ELEKTRONIKA DAYA
Oleh :
KELOMPOK 14
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN LENGKAP
OLEH :
KELOMPOK 14
Mengetahui,
Ketua Program Studi Menyetujui,
S-1 Teknik Elektro Kepala Laboratorium Teknik Energi Listrik
KARTU KONTROL
KELOMPOK : 14
TANGGAL MASUK
NO NAMA PERCOBAAN PARAF KET
PRAKTIKUM LAPORAN
1 ………………………….
2 ………………………….
3 ………………………….
4 ………………………….
5 ………………………….
PEMBAHASAN
Generator Frekuensi Audio Adalah alat tes elektronik yang berfungsi sebagai
pembangkit sinyal atau gelombang listrik. Bentuk gelombang pada umumnya terdiri dari tiga
jenis, yaitu sinusoida, persegi, dan segitiga. Pada gambar dapat dilihat salah satu jenis
generator Frekuensi Audio. Dengan generator frekuensi audio ini seorang teknisi dapat
melakukan pengetesan suatu alat yang akan dites (devices under test). Dari analisis terhadap
hasil berbagai bentuk gelombang respons alat tersebut, akan dapat diketahui ketepatan
karakteristik sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki.
Dari frekuensi inilah dihasilkan gelombang sinusoidal. Akan tetapi, dewasa ini telah
dilakukan penyesuaian sehingga generator bisa menghasilkan tak hanya gelombang sinus, tapi
juga gelombang segitiga, dan kotak.
Pada umumnya frekuensi yang dibangkitkan dapat divariasi dengan mengatur kapasitor
dalam rangkaian LC atau RC. Dalam instrumen ini frekuensi dikendalikan oleh variasi arus yang
mengemudikan integrator. Generator audio memberikan keluaran berbentuk gelombang sinus,
segitiga dan kotak dengan jangkauan frekuensi dari 20 Hertz sampai 20 kilo Hertz. Frekuensi
terkendali tegangan (frequency controlled voltage) mengatur dua sumber arus Upper dan Lower
Constant Current Source. Upper Constant Current Source mensuplai arus tetap ke integrator
yang menghasilkan tegangan output naik secara linier terhadap waktu, menurut persamaan
berikut :
1
Voutput = − ∫ i𝑑𝑡
𝐶
Kenaikan dan penurunan arus akan mengakibatkan naik atau turunnya slope tegangan
output, yang akan mengatur besarnya frekuensi. Tegangan komparator akan mengubah
keadaan ke level maksimum tegangan output integrator yang telah ditetapkan. Perubahan ini
akan memutus sumber arus konstan Upper beralih ke Lower constant current source
Sumber arus konstan Lower akan mencatu arus balik ke integrator, sehingga tegangan
output turun secara linier terhadap waktu. Bila output mencapai batas minimum yang
ditetapkan, maka tegangan komparator akan berubah keadaan dan menyambung ke Upper
constant current source, demikian seterusnya kembali seperti semula. Dengan demikian
terjadilah siklus yang terus menerus.Tegangan output integrator adalah bentuk gelombang
segitiga yang besar frekuensinya tergantung pada besar kecil arus yang dicatu oleh kedua
sumber arus konstan Upper dan Lower.
Keluaran komparator memberikan tegangan gelombang kotak (SQUARE) dengan duty
cycle 50%. Rangkaian diode resistance mengatur slope dari gelombang segitiga (TRIANGLE)
sehingga amplitudonya berubah menghasilkan gelombang SINUS dengan distorsi kurang dari 1
%.
Jenis konektor yang dipakai tergantung frekuensi kerjanya. Kebanyakan generator audio
generasi terbaru frekuensi kerjanya sampai 20MHz memakai konektor jenis-BNC, dengan
terminasi 50 ~ 75 Ω.
Generator frekuensi audio seperti lazimnya kebanyakan generator sinyal, terdapat juga
bagian attenuator, beberapa jenis gelombang modulasi output, dan memiliki fasilitas frekuensi
gelombang sapuan yang memberi kemampuan untuk pengetesan respons frekuensi dari
rangkaian elektronik yang diberikan. Beberapa generator audio dilengkapi kemampuan
membangkitkan sinyal derau putih (pink noise).
Instrumen ini menghasilkan gelombang-gelombang : sinus, segitiga, dan persegi dengan
rangkuman frekuensi dari 0,5 Hz sampai 11 KHz.
Jaringan pengontrol frekuensi diatur oleh cakera frekuensi pada panel depan instrumen
atau oleh sebuah tegangan pengontrol yang dimasukkan dari luar. Tegangan pengontrol
frekuensi mengatur dua sumber arus.
Sumber arus atas mensuplai arus yang konstan ke integrator segitiga yang tegangan
keluarannya bertambah secara linier terhadap waktu. Tegangan keluaran diberikan oleh
hubungan :
eout = − 𝐶1 ∫ i𝑑𝑡..................................( * )
Suatu pertambahan atau penurunan arus yang disuplai dari sumber arus atas akan
memperbesar atau memperkecil kemiringan tegangan keluaran. Multivibrator tegangan
berubah keadaan pada suatu level yang telah ditentukan sebelumnya pada kemiringan
tegangan keluaran integrator yang positif. Perubahan keadaan ini akan menghentikan
penyaluran arus atas menuju integrator dan menghubungkan suplai arus bawah.
Sumber arus bawah mensuplai suatu arus balik menuju integrator, sehingga keluarannya
berkurang secara linier terhadap waktu. Jika tegangan keluaran mencapai suatu level yang
telah ditentukan lebih dahulu dengan kemiringan bentuk gelombang keluaran yang negatif,
pembanding tegangan sekali lagi
SPESIFIKASI ALAT
Spesifikasi alat pada generator frekuensi audio lazimnya adalah sebagai berikut.
Bentuk gelombang keluaran; sinus, segitiga, dan kotak;
Mempunyai impedansi keluaran dua buah: 8 Ohm, dan 600 Ohm;
Jangkauan frekuensi keluaran dapat disetel: 1 Hz s/d 11000Hz;
Daya keluaran : 8 Watt pada beban 8 Ohm;
Voltage keluaran dapat disetel : 20mV s.d. 200 mV pick-to-pick
Tegangan daya masukan utama : 220 Volt.
PROSEDUR PENGGUNAAN
Dalam uraian tentang prosedur pengoperasian generator audio akan dijelaskan cara
menghubungkan Generator dengan Osiloskop, antara lain :
1. Siapkan signal audio generaror di atas meja yang dekat dengan stopkontak jaringan PLN.
2. Pasangkan Audio Generator pada stop kontak tersebut.
3. Nyalakan signal dengan menghidupkan tombol power.
4. Setelah itu siapkan osiloskope.
5. Hubungkan keluaran signal dengan osiloskope pada bagian keluaran beban 600 Ohm.
Atau bisa juga dengan menggunakan kabel daya biasa, dengan cara menghubungkan
kabel daya yang telah terhubung pada terminal keluaran utama generator tersebut dengan
penjepit buaya pada osiloskop yang telah terhubung pada input osiloskop. Nyalakan
osiloskope dan tunggu sampai keluar bentuk pola gelombang keluarannya.
6. Atur bentuk tayangan gelombang dengan mengeset osiloskope pada posisi yang mudah
diamati.
7. Putar pengatur frekuensi signal sambil memperhatikan bentuk gelombang. Apakah terjadi
perubahan. Jika ya berarti signal sudah dapat bekerja dengan baik.
2 OSILOSKOP
Osiloskop yaitu alat ukur elektronika yang bisa memetakan atau memproyeksikan sinyal
listrik dan frekuensi jadi gambar grafik, supaya bisa dibaca dam mudah dipelajari. Dengan
memakai Osiloskop, kamu bisa mengamati dan menganalisa bentuk gelombang dari sinyal
listrik atau frekuensi dalam suatu rangkaian elektronika. Umumnya, Osiloskop bisa
menampilkan grafik dua dimensi (2D) dengan waktu pada sumbu X dan tegangan pada sumbu
Y. Osiloskop banyak sekali dipakai pada industri-industri seperti penelitian, sains, engineering,
medikal dan telekomunikasi.
Fungsi osiloskop
Banyak sekali fungsi yang ada pada sebuah Osiloskop, diantaranya sebagai berikut:
Jenis Osiloskop
Saat ini, ada 2 jenis Osiloskop yaitu Osiloskop Analog dan Osiloskop Digital. Berikut ini
penjelasannya.
1. Osiloskop Tabung Kaca
Osiloskop jenis tabung kaca tersebut layarnya terbuat dari tabung CRT (Cathode Ray
Tube) dan Osiloskop jenis ini sering dikenal/dibilang sebagai Osiloskop Analog. Osiloskop ini
merupakan pengembangan dari osiloskop yang paling pertama dikembangkan dan osiloskop ini
mempunyai respon terhadap signal lebih cepat, dibandingkan dengan osiloskop digital.
2. Osiloskop LCD
Osiloskop ini merupakan osiloskop yang lebih maju dan udah memakai layar LCD yang
lebih ringan dan Osiloskop tersebut lebih dikenal dengan Osiloskop Digital. Kelebihan osiloskop
digital yaitu kemampuannya dalam menentukan bandwidth yang lebih fleksibel. Osiloskop jenis
digital atau LCD ini bisa dibagi secara spesifik menjadi 4 macam, diantaranya yaitu:
Adapun bagian-bagian yang ada pada sebuah Osiloskop adalah sebagai berikut:
1. Volt atau div fungsinya buat mengeluarkan tegangan AC.
2. CH1 (Input X) fungsinya buat memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau
pembacaan posisi horisontal.
3. AC-DC fungsinya buat memilih besaran yang diukur.
4. Ground fungsinya buat memilih besaran yang diukur.
5. Posisi Y fungsinya buat mengatur posisi garis atau tampilan dilayar atas bawah.
6. Variabel fungsinya buat kalibrasi osiloskop.
7. Selektor pilih fungsinya buat memilih Channel yang diperlukan untuk pengukuran.
8. Layar fungsinya buat menampilkan bentuk gelombang.
9. Inten fungsinya buat mengatur cerah atau tidaknya sinar pada layar Osiloskop.
10. Rotatin fungsinya buat mengatur posisi garis pada layar.
11. Fokus fungsinya buat menajamkan garis pada layar.
12. Position X fungsinya buat mengatur posisi garis atau tampilan kiri dan kanan.
13. Sweep time/ div dipakai buat mengatur waktu periode (T) dan Frekwensi ( f ).
14. Mode fungsinya buat memilih mode yang ada.
15. Variabel fungsinya buat kalibrasi waktu periode dan frekuensi.
16. Level fungsinya buat menghentikan gerak tampilan layar.
17. Exi Trigger fungsinya buat trigger dari luar.
18. Power fungsinya buat menghidupkan Osiloskop.
19. Cal 0,5 Vp-p fungsinya buat kalibrasi awal sebelum Osciloskop dipakai.
20. Ground Osiloskop yang dihubungkan dengan ground yang diukur.
21. CH2 ( input Y ) fungsinya buat memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau
pembacaan Vertikal.
Komponen utama Osiloskop yaitu tabung sinar katoda ( CRT ). Prinsip kerja tabung
sinar katoda yaitu Elektron dipancarkan dari katoda akan menumbuk bidang gambar yang
dilapisi oleh zat yang bersifat flourecent. Bidang gambar ini berfungsi sebagai anoda. Arah
gerak elektron ini bisa dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnetik.
Kalau 2 getaran harmonik super posisi yang beda, frekuensi terjadi getaran yang tidak
lagi periodik. Basis waktu secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri kekanan melalui
permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke Y atau masukan vertikal
osiloskop, menggerakkan bintik keatas dan kebawah sesuai dengan nilai tegangan yang
dimasukkan. Lalu, bintik tersebut menghasilkan jejak berkas gambar pada layar yang
menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Jika tegangan masukan
berkurang dengan laju yang cukup pesat, gambar akan kelihatan sebagai sebuah pola yang
diam pada layar.
Tabel Pengukuran:
Tugas:
1. Hitung besar nilai Volt Puncak (Vp) dan Volt puncak ke puncak ( Vpp)
2. Hitung Nilai Volt evektif (Vrms)
3. Hitung Nilai V rata-rata
4. Hitung Nilai Periode
5. Hitung besar Nilai Frekuensi
6. Buat Kesimpulan
Tabel Pengukuran:
Tugas:
1. Hitung besar nilai Volt Puncak (Vp) dan Volt puncak ke puncak ( Vpp)
2. Hitung Nilai Volt evektif (Vrms)
3 Hitung Nilai V rata-rata
4 Hitung Nilai Periode
5 Hitung besar Nilai Frekuensi
6 Buat Kesimpulan
Konversi Daya AC Ke DC
Pendahuluan
Seperti yang diketahui dan dapat dinyatakan bahwa elektronika daya berarti teknologi
mengenai konversi dan kontrol daya listrik dengan menggunakan piranti semikonduktor daya
seperti dioda, tiristor, transistor dan sebagainya. Daya listrik yang dikontrol pada dasarnya tidak
lain dari energi listrik per satuan waktu. Daya listrik ini mempunyai nilai informasi, misalnya
frekuensi, jumlah fasa, tegangan, dan arus. Pada “konversi” daya listrik adalah penting untuk
mengubah nilai informasi sumber daya listrik sambil mengusahakan rugi-rugi daya pada nilai
minimum. Dalam hal ini yang penting adalah aliran energi dari sumber daya ke keluaran
(output), seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.1(a).
Gambar 3.1 Fungsi dasar tentang konversi dan kontrol daya listrik. (a) Konversi daya
listrik. (b) Pengontrolan daya listrik.
Hal yang sangat penting dalam “kontrol” daya listrik adalah aliran informasi dari
masukan kontrol (control input) ke keluaran. Jadi tidak begitu penting berapa daya listrik yang
dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.1(b). Contoh tentang konversi daya listrik adalah
penyearahan sederhana dari daya listrik ac ke dc. Namun jika diterapkan pengaturan
(adjustment) tegangan dan arus pada penyearahannya, maka ia mengandung baik konversi
maupun kontrol daya listrik.
Tegangan keluaran dari penyearah tidaklah betul-betul searah (dc murni atau pure dc)
atau rata/konstan/kontinu seperti keluaran baterai atau accumulator meskipun telah melalui
penyearahan. Hal ini perlu ditekankan lebih awal, sebab banyak orang yang mempunyai
persepsi yang keliru terhadap keluaran suatu penyearah, yang dalam persangkaannya adalah
dc rata padahal sebenarnya tidak. Dengan demikian, apakah keluaran suatu penyearah dapat
dinyatakan sebagai besaran sesaat ? Dapat saja, karena memang pada dasarnya besaran
tersebut masih berubah-ubah menurut waktu. Hal ini terjadi karena komponen semikonduktor
yang digunakan hanya bersifat melewatkan atau memblok saja tegangan sinusoidal di bagian
masukan komponen tersebut. Oleh karena itu dalam suatu keluaran penyearah terdapat dua
komponen, yaitu :
a. Komponen “searah” yang konstan/rata/kontinu yang disebut “komponen dc”.
b. Komponen “riak/ripel/kerut” yang disebut “komponen ac”.
Misalkan terdapat sebuah instrumen listrik yang dapat mengukur komponen dc saja dari
suatu besaran keluaran penyearah, maka instrumen tersebut menampilkan harga rata-rata
(average) dari besaran yang diukurnya.
Selanjutnya jika suatu instrumen dapat mengukur secara serempak komponen dc dan
komponen ac dari besaran yang diukurnya, maka instrumen itu menampilkan harga efektif atau
harga rms (root mean square) besaran tersebut.
Jika yang diukur adalah besaran tegangan, maka dapat ditulis :
2 2
2
Vrms = V dc + V ac .................................................................................. (3-1)
Menjadi suatu ketentuan bahwa besaran yang berubah menurut waktu (dan
dinamakan besaran sesaat) dilambangkan dengan huruf kecil, sedangkan
besaran yang konstan atau tidak berubah lagi nilainya dilambangkan dengan
huruf besar.
Hal lain yang perlu dibahas lebih awal adalah tentang masukan penyearah. Karena
penyearah adalah mengkonversi daya ac, maka masukannya dapat diasumsikan sebagai jala-
jala PLN, suatu keluaran catu-daya ac, atau sekunder suatu transformator yang mendapat
suplai dari jala-jala PLN, yang kesemuanya merupakan fungsi sesaat sinusoidal murni.
Berikut ini akan didefinisikan mengenai beberapa parameter yang penting dalam suatu
penyearahan.
1. vo = tegangan sesaat pada keluaran suatu penyearah/ konverter.
2. vac = tegangan riak sesaat yang terkandung dalam vo.
3. vs = tegangan sesaat pada masukan penyearah/konverter.
4. io = arus sesaat pada beban (atau yang dikeluarkan oleh penyearah/konverter).
5. is = arus sesaat pada input penyearah/konverter (atau yang dikeluarkan sekunder
transformator pada sisi input).
6. id = arus sesaat yang mengalir dalam dioda.
7. iT = arus sesaat yang mengalir dalam tiristor.
8. Mengenai harga rata-rata :
Vdc = harga rata-rata (average) dari vo.
Idc = harga rata-rata (average) dari io.
Is(av) = harga rata-rata (average) dari is.
Id = harga rata-rata (average) dari id.
IT = harga rata-rata (average) dari iT.
9. Mengenai harga efektif atau rms :
Vrms = harga efektif (rms) dari vo.
Vs = harga efektif (rms) dari vs.
Vac = harga efektif (rms) dari komponen riak pada vo.
Irms = harga efektif (rms) dari io.
Is = harga efektif (rms) dari is.
Id(rms) = harga efektif (rms) dari id.
IT(rms) = harga efektif (rms) dari iT.
10. Vm = harga maksimum tegangan masukan per fasa atau harga maksimum tegangan
sekunder transformator per fasa pada sisi masukan penyearah/konverter.
= 2
Vs.......................................................................................................... (3-2)
11. Pdc = daya keluaran penyearah/ konverter.
= Vdc . Idc...................................................................................................... (3-3)
12. Si = daya masukan penyearah/konverter atau daya yang disalurkan oleh sekunder
transformator pada masukan penyearah.
= Vs . Is untuk transformator satu-fasa................................................(3-4)
= 2 Vs . Is untuk transformator berkaki-tengah (centre-tap).................(3-5)
= 3 Vs . Is untuk transformator tiga-fasa.................................................(3-6)
Vdc I dc
13. = .............................................................................. (3-7)
Vrms I rms
14. FF = faktor bentuk (form factor)
Vrms
=
Vdc untuk besaran tegangan.......................................................(3-8)
I
= rms untuk besaran arus.........................................................................(3-9)
I dc
15. RF = faktor kerut/ripel/riak (ripple factor)
Vac
=
Vdc = (Vrms )2 1 untuk besaran tegangan.......................(3-10)
Vdc
I ac
=
I dc = ( I rms )2 1
untuk besaran arus.................................(3-11)
I dc
16. TUF = faktor penggunaan transformator (transformer utilization factor) atau faktor
kegunaan sisi input penyearah/konverter.
Is1 cos
=
........................................................................... (3-14)
1
Is
dalam hal ini :
Is1 = harga efektif (rms) dari is1.
19. HF = faktor harmonik (harmonic factor)
( I s )2 1
= ....................................................................... (3-15)
I s1
1 T
v dt
T o
Vdc = ..................................................................... (3-17)
0
23. Rumus harga efektif (rms) dari vo adalah :
1 T 2
Vrms = …………………………………………………… (3-18)
T vo dt
0
Dalam pembahasan penyearah maka biasanya diawali dari kasus beban yang bersifat
resistif murni kemudian dilanjutkan dengan kasus beban yang bersifat induktif. Penyearah
dengan beban yang bersifat kapasitif atau kapasitif murni tidak dibahas dalam bab ini
dikarenakan kenyataan bahwa hanya beban-beban yang bersifat resistif dan induktif yang
banyak dijumpai dalam praktek.
Dalam Gambar 3.2 diperlihatkan rangkaian-rangkaian penyearah satu-fasa.
Penyearah satu-fasa dapat dikelompokkan atas dua bagian yaitu :
a) Penyearah satu-fasa setengah-gelombang (half-wave single-phase rectifier) yang nama
lainnya adalah “penyearah pulsa-tunggal/satu-pulsa” (single/one-pulse rectifier).
b) Penyearah satu-fasa gelombang-penuh (full-wave single-phase rectifier) yang nama
lainnya adalah “penyearah pulsa-ganda” (double-pulse rectifier).
Penyearah satu-fasa gelombang-penuh dapat dikelompokkan lagi menjadi :
*) Penyearah satu-fasa kaki-tengah (single-phase centre-tap rectifier).
*) Penyearah satu-fasa jembatan (single-phase bridge rectifier).
Fungsi penyearahan dalam penyearah satu-fasa setengah-gelombang dilakukan oleh
sebuah dioda seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.2(a), untuk gelombang-penuh centre-tap
dilakukan oleh 2 (dua) buah dioda seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.2(b), dan untuk
gelombang-penuh jembatan dilakukan oleh 4 (empat) buah dioda seperti yang ditunjukkan oleh
Gambar 3.2 (c). Bentuk gelombang tegangan masukan dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.2 Rangkaian penyearah satu-fasa. (a) Setengah-gelombang. (b) Gelombang-
penuh centre-tap. (c) Gelombang-penuh jembatan.
t
π2π 3π4π
t t
π2π 3π4π π2π 3π 4π
Gambar 3.3 Bentuk gelombang tegangan masukan pada penyearah satu-fasa. (a) Untuk
rangkaian setengah-gelombang dan jembatan. (b) Untuk rangkaian centre-
tap.
ωt
π 2π 3π 4π
ωt
π 2π 3π 4π
ωt
π 2π 3π 4π
Gambar 3.4 Bentuk gelombang tegangan keluaran (vo), arus beban (io) dan arus masukan
(is) dari penyearah satu-fasa jembatan.
Vdc =
T dt
vo =
Vm sin t dt =
= ............ (3-24)
o o o
o
Vdc = 2Vs2
............................................................................ (3-26)
Vrms = Vs...................................................................................................... (3-27)
Selanjutnya :
Idc = V
dc 2Vs 2 ................................................................. (3-28)
R = R
V
Irms = rms = Vs ..................................................................... (3-29)
R R
Arus masukan yang sama dengan arus dioda adalah berbentuk setengah-gelombang, jadi :
1 I m cos t
Im Vm Vs 2
Is(av) = Id = = = = ...... (3-30)
2 I m sin t dt =
2
o R R
o
1 tsin 2t
Is = Id(rms) = 1
(I m sin t) 2 dt = Im 2 2 4
2
o
o
V
= ½ Im = m = Vs ....................................................... (3-31)
2R R 2
Gambar 3.6 tidak memperlihatkan bentuk gelombang arus yang lewat dalam pasangan dioda,
namunpun demikian harga rata-rata dan efektifnya dapat ditentukan. Arus beban sesaat
merupakan penjumlahan dari arus sesaat dalam pasangan-pasangan dioda, jadi id1 = id2 atau
id3 = id4 berbentuk setengah-gelombang searah. Oleh karena itu :
Vs 2.................................................................................................................
I = (3-34)
d
R
V
Id(rms) = s ............................................................................. (3-35)
R 2
Rumus harga rata-rata dan efektif dari besaran-besaran pada penyearah satu-fasa dapat dilihat
pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Rumus harga rata-rata dan harga efektif secara pendekatan dari
beberapa besaran pada penyearah satu-fasa berbeban resistif. [R =
resistansi beban, Vs = harga efektif tegangan masukan per fasa].
Setengah
Mengenai Centre-tap Jembatan
Gelombang
Vdc 0,4502 Vs 0,9003 Vs 0,9003 Vs
Vrms 0,7071 Vs Vs Vs
0,4502Vs 0,9003Vs 0,9003Vs
Idc
R R R
0,7071Vs Vs Vs
Irms
R R R
0,4502Vs 0,4502Vs 0,4502Vs
Id
R R R
0,7071Vs 0,7071Vs 0,7071Vs
Id(rms)
R R R
0,4502Vs 0,4502Vs
Is(av) 0
R R
0,7071Vs 0,7071Vs Vs
Is
R R R
Setengah
Centre-tap Jembatan
Gelombang
Mengenai
Eksak Approx. Eksak Approx. Eksak Approx.
Faktor
1,571 1,111 1,111
bentuk, FF 2 8 8
Faktor 1 1
2 4 1,211 1 2
2 16 0,483 2
2
16 0,483
kerut, RF 2 4 4
4 8 8
Efisiensi, 0,4053 0,8106 0,8106
2 2 2
2 2 4 2 8
TUF 0,2866 0,5732 0,8106
2 2 2
Faktor
puncak, 2 - 2 - 2 -
CF
PIV Vs 2 1,414 Vs 2Vs 2 2,828 Vs Vs 2 1,414 Vs
BERBEBAN INDUKTIF
Beban-beban induktif adalah beban-beban yang terdiri dari resistansi (R) dan induktansi
1
(L), atau terdiri dari R, L dan C dengan syarat 2fL > . Beban yang hanya mengandung L
2fC
saja disebut beban induktif murni; sedangkan beban yang mempunyai 2fL >> R atau (2fL -
1
) >> R disebut beban induktif tinggi atau “sangat” induktif (highly inductive).
2fC
Adanya sifat induktif dari beban akan memperhalus arus yang mengalir dalam beban.
Jadi fungsi induktansi dalam beban adalah sebagai penapis (filter) arus.
Penyearah Gelombang-Penuh Berbeban Induktif
Berbeda dari penyearah setengah-gelombang maka pada penyearah gelombang-penuh
(baik centre-tap maupun jembatan) berbeban resistif ini, arus beban selalu kontinyu (tidak
terputus). Gambar 3.8 memperlihatkan bentuk gelombang tegangan dan arus beban dalam
kondisi penyearah gelombang-penuh berbeban induktif.
ωt
π 2π 3π 4
π
ωt
Gambar 3.8 Bentuk gelombang tegangan keluaran (vo) dan arus beban (io) dari
penyearah satu-fasa gelombang-penuh berbeban induktif.
Persamaan untuk tegangan keluaran dalam Gambar 3.8 adalah :
t / tan
io = Vm sin(t ) 2 sin . e .................................. (3-37)
t / tan
Z 1
Sudut yaitu sudut yang menyebabkan terjadinya harga maksimum arus beban (Io(max)) dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
tan
(1 - e ) cos( - ) = 2 cos e tan ............................... (3-38)
.
Selanjutnya harga maksimum arus beban adalah sama dengan yang dinyatakan dalam
persamaan :
V sin
Io(max) = m ..................................................................... (3-39)
R
Pada t = , terjadi arus beban minimum (Io(min)), maka rumusnya adalah :
tan
2Vm sin . e
Io(min) = ........................................................ (3-40)
tan
Z (1 e )
Tabel Pengukuran
Pertanyaan:
1. Hitung Tegangan AC dan DC dari data pengukuran dengan Osiloscope
2. Gambar bentuk Gelombang
3. Harga efektif tegangan beban.
4. Perbandingan lilitan transformatornya.
5. PIV diodanya.
6. Harga rata-rata arus diodanya.
7. Harga efektif arus diodanya.
8. Daya semu (dalam VA) yang disuplai oleh transformator.
9. Buat Kesimpulan (bandingkan hasil pengukuran dan perhitungan)
PERCOBAAN 4. THYRISTOR
Pendahuluan
Susunan Tiristor
Tiristor mempunyai 3 buah terminal yaitu : anoda (A), katoda (K) dan gerbang (G).
Terminal A dan K disebut terminal daya (power terminal) dan terminal G biasanya disebut
terminal kontrol.
Gambar 4.1 memperlihatkan simbol dan struktur tiristor. Pada Gambar 4.1(b),
sambungan p-n yang pertama di dekat anoda dapat disebut J1, sambungan n-p di tengah
disebut J2 dan sambungan p-n di dekat katoda dapat disebut J3.
Gambar 4.1 Tiristor. (a) Simbol. (b) Susunan sebagai keping 4-lapis. (c) Susunan
sebagai ekivalensi 2 buah transistor.
Pada saat pembuatannya yang pertama kali dalam sekitar tahun 1957 oleh General
Electric, tiristor mempunyai kapasitas sekitar 10 A dan beberapa ratus volt saja. Namun
belakangan kapasitas tersebut sudah meningkat misalnya dengan arus 3000 A pada tegangan
4 kV sampai 8 kV.
Jika tiristor diberi tegangan yang menyebabkan anoda lebih positif dari katoda maka
sambungan J1 dan J3 terbias maju sedangkan sambungan J2 mendapat prategangan balik,
sehingga hanya ada arus bocor yang kecil yang mengalir dari anoda ke katoda. Pada keadaan
seperti ini, dikatakan bahwa tiristor berada dalam keadaan off atau “memblok maju” (forward
blocking), dan arus bocor yang mengalir itu disebut arus keadaan off dan disimbolkan dengan
IF. Karakteristik v-i dari suatu tiristor dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Jika tegangan anoda-katoda (VAK) dinaikkan ke suatu nilai yang cukup besar, maka
sambungan panjar mundur J2 akan mulai tembus. Peristiwa ini dikenal dengan nama “dadal
avalans” (avalanche break-down) dan tegangan VAK yang menyebabkannya dinamakan
“tegangan dadal maju” (forward break-down voltage, VBO). Karena sambungan J1 dan J3
memang sudah dalam keadaan terpanjar maju maka mengalirlah arus yang cukup (sufficient)
dari anoda ke katoda. Dikatakan bahwa tiristor tersebut berada dalam keadaan konduksi atau
on, dengan jatuh tegangan yang kecil saja (kira-kira 1 volt), asalkan arus tersebut lebih besar
dari apa yang disebut “arus gerendel” (latching current, IL).
Gambar 4.2 Karakteristik v-i dari suatu tiristor.
Persyaratan “arus gerendel” perlu sebab jika tiristor berada dalam rangkaian dan
terhubung dengan suatu beban, meskipun VAK telah mencapai nilai VBO maka kemungkinan
arus yang mengalir lebih kecil dari IL dikarenakan pengaruh beban tadi, sehingga tiristor tetap
berada dalam keadaan memblok maju. Disinilah perlunya gerbang tiristor disuplai dengan arus.
Dengan adanya arus gerbang, maka VAK tidak perlu mencapai VBO untuk menghasilkan arus
yang sekurang-kurangnya sama dengan IL. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Arus “gerendel” dapat didefinisikan sebagai arus anoda minimum yang dibutuhkan untuk
mempertahankan tiristor berada dalam keadaan on segera setelah tiristor diberi tegangan dan
signal gerbang telah ditiadakan. Sekali tiristor konduksi dengan arus yang lebih besar dari I L
maka ia akan tetap konduksi meskipun arus gerbang telah ditiadakan.
Jika tiristor yang sedang konduksi akan dipadamkan maka arusnya dikurangi sampai
berada di bawah suatu harga yang disebut “arus genggam” (holding current, IH). “Arus
genggam” dapat didefinisikan sebagai arus anoda minimum yang diperlukan untuk
mempertahankan tiristor tetap berada dalam keadaan konduksi. Nyatalah disini bahwa :
IH < IL...................................................................................... (4-1)
Jika tiristor diberi tegangan yang menyebabkan katoda lebih positif dari anoda maka
sambungan J2 terbias maju sedangkan sambungan J1 dan J3 terpanjar mundur. Pada keadaan
seperti ini, dikatakan bahwa tiristor berada dalam keadaan “memblok balik” (reverse blocking),
dan akan mengalir arus bocor yang sangat kecil yang disebut arus balik (reverse current) dan
disimbolkan dengan IR.
Berdasarkan Gambar 4.2 maka karakteristik v-i dari tiristor dapat dibagi ke dalam 4
daerah yaitu :
* Daerah memblok maju (forward blocking region).
* Daerah konduksi maju (forward conduction region).
* Daerah memblok balik (reverse blocking region).
* Daerah dadal avalans-konduksi balik (reverse conduction avalanche breakdown region).
Gambar 4.3 Model 2-transistor dari suatu tiristor. (a) Susunan dasar. (b) Rangkaian ekuivalen.
MENGHIDUPKAN TIRISTOR
Tiristor dapat di-on-kan dengan cara memperbesar arus anodanya. Hal ini dapat dicapai
dalam beberapa cara seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Cara Termal :
Jika suhu tiristor cukup tinggi maka pasangan elektron-lubang akan bertambah banyak,
jadi akan memperbesar arus bocor. Dengan bertambahnya ICBO1 dan ICBO2 maka IC1 dan IC2 dalam
persamaan (4-2) dan (4-3) akan bertambah pula dan pada akhirnya membuat 1 dan 2
bertambah. Akibatnya menurut persamaan (4-8) adalah bahwa IA menjadi besar sehingga
tiristor menjadi konduksi (on).
Pemberian Cahaya :
Jika suatu cahaya dibiarkan mengenai sambungan tiristor, maka pasangan elektron-
lubang juga akan meningkat. Jadi pada gilirannya tiristor akan konduksi.
Penerapan Tegangan yang Besar :
Jika tegangan yang diterapkan pada tiristor melebihi VBO maka arus bocor akan
meningkat dan cukup untuk membuat tiristor konduksi. Namun cara ini dapat bersifat merusak
jika tegangan yang diberikan terlalu besar.
Penerapan :
dV
Cara disini merupakan cara pemberian tegangan variabel ke anoda-katoda, namun
dt
dengan laju kenaikan yang cukup besar. Laju kenaikan tegangan anoda-katoda yang cukup
tinggi ini menyebabkan arus pemuatan pada sambungan (yang bersifat kapasitif pada gejala
peralihan) adalah cukup untuk meng-on-kan tiristor.
Pemberian Arus Gerbang :
Hal ini telah diuraikan sebelumnya dan diperjelas dalam Gambar 4.2. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyulutan (mentrigger) tiristor adalah :
a. Signal gerbang harus segera dihilangkan ketika tiristor sudah konduksi. Ini untuk
menghindari rugi-rugi daya yang berlebihan pada rangkaian gerbang tiristor.
b. Tidak boleh ada arus gerbang ketika tiristor dalam keadaan terpanjar mundur. Jika tidak
maka selanjutnya tiristor akan gagal beroperasi karena arus bocor yang terlalu besar.
c. Lebar dari pulsa arus gerbang harus lebih besar dari waktu yang dibutuhkan arus anoda
untuk mencapai arus genggam (holding current, IH).
Tabel Pengukuran
Tugas:
1. Hitung Vpp1 dan Vpp2
2. Bandingkan hasil pengukuran dan perhitungan
3. Buat Kesimpulan.
PERCOBAAN 5. TRIAC
Teori dasar
Secara fungsional sebuah TRIAC dapat dipandang sebagai gabungan dari sepasang
SCR dalam hubungan paralel-balik (reverse-parallel) atau anti-paralel dengan kedua
gerbangnya disatukan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.1.
*) Jika terminal T2 lebih positif terhadap terminal T1, maka TRIAC dijalankan dengan cara
memberi signal positif ke G (atau antara G dan T1).
*) Jika terminal T2 lebih negatif terhadap terminal T1, maka TRIAC dijalankan dengan cara
memberi signal negatif ke G (atau antara G dan T1).
Atas dasar cara kerja tersebut, TRIAC banyak digunakan pada pengendali tegangan
bolak-balik dalam jangkauan frekuensi antara 60 Hz sampai 400 Hz. Sebuah TRIAC
mempunyai biaya yang lebih murah dibanding dengan dua buah SCR yang terpasang paralel-
balik, namun ia juga mempunyai kelemahan sebagai berikut :
*) Apabila TRIAC telah padam maka kemampuan penerapan kembali dV/dt-nya (reapplied
dV/dt) agak buruk, jadi sukar digunakan pada beban induktif.
Prosedur Praktikum:
1. Buat rangkaian seperti gambar rangkaian percobaan di atas
2. Hidupkan dan atur Sumber power suplay sesuai nilai pada tabel di bawah
3. Masukan nilai pengukuran Arus (mA) dan Volt (V1), (V2) dan kondisi lampu pada
table
Tabel Pengukuran
1
2
3
4
5
Tugas
1. Hitung Vpp1 dan Vpp2
2. Bandingkan hasil pengukuran dan perhitungan
3. Buat Kesimpulan.