“tegangan dadal maju” (forward break-down voltage, VBO). Karena sambungan J1 dan J3
memang sudah dalam keadaan terpanjar maju maka mengalirlah arus yang cukup (sufficient)
dari anoda ke katoda. Dikatakan bahwa tiristor tersebut berada dalam keadaan konduksi atau
on, dengan jatuh tegangan yang kecil saja (kira-kira 1 volt), asalkan arus tersebut lebih besar
dari apa yang disebut “arus gerendel” (latching current, IL).
Gambar 4.2 Karakteristik v-i dari suatu tiristor.

Persyaratan “arus gerendel” perlu sebab jika tiristor berada dalam rangkaian dan
terhubung dengan suatu beban, meskipun VAK telah mencapai nilai VBO maka kemungkinan
arus yang mengalir lebih kecil dari IL dikarenakan pengaruh beban tadi, sehingga tiristor tetap
berada dalam keadaan memblok maju. Disinilah perlunya gerbang tiristor disuplai dengan arus.
Dengan adanya arus gerbang, maka VAK tidak perlu mencapai VBO untuk menghasilkan arus
yang sekurang-kurangnya sama dengan IL. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Arus “gerendel” dapat didefinisikan sebagai arus anoda minimum yang dibutuhkan untuk
mempertahankan tiristor berada dalam keadaan on segera setelah tiristor diberi tegangan dan
signal gerbang telah ditiadakan. Sekali tiristor konduksi dengan arus yang lebih besar dari I L
maka ia akan tetap konduksi meskipun arus gerbang telah ditiadakan.
Jika tiristor yang sedang konduksi akan dipadamkan maka arusnya dikurangi sampai
berada di bawah suatu harga yang disebut “arus genggam” (holding current, IH). “Arus
genggam” dapat didefinisikan sebagai arus anoda minimum yang diperlukan untuk
mempertahankan tiristor tetap berada dalam keadaan konduksi. Nyatalah disini bahwa :
IH < IL...................................................................................... (4-1)

Jika tiristor diberi tegangan yang menyebabkan katoda lebih positif dari anoda maka
sambungan J2 terbias maju sedangkan sambungan J1 dan J3 terpanjar mundur. Pada keadaan
seperti ini, dikatakan bahwa tiristor berada dalam keadaan “memblok balik” (reverse blocking),
dan akan mengalir arus bocor yang sangat kecil yang disebut arus balik (reverse current) dan
disimbolkan dengan IR.
Berdasarkan Gambar 4.2 maka karakteristik v-i dari tiristor dapat dibagi ke dalam 4
daerah yaitu :
* Daerah memblok maju (forward blocking region).
* Daerah konduksi maju (forward conduction region).
* Daerah memblok balik (reverse blocking region).
* Daerah dadal avalans-konduksi balik (reverse conduction avalanche breakdown region).

PENGARUH PENYULUTAN PADA TIRISTOR


Aksi regeneratif atau “penggerendelan” (latching action) yang disebabkan oleh
pemberian tegangan maju ke tiristor dapat dijelaskan dengan menggunakan model ekivalensi
tiristor sebagai 2-transistor. Susunan tiristor sebagai ekivalensi 2-transistor dapat dilihat pada
Gambar 4.1(c) atau 4.3. Kedua transistor pada Gambar 4.3(b) mempunyai penguatan arus
basis-sekutu (common-base current gain, ) yang didefinisikan sebagai perbandingan antara
arus kolektor terhadap arus emiter.

Gambar 4.3 Model 2-transistor dari suatu tiristor. (a) Susunan dasar. (b) Rangkaian ekuivalen.

Secara umum dapat ditulis untuk kedua tiristor :


IC1 = 1 IE1 + ICBO1........................................................................................... (4-2)
IC2 = 2 IE2 + ICBO2........................................................................................... (4-3)
dalam hal ini :
IC1, IC2 = arus kolektor berturut-turut pada transistor Q1 dan Q2
IE1, IE2 = arus emiter berturut-turut pada transistor Q1 dan Q2
ICBO1, ICBO2 = arus bocor di sambungan kolektor-basis pada transistor Q1 dan Q2
Dari Gambar 4.3(b) jelas terlihat bahwa :
IE1 = IA............................................................................................................. (4-4)
IE2 = IK............................................................................................................. (4-5)
dalam hal ini :
IA = arus anoda
IK = arus katoda
Jika gerbang tiristor tidak mendapat arus atau tidak ditrigger atau tidak disulut (IG = 0) maka :
IA = IK.............................................................................................................. (4-6)
IA = IC1 + IC2..................................................................................................... (4-7)
oleh karena itu dari persamaan-persamaan di atas diperoleh :
ICBO1  ICBO2
IA = ................................................................... (4-8)
1 (1  2 )
Akan tetapi, jika gerbang tiristor mendapat arus penyulutan maka :
IK = IA + IG....................................................................................................... (4-9)
IA = IC1 + IC2.................................................................................................. (4-10)
sehingga :
IC1 = 1 IA + ICBO1.......................................................................................... (4-11)
IC2 = 2 (IA + IG) + ICBO2................................................................................ (4-12)
Dengan demikian akan diperoleh :
 2 IG  ICBO1 
I = .................................................... (4-13)
IACBO2
1(1  2 )
Nilai maksimum dari  adalah 1 (satu), dan sifatnya adalah apabila IE bertambah maka
ia juga akan bertambah. Jika suatu tegangan yang kecil saja diterapkan pada anoda (A) dan
katoda (K) pada Gambar 4.3(b) maka tanpa arus gerbang berlaku persamaan (4-8). Dalam
keadaan ini ICBO1 dan ICBO2 sangat kecil serta 1 dan 2 juga cukup kecil sehingga arus tiristor
(IA) juga cukup kecil.
Lain halnya jika gerbang diberi arus (disulut) yaitu I G  0 maka berlaku persamaan (4-
13). Penambahan IG menyebabkan IE2 bertambah sehingga 2 juga akan bertambah. Tetapi
bertambah besarnya 2 juga menyebabkan bertambahnya IC2 sehingga akan memperbesar IC1
yang pada gilirannya memperbesar 1. Pada kondisi ini faktor (1 + 2) akan mendekati nilai
satu (unity). Jadi dengan IG yang tidak terlalu besar, penyebut dalam ruas kanan persamaan (4-
13) akan mendekati nol sehingga diperoleh IA yang cukup besar. Inilah fungsi dan peranan arus
gerbang (arus penyulutan) pada tiristor. Makin besar arus gerbang yang diberikan maka makin
mudah tiristor konduksi karena dibutuhkan VBO yang kecil saja untuk membawa tiristor masuk
ke dalam keadaan konduksi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2 yang mana kurva
penyulutan ditandai dengan garis putus-putus. Terlihat bahwa VBO1 pada keadaan gerbang
tersulut lebih kecil dari VBO pada keadaan gerbang tidak disulut.

MENGHIDUPKAN TIRISTOR
Tiristor dapat di-on-kan dengan cara memperbesar arus anodanya. Hal ini dapat dicapai
dalam beberapa cara seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Cara Termal :
Jika suhu tiristor cukup tinggi maka pasangan elektron-lubang akan bertambah banyak,
jadi akan memperbesar arus bocor. Dengan bertambahnya ICBO1 dan ICBO2 maka IC1 dan IC2 dalam
persamaan (4-2) dan (4-3) akan bertambah pula dan pada akhirnya membuat 1 dan 2
bertambah. Akibatnya menurut persamaan (4-8) adalah bahwa IA menjadi besar sehingga
tiristor menjadi konduksi (on).
Pemberian Cahaya :
Jika suatu cahaya dibiarkan mengenai sambungan tiristor, maka pasangan elektron-
lubang juga akan meningkat. Jadi pada gilirannya tiristor akan konduksi.
Penerapan Tegangan yang Besar :
Jika tegangan yang diterapkan pada tiristor melebihi VBO maka arus bocor akan
meningkat dan cukup untuk membuat tiristor konduksi. Namun cara ini dapat bersifat merusak
jika tegangan yang diberikan terlalu besar.

Penerapan :

dV
Cara disini merupakan cara pemberian tegangan variabel ke anoda-katoda, namun
dt
dengan laju kenaikan yang cukup besar. Laju kenaikan tegangan anoda-katoda yang cukup
tinggi ini menyebabkan arus pemuatan pada sambungan (yang bersifat kapasitif pada gejala
peralihan) adalah cukup untuk meng-on-kan tiristor.
Pemberian Arus Gerbang :
Hal ini telah diuraikan sebelumnya dan diperjelas dalam Gambar 4.2. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyulutan (mentrigger) tiristor adalah :
a. Signal gerbang harus segera dihilangkan ketika tiristor sudah konduksi. Ini untuk
menghindari rugi-rugi daya yang berlebihan pada rangkaian gerbang tiristor.
b. Tidak boleh ada arus gerbang ketika tiristor dalam keadaan terpanjar mundur. Jika tidak
maka selanjutnya tiristor akan gagal beroperasi karena arus bocor yang terlalu besar.
c. Lebar dari pulsa arus gerbang harus lebih besar dari waktu yang dibutuhkan arus anoda
untuk mencapai arus genggam (holding current, IH).

4.6. Gambar Rangkaian Percobaan

Alat dan Bahan:


1. Power Suplay AC 0 – 12V
2. Resistor 4.7K
3. Triac
4. Amper meter 2 buah
5. Multimeter 2 buah
6. Bolam pijar 12V
7. Kabel penghubung (Jamper)

Tabel Pengukuran

No VS V2 Vpp1 Vpp2 A2 Kondisi Lampu


1
2
3
4
5
6
7

Tugas:
1. Hitung Vpp1 dan Vpp2
2. Bandingkan hasil pengukuran dan perhitungan
3. Buat Kesimpulan.

PERCOBAAN 5. TRIAC

Teori dasar
Secara fungsional sebuah TRIAC dapat dipandang sebagai gabungan dari sepasang
SCR dalam hubungan paralel-balik (reverse-parallel) atau anti-paralel dengan kedua
gerbangnya disatukan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.1.

Gambar 5.1 TRIAC. (a) Simbol. (b) Karakteristik v - i.

TRIAC adalah piranti dwi-arah (bidirectional device), karena itu terminal-terminalnya


(elektroda-elektroda utamanya) tak dapat lagi disebut sebagai anoda dan katoda, melainkan T1
dan T2. Terminal kontrolnya tetap disebut gerbang (G). Nama lain dari TRIAC adalah
bidirectional triode thyristor, yakni tiristor berkaki tiga dua arah, sehingga dapat konduksi dalam
dua arah (setengah siklus positif maupun negatif pada gelombang sinus). TRIAC banyak
digunakan sebagai pengendali tegangan ac.

Ada dua cara dalam mengoperasikan TRIAC :

*) Jika terminal T2 lebih positif terhadap terminal T1, maka TRIAC dijalankan dengan cara
memberi signal positif ke G (atau antara G dan T1).

*) Jika terminal T2 lebih negatif terhadap terminal T1, maka TRIAC dijalankan dengan cara
memberi signal negatif ke G (atau antara G dan T1).
Atas dasar cara kerja tersebut, TRIAC banyak digunakan pada pengendali tegangan
bolak-balik dalam jangkauan frekuensi antara 60 Hz sampai 400 Hz. Sebuah TRIAC
mempunyai biaya yang lebih murah dibanding dengan dua buah SCR yang terpasang paralel-
balik, namun ia juga mempunyai kelemahan sebagai berikut :

*) Apabila TRIAC telah padam maka kemampuan penerapan kembali dV/dt-nya (reapplied
dV/dt) agak buruk, jadi sukar digunakan pada beban induktif.

*) Kepekaan rangkaian gerbangnya kadang-kadang cukup rendah.

*) Waktu untuk padam (turn-off) lebih lama.

Gambar Rangkaian Percobaan Triac

Alat Dan Bahan:

1. Power Suplay AC 0 – 12V


2. Resistor 47K
3. Triac
4. Amper meter
5. Multimeter 2 buah
6. Bolam pijar 12V
7. Kabel penghubung (Jamper)

Prosedur Praktikum:
1. Buat rangkaian seperti gambar rangkaian percobaan di atas
2. Hidupkan dan atur Sumber power suplay sesuai nilai pada tabel di bawah
3. Masukan nilai pengukuran Arus (mA) dan Volt (V1), (V2) dan kondisi lampu pada
table
Tabel Pengukuran

No V sumber(volt) V1 V2 Arus Kondisi


Volt Volt mA lampu

1
2
3
4
5

Tugas
1. Hitung Vpp1 dan Vpp2
2. Bandingkan hasil pengukuran dan perhitungan
3. Buat Kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai