B. LANDASAN TEORI
Penguat awal merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk memperkuat sinyal
atau isyarat dari suatu sumber isyarat yang besarnya arus maupun tegangan masih lemah.
Demikian pula sering didapatkan bahwa hambatan keluaran atau impedansi keluaran dari
sumber isyarat cukup tinggi, sehingga isyarat akan kehilangan tegangannya atau terjadi
pembebanan pada rangkaian berikutnya apabila impedansi masukan rangkaian berikut rendah.
Untuk itu diperlukan suatu penguat awal yang mampu menjembatani antara sumber isyarat
dan penguat berikutnya dengan penguat awal sehingga sumber isyarat tidak kehilangan
tegangannya. Maka tegangan ini tidak akan terbaca oleh millivoltmeter yang orde impedansi
masukannya hanya puluhan kilo-ohm. Oleh karena itu diperlukan suatu penguat awal yang
mampu memperkuat sinyal dan sekaligus memiliki impedansi masukan yang tinggi
(Sumarna, 2015:30)
Biasanya penguat sumber isyarat dihubungkan dengan masukan melalui suatu
kapasitor penggandeng, agar arus panjar pada basis tidak masuk kedalam sumber isyarat.
Jika ini terjadi tegangan panjar transistor akan terganggu. Hal serupa juga pada keluaran,
yaitu untuk menghubungkan penguat dengan suatu beban. Disamping gandengan RC,
orang juga menggunakan gandengan langsung yang disebut gandenga DC dan gandengan
transformator (Nahvi, 2004 : 78).
The circuit of Fig. 4.51 provides stabilization both for leakage and current gain
(beta) changes. The four resistor values shown must be obtained for the specified
operating point. Engineering judgment in selecting a value of emitter voltage, VE, as in
the previous design consideration, leads to a direct straightforward solution for all the
resistor values (Boylestad dan Nashelsky, 1989:179).
Penguat operasioanal atau op amp (dari kata operational amplifier) adalah
penguat differensial dengan dua masukan dan satu keluaran yang mempunyai
penguatan tegangan yang amat tinggi, yaitu dalam orde 105. Dengan penguatan
yang amat tinggi ini, penguat operasional dengan trangkaian balikan lebih banyak
digunakan dari pada dalam lingkar terbuka
Pada masa kini op-amp dibuat dalam bentuk rangkaian terpadu atau IC (Integrated
Circuit), dimana dalam satu potong kristal silikon dengan luas kurang dari 1mm2
terkandung rangkaian penguat terdiri dari banyak transistro, dioda, resostor, dan
kadang-kadang kapasitor. Pemakaian op-amp amatlah luas meliputi bidang
elektronika audio, pengatur tegangan DC, tapis aktif, penyearah presis, pengubah
analog ke digital, dan digital ke analog, pengolah isyarat seperti cuplik-tahan, penguat
pengunci, pengintegral, kendali otomatik, komputer analog, elektronika nuklir, dan
lain-lain(Sutrisno. 1987. 117)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rangkaian disusun seperti pada gambar dibawah
2. Kaki basis B dari transistor dilipas, kemudian disambung dengna multimeter. Diukur
E. DATA HASIL
IB = 5,4.10-5 A
Ic = 2.7. 10-4 A
=5
2. Menentukan Tanggapan Amplitude Penguat Gandengan RC
F Vin i Vo
50 Hz 5V 1,4 V
100 Hz 5V 1,4 V
200 Hz 5V 1,57 V
300 Hz 5V 1,71 V
400 Hz 5V 1,78 V
500 Hz 5V 1,85 V
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaab yaitu penguat gandengan RC.
Penguat ganengan RC adalah penguat yang menggunakan rangkaian resistor da kapasitor.
Penggunaan suatu kapasitor penggandeng pada rangkaian ini adalah agar panjar masukan
yang memiliki bias tidak masuk ke dalam transistor. Jika bias masukan masuk maka
kinerja transistor akan terganggu, begitu juga pada pemberian resistor pada beban.
Parcobaan ini bertujuan untuk menentukan βdc transistor dan menyelidikai tanggapan
amplitude pada penguat gandengan RC.
Dari hasil percobaan menggunakan multimeter diddapat arus Ic yaitu 2.7. 10-4
mA dan arus basis yaitu 0,24 mA. Didapatlah hasil perbandingan yaitu βdc adalah
0,125.
Dari hasil percobaan, kami mendapat Vout yang lebih besar dari pada Vin.
Ini sesuai dengan fungsi penguat yaitu menguatkan keluaran (Vout) sehingga
lebih besar daripada masukan (Vin). Meskipun frekuensi masukan berbeda-
beda mulai dari 50 Hz hingga 500 Hz, tetapi Vin dan Voutnya relative sama
sehingga KV yang kami dapatkan pun relative sama pula. Dari hasil
pengukuran, Vin yang kami dapatkan adalah sebesar 1,4 V Vout sebesar 1,85
V. Maka didapat KV adalah sebesar 0.28, Sedangkan berturut-turut pada
frekuensi 200 Hz, 300 Hz, 400 Hz dan 500 Hz, kV yang diperoleh adalah
senilai 0,314; 0,342; 0,356; dan 0,37. Dari frekuensi 50 Hz sampai 500 Hz,
Vin Vout dan KV ini hamper sama nilainya. Ini berarti perubahan frekuensi
pada masukan tidak menimbulkan perubahan frekuensi atas Vout yang besar.
Dari hasil percobaan didapat semakin besar frekuensi semakin rapat
gelombangnya.
G. KESIMPULAN
1. Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penguat operasional
dengan IC 741 dapat digunakan dalam rangkaian AC maupun rangkaian DC.
𝐼𝑐
2. βdc transistor dapat ditentukan dengan rumus βdc =
𝐼𝑏
𝑉𝑜𝑢𝑡
3. Penguatan pada gandengan RC dapat dicari mengguakan formula KV = 𝑉𝑖𝑛
H. DAFTAR PUSTAKA
A. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat:
a. Merangkai rangkaian transistor dalam hubungan Darlington
b. Memahami prinsip kerja rangkaian transistor dalam hubungna Darlington.
c. Mengukur penguatan daya setelah melaui penguatan Darlington.
B. LANDASAN TEORI
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik disebut generator atau dinamo. Motor listrik dapat ditemukan pada
peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air dan penyedot
debu.
Motor arus searah,(motor DC) sebagaimana namanya, menggunakan arus
langsung yang tidak langsung/direct-unidirectional. Motor DC digunakan pada
penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau
percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas.
Ada tiga komponen utama dalam sebuah motor DC:
Kutub medan. Secara sederhada digambarkan bahwa interaksi dua kutub
magnet akan menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC
memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo yang menggerakan
bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki
dua kutub medan: kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi
membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan.
Untuk motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih
elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar
sebagai penyedia struktur medan.
Dinamo. Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi
elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as
penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil,
dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub,
sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi,
arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo.
Commutator. Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC.
Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo.
Commutator juga membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber
daya.
Jenis-jenis Motor DC adalah sebagai berikut :
a. Motor DC sumber daya terpisah/ Separately Excited
Jika arus medan dipasok dari sumber terpisah maka disebut motor DC sumber daya
terpisah/separately excited.
b. Motor DC daya sendiri/ Self Excited: motor shunt
Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara paralel
dengan gulungan dinamo (A). Oleh karena itu total arus dalam jalur merupakan
penjumlahan arus medan dan arus dinamo. Berikut tentang kecepatan motor shunt :
Kecepatan pada prakteknya konstan tidak tergantung pada beban (hingga torque
tertentu setelah kecepatannya berkurang,) dan oleh karena itu cocok untuk
penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin.
Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan
seri dengan dinamo (kecepatan berkurang) atau dengan memasang tahanan pada
arus medan (kecepatan bertambah).
Dalam motor seri, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara seri dengan
gulungan dinamo (A). Oleh karena itu, arus medan sama dengan arus dinamo. Berikut
tentang kecepatan motor seri (Rodwell International Corporation, 1997; L.M. Photonics
Ltd, 2002)
Transistor Darlington adalah rangkaian elektronika yang terdiri dari sepasang
transistor bipolar (dwi kutub) yang tersambung secara tandem (seri). Sambungan seri seperti
ini dipakai untuk mendapatkan penguatan (gain) yang tinggi, karena hasil penguatan pada
transistor yang pertama akan dikuatkan lebih lanjut oleh transistor kedua. Keuntungan dari
rangkaian Darlington adalah penggunaan ruang yang lebih kecil daripada rangkaian dua
buah transistor biasa dengan bentuk konfigurasi yang sama. Penguatan arus listrik atau gain
dari rangkaian transistor Darlington ini sering dituliskan dengan notasi β atau hFE
(Albert,1994 : 54).
Rangkaian transistor Darlington ditemukan pertama kali oleh Sidney Darlington
yang bekerja di Laboratorium Bell di Amerika Serikat. Jenis rangkaian hasil
penemuannya ini telah mendapatkan hak paten, dan banyak dipakai dalam pembuatan
Sirkuit terpadu (IC atau Integrated Circuits) chip. Jenis rangkaian yang mirip dengan
transistor Darlington adalah rangkaian pasangan Sziklai yang terdiri dari sepasang
transistor NPN dan PNP. Rangkaian Sziklai sering dikenal sebagai rangkaian
'Complementary Darlington' atau 'rangkaian kebalikan dari Darlington.Transistor
Darlington bersifat seolah-olah sebagai satu transistor tunggal yang mempunyai
penguatan arus yang tinggi. Penguatan total dari rangkaian ini merupakan hasil kali dari
penguatan masing-masing transistor yang dapat dipakai (Godse,.2009 : 123).
Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan untuk
diubah menjadi energi mekanik. Kumparan medan pada motor dc disebut stator (bagian
yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika
terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul
tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga
merupakan tegangan bolak-balik. Prinsip kerja dari arus searah adalah membalik phasa
tegangan dari gelombang yang mempunyai nilai positif dengan menggunakan
komutator, dengan demikian arus yang berbalik arah dengan kumparan jangkar yang
berputar dalam medan magnet. Bentuk motor paling sederhana memiliki kumparan satu
lilitan yang bisa berputar bebas di antara kutub-kutub magnet permanen. (Zukhri,
Zainudin.2007: 63-68)
An electric motor is a rotating machine which converts an electrical input power
into a mechanical power output. A generator converts a mechanical power input into an
electrical power output. Since one process is the converse of the other, a motor may e
made to operate as a generator, and vice versa. This duality of function is not confined
to dc machines. An alternator can be made to operate as a asynchronous ac motor and
vince versa. To demonstrate the conversuion process involed, let us reconsider two
simple cases that were met when dealing with electromagnetis induction. Although the
above examples involve linear movement of tht conductor, exactly the same principles
apply a rotating machine.
If a single loop coil is rotated between a pair of magnetic poles, chen a alternativy
emf is induced into it. This is the principle of a simple from of alternator. Of course, this
ac output could be converted to dc by employing a rectifier circuit. Indeed, this is
exactly what is done with vehicle electrical system. However, in order to have a trutly
de machine, this rectification process needs to be automatically accompushed within the
machine it self. This process is achived by means of a commutator, the principle and
action of wich will now be described.
All of the dc generator so far described could be operated as motors provided that
they were connected to an appropriate dc supply. When the machine is used as a motor,
the armature generated enf is referred to as the back emf, en whisch is directly
proportional to the speed of rotation. However, the speed is inversely proportional to
the field flux.
In addition, the torque produced by the machine is proportional to both the flux
and the alternature current. (Robertson, Christopher R.1993: 233-241)
D. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Merangkai rangkaian sebagai berikut
3. Menghubungkan kutub(+) power supply kekaki Vin dan kutub (-) power suppy ke-
kaki end.
E. DATA HASIL
Vin Power Supply Vin Terukur Vout Terukur
9v 1.4 v 0.8 v
F. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, kelompok kami melakukan praktikum tentang Penggerak
Motor Searah Dengan Penguat Darlington, dimana kegiatan ini dilakukan agar
praktikkan dapat merangkai rangkaian Transistor dalam hubungan Darlington dan dapat
mengukur penguatan daya setelah melalui penguat Darlington, seperti yang kita ketahui
bahwa Pengut Darlington adalah penguat arus listrik yang menggunakan transistor yang
menghasilkan Output keluaran lebih tinggi daripada inputnya.
Setelah itu kami menghubungkan kutub positif dan kutub negative baterai
kemudian kami menghubungkan ke multimeter yang telah diatur dan dikalibrasi, lalu
kami mengamati tegangan yang terukur untuk mendapatkan Viinya. Setelah itu kami
memindahkan multimeter ke posisi Vout rangkaian dan mendapatkan hasil Voutnya,
kemudian kami mengamati hasil secara literature dan praktikum.
Setelah diukur dengan multimeter, tegangan masukannya yaitu 1,4 volt, sedangkan
setelah diukur lagi dengan multimeternya keluarannya atau Voutnya yaitu 0.8 volt,
terjadi penurunan tegangan. Menurut literature, seharusnya tegangan output lebih besar
daripada tegangan input, tetapi kami sebaliknya, tegangan input lebih besar daripada
tegangan output, sehingga mengakibatkan percobaan kami gagal dan menunjukkan
adanya kesalahan yang dilakukan oleh praktikkan.
Kami mendapatkan hasil -75% ini berarti menunjukkan bahwa hasil negatif
merupakan pelemahan sebesar 75%, hasil yang kami dapatkan bukan penguatan, tetapi
pelemahan dari rangkaian Darlington. Berdasarkan literature, hasil penguatannya tidak
bernilai negative dan Vout lebih besar daripada Vin, tetapi karena praktikum kami terjadi
kesalahan, maka terjadi sebaliknya. Kesalahan yang kami alami ini dikarenakan kurang
pahamnya materi praktikum oleh praktikkan, faktor alat yang kurang mendukung,
kesalahan dan selisih baca ketelitian skala ukur multimeter yang dilakukan praktikkan
dan waktu yang terbatas, sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam praktikum
yang kami lakukan. Kemudian, secara teori, baterai yang kami gunakan adalah 1.5 volt,
tetapi dalam praktikumnya kami mengukur sebesar 1,4 volt, artinya ada hambatan dalam
yang mempengaruhi tegangan yang masuk, ini dikarenakan faktor alat yang memiliki
hambatan, seperti multimeter dan lainnya.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan terdapat bebearapa kesimpulan, yaitu
sebagai berikut :
1. Penguat darlinton adalah penguat yang menggunakan dua transistor yang sama dan
dihubung secara seri.
2. Rangkain darlington memiliki keunggulan yakni tidak memakan tempat.
3. Persentase penguat darlington dapat dihitung yaitu dengan rumus
Vout Vin
%KV = 100%
Vin
H. DAFTAR PUSTAKA
Albert, Paul dan Tjia.1994. Elektronika Digital Komputer Dan Pengantar Komputer Jilid 2.
Jakarta : Erlangga
Godse, Atul.P.2009. Digital Logic Circuit. Technical Department Of Electronics Engg : Publication
Pune
Robertson, Christopher R.1993. Electronic Devices and Circuit Theory. Amerika Serikat : Prentice
Hall
Zukhri, Zainudin.2007. Prinsip Kerja Motor DC. Yogyakarta : Gava Media
PENGUAT OSILATOR
A. TUJUAN
a. Untuk membuktikan rangkaian osilator bisa merubah arus DC ke AC
b. Untuk menghitung frekuensi keluarannya
c. untuk menentukan sudut pergeseran fasa pada rangkaian osilator
B. LANDASAN TEORI
Osilator merupakan piranti elektronika yang menghasilkan kekuaran berupa isyarat tegangan.
Bentuk tegangan isyarat terhadap waktu ada bermacam-macam yaitu bentuk sinusoida, persegi, segitiga,
gigi gergaji atau denyut. Osilator berbeda dengan penguat oleh karena penguat memerlukan isyarat
masukan untuk menghasikan isyarat keluaran. Pada osilator tak ada isyarat masukan hanya ada isyarata
keluaran saja yang frekuensi dan mapitudonya dapat dikendalikan (Sutrisno. 1987: 153).
Osilator yaitu suatu rangkaian elektronika yang dapat membangkitkan getaran listrik
dengan frekuensi tertentu dan amplitude tetap. Dasar dari sebuah osilator yaitu sebuah
rangkaian penguat dengan system feedback, yaitu sebagian sinyal keluaran yang dikembalikan
lagi kemasukan dengan phase dan tegangan yang sama sehingga terjadi osilasi yang terus
menerus. Adapaun beberapa bagian yang menjadi syarat untuk sebuah osilator supaya terjadi
osilasi yaitu adanya rangkaian penguat, rangkaian feedback dan rangkaian tarik circuit.
Rangakian feedback yaitu suatu rangkaian umpan balik yang sebagian sinyal keluarannya
dikembalikan lagi kemasukan, hal ini salah satu system supaya terjadinya tegangan dan phase
yang sama antara input dan output, juga menjadi salah satu syarat penting terjadinya osilasi
pada sebuah rangkaian osilator (Malvino. 1993: 93-94).
Osilator adalah suatu gabungan dari alat elemen aktif dan pasif untuk menghasilkan
bentuk gelombang sinusoidal atau bentuk gelombang periodicnya. Suatu osilator memberikan
tegangan keluaran dari suatu bentuk gelombang diketahui menggunakan sinyal masukan dari
luar( Chattopaday, 1998:256)
D. PROSEDUR KERJA
1. Dibuat rangkaian seperti pada gambar
2. Dihitung Fout dan dicatat pada tabel pengamatan.
3. Digambar bentuk gelombang keluaran yang terlihat pada osiloskop.
4. Diulangi langkah 1 sampai 3 degan mengganti nilai RB dan C1 sesuai dari tabel yang
diberikan.
5. Dihitung frekuensi keluaran dengan menggunakan formula Fout = 1,49 / (RA + RB)C1
6. Diukur frekuensi keluaran Fout menggunakan osiloskop.
E. DATA HASIL
DIV TIME/DIV F
4.8 5 41.67Hz
G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :
4. Inverter adalah suatu perangkat elektronikayang mengubah arus DC ke AC
5. Untuk mencari frekuensi
1 1
𝐹= =
𝑇 𝑇𝑖𝑚𝑒/𝐷𝑖𝑣
6. Diagram lissajour yaitu gambar pada layar osiloskop yang menunjukan perbedaan beda fase
frekuensi daan amplitude dari dua gelombang.
7.
H. DAFTAR PUSTAKA
Chattopaday. 1880. Dasar elektronika. Jakarta : Universitas Indonesia
Hartz Electronics. 1993. Diktat Teknik Digital. Jakarta: Hertz Electronic and Computer
Institute
James, Amos. 2000. Principles ofTransistor Circuits. Ninth Edition. London: S. W. Amos and M. R.
James 200
A. TUJUAN
Mendemonstrasikan bagaimana sebuah op-amp inverting (membalik) digunakan sebagai
penguat dalam satuan rangkaian DC dan AC sederhana
B. LANDASAN TEORI
Penguat operasional pertama kali dibuat pada tahun 1940-anj dengan menggunakan tabung-
tabung hampa yang berungsi untuk menjalankan operasi- operasi matematika seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pendiferensasian, serta pengintegrasian secara
listrik yang memungkinkan diperolehnya solusi dari persamaan-persamaan differensial dengan
menggunakan computer-komputer analog generasi awal. Op-Amp modern dipabrikasi dengan
menggunakan teknik-teknik rangkaian terintegrasi (IC) yang membuat op-Amp ini memiliki
ukuran yang jauh lebih kecil, memiliki kehandalan yang lebih tinggi serta mengonsumsi daya
lebih sedikit, disbanding dengan Op-Amp tempo dulu (Hayt, 2005:151).
Satu penguat operasional atau operational amplifier dipaparkan Blocher (2004 : 157) sering
disingkat dengan op-amp, biasa dikenal dengan sebuah IC, dimana banyak transistor digabungkan
dalam satu kristal semikonduktor. Rangkaian op-amp dalam IC modern merupakan pendekatan
yang baik untuk sifat op-amp ideal. Sifat dari suatu op-amp ideal dijelaskan sebagai berikut :
Satu op-amp merupakan suatu penguat differensial dengan penguat yang tak berhingga. Satu
penguat differensial adalah satu penguat yang mempunyai dua masukkan dan voltase pada
keluaran tergantung dari perbedaan potensial antara kedua masukkannya. Berarti terdapat
persamaan sebagai berikut :
Voutput = (V input 1 – V input 2), dimana A adalah factor penguatan.
Karena penguatan A dari op-amp tak berhingga, maka terdapat persamaan untuk op-amp
V output = (V input 1 – V input 2) ∞
Dari persamaan di atas, bahwa besar dari output menjadi positif tak berhigga ketika input 1 lebih
besar daripada inpit 2 dan besar output menjadi negative tak berhingga ketika input 1 lebih kecil
daripada input 2. Berarti ketika input 2 tinggi, output rendah, sebab itu input 2 disebut inverting
input atau masukkan membalik (-), ketika input 1 tinggi, output tinggi, sebab itu input 1 disebut
non-inverting input atau masukkan tak membalik (+).
Sifat-sifat lain dari op-amp ideal adalah sebagai berikut
- Tidak ada arus yang masuk atau keluar dari masukkannya, berarti resistivitas masukkan Ri =
∞.
- Resistivitas keluaran sebesar Rout = 0.
- Penguat op-amp tak berhingga.
- Tegangan keluaran hanya bergantung dari selisih voltase pada masukkan dan tidak bergantung
dari potensial Bersama pada kedua masukkan.
Dalam keadaan ini dikatakan titik a dan b dalam keadaan hubungan singkat maya.
Selanjutnya Karena titik b dihubungkan panah, titik a dikatakan berada pada tanah maya. Oleh
karena titik a dan b ada dalam keadaan hubung singkat maya dan b pada tanah, maka titik a ada
pada tanah maya. Tegangan isyarat pada titik a mendekati nol, akan tetapi titik a terpisah dari
tanah oleh hambatan masukkan Rid yang besar. Oleh adanya hambatan dalam antara masukkan
membalik dan membalik besar maka I2 = 0 , sehingga I1 ≅ I3 . kedua hal ini yaitu bahwa kedua
masukkan op-amp ada dalam keadaan hubung singkat maya dan bahwa arus isyarat yan masuk
ke dalam op-amp amat kecil sehingga dapat diabaikan merupakan prinsip dasar berpikir terhadap
cara kerja rangkaian yang mengandung op-amp (p. 120) (Sutrisno, 1986 : 199).
Penggunaan umum dari op-amp, seperti invertin dan non-inverting diuraikan Surjono
(2011 : 62) yaitu :
1. Penguat Inverting
Penguat inverting berarti suatu penguat yang keluarannya selalu berlawanan fasa dengan
masukannya.
Dengan memperhatikan karakteristik Op-Amp ideal, maka pada titik v- dengan hukum
Kirchoff:
𝑉0 𝑅2
𝐴= =−
𝑉𝐼 𝑅1
2. Penguat Non-inverting
Penguat non-inverting berarti suatu penguat yang keluarannya tidak berlawanan fasa dengan
fasa masukkannya.
𝑅2
𝐴=1+
𝑅1
Dengan memperhatikan persamaan ini, terlihat bahwa keluaran penguat non-inverting selalu
lebih besar dari satu.
The first one with two grounded ports will be called operationalinverting amplifier (OIA).
The second one with the input port floating and output port floating will be called operation
current amplifier (OCA). Finally, the fourth one with both ports floating will be called operational
floating amplifier (OFA) (Huijsing, 2009:2).
Karakteristik op-amp dijelaskan Fauzi (2005 : 61) memiliki 2 buah terminal input dan satu
terminat output. Suatu sinyal yang dihubungkan pada terminal inverting (-) akan menghasilkan
keluaran yang berbeda 1800 dari sinyal masukkan tersebut. Jika dihubungkan dengan terminal non-
inverting (+), maka sinyal keluarannya dan masukkan akan sefase.
Penguatan umpan balik umumnya digunakan pada rangkaian penguat umpan balik
diklarifikasikan sebagai inverting, non-inverting.
1. Penguat inverting
Untuk menghitung penguatan dari rangkaian, op-amp diasumsikan bekerja ideal. Oleh
Karena itu Ii dianggap nol. Sehingga :
𝐼𝑓 = 𝐼𝐼
𝑉0 𝑉𝐼
− =
𝑅𝐹 𝑅𝐼
𝑉0 𝑅𝐹
𝐴= =−
𝑉𝐼 𝑅𝐼
2. Penguat non-inverting
Untuk menentukan penguatan diasumsikan arus yang melalui Ri dan Rf adalah sama. Maka
𝑉0 − 𝑉𝐼 𝑉𝐼
=
𝑅𝑓 𝑅𝐼
𝑉0 𝑅𝐹 + 𝑅𝐼
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝐴 = =
𝑉𝐼 𝑅𝐼
𝑅𝐹
𝐴=1+
𝑅𝐼
1. Power supply
2. Voltmeter
3. Osiloskop
4. Signal generator
5. IC 741
6. Potensiometer
7. Breadboard dan kabel
jumper
D. PROSEDUR KERJA
1. Rangkai alat seperti pada gambar, gunakan baterai 1,5 V sebagai sumber tegangan.
E. DATA HASIL
1. Rangkaian Penguat DC
Vin Vout
0,1 V 10 V
0,15 V 10 V
2. Rangkaian Penguat AC
Vin Vout
0,1 10 V
Vpp
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kami melakukan percobaan mengenai penguat operasional inverting
yang digunakan sebagai penguat dalam rangkaian AC dan DC. Namun, dikarenakan kerusakan
pada alat dan komponen yang digunakan sehingga percobaan yang kami lakukan tidak
memperoleh data. Maka dari itu, kami menggunakan referensi lain untuk memperoleh data
percobaan ini. Dengan Vin 0,1 V dan 0,15 V dengan Vout yang didapat 10 Vpada ranggkain DC.
Serta Vin 0,1 Vpp dengan Vout yang diperoleh yakni 10 V.
Sedangkan berdasarkan data hasil percobaan lengkap yang kami peroleh dari referensi
lain, pada penguat inverting dengan satu masukkan Vcc = 15V, Vcc = -15V, Rin = 1 kΩ, dan Rf
= 2k2Ω, 3k3Ω, 4k7Ω, 5k6Ω, dengan Vin = 2V, 3V, 4V, 5V dengan input DC. Dengan
menggunakan persamaan
𝑅 𝑉 𝑅
𝑉𝑜 = 𝐹 𝑥𝑉𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝐴 = 0 = 𝐹 maka diperoleh data seperti pada table yang dilampirkan. Dari
𝑅𝐼 𝑉𝐼 𝑅𝐼
data yang diperoleh dapat dilihat bahwa semakin besar Rf yang digunakan maka penguatan
tegangan akan semakin besar.
Pada percobaan rangkaian penguat inverting dengan dua masukkan, dikarenakan osiloskop
yang digunakan ada kerusakan, sehingga data yang diperoleh kurang tepat. Seharusnya hasil Vo
akan semakin kecil jika R2 diganti lebih besar.
Dari table data kedua percobaan rangkaian, dapat dilihat bahwa penguatan yang terjadi
pada rangkaian penguat inverting nilainya bisa lebih kecil dari 1 (Av < 1) ketika nilai R2 lebih kecil
daripada nilai R1, dan penguat inverting nilainya bisa lebih besar dari 1 (Av > 1) jika nilai R2 lebih
besar dari R1 ( R2 > R1). Rangkaian penguat inverting akan menerima arus atau tegangan dari
transduser sangat kecil dan akan membangkitkan arus atau tegangan lebih besar.
G. KESIMPULAN
H. DAFTAR PUSTAKA
Blocher. 2004. Dasar Elektronika. Jakarta : ANDI.
Fauzi, dkk. 2005. Buku Ajar Elektronika Dasar. Surabaya : UNAIR.
Hayt, William H dkk. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta: Erlangga
Huijsing, Johan dkk. 2009. Low Voltage Operational Amplifier with Raito Rail Input and
Output Ranges. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Surjono, H. D. 2009. Elektronika Lanjut. Jember : Cerdas Ulet Kreatif. Sutrisno. 1987.
Elektronika Teori dan Penerapannya. Bandung : ITB.
RANGKAIAN GERBANG LOGIKA
(OR, AND, NAND, DAN NOR)
A. TUJUAN
1. Dapat mengenal beberapa IC yang mengandung gerbang logika;
2. Dapat membuat rangkaian gerbang logika dengan menggunakan IC gerbang logika;
3. Dapat membuat tabel kebenaran untuk rangkaian gabungan gerbang logika dibuat
dengan IC gerbang logika.
B. DASAR TEORI
Elektronika digital bekerja berdasarkan dua jenis keadaan yaitu high (tinggi)
dan Low (rendah). Berbeda dengan sinyal analog yang bersifat kontinyu, sinyal digital
berupa pulsa dan sifatnya diskrit. Pada pengertian logika positif, kondisi high
disimbolkan 1 dan kondisi low disimbolkan 0. Sistem bilangan yang digunakan dalam
elektronika digital adalah sistem bilangan biner, sedangkan matematika yang
digunakan dalam perancangan sistem digital adalah Aljabar Boolean dan kaidah De
Morgan. Pada gerbang AND, output akan high hanya jika semua input (jumlah input
minimal 2) bernilai high.
1. Pola gerbang AND akan menghasilkan output high jika semua input bernilai high.
Input Output
A A B Y
Output Y = A.B 0 0 0
Input
0 1 0
1 0 0
B
1 1 1
Gambar 1.1
2. Pola gerbang OR akan menghasilkan output low jika semua input bernilai low.
Input Output
A A B Y
Output Y = A+B
Input 0 0 0
B 0 1 1
1 0 1
Gambar 1.2 1 1 1
3. Gerbang AND dan OR juga dapat dikombinasikan. Contoh kombinasi AND dan
OR adalah sebagai berikut :
Rangkaian Tabel kebenaran
Input Output
A
A B C Y
B
Input
Output 0 0 0 0
0 0 1 1
C Y = (A.B) + C
0 1 0 0
Gambar 1.3
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 1 1
Sebuah gerbang logika, kita dpat merancang dan mendisain suatu system digital
yang akan dikendalikan level masukan digital dan menghasilkan sebuah tanggapan
keluaran tertentu berdasarkan rancangan-rangkaian logika itu sendiri (Widjanarka, 2006:
22).
Gerbang logika yang kini sering dipakai berasal dari IC logika seperti 74XX dan
40XX. Satu IC yang berisi 4 sampai 8 gerbang logika kini hanya beberapa ribu rupiah.
Namun IC yang dibuat dengan teknologi tinggi seperti processor Pentium, memiliki
berjuta-juta gerbang logikasehingga harga tiap-tiap gerbang logika menjadi hanya
beberapa rupiah. Semua chip kompleks yang melakukan pemrosesan sinyal secara
digital dapat dipastikan menggunakan gerbang logika pada detail desain rangkaiannya.
Gerbang logika NOT, NAND dan NOR adalah gerbang logika dasar pada teknologi
CMOS, sedangkan gerbang logika NOT, NAD dan OR adalah gerbang logika yang
diturunkan dari gerbang logika dasar tersebut. Hal ini disebabkan karena pada proses
pembuatan NAND lebih sedikit jumlah transistor yang dipakai sehingga lebih sederhana
daripada AND, begitu pula dengan NOR (Budiharto, 2006: 193-194).
Gerbang AND
Gerbang AND disebut juga sebagai pintu DAN. Gambar dari gerbang
AND adalah sebagai berikut:
Gambar: Gerbang OR
P dan Q adalah masukan, sedangkan F adalah keluaran, F akan bernilai 1 (satu)
jika nilai P dan Q adalah 1 (satu) atau ke dua masukan adalah 1 (satu). Tabel
kebenaran gerbang OR yaitu:
Gerbang NOT
Gerbang NOT disebut juga sebagai pintu TlDAK. Gambar dari gerbang
NOT adalah seperti gambar 3 berikut:
Gerbang NOR
Gerbang NOR adalah merupkan gabungan dari dua buah gerbang logika
yaitu NOT dan OR sehingga gerbang NOR disebut juga sebagai pintu TIDAK
ATAU. Gambar dari gerbang NOR adalah seperti pada gambar 5 berikut:
Pada diagram rangkaian logika, biasanya daya tidak dicantumkan. Dalam aplikasinya gerbang
logika adalah blok-blok penyusun dari perangkat kelas elektronik. Gerbang logika ini dibuat dengan
menggunakan transistor. Seberapa banyak transistor yang dibutuhkan tergantung dari bentuk gerbang
logika. Dasar pembentukan gerbang logika adalah tabel kebenaran (truth table) (Yulkifli, 2015:19).
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Rangkaian dibuat seperti pada gambar ( OR, AND, NAND, dan NOR)
Gambar 3. Rangkaian Gerbang OR menggunakan IC 74LS32
E. DATA HASIL
1. Rangkaian gerbang logika sederhana (OR dan AND)
a. Tabel kebenaran gerbang OR
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
F. PEMBAHASAN
Gerbang NOR dapat berlaku sebagai inverter (percobaan 1) berdasarkan
teori dan terbukti dengan percobaan menggunakan IC7427 dengan input yang
diberikan memiliki kondisi low maka output yang dihasilkan memiliki kondisi high.
Sebaliknya, input yang diberikan dalam kondisi high output yang dihasilkan
memiliki kondisi low.
Gerbang NOR dengan menggunakan tiga input pada satu IC7427 (percobaan
2) juga memiliki sifat sebagai inverter. Dalam percobaan, dengan meninjau dua
input terlebih dahulu (input B dan C) apabila menghasilkan output low dan bertemu
dengan input C yang memiliki kondisi low pula, output yang dihasilkan akan berada
dalam kondisi high. Apabila (input B dan C) menghasilkan output low dan bertemu
dengan input C yang memiliki kondisi high, output yang dihasilkan akan berada
dalam kondisi low. Apabila (input B dan C) menghasilkan output high dan bertemu
dengan input C yang memiliki kondisi low, output yang dihasilkan akan berada
dalam kondisi low. Sedangkan apabila (input B dan C) menghasilkan output high
dan bertemu dengan input C yang memiliki kondisi high pula, output yang
dihasilkan akan berada dalam kondisi low.
Gerbang NOR dengan menggunakan dua IC7427 menghasilkan tabel
kebenaran yang sama dengan menggunakan satu IC7427 yang memiliki input
ganda. Dalam percobaan, kami menggunakan satu IC7427 hanya saja output akhir
yang dihasilkan kami gunakan kembali sebagai input pada IC yang sama. Output
gerbang NOR yang dihasilkan pada percobaan ini juga memiliki sifat inverter.
Dengan meninjau tiga input pada IC7427 seperti percobaan 2 yang menghasilkan
output high, kemudian output tersebut menjadi input untuk Pin 11 dalam IC7427
yang sama dan bertemu dengan output dari kedua pin yang lain (9 dan 10 yang di-
ground-kan) maka output akhir yang dihasilkan akan memiliki kondisi low. Apabila
tiga input pada IC7427 seperti percobaan 2 yang menghasilkan output low,
kemudian output tersebut menjadi input untuk Pin 11 dalam IC7427 yang sama dan
bertemu dengan output dari kedua pin yang lain (9 dan 10 yang di-ground-kan) maka
output akhir yang dihasilkan akan memiliki kondisi high.
Kemudian output akhir dari IC7404 tersebut digunakan sebagai input untuk
IC7427. Dengan meninjau input Pin 1 (kondisi low) dan input pin 3 (kondisi low)
yang menghasilkan output berturut-turut Pin 2 (high) dan Pin 4 (high). Kemudian
kedua output tersebut menjadi input untuk IC7427 masing-masing output Pin 2
menjadi input Pin 3 dan output Pin 4 menjadi input untuk Pin 4 dan 5 ketika
melewati IC7427 akan menghasilkan output dengan kondisi low. Apabila kondisi
dari Pin 1(low) dan Pin 3 (high) atau sebaliknya akan menghasilkan output Pin
2(high) dan Pin 4 (low) atau sebaliknya, sehingga saat melewati IC7427 akan
menghasilkan output dengan kondisi low. Sedangkan apabila kedua kondisi dari Pin
1 high dan Pin 2 high akan menghasilkan output Pin 2 dan Pin 4 low, maka saat
melewati IC7427 akan menghasilkan kondisi high.
G. KESIMPULAN
H. DAFTAR PUSTAKA
Budiharto, Widodo. 2005. Belajar Sendiri Membuat Robot Cerdas.
Jakarta: PT Elex Media
Godse, Atul.P.2009. Digital Logic Circuit. Technical Department Of Electronics Engg
: Publication Pune
Pertumpun, Gurusinga. 2009. Pembuatan Tabel Kebenaran Gerbang logika dengan
Menggunakan Sistem Kecerdasan Buatan. Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik
LIMITS. Vol 05 No IV. September 2009
Widjanarka, Wijaya. 2006. Teknik Digital. Jakarta: Erlangga Yulkifli. 2014.
Elektronika Digital. Padang: Universitas Padang
SENSOR DAN TRANSDUSER
A. TUJUAN
Praktikum mengenai “Sensor dan Transduser” bertujuan untuk:
1) Mengetahui definisi sensor ultrasonik, memahami macam dan fungsi sensor ultrasonik.
2) Memahami kakarakteristik sensor ultrasonik.
3) Mengukur tanggapan sensor ultrasonik.
B. DASAR TEORI
Sensor adalah suatu alat yang mengubah besaran fisika menjadi besaran listrik. Salah satu
jenis sensor adalah sensor jarak. Sensor jarak yang paling baik adalah Sharp GP2YOA2 yang
memiliki IR alternatif. Interfacing keluaran analog yang tunggal dapat dihubungkan untuk suatu
analog-to-digital untuk mengambil pengukuran jarak atau keluaran dapat dihubungkan untuk suatu
pembanding untuk pendeteksian ambang pintu (Santoso dkk, 2013:17).
Menurut Syam (2013:13), sensor adalah elemen sistem yang secara efektif berhubungan
dengan proses dimana suatu variable sedang diukur dan menghasilkan suatu keluaran dalam
bentuk tertentu tergantung padda variable masukannya dan dapat digunakan oleh bagian sistem
pengukuran yang lain untuk mengenali nilai-nilai variable tersebut, sebagai contoh adalah sensor
termokopel yang memiliki masukan berupa temperature serta keluaran berupa gaya gerak listrik
(GGL) yang kecil. GGL yang kecil ini oleh bagian sistem pengukuran yang lain dapat diperkuat
sehingga diperoleh pembacaan pada alat ukur.
Sensor dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti automobile, mesin, kedokteran,
industri, robot atau aerospace. Dalam lingkungan robotika dan sistem kontrol, sensor member
fungsi seperti layaknya mata, hidung, telinga maupun lidah yang kemudian akan diolah oleh
kontroler sebagai otaknya. Berikut adalah beberapa sensor yang dapat dijumpai di lapangan
menurut Setiawan (2009:7-8):
a) Sensor proximity
Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target jenis
logam dengan tanpa adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis solid-
state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan
korosif yang berlebihan. Sensor proximity dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan pada
objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar.
b) Sensor Magnet
Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magnet
dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi
(on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini
dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun
uap.
c) Sensor Sinar
Sensor sinar terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar adalah alat sensor sinar yang
mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan
menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan tegangan. Demikian pula dengan
Fotokonduktif (fotoresistif) yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-
selnya, semakin tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai
tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan
karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target
pemantulnya, yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.
d) Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini
menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan
waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan
dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak
atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera diantaranya adalah:
objek padat, cair, butiran maupun tekstil.
Transduser merupakan salah satu komponen yang sangat penting sebagai sumber inovasi baru
untuk peralatan modern. Pemantauan yang dilakukan transduser melibatkan unsur mekanik untuk
merubah menjadi informasi elektris, atau bahwa gejala itu sendiri bersifat mekanik sehingga untuk
merubahnya menjadi informasi listrik dibutuhkan rekayasa tertentu.
Secara umum, gerak mekanik sangat mudah diubah dalam bentuk perubahan medan magnet
pada suatu kumparan, sehingga menimbulkan arus listrik yang besarnya sesuai dengan besamya
gejala yang dipantau. Dengan prinsip ini, dapat dipahami mekanisme transduser gempa, transduser
kecepatan mobil, dan sebagainya (Yandi, 2014: 3).
Percobaan 2
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, praktikan melakukan percobaan mengenai “Sensor dan Transduser”.
Sebelum praktikum sebaiknya praktikan memahami sensor dan transduser terlebih dahulu. Sensor
adalah suatu alat yang mengubah besaran fisika menjadi besaran listrik (Santoso dkk, 2013: 17).
Sensor ini dapat menghasilkan variable tertentu menjadi satuan analog sehingga dapat dibaca
rangkaian elektronika, sedangkan transduser adalah alat yang dapat diberi input dari besaran fisika
lau diubah menjadi besaran fisika lainnya.
Percobaan yang dilakukan adalah sensor ultrasonic dengan menggunakan HC-SRO4. Sensor
ultrasonic merupakan perangkat elektronika yang dapat mengubah energi mekanik berupa
gelombang suara elektronik menjadi energi listrik. Sensor ini bekerja berdasarkan pantulan
gelombang suara, kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu sebagai
penginderaannya (Setiawan, 2009:8).
HCSRO4 merupakan sensor ultrasonik yang dapat digunakan untuk mengukur jarak antara
penghalang dan sensor. Komponen utamanya adalah ultrasonic transmitter dan ultrasonic
receiver. Waktu tempuh gelombang ultrasonik dari pemancar hingga sampai ke penerima
sebanding dengan dua kali jarak antara sensor dan bidang pantul.
Prinsip pengoperasian HCSRO4 diawali dengan pemberian pulsa low (0) ketika modul mulai
dioperasikan, kemudian berikan pulsa high (1) pada trigger selama 10 s sehingga modul mulai
memancarkan 8 gelombang kotak dengan frekuensi 40 KHz, tunggu hingga transisi naik terjadi
pada output dan mulai perhitungan waktu hingga transisi turun terjadi, setelah itu gunakan
persamaan
s t340m
2
/s
Kaki potensiometer dipasang jumper. Kaki 1 dan 3 potensiometer dihubungkan
dengan baterai. Kutub negatif baterai dihubungkan ke kaki 3, sedangkan kutub positif
dihubungkan dengan kaki 1 potensiometer. Kaki 2 potensiometer dihubungkan dengan
osiloskop. Salah satu probe osiloskop lainnya dihubungkan ke kaki 3 potensiometer. Putar
potensiometer hingga memperoleh tegangan 5V.
Sensor HC-SRO4 memiliki 4 kaki. Kaki pertama adalah Vcc yaitu sebesar 5V;
kaki kedua adalah trigger. Pada kaki 2 dihubungkan ke AFG dan osiloskop chanel 1. Kaki
3 adalah Eco (output), dihubungkan dengan osiloskop chanel 2. Kaki 4 merupakan
grounding. Sensor HC-SRO4 ini mempunyai kisaran jangkauan sekitar 400-500 cm; sudut
deteksi terbaik adalah 15o; tegangan kerja 5V DC; resolusi 1 cm; frekuensi ultrasonik 40
KHz; dan dapat dihubungkan langsung ke kaki mikrokontroler (digi-bytes.com).
Pada percobaan ini, praktikan berhasil memperoleh gambar output berupa gelombang
kotak. Sensor ultrasonik dimanfaatkan pada ultrasonografi. Pada alat tersebut, transduser
bekerja sebagai pemancar dan penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan
generator diubah menjadi energi akustik oleh transduser yang dipancarkan pada arah
terrtentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian
lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam
echo sesuai jaringan yang dilaluinya. Pantulan echo akan membentur transduser dan
diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan diperlihatkan pada CRO. Dengan demikian,
bila transduser digerakkan seolah-olah kita melakukan irisan-irisan bagian tubuh yang
diinginkan (Herman, 2011: 22).
G. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan, yaitu:
1) Sensor ultrasonik adalah sensor yang prinsip kerjanya dapat memantulkan dan
menerima bunyi (gelombang suara).
2) Macam-macam sensor ultrasonik adalah jarak ultrasonik ping dan devantech SRFO4.
3) Sensor ultrasonik digunakan untuk menghitung jarak dari suatu objek yang berada
di depan sensor tersebut.
H. DAFTAR PUSTAKA
Digi-bytes.n.d. Sensor Jarak Ultrasonik HC-SRO4. http://digi
bytes.com/datasheet/HCSRO4.pdf. diakses tanggal 21 April 2018.
Herman. 2011. Ultrasonography (USG). Medan: USU.
Lisna, Fariska. 2011. HCSRO4 (Ultrasonic Range Finder). Jakarta: ANDI. Santoso,
dkk. 2013. Sensor dan Transduser. Bandung: ITB.
Setiawan. 2009. Buku Ajar Sensor dan Transduser. Diponegoro: UNDIP.
Syam, Rafiuddin. 2013. Dasar-Dasar Teknik Sensor. Makassar: Universitas
Hasanuddin. Yandi. 2014. Sensor, Detektor dan Transduser. Yogyakarta:
UGM.
PENGGERAK MOTOR SATU ARAH DENGAN KOMPONEN
TRANSISTOR
A. TUJUAN
1. Dapat merangkai penggerak motor satu arah dengan komponen transistor;
2. Dapat melihat kondisi dynamo saat diberi tegangan rendah dan tegangan
tinggi.
B. DASAR TEORI
D. PROSEDUR KERJA
1. Rangkaian disusun seperti gambar:
2. Power supply dihubungkan dengan rangkaian
3. Diamati apa yang terjadi pada motor DC (MI)
4. Diberi tegangan input dan diamati kembali motor DC (MI) sebelum dan
sesudah diberi masukan input
E. DATA HASIL
Masukan Kondisi Motor DC
0 Hidup
1 Mati
F. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini membahas mengenai penggerak motor DC (satu arah)
dengan menggunakan komponen transistor. Jenis penggerak motor yang
digunakan pada praktikum ini adalah penguat Darlington. Rangkaian penggerak
tersebut antara lain sebagai berikut:
G. KESIMPULAN
1. Rangkaian penggerak motor DC dengan komponen transistor digambarkan
sebagai berikut:
2. Pada saat dynamo diberi tegangan tinggi atau resistansi rendah maka
dynamo akan berputar, hal ini disebabkan adanya perbedaan potensial
antara kaki-kaki transistor. Sedangkan apabila dynamo diberi tegangan
tinggi maka dynamo tidak akan berputar, hal ini disebabkan karena tidak
ada beda potensial antara kaki-kaki transistor.
H. DAFTAR PUSTAKA
Burhan. 2009. Perancangan Alat Pengaman Motor dengan Memanfaatkan
Sensor Getar dan Gelombang Radio FM. Jurnal Neutrino. Vol 2 No 1.
1 Oktober 2009.
Handoko, Yeffri. 2010. Motor DC (Dirrect Current).
Mismail, Budiono. 2011. Rangkaian iIstrik. Bandung: ITB
Perea, Francis. 2015. Arduino Esemmbels.Birmingham: PACKT Publishing
MIKROKONTROLLER
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjalankan program CodeVisionAVR;
2. Mahasiswa dapat memahami cara pemrograman mikrokontroler.
B. DASAR TEORI
Mikrokontroller ialah sebuah komponen elektronika yang digunakan untuk
mengatur gerak robot dengan cara deprogram. Mikrokontroller dapat disebut
sebagai otak dari sebuah robot karena dengan mikrokontroller inilah robot
dkendalikan. Mikrokontroller yang saat ini menjadi favorit adalah jenis
AtMega8535, AtMega16 dan AtMega 32.
IC Mikrokontroller AtMega8535 dan sejenisnya ini dapat diisi program
hasil kompilasi sebuah bahasa pemrograman yang disebut C AVR. Jadi setiap
perintah yang akan robot lakukan disetting dengan bahasa pemrograman C,
kemudian hasil kompilasi dari bahasa C ini kita masukkan ke mikrokontroller
dengan menggunakan sebuah alat yang diberi nama downloader (Tim Uro,
2010:3).
Sebuah mikrokontroller umumnya memiliki komponen dasar sebagai
berikut:
D. PROSEDUR KERJA
1. Dibuka program CodeVisionAVR, sehingga tampak seperti pada Gambar
1:
E. DATA HASIL
F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN
1. Program Code Vision AVR adalah program yang berfungsi untuk
mebgatur perintah yang akan diisi atau dimasukkan dalam mikrokontroller
agardapat bekerja
2. Cara pemrograman mikrokomtroller dengan menggunakan CV VR adalah
sebagai berikyut:
a. Dibuka menu setting CV AVR, dan pilih programmer
b. Lakukan perubahan pada kotak dialog yang muncul sesuai kebutuhan
c. Buka menu file dan pilih New
d. Piiih project, klik OK
e. Pilih tombol Yas pada kotak dialog konfirmasi penggunaan program
Code Wizard AVR
f. Pilih AtMega 8535 atau yang sesuai dengan hardware yang digunakan
g. Pilih tab ports dan lakukan setting
h. Buka menu program, pilih generate kemudian save and exit
i. Buka menu project, pilih configure dan after make
j. Untuk mengkompile klik menu project lalu make
k. Untuk mendownload ke mikrokontroller pilih menu program the chip
H. DAFTAR PUSTAKA
Alfith. 2015. Perancangan Traffic Light Berbasis Mikrokontroller AtMega 16.
Jurnal Momentum. Vol.17 No.1 ISSN : 1693-752X. Februari 2015
Artanto, Dian. 2009. Merakit PLC dengan Mikrokontroller. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Tim Uro. 2010. Mikrokontroller dan Robotika. Lampung: Universitas Negeri
Lampung
Yenni, Helda. 2015. Implementasi Kendali Mikrokontroller AtMega 8535 Pada
Alat Pembuat Kopi Otomatis. Jurnal Edukasi dan Penelitian
Informatika. Vol.1 No.2. Maret 2015