Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR II

Nama : Samanta Rumiana Sianipar


Nim : A1C314034

Laboratorium Pendidikan Fisika


Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jambi
2016
Kegiatan 1
Penguat Gandengan RC
A. Tujuan
1. Menentukan dc transistor
2. Menyelidiki tanggapan amplitude penguat gandengan RC

B. Landasan Teori
Pada kebanyakan penguat sumber isyarat dihubungkan dengan masukan
melalui suatu kapasitor penggandeng, agar arus panjar basis tidak masuk ke dalam
sumbat isyarat. Jika ini terjadi maka tegangan panjar transistor akan terganggu.
Hal serupa juga dilakukan pada keluaran, yaitu untuk menghubungkan penguat
dengan suatu beban. Gandengan yang menggunakan kapasitor disebut gandengan
RC.
Pada umumnya tanggapan amplitude dapat didekati dengan satu bagan bode
seperti pada tanggapan amplitude tapis RC, contoh penguat ada gandengan RC
adalah penguat emitter ditanahkan.
(Fibrika, 2016:1)

Tanggapan amplitude pada daerah frekuensi rendah dipengaruhi oleh


kapasitansi yang seri dengan arus isyarat, yaitu kapasitor penggandeng C 1 dan C2,
serta kapasitor pintas emitor CE. Pengaruh kapasitor penggandeng C1 dan C2
berkaitan dengan pangaruh kapasitor pintas emitor CE, sehingga pembahasan
secara eksak menjadi amat sulit. Dalam praktek kita dapat mendekati persoalan ini
dengan memandang pengaruh kapasitor gandengan terpisah dari pengaruh
kapasitor gandengan terpisah dari pengaruh kapasitor pintas emitor.
( )

Pada daerah frekuensi tinggi reaktansi kapasitansi sambungan antara basis


dan kolektor serta antara basis dan emitor mempunyai nilai yang tak terlalu tinggi,
sehingga menyimpangkan arus isyarat dari basis. Ini mengakibatkan tegangan
isyarat keluaran menjadi berkurang untuk frekuensi yang makin tinggi.
Kapasitor C1, C2, dan CS terhubung seri dengan arus isyarat. Ketiga kapasitor
ini berpengaruh pada daerah frekuensi rendah. Seperti halnya transistor dwikutub,
pada transistor FET juga ada kapasitansi yang paralel dengan isyarat, yaitu
kapasitansi antara pintu dan penguras (Cgd) serta antara pintu dan sumber Cgs.
Kedua kapasitansi ini akan berpengaruh pada daerah frekuensi tinggi.
Pada daerah frekuensi tengah kapasitansi yang dengan arus isyarat, yaitu C 1,
C2, C3, CE1 dan CE2 dapat dianggap terkepung singkat, dan kapasitansi yang
paralel dengan arus isyarat seperti mislanya kapasitansi antara basis kolektor C jc,
dan kapasitansi antara basis emitor Cd+ dapat dianggap terbuka.
(Sutrisno, 1985:3-27)

Untuk frekuensi tinggi, rangkaian setara parameter-h tidak digunakan, hal ini
disebabkan dalam rangkaian parameter-h kita tidak dapat memasang kapasitansi,
dan oleh karena kapasitansi ini menghubungkan kolektor dan emitor dengan
bagian tengah basis.
Untuk menentukan frekuensi potong atas pada tanggapan amplitude penguat,
kita perlu tahu, kapasitansi ada biasanya disebutkan pada lembaran data transistor.
Namun tidak demikian halnya dengan kapasitansi. Lembaran data transistor
biasanya menyebutkan suatu frekuensi yang disebut, yaitu frekuensi untuk mana
=1.
(Yohannes, 1979:20)

Pada daerah frekuensi tinggi reaktansi kapasitansi sambungan antara basis


dan kolektor serta antara basis dan emitor mempunyai nilai yang tak terlalu tinggi,
sehingga menyimpangkan arus dari basis. Ini mengakibatkan tegangan isyarat
keluaran menjadi berkurang untuk frekuensi yang makin tinggi.
Kapasitansi sambungan p-n antara basis dan kolektor, yang kita sebut Cjc,
terjadi oleh karena adanya lapisan pengosongan pada sambungan p-n dimana taka
da pembawa muatan bebas. Di dalam daerah pengosongan, terdapat medan listrik,
sehingga daerah ini berupa kapasitor yang berisi muatan. Oleh karena sambungan
p-n berada pada tegangan mundur, maka daerah pengosongannya lebar, sehingga
kapasitansinya kecil.
(Dwihono, 1996:34)

Sebuah penguat satu tahap emitor umum RC digabungkan adalah penguat


sederhana dan penguat dasar. Tujuan utama dari rangkaian ini adalah pra
penguatan yang mempunyai sinyal lemah menjadi cukup kuat untuk amplifikasi
lebih lanjut. Jika dirancang dengan baik, RC dirancang/ditambah dengan amplifier
ini dapat memberikan karakteristik sinyal yang sangat baik.
Kapasitor Cin di input bertindak sebagai filter yang digunakan untuk
memblokir Volt dc dan memungkinkan hanya tegangan AC ke transistor. Jika ada
tegangan dc eksternal mencapai dasar transistor akan mengubah kondisi biasnya
dan mempengaruhi penguat (kinerja penguat) R1 dan R2. Resistor digunakan

untuk menyediakan bias yang tepat untuk transistor bipolar R 1 dan R2 membentuk
jaringan bias yang memberikan tegangan basis yang diperlukan untuk mendorong
transistor di wilayah region.
Bagian aktif antar daerah potong dan daerah saturasi dikenal sebagai daerah
aktif. Daerah dimana transistor bipolar adalah benar-benar dimatikan adalah
dikenal sebagai daerah potong wilayah dan daerah dimana transistor benar-benar
switch ed.
Resistor RC dan RE digunakan untuk menjatuhkan tegangan Vcc. Resistor RC
adalah resistor kolektor dan RE adalah resistor emitter keduanya dipilih
sedemikain rupa sehingga baik harus drop tegangan VCC sebesar 50%. Emitor
kapasitor CE dan emitor resistor RE membuat umpan balik negative untuk
membuat operasi sirkuit lebih stabil.
(Hidayat Rahmat, 2013: )

RC Coupled Amplifier
Advantages
1. It has excellent frequency response. The gain is constant over the audio
frequency range which is the region of most importance for speech, music
etc.
2. It has lower cost since 5t employs resistors and capasitors which are cheap
3. The circuit is very compact as the modern resistors and capasitors are small
n+
and extremely is o

Disadvantages
1. The RC coupled amplifiers have low voltage and power gain. It isi cause the
low resistance presented by the input of eaish stage to the preceding stage
decreases the effective load resistance (RAC) and hence the gain.
2. They have the tendency to become noisy with age, particularly in moist
climates
3. Impedance matching is poor. It is because the output impedance of RC
coupled amplifier is several hundred ohms. Where as the input impedance
transferred to the speaker.

Aplications
The RC coupled amplifiers have excellent audio fidelity over a loide range of
frequency. Therefore, they are widely used as voltage amplifier e.q. in the initial
stages of public address system. If other type of coupling (e.q. transformer
coupling) is employed in the initial stages this results in frequency distortion
which may be amplified in next stages. Homever, because of poor impedance
matching RC coupling is reregly used in the final stages.
(Malvino, 1992: )

C. Alat dan Bahan


1. AFG
2. CRO
3. DC Power Supply
4. Breadboard dan kabel jumper

D. Prosedur Kerja
1. Susun rangkaian seperti pada gambar 1
2. Kaki basis B dari transistor dilepas, kemudian disambung dengan multimeter.
Ukur arus Basis (IB). Kemudian rangkaian dihubungkan lagi.
3. Kaki kolektor C dari transistor dilepas. Kemudian disambung dengan
multimeter, ukur arus collector (IC). Tentukan dc transsitor dengan rumus :
dc = IC/ IB
4. Hubungkan AFG pada input penguat. Atur frekuensi pada 100 Hz. Atur besar
tegangan input sehingga pada tegangan output tidak cacat (terpotong).
5. Ukurlah Vi pada frekuensi 50 Hz kemudian ukur Vo
6. Ulangi langkah 5 untuk frekuensi 100 Hz-500 Hz
7. Gambarkan kurva tanggapan amplitude keluaran dan amplitude masukan
untuk setiap frekuensi

E. Data Hasil
1. Menentukan dc
3
IB = 0,24 mA = 0,24*10 A
3
IC = 0,03 mA = 0,03*10 A
dc = 0,125

Data percobaan penguat RC


No f Vi Vo Kv
1 50 Hz 1,45 V 1,821 V 1,256
2 100 Hz 1,45 V 1,7925 V 1,2362
3 200 Hz 1,45 V 1,7925 V 1,2362
4 300 Hz 1,45 V 1,7642 V 1,2167
5 400 Hz 1,45 V 1,7925 V 1.2362
6 500 Hz 1,4213 V 1,76423 V 1,24128

Kv = Vout
Vin

2. Menyelidiki tanggapan amplitude


a) Pada f = 50 Hz
Untuk Vin
Vpp = 4,10
Vp = Vpp . V

F. Pembahasan
Pada kebanyakan penguat sumber isyarat dihubungkan dengan masukan
melalui suatu kapasitor penggandeng, agar arus panjar basis tidak masuk ke dalam
sumbat isyarat. Jika ini terjadi maka tegangan panjar transistor akan terganggu.
Hal serupa juga dilakukan pada keluaran, yaitu untuk menghubungkan penguat
dengan suatu beban. Gandengan yang menggunakan kapasitor disebut gandengan
RC.
Pada umumnya tanggapan amplitude dapat didekati dengan satu bagan bode
seperti pada tanggapan amlitudo tapis RC, contoh penguat ada gandengan RC
adalah penguat emitter ditanahkan. Nah, pada praktikum kali ini tentu saja tentang
penguat gandengan RC.
Tujuan praktikum pada hari ini adalah yang pertama untuk menentukan B dc
transistor dan yang kedua menyelidiki tanggapan amplitude pengaut gandengan
RC. Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini yaitu AFG, CRO,
DC power supply, breadboard, kabel jumper, kapasitor, transsitor dan resistor.
Pada penguat gandengan RC antara tahap yang satu dengan yang lain
digandeng dengan kapasitor atau biasa disebut sebagai kapasitor penggandeng
(coupling). Penguat gandengan RC adalah penguat gandengan yang menggunakan
kapasitor.
Pada praktikum kali ini kegiatan pertama yang dilakukan yaitu untuk
menentukan nilai dc transistor. Untuk mencari nilai dc lebih dahulu kita mencari
nilai IB dengan langkah-langkah berikut yaitu kita rangkai alat sesuai prosedur,
setelah alat selesai dirangkai, lepaskan kaki B dari rangkaian, positif power supply
ke VCC, negative power supply ke ground dan negative multimeter ke kaki B
(basis) yang dilepas kemudian positif multimeter ke VCC. Setelah semua sudah
dihubungkan, hasil pengukuran nilai IB dapat dilihat pada multimeter. Nilai IB
yang didapatkan pada multimeter yaitu sebesar 0,24 mA. Kegiatan selanjutnya
yaitu untuk menentukan nilai IC, dengan langkah-langkah, pasang kaki basis (B)
yang dilepas, kemudian lepas kaki kolektor. Hubungkan negative multimeter ke
kaki C yang dilepas, kemudian lihat hasil pengukuran pada multimeter,
didapatkan nilai IC sebesar 0,03 mA. Setelah nilai IB dan IC didapatkan, barulah

kita bisa mencari nilai dc = = .

Kegiatan yang kedua yaitu untuk menyelidiki tanggapan amplitude penguat


gandengan RC. Pada kegiatan ini untuk menyelidiki tanggapan amplitude dicari
dulu nilai Vin dan Vout. Kegiatan pertama yaitu untuk menentukan nilai Vin yaitu

tutup kaki C kemudian hubungkan positif power supply ke VCC, negative power
supply ke ground, kemudian positif audio generator ke Vin, negative audio
generator ke ground, selanjutnya positif osiloskop ke Vin dan negative osiloskop
ke ground. Bentuk isyarat keluaran gelombang dapat dilihat pada layar osiloskop.
Untuk menyelidiki tanggapan amplitude penguat gandengan RC digunakan
frekuensi yang berbeda-beda, yang pertama yaitu sebesar 50 Hz dan diperoleh
nilai Vin sebesar 1,45 V, pada frekuensi 100 Hz nilai Vin = 1,45 V, pada frekuensi
300 Hz diperoleh Vin sebesar 1,45 V, pada frekuensi 400 Hz diperoleh Vin sebesar
1,45 V, dan pada frekuensi 500 Hz diperoleh Vin sebesar 1,4213 V.
Percobaan kedua pada kegiatan ini yaitu untuk menentukan nilai Vout. Nilai

Vout dapat dicari dengan persamaan Vout = Untuk mencari nilai Vout

juga digunakan frekuensi yang berbeda-beda seperti pada Vin, yaitu 50 Hz, 100
Hz, 200 Hz, 300 Hz, 400 Hz dan 500 Hz. Untuk mencari nilai Vout dilakukan
dengan cara atau langkah yang sama dengan Vin, hanya saja pada Vout, positif
osiloskop dipindahkan ke Vout. Pada frekuensi 50 Hz diperoleh nilai Vout sebesar
1,821 V, pada frekuensi 100 Hz diperoleh Vout sebesar 1,7925 V, pada frekuensi
200 Hz diperoleh Vout sebesar 1,7925 V, pada frekuensi sebesar 300 Hz diperoleh
Vout sebesar 1,7642 V, pada frekuensi sebesar 400 hz diperoleh Vout sebesar
1,7925 V dan pada frekuensi 500 Hz diperoleh Vout sebesar 1,76423 V.
Dari percobaan yang telah dilakukan dan hasil peengukuran yang didapatkan
dapat disimpulkan apabila nilai frekuensi semakin besar maka nilai penguatan
tanggapan amplitude penguat gandengan RC akan semakin rapat. Pada bentuk
isyarat keluaran gelombang Vin yang dihasilkan dapat dilihat bentuk keluaran
gelombang pada layar osiloskop akan semakin rapat apabila nilai frekuensinya
semakin besar, begitu juga sebaliknya.
Pada saat praktikum, multimeter yang kami gunakan rusak sehingga kami
tidak dapat menghitung melalui praktek, kami pun menghitung dengan teori.

G. Kesimpulan
1. Setelah melakukan praktikum, kita dapat menentukann nilai dc, yakni dc =

IC = dicari dengan cara melepaskan kaki C pada transistor dan menghitung


nilai IC menggunakan multimeter digital
IB = dicari dengan cara melepaskan kaki B pada transistor dan menghitung
nilai IB menggunakan multimeter digital
2. Setelah melakukan praktikum, kita dapat menyelidiki tanggapan amplitude
penguat gandeng RC, basis dan emitter dipengaruhi kapasitansi yang ada di
dalam penguat, nilai penguatan tegangan berubah dengan frekuensi. Semakin
besar frekuensinya maka semakin panjang gelombangnya

H. Daftar Pustaka
Fibrika, 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 2. Universitas Jambi:
Jambi
Sutrisno, 1985. Elektronika 2 Teori dan Penerapannya. ITB: Bandung
Yohannes, H.C. 1979. Dasar-Dasar Elektronika. Chalia Jakarta: Jakarta
Dwihono, 1996. Rangkaian Elektronika Analog. PT. Elaxmedia: Jakarta
Malvino, 1992. Electronic Principles Seventh Edition. Mc. Gravihill. Inc
Hidayat, Rahmat. 2013. Penerapan Audio Amplifier Stereo Untuk Beban Bersama
dan Bergantian dengan Menggunakan Saklar Ganda Sebagai Pengatur
Beban. Volume 5 No.2. Diakses pada tanggal 24 September 2016
I. Lampiran

Bentuk Rangkaian Mengukur Arus

Frekuensi 50 Hz

Vin Vout

Frekuensi 100 Hz

Vin Vout

Frekuensi200 Hz
Vin Vout

Frekuensi300 Hz

Vin Vout

Frekuensi 400 Hz

Vin Vout

Frekuensi 500 Hz

Vin Vout
Kegiatan 2
Penguat Operasional
A. Tujuan
Untuk mendemosntrasikan bagaimana sebuah Op-Amp Inverting (membalik)
digunakan sebagai penguat dalam suatu rangkaian DC dan AC sederhana.

B. Landasan Teori
Penguat Operasional (Operational amplifier = Op Amp) adalah penguat yang
dapat menanggapi dan memperkuat sinyal input DC maupun AC. Disebut penguat
operasional karena penguat ini mula-mula digunakan untuk melaksanakan
operasi-operasi matematika dalm computer analog seperti perkalian, pembagian,
penjumlahan, pengurangan, diferensial dan integral.
Pada saat ini sudah tersedia penguat operasional dalam bentuk IC, misalnya
IC 741 yang mempunyai kaki (pin) seperti gambar 2(a). Perhatikan pada kaki-kaki
terebut pada simbolnya pada gambar 2(b) 4

IC 741 2 6
3

7
2(a) 2(b)

Gambar 2. IC 741 yang digunakan dalam rangkaian penguat operasional


1. Offset nol 1
2. Input membalik
3. Input tak membalik
4. Vcc
5. Offset nol 2
6. Output
7. +Vcc
8. Tak dihubungkan (no connection)
(Fibrika, 2016: 3)

Penguat operasional atau op-amp (operational amplifier) adalah penguat


differensial dengan dua masukan dan satu keluaran yang mempunyai penguatan
5
tegangan yang amat tinggi, yaitu dalam orde 10 . Dengan penguatan yang amat
tinggi, penguat operasional dengan rangkaian balikan lebih banyak digunakan
daripada dalam lingkar terbuka.
Pemakaian op-amp amatlah luas meliputi bidang elektronika audio, pengatur
tegangan DC, tapis aktif, penyearah presisi, pengubah analog ke digital dan
pengubah digital ke analog. Pengolah isyarat seperti cuplik-tahan, penguat
pengunci, pengintegral, kendali otomatik, computer analog, elektronika nuklir, dll.
Sifat-sifat ideal op-amp adalah sebagai berikut:
1. Penguat lingkar terbuka tak berhingga atau Av, Ib =
2. Hambatan keluaran lingkaran terbuka adalah nol atau Ro, Ib = 0
3. Hambatan masukan lingkar terbuka tak berhingga, atau Ri, Ib =
4. Lebar pita tak berhingga atau f = f2-f1 =
5. Nisbah penolakan modus bersama (CMRR) =
Jika ingin menggunakan op-amp untuk penguat dengan penguatan tegangan
yang tak terlalu besar, kita harus memasang balikan negative. Ini dilakukan
dengan memasang resistor antara keluaran dengan masukan membalik.
1. Penguat membalik
Dengan puncak-puncak isyarat, keluaran tak akan melebihi 2Vcc, sebab bila ini

terjadi isyarat keluaran akan tergunting. Akibatnya Vab = = 0. Oleh karena

penguatan lingkar terbuka. Tampak Vab = 0 atau Va = Vb, akan tetapi antara a dan
b ada hambatan masukan R1 yang amat besar. Dalam keadaan ini dikatakan titik a
dan b dalam keadaan hubungan singkat maya. Selanjutnya oleh karena titik b
dihubungkan dengan tanah, titik a dikatakan beradapada tanah maya.
Adanya hambatan masukan R1 yang amat besar antara masukan membalik
dan tak membalik mengakibatkan arus yang mengalir ke dalam masukan
membalik dan masukan tak membalik amatlah kecil. Perhatikan bahwa titik a
pada tanah maya, sehingga Va = 0. Vi-Va = I, R1, akan tetapi Va = 0, sehingga V1
= i1R1 dan Rin = R1. Hambatan keluaran penguat amatlah kecil yaitu Ro, It =

(Ro, Ib) ( ).

2. Penguat tak membalik


Pada penguat tak membalik isyarat dihubungkan dengan masukan tak
membalik (+) dan op-amp balikan melalui R2 dan R1 tetap dipasang pada
masukan membentuk balikan penguat lingkar terbuka Av, Ib ~, oleh karena
masukan tak membalik berada pada keadaan hubungan singkat maya, maka Vo =
Vi akan tetapi

Nyatalah penguat lingkar tertutup untuk penguat tak membalik adalah


( )

3. Penguat Jumlah
Dari gambar terlihat arus i1 dari masukan Vi terus meuju titik a dan tak akan
masuk R2 dan R3. Begitu juga halnya dengan arus i2 dan V2, dan arus i3 dari
masukan V3. Jadi arus dari ketiga masukan ini tak saling mengganggu. Jumlah
ketiga arus masukan ini seolah-olah diteruskan ke R 4 oleh karena Ia = 0 sehingga
Va-Vb = iR4
(Sutrisno, 1987:117-123)

Penguatan DC yang tinggi dengan impedansi input (Z) tinggi dalam orde
megaohm (m) dan impedansi output (Zo) rendah sekitar 100 . Untuk
mendapatkan bekerja dengan baik, penguat operasional memerlukan tegangan catu
yang semetris yaitu tegangan yang berharga positif (+V) dan tegangan yang
berharga negative (-V) terhadap tanah (ground). Tipe-tipe penguat operasional ini
banyak digunakan dalam rangkaian, karena penguat ini mempunyai fungsi yang
serbaguna, dan mempunyai karakteristik yang ideal.
Dalam penerapannya, seringkali dijumpai penguat model inverting, non-
inverting dan penyangga (buffer). Khusus untuk penguat operasional sebagai
buffer atau penyangga adalah suatu beban oleh tingkat penguatan tegangan yang
digunakan, tanpa pembalikan phase dan berfungsi sebagai sirkuit yang ideal
dengan impedansi input yang tinggi dan impedansi output yang rendah. Tegangan
output yang dihasilkan sama dengan tegangan input sesuai Vo = Vi
Sistem ini sering dikenal dengan penguat berumpan balik satu satuan. Dalam
system ini digunakan op-amp IC 741 karena mempunyai karakteristik yang sangat
khas seperti Gain Zin : Zout dapat memenuhi kebutuhan sebagai komponen
pengisolasi yang dapat diandalkan.
(Jurnal Teknik Elektro Vol. 2. Mode 2010:63-64)

Ada beberapa keterkaitan dengan masalah offet yang juga mempengaruhi


daya op-amp diantaranya adalah :
1. Tegangan offset masukan
2. Arus pra tegangan masukan
3. Arus offset masukan
4. Resistansi resistansi hasil yang berbeda
5. CMRR (Common Mode- Rejection Ratio)
6. Kepatuhan Keluaran AC
7. Arus keluar hubungan singkat
8. Tanggapan frekuensi
9. Laju slew
10. Distorsi laju slew
11. Lebar pita daya
12. Penukaran (trade-off)
(Oyas, 1998:34)

Op-amp mempunyai symbol seperti gambar, yang mempunyai 2 buah


terminal input dan satu terminal output. Suatu sinyal yang dihubungkan pada
0
terminal inverting (-) akan menghasilkan keluaran yang berbeda fase 180 dari
sinyal masukan tersebut. Jika dihubungkan dengan terminal non-inverting (+),
maka sinyal keluarannya dan masukan akan sefasa.
(Jurnal Media Teknik Vol. 2. Fauzi, 2005:61)

Pin : Configuration and Functions


Pin Name Pin Function
1 Offset null Offset null pin used to eliminate the offset voltage
and balance the input voltage

2 Inverting Input Inverting signal input


3 Non-inverting input Non-inverting signal input
4 - Negative supply voltage
V
5 Offset null Offset null pin used to eliminate the offset voltage
and balance the input voltage

6 Output Amplified signal output


7 + Positive supply output
V
8 NC No correct, should be left floating
(Texas Instrument LM741 Operational Amplifier, 2015:3)

Single-ended input operation result when the input signal is connected to one
input with the connected to ground
Shows the signal connected
a. Single-ended operation
b. Single ended operation
For this operation in figure a the input is appired to the plus input (with minus
input at grounds, which results in an output having the same polarity as the
applied input signal.
Figure 6 shows an input signal applied to the minus input the output then
being opposite in phase to the applied signal.
(Robert, 2006:208)

C. Alat dan Bahan


1. Power supply
2. Voltmeter
3. Osiloskop
4. Signal generator
5. IC 741
6. Potensiometer 10K
7. Breadboard dan kabel jumper

D. Prosedur Kerja
1. Rangkai alat seperti pada gambar (3a), gunakan baterai 1,5 V sebagai sumber
tegangan
2. Atur potensiometer sedemikian rupa, sehingga keluarannya yang merupakan
tegangan masukan Vin = 0,1 V
3. Ukur dan catat tegangan keluaran Vout
4. Ulangi prosedur 1 sampai 3 dengan Vin = 0,15 V
5. Rangkai alat seperti gambar (3b), dengan sumber tegangan audio generator
6. Atur sumber tegangan audio generator sehingga keluarannya 0,1 Vpp dengan
frekuensi 1 KHz. Keluaran audio generator tersebut merupakan masukan Vin
dari rangkaian penguat AC. (gunakan osiloskop untuk pengukuran)
7. Ukur dan catat tegangan keluaran Vout
8. Ulangi prosedur 6 dan 7 dengan Vin = 0,15 Vpp

E. Data Hasil
Data pengamatan percobaan penguat operasional
1. Rangkaian DC

Vin Vout Ain


0,71 V 0,31 V 0,4366
0,59 V 0,25 V 0,4237
2. Rangkaian AC

Vin Vout Ain


0,14 V 0,1691 V 1,212
0,707 V 0,989 V 1,3988

F. Pembahasan
Penguat operasional (operational amplifier op-amp) adalah penguat yang
dapat menanggapi dan memperkuat sinyal input DC maupun AC. Disebut penguat
operasional karena penguat ini mula-mula digunakan untuk melaksanakan
operasi-operasi matematika dalam computer analog seperti perkalian, pembagian,
penjumlahan, pengurangan, differensial dan integral.
Pada praktikum kali ini, kami menggunakan penguat operasional dalam
bentuk IC, yaitu IC 741 yang mempunyai 8 kaki. Nama-nama dari 8 kaki IC itu
yang pertama ada offset nol 1, input membalik, input tak membalik, -Vcc, offset
nol 2, output, +Vcc dan kaki ke-8 tak dihubungkan (no connection).
Pada praktikum ini, alat dan bahan yang kami gunakan yaitu power supply,
voltmeter, osiloskop, signal generator, IC 741, potensiometer 10K, breadboard,
kabel jumper dan resistor, serta kapasitor. Langkah-langkah yang kami jalankan
pada praktikum ini yaitu yang pertama merangkai alat seperti pada gambar 3a,
kami menggunakan baterai 1,5 V sebagai sumber tegangan. Kemudian kami
mengukur potensiometer, sehingga kami mendapatkan Vin1 sebesar 0,71 V dan
Vin2 sebesar 0,59 V dan kami mencatat hasil pengukuran kami. Setelah itu kami
mengukur tegangan keluaran Vout dan mendapatkan Vout1 sebesar 0,31 V dan
Vout2 sebesar 0,25 V.
Lalu kami kembali merangkai alat seperti gambar 3b, dan kami menggunakan
audio generator sebagai sumber tegangan. Kemudian kami mengatur tegangan
audio generator sehingga mempunyai keluaran sebesar 0,1 Vpp dan frekuensinya
1KHz. Keluaran dari audio generator tersebut merupakan masukan Vin dari
rangkaian penguat AC. Kami menggunakan osiloskop untuk mengukurnya.
Percobaan kami ini, ada rangkaian AC dan DC. Percobaan yang
menggunakan rangkaian DC gagal karena Vo tidak diukur menggunakan
osiloskop, seharusnya juga Vin < Vout tapi pada hasil pengukuran kami Vin >
Vout. Percobaan yang menggunakan AC berhasil karena sesuai dengan teori.

G. Kesimpulan
1. Setelah melakukan praktikum, kita dapat menentukann nilai dc, yakni dc =

IC = dicari dengan cara melepaskan kaki C pada transistor dan menghitung


nilai IC menggunakan multimeter digital
IB = dicari dengan cara melepaskan kaki B pada transistor dan menghitung
nilai IB menggunakan multimeter digital
2. Setelah melakukan praktikum, kita dapat menyelidiki tanggapan amplitude
penguat gandeng RC, basis dan emitter dipengaruhi kapasitansi yang ada di
dalam penguat, nilai penguatan tegangan berubah dengan frekuensi. Semakin
besar frekuensinya maka semakin panjang gelombangnya

H. Daftar Pustaka
Fibrika, 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 2. Universitas Jambi:
Jambi
Sutrisno, 1985. Elektronika 2 Teori dan Penerapannya. ITB: Bandung
Yohannes, H.C. 1979. Dasar-Dasar Elektronika. Chalia Jakarta: Jakarta
Dwihono, 1996. Rangkaian Elektronika Analog. PT. Elaxmedia: Jakarta
Malvino, 1992. Electronic Principles Seventh Edition. Mc. Gravihill. Inc
Hidayat, Rahmat. 2013. Penerapan Audio Amplifier Stereo Untuk Beban Bersama
dan Bergantian dengan Menggunakan Saklar Ganda Sebagai Pengatur
Beban. Volume 5 No.2. Diakses pada tanggal 24 September 2016

I. Lampiran
1. Penguat DC
Vin = 0,71 V Vout = 0,31 V
0,59 V 0,25 V

2. Penguat AC

Untuk Vin
Vpp = 0,4 V

Vpp = 2,0 V

Untuk Vout
Vpp = 0,4 V

Vpp = 2,8 V

1. Rangkaian DC
Vin 0,59 Volt

Vin Vout
Vin 0,71 Volt
Vin Vout
2. Rangkaian AC
Vin

Vin Vout

Vin Vout
Kegiatan 3
Penguat Osilator (IC 555 Timer)

A. Tujuan
Untuk mendemonstrasikan IC 555 timer sebagai osilator. Dan bagaimana
perhitungan frekuensi keluarannya

B. Landasan Teori
IC timer 555 adalah sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai
pembangkit timer, pulsa dan aplikasi osilator. Rangkaian paling umum dari IC 555
adalah sebagai pembangkit clock/frekuensi atau jika outputnya dihubungkan ke
LED akan menghasilkan LED yang berkedip/flash seperti pada rangkaian
sederhana. Fungsi dari IC 555 bermacam-macam karena dapat mengahsilkan
sinyal pendek/sinyal kotak.
Gambar 4 merupakan suatu contoh penguat osilator IC 555 timer sebagai
osilator yang menghasilkan suatu gelombang kotak, dengan hanya menggunakan
2 resistor RA dan RB dan sebuah kapasitor C1 IC 555 timer dapat menghasilkan
suatu gelombang persegi yang stabil dan sangat akurat. Frekuensi keluaran dapat
ditentukan dengan formula sebagai berikut
Fout = ( )

(Fibrika, 2016: 6)

Osilator merupakan piranti elektronik yang menghasilkan keluaran berupa


isyarat tegangan. Bentuk isyarat tegangan terhadap waktu ada bermacam-macam,
yaitu bentuk sinusoida, persegi, segitiga, gigi gergaji, atau denyut. Osilator
berbeda dengan penguat, oleh karena penguat memerlukan isyarat masukan, hanya
ada isyarat keluaran saja, yang frekuensi dan amplitude dapat dikendalikan.
Seringkali suatu penguat secara tak disengaja menghasilkan keluaran tanpa
masukan dengan frekuensi yang nilainya tak dapat dikendalikan. Dalam hal ini
penguat dikatakan berosilasi.
Osilator digunakan secara luas sebagai sumber isyarat untuk menguji suatu
rangkaian elektronik. Osilator seperti ini disebut pembangkit, atau pembangkit
fungsi jika isyarat keluarannya dapat mempunyai berbagai bentuk.
Osilator juga digunakan pada pemancar radio dan televise, dan juga dalam
komunikasi radio, gelombang mikro, maupun optic untuk menghasilkan
gelombang elektromagnetik yang dapat ditumpangi berbagai informasi.
Pesawat penerima radio dan televise juga menggunakan osilator untuk
mengolah isyarat yang datang. Isyarat yang datang ini dicampur dengan isyarat
dari osilator local sehingga menghasilkan isyarat pembawa informasi dengan
frekuensi lebih rendah. Isyarat yang terakhir ini dikenal sebagai isyarat if
(intermediate frequency).
Osilator juga digunakan untuk mendeteksi dan menentukan jarak dengan
gelombang mikro (radar) ataupun gelombang ultrasonic (sonar).
Selain itu hamper semua alat digital seperti jam tangan, digital kalkulator,
computer, alat-alat pembantu computer dan sebagainya menggunakan osilator.
Jelaslah osilator memegang peranan amat penting dalam dunia elektronik.
Pada dasarnya ada tiga macam osilator, yaitu osilator RC, osilator LC dan
osilator relaksasi. Dua yang pertama menghasilkan isyarat berbentuk sinusoida
sedangkan osilator relaksasi menghasilkan isyarat persegi, segitiga, gigi gergaji
atau pulsa.
(Sutrisno, 1985: 153)

Osilator adalah suatu alat yang menghasilkan tegangan bolak-balik. Osilator


ada bermacam-macam yaitu osilator frekuensi tinggi yang menghasilkan frekuensi
pada gelombang radio, osilator rendah yang menghasilkan frekuensi pada
gelombang radio, osilator rendah yang menghasilkan frekuensi pada daerah
pendengaran manusia (audio osilator). Osilator yang baik adalah osilator yang
stabil. Jadi frekuensi yang dihasilkan tetap, tidak berubah atau bergeser. Seringkali
osilator mudah bergeser bisa dihubungkan dengan perangkat lain/
Osilator juga dapat dianggap sebagai penguat yang keluarannya diumpan
balik (feedback). Gambar berikut merupakan diagram blok osilator yang berfungsi
sebagai penguat (amplifier).
Osilator terdiri dari 4 macam, yaitu osilator Hartley, osilator colpitz, osilator
Kristal dom osilator jembatan Wien.
(Suparno, 2008: 39)

The type 555 timer is a highly versative low-cost integrated cicuit that is
specifically designed of precision timing application, but which can also be used
in variety of monostable multivibrators, astable multi vibrator, and schimitt trigger
applications. The devices was origianally introduced by signetics, but is now
available under the 555 designation from most other IC manufactures.
The 555 timer IC has many attractive features. It can operate from any supply
voltages in the range 4,5 V to 16V. Its output can source (supply) or sink (absorb)
any load current up to a maximum of 200Ma, so can directly drive load such as
relays, LED, low-power lamps and high impedance speakers.
The type 555 timer IC is available under a variety of specific type numbers,
but is generally refred to simply as a 555 timer. The device is available in a
number of packaging styles, including 8- and 14- pin dual in line (DIL) and 8-pin
to -99 types.
Following the figure show the outline and pin notations of standard 8-pin DIL
version of the IC.
(R. M. Marston, 1978: 33-34)

Integrated Circuit (IC) pertama kali dibuat pada tahun 1960. IC adalah
rangkaian elektronik miniature yang berpopulasi sangat padat terdiri dari ratusan
dan tekadang ribuan transistor mikroskopik kecil, resistor, diode dan kapasitor dan
semua disambung bersama dalam satu chip silicon tunggal tidak lebih dari kuku
jari bayi. Ketika tersusun sebagai satu kemasan tunggal.
Ada dua grup besar rangkaian terintegrasi IC digital dan IC linear. IC digital
mengandung rangkaian tipe saklar sederhana digunakan untuk pengendali logika
dan kalkulator, IC linear mengandung rangkaian tipe amplifier yang dapat
merespon sinyal frekuensi radio dan audio. IC linear yang paling serbaguna adalah
operasional amplifier yang memiliki penerapan dalam elektronika, instrumentasi
dan control.
Rangkaian terintegrasi adalah suatu revolusi elektronik. IC lebih dapat
diandalkan, lebih murah dan lebih kecil daripada rangkaian serupa yang terbuat
dari transistor-transistor terpisah dan secara elektronik lebih superior. Satu IC
berkelakuan berbeda dari yang lainnya karena susunan transistor di dalam IC.
Lembaran data dari pabrik pembuat menjelaskan karakteristik dari IC-IC
yang berbeda, yang memiliki nilai referensi dicapkan diatasnya.
(Trevor Linsley, 2004: 176)

IC 555 adalah jenis IC jenis TTL yang umum di pasaran, memiliki banyak
fungsi terutama dalam bidang timer, multivibrator astable, flip-flop dan lain
sebagainya.
Cara kerja IC 555 secara garis besar dijelaskan sebagai berikut: Apabila
supply diberikan, VCC = 0 volt. Kaki 2 memberi trigger dari tegangan yang tinggi
(VCC) menuju 1/3 VCC (< 1/3 VCC), kaki 3 (output) akan high dari pada saat
tersebut kaki 7 mempunyai nilai hambatan yang besar terhadap ground atau kaki 7
akan high indepedance. C1 diisi melalui VCC > R1 > R2 > C1. Setelah 0,7 (R1 +
R2) C1 detik, maka tegangan C1 = 2/3 VCC. Sehingga kaki 3 (output) akan low,
pada saat tersebut. Kaki 7 akan mempunyai nilai hambatan yang rendah sekali
terhadap ground atau pin 7 akan low impedance C1 membuang muatan, setelah
0,72 (R2) C1 detik, maka Teg C1 = 1/3 VCC. Trigger terjadi lagi hingga output
akan high pin 7 akan high impedance dan C1 diisi kembali.
(Affan Badri, 2013: 431)

C. Alat dan Bahan


1. Power Supply
2. Voltmeter
3. Osiloskop
4. Signal generator
5. IC 555
6. Breadboard dan kabel jumper

D. Prosedur Kerja
1. Buatlah gambar seperti pada gambar 4
2. Hitunglah Fout dan catat pada table pengamatan
3. Gambarlah bentuk gelombang keluaran yang terlihat pada osiloskop
4. Ulangi langkah 1 sampai 3 dengan mengganti nilai RB dan C 1 sesuai dari
table yang diberikan
5. Hitunglah frekuensi keluaran dengan menggunakan formula FOUT = 1,49 /
(RA + RB)C1
6. Ukurlah frekuensi keluaran FOUT menggunakan osiloskop

E. Data Hasil
RA RB C1 Fout=1,49/(RA+RB)C1(Teori) Fout(praktek)
() () (F)

22K 10K 0,1 3 3


4,6565 x 10 Hz 0,909091 x 10 Hz
22K 22K 0,1 3 3
0,338636 x 10 Hz 0,909091 x 10 Hz
22K 10K 0,2 3 3
0,2328125 x 10 Hz 0,909091 x 10 Hz
22K 22K 0,2 3 3
0,16931818 x 10 Hz 0,909091 x 10 Hz
F. Pembahasan

Praktikum kali inti tentang penguat osilator (IC 555 timer). Alat dan bahan yang
kami gunakan yaitu power supply, voltmeter, osiloskop, signal generator, IC 555
dan bread board serta kabel jumper. Dalam praktikum kali ini kami melakukan 4
kali percobaan. Percobaan yang pertama, kami menggunakan RA sebesar 22K
dan RB sebesar 10K serta C1 sebesar 0,1 F. Kami menghitung Fout secara
3
teori sebesar 4,6565 x 10 Hz dan Fout yang kami dapat secara praktek sebesar
3
0,909091 x 10 Hz. Percobaan yang kedua, kami menggunakan RA sebesar 22K
dan RB sebesar 22K serta C1 sebesar 0,1 F. Kami menghitung Fout secara
3
teori sebesar 0,338636 x 10 Hz dan Fout yang kami dapatkan secara praktek
3
sebesar 0,909091 x 10 Hz. Percobaan yang ketiga, kami menggunakan RA
sebesar 22K dan RB sebesar 10K serta C1 sebesar 0,2 F. Kami menghitung
3
Fout secara teori sebesar 0,2328125 x 10 Hz dan Fout yang kami dapatkan secara
3
praktek sebesar 0,909091 x 10 Hz. Percobaan yang keempat, kami menggunakan
RA sebesar 22K dan RB sebesar 22K serta C1 sebesar 0,2 F. Kami
3
menghitung Fout secara teori sebesar 0,16931818 x 10 Hz. Hasil yang kami
dapatkan antara Fout teori dan Fout praktek tidaklah sama. Hal ini disebabkan
osiloskop yang kami gunakan tidak lagi baik untuk digunakan sehingga gambar
gelombang pada osiloskop juga sama pada setiap percobaan seperti gambar pada
lampiran

Gambar Gelombang
1.

2.

3.
4.

Bentuk dan panjang gelombang sama karena alat yang rusak. Sehingga tampilan
gelombang di layar osiloskop seperti pada gambar

G. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mendemonstrasikan IC 555
timer sebagai osilator. Frekuensi keluaran dapat dihitung secara teori dan

praktikum. Secara teori .


( )

Secara praktik yakni menghitung panjang gelombang yang dihasilkan (),


Time/DIV kemudian dimasukkan ke rumus dimana

H. Daftar Pustaka
Fibrika, 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 2. Universitas Jambi:
Jambi
Sutrisno, 1985. Elektronika 2 Teori dan Penerapannya. ITB: Bandung
Suparno, Agus. 2008. Pengendalian Jarak Jauh Perangkat Elektronik dengan
Gelombang Radio Volume 1 No. 1. Institut Sains dan Teknologi
AKPRIND Yogyakarta: Yogyakarta
Marston, R.M. 1976. Integrated Cicuit Projects For The Home Constructor New
Jersey. Heyden Book
Bcahri, Affan. 2013. Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Volume 5 No. 1.
Universitas Islam Lamongan: Lamongan

I. Lampiran
1. y=2,2 cm
volt/div=1
time/div=0,5

2. y=2,2 cm
volt/div=1
time/div=0,5

3. y=2,2 cm
volt/div=1
time/div=0,5

4. y=2,2 cm
volt/div=1
time/div=0,5

Teori
( )

1. RA=22K
RB=10K
C1=0,1 F
( ) ( )
2. RA=22K
RB=22K
C1=0,1 F

( ) ( )

3. RA=22K
RB=10K
C1=0,2 F

( ) ( )

4. RA=22K
RB=22K
C1=0,2 F

( ) ( )

Rangkaian penguat osilator IC 555 Timer - Fin

Percobaan pertama
Panjang gelombang : 2,2 cm RA: 22k C1: 0,1 F
Time/Div RB: 10k
: 0,5 ms/cm

Percobaan kedua
Panjang gelombang : 2,2 cm RA: 22k C1: 0,1 F
Time/Div RB: 22k
: 0,5 ms/cm
Percobaan ketiga
Panjang gelombang : 2,2 cm RA: 22k C1: 0,2 F
Time/Div RB: 10k
: 0,5 ms/cm

Percobaan keempat
Panjang gelombang : 2,2 cm RA: 22k C1: 0,2 F
Time/Div RB: 12k
: 0,5 ms/cm
Kegiatan 4
Rangkaian Gerbang Logika

A. Tujuan
1. Mengenal beberapa IC yang mengandung gerbang logika
2. Membuat rangkaian gerbang logika dengan menggunakan IC gerbang logika
3. Membuat tabel kebenaran untuk rangkaian gabungan gerbang logika dibuat
dengan IC gerbang logika

B. Landasan Teori
Gerbang logika pertama kali ditemukan oleh Dean Christiano (1782-1879).
Gerbang logika adalah suatu entitas dalam elektronika dan matematika Boolean
yang mengubah satu atau beberapa masukan logic menjadi sebuah sinyal keluaran
logic. Gerbang logika diimplementasikan secara elektronis menggunakan diode
atau transsitor, akan tetapi dapat pula dibangun menggunakan susunan kompone-
komponen yang memanfaatkan sifat-sifat elektromganetik, cairan, optic dan
bahkan mekanik.
(Awschalomm, 2002: 70)

Jenis-jenis gerbang logika


1. Gerbang AND
A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
2. Gerbang OR
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
3. Gerbang NOT
A Y
0 1
1 0
4. Gerbang NAND
A B Y
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
5. Gerbang NOR
A B Y
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
6. Gerbang XOR
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
7. Gerbang XNOR
A B Y
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
(Bosctok, 1988: 41-42)

1. Gerbang AND
Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukan
mempunyai logika 1. Jika masukan tidak mempunyai logika 1, gerbang AND akan
menghasilkan logika 0. Gerbang AND disebut juga gerbang semua atau tidak
satu pun. Lampu DC hanya akan menyala apabila kedua saklar masukan (A dan
B) tertutup.
2. Gerbang OR
Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari masukannya
pada keadaan 1. Jika menginginkan keluaran bernilai 0, maka semua masukan
harus dalam keadaan 0. Gerbang OR disebut juga gerbang setiap atau semua.
Lampu DC akan menyala apabila saklar A atau saklar B tertutup. Lampu juga
akan menyala apabila, baik saklar A maupun saklar B tertutup. Lampu DC tidak
akan menyala apabila kedua saklar (A dan B) terbuka.
(Fibrika, 2016: 8)

3. Gerbang NOT
Gerbang NOT dikenal sebagai gerbang fungsi logika kebalikan/inverse,
symbol dan table kebenaran sebagai yang sudah tertera.
4. Gerbang NAND
Gerbang NAND dikenal sebagai gerbang fungsi logika kebalikan/inverse dari
gerbang AND. Keluaran gerbang NAND merupakan NOT dari gerbnag AND
sehingga keluaran gerbang NAND hanya akan bernilai 0 bila semua masukan
bernilai 1 . Gerbang NAND dapat digambarkan terdiri dari gerbang AND dan
NOT.
5. Gerbang NOR
Gerbang NOR dikenal sebagai gerbang fungsi logika kebalikan/inverse dari
gerbang OR. Keluaran gerbang NOR merupakan NOT dari gerbang OR sehingga
berdasarkan gambar, keluaran gerbang NOR hanya akan bernilai 1 bila semua
masukan bernilai 0. Gerbang NOR dapat digambarkan terdiri dari gerbang OR dan
gerbang NOT.
6. Gerbang XOR
Gerbang XOR dikenal sebagai gerbang fungsi eksklusif OR logika. Sesuai
dengan fungsi eksklusif gerbang OR pada table. Keluaran gerbang XOR hanya
bernilai bila salah satu masukan bernilai 1 dan lainnya bernilai 0. Dengan kata
lain, keluaran gerbang XOR akan bernilai 0 bila kedua masukan sama sama
bernilai 0 atau 1.
Sifat gerbang XOR dapat diringkas sebagai berikut:
(Saludin, Muis, 2006:15-23)

Rangkaian elektronika yang memakai transistor TTL (Transistor-Transistor


Logic) maka OV dalam rangkaian akan diasumsikan sebagai low atau 0,
sedangkan 5V akan diasumsikan sebagai high atau 1.
Simbol-simbol lain yang menandakan operasi gerbang:
1. Gerbang AND
Memahami tanda titik atau tidak memahami tanda sama sekali
Z = X . Y atau Z = XY
2. Gerbang OR
Tanda tambah (+) Z = X+Y
3. Gerbang NOT
Tanda minus (-) diatas variable Z =
4. Gerbang NAND
Gabungan dari NOT dan AND Z =
5. Gerbang NOR
Gabungan dari NOT dan OR
(Stephen Brown, 1992: 53)

Definitions
Schematics : A drawing of interconnected gates
Net : Wires at the same voltage (electrically connected)
Netlist : A list of all the devices and connections in a schematics
Fan in : The # of inputs to a gate
Fan out : The # of loads to gate drivers
(Robert, 2006: 704)
Gerbang logika adalah rangkaian dasar yang membentuk computer. Jutaan
transistor di dalam mikroprosesor membentuk ribuan gerbnag logika. Sebuah
gerbang logika sederhana mempunyai satu terminal input. Keluarannya dapat
tinggi/ high (1) atau rendah/low (0), tergantung level digital yang diberikan pada
terminal input. Disini akan membahas gerbang AND, OR, NAND dan NOR.
Gerbang logika yang kini sering dipakai berasal dari IC logika seperti 74xx atau
40xx.
(Irmansyah, 2009: 77)

C. Alat dan Bahan


1. Papan rangkaian 5 buah
2. Battery 1,5 Volt 1 buah
3. Resistor 150 Ohm 4 buah

4. IC 74LS08, IC 74LS32, IC 74LS00, IC 74LS02 1 buah


5. LED 6 buah
6. Kabel jumper Secukupnya

D. Prosedur Kerja
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar( OR, AND, NAND, dan NOR)
2. Hubungkan tegangan sumber ke rangkaian
3. Hubungkan saklar secara bergantian sesuai dengan tabel kebenaran
4. Amati display LED
5. Isilah tabel kebenaran dari percobaan yang telah dilakukan

E. Data Hasil
1. Rangkaian gerbang logika sederhana (OR dan AND)
a. Tabel kebenaran gerbang OR
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
b. Tabel kebenaran gerbang AND
A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1

2. Rangkaian gerbang logika perluasan (OR, AND, NAND, dan NOR)


a. Tabel kebenaran gerbang OR
A B Y
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0

b. Tabel kebenaran gerbang AND


A B Y
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0

c. Tabel kebenaran gerbang NAND


A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 0
d. Tabel Kebenaran gerbang NOR
A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1

F. Pembahasan
Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari masukannya
pada keadaan 1. Jika menginginkan keluaran bernilai 0, maka semua masukan
harus dalam keadaan 0. Gerbang OR disebut juga gerbang setiap atau semua.
Lampu DC akan menyala apabila saklar A atau saklar B tertutup. Lampu juga
akan menyala apabila, baik saklar A maupun saklar B tertutup. Lampu DC tidak
akan menyala apabila kedua saklar (A dan B) terbuka.
Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukan
mempunyai logika 1. Jika masukan tidak mempunyai logika 1, gerbang AND akan
menghasilkan logika 0. Gerbang AND disebut juga gebang semua atau tidak satu
pun. Gambar 4.1 mengilustrasikan gagasan gerbang AND. Lampu DC hanya
akan menyala apabila kedua saklar masukan (A dan B) tertutup.
Gerbang AND dihubungkan ke suatu pembalik (inverter). Masukan A dan B
di-AND-kan untuk membentuk aljabar Boolean A.B. kemudian, A.B dibalik
dengan gebang NOT. Dengan kata lain, rangkaian pada gambar 4.6 merupakan
suatu not/nad atau rangkaian NAND.
Gerbang OR dihubungkan kesuatu pembalik (inverter). Masukan A dan B di-
OR-kan untuk membentuk aljabar Boolean A+B. Kemudian, A+B dibalik dengan
gerbang NOT.
Penjelasan diatas adalah penjelasan teori tentang rangkaian gerbang logika
OR, AND, NOR dan NAND yang akan kita bahas di praktikum kali ini yaitu
papan rangkaian 5 buah, baterai 1,5 volt 1 buah, resistor 150 ohm 4 buah, IC
74LS08, IC 74LS32, IC 74LS00, IC 74LS02 masing-masing satu buah, LED 1
buah dan kabel jumper secukupnya.
Prosedur kerja pada praktikum kali ini yang pertama membuat rangkaian OR,
AND, NAND dan NOR seperti pada gambar. Kemudian hubungkan tegangan
sumber ke rangkaian. Lalu hubungkan saklar secara bergantian sesuai dengan
table kebenaran. Amati display LED dan isilah tabel kebenaran dari percobaan
yang telah dilakukan.
Pada praktikum percobaan 1, kami membuat rangkaian gerbang logika
sederhana. Yang pertama rangkaian gerbang logika sederhana OR, setelah
melakukan sesuai prosedur kerja, kami mendapatkan hasil sesuai pada tabel hasil.
Dalam percobaan ini kami berhasil karena hasil yang kami dapatkan dalam
praktek sesuai dengan tabel kebenaran pada teorinya. Yang kedua rangkaian
gerbang logika sederhana AND, setelah melakukan sesuai prosedur kerja, kami
mendapatkan hasil sesuai pada tabel hasil. Dalam percobaan ini kami berhasil
karena hasil yang kami dapatkan dalam praktek sesuai dengan tabel kebenaran
pada teorinya.
Pada praktikum percobaan 2, kami membuat rangkaian gerbang logika
perluasan. Yang pertama rangkaian gerbang logika perluasan OR, setelah
melakukan sesuai prosedur kerja, kami mendapatkan hasil tidak sesuai dengan
tabel hasil pada teori. Dalam percobaan ini kami gagal, hal ini dikarenakan
praktikan salah dalam merangkai da nada kesalahan pada IC. Yang kedua
rangkaian gerbang logika perluasan AND, setelah melakukan sesuai prosedur
kerja, kami mendapatkan hasil tidak sesuai dengan tabel hasil pada teori. Dalam
percobaan ini kami gagal, hal ini dikarenakan praktikan salah dalam merangkai
dan ada kesalahan pada rangkaiannya. Yang ketiga rangkaian gerbang logika
perluasan NAND, setelah melakukan sesuai prosedur kerja, kami mendapatkan
hasil tidak sesuai dengan tabel hasil pada teori. Dalam percobaan ini kami gagal,
hal ini dikarenakan praktikan melakukan kesalahan. Yang keempat rangkaian
gerbang logika perluasan NOR, setelah melakukan sesuai prosedur kerja, kami
mendapatkan hasil tidak sesuai dengan tabel hasil pada teori.
Kesalahan yang kami praktikan lakukan pada percobaan disebbakan karena
kami praktikan melakukan kesalahan dalam membuat rangkaian kerusakan pada
IC juga merupakan penyebab percobaan kami gagal.
G. Kesimpulan
1. Gerbang logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih sinyal masukan
tetapi hanya menghasilkan satu sinyal keluaran berupa tegangan tinggi
(1=high) atau tegangan rendah (0=low)
2. Rangkaian gerbang OR menggunakan IC 74LS32, rangkaian gerbang AND
menggunakan IC 74LS08, rangkaian gerbang NAND menggunakan IC
74LS00, rangkaian gerbang NOR menggunakan IC 74LS02.
3. Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari masukannya
pada keadaan 1
4. Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukan
mempunyai logika 1
5. Gerbang NAND masukan A dan B di AND kan untuk membentuk aljabar
Boolean A.B kemudian dibalik dengan gerbang NOT.

H. Daftar Pustaka
Awschalom. 2002. Semiconductor Spintronics and Quantum Computation.
Springer Verlug: Berlin
Bostock. 1988. Semiconductor Programmable Logic Device, Technology and
Applications. Mc. Craw-Hill: New York
Fibrika, 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 2. Universitas Jambi:
Jambi
Saludin. Muis, 2012. Teknik Digital Dasar Pendekatan Praktik Edisi 2. Graha
Ilmu: Yogyakarta
Stephen, Brown. 2000. Digital Logic of Fundamentals with VHDL Design. Mc.
Craw-Hill: Singapura
Robert, 1992. Field-Programmable Gate Arrays. Kluwor Academics Publisher:
Boston
Irmansyah. Muhammad, 2009. Gerbang Logika Berbasis Programmable Be Logic
Device (PLD). Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang: Padang
I. Lampiran
1. Rangkaian gerbang logika sederhana
a. Gerbang OR b. Gerbang AND

Rangkaian gerbang logika perluasan

b. Gerbang OR b. Gerbang AND

c. Gerbang NAND c. Gerbang NOR


Kegiatan 5
Penggerak Motor Satu Arah dengan Komponen Transistor

A. Tujuan
3. Merangkai penggerak motor searah dengan rangkaian Darlington
4. Melihat kondisi dynamo saat diberi tegangan rendah dan tegangan tinggi

B. Landasan Teori
Penggerak motor DC model ini tampak pada gambar 7. Komponen utama
rangkaian penggerak DCMC ini terdiri dari dua buah transistor (bi-junction
transistor, BJT) tipe NPN dan seri TIP41 yang dirangkai dengan konfigurasi
Darlington.

Gambar 1. Penggerak DCMP satu arah dengan komponen Transistor

Pada konfigurasi Darlington dalam rangkaian gambar 7, ketika kaki basis (B)
diberi logika tegangan tinggi (1) maka transistor Q1 akan aktif (sambungan
kolektor [JC] berprasikap balik dan sambungan emiter [JE] bersikap maju)

sehingga membangkitkan tegangan pada kaki emiter (VE) yang juga menjadi
tegangan masukan kaki basis bagi transistor Q2. Dengan demikian, baik Q1 dan
Q2 sama-sama dalam kondisi aktif. Hal ini menyebabkan kaki kolektor (C) dalam
kondisi logika tegangan tinggi, dan dampak lainnya adalah motor DC (M1) tidak
berputar karena tidak terjadi beda potensial pada ujung kutub-kutub M1.
Motor M1 hanya akan berputar jika terjadi beda potensial pada ujung kutub-
kutub M1, yaitu ketika kaki basis (B) diberi logika tegangan rendah (0) sehingga
transistor Q1 berada dalam kondisi putus (sambungan kolektor [J C] dan
sambungan emiter [JE] berprasikap balik). Kondisi ini menyebabkan kaki kolektor
(C) transistor Q1 dan Q2 dalam kondisi logika tegangan rendah.
(Fibrika, 2016: 13)

Motor DC (direct current) adalah motor listrik yang memerlukan tegangan


arus searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi gerak mekanik.
Kumparan medan pada motor DC (direct current) disebut stator (bagian yang
tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar).
Bagian Atau Komponen Utama Motor DC diantaranya:
1. Kutub medan.
Motor DC (direct current) sederhana memiliki dua kutub medan yaitu kutub
utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi ruang
terbuka diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih
besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih electromagnet
2. Current Elektromagnet atau Dinamo.
Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk
menggerakan beban. Untuk kasus motor DC (direct current) yang kecil,
dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub,
sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi
3. Commutator.
Komponen ini untuk transmisi arus antara dinamo dan sumber daya
(Royan, Luqman A, 2015:34)

Penggerak motor DC digunakan untuk memutar motor DC untuk


menghasilkan putaran, sehingga motor bergerak maju atau mundur. Disamping
itu, penggerak motor ini juga berfungsi menggerakkan lengan robot ke atas (naik)
dan ke bawah (turun).
Ada dua putaran motor DC yang dilakukan yaitu:
a. Putaran motor (maju-mundur)
Penggerak motor berfungsi sebagai pengatur arah putaran motor. Ada
beberapa tipe rangkaian penggerak motor, diantaranya ada yang
menggunakan relay, transistor dan ada yang menggunakan IC. Rangkaian
penggerak yang menggunakan IC, memiliki kelebihan diantaranya tidak
terjadi spark (bunga api) seperti pada relay.
Motor Direct Current (DC) adalah jenis motor yang digerakkan dengan
menggunakan tegangan DC/arus searah. Motor DC terdiri dari stator dan rotor.
Stator berupa magnet permanent sedangkan rotor berupa kumparan. Apabila
kumparan pada rotor dialiri arus listrik maka akan timbul medan magnet, yang
akan bereaksi dengan medan magnet stator, akibatnya rotor akan berputar. Pada
motor juga terdapat reduction gear untuk memperbesar torsi motor.
Motor DC dapat berputar searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam,
sesuai dengan terminal sumber tegangan yang diberikan pada motor DC. Apabila
terminal sumber tegangan yang diberikan, sama dengan terminal pada motor DC
maka arah putaran motor searah putaran jarum jam dan sebaliknya. Pada dasarnya
mesin listrik yang dapat mengubah daya listrik menjadi daya mekanik.
(Junaedi, M. 2006: 17-19)

1. Motor PMDC (Permanent Magnet DC)


Motor DC yang menggunakan magnet permanen masih dapat digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu jenis motor DC dengan menggunakan brush/sikat dan motor
DC tanpa menggunakan brush/sikat.
a. Motor brushed DC
Ini adalah jenis motor DC yang pada umumnya. Dari motor mobil mainan
Tamiya hingga dynamo stater sepeda motor adalah motor jenis brushed
DC. Konsep motor brushed DC sangat sederhana hanya terdiri kumparan
yang berperan sebagai rotor lalu magnet permanen berperan sebagai
stator. Kontroler motor DC brushed adalah yang paling sederhana. Motor
ini dapat di kontroler dengan mudah oleh variasi tegangan (voltage
control) ataupun variasi arus dengan PMW (Amper Controll With Pulse
Wide Modulation).
b. Motor brushless DC (BLDC)
Motor BLDC adalah motor yang paling sering digunakan kendaraan
listrik kelas kecepatan menengah. Motor ini tidak lagi menggunakan
brush/sikat. Apabila ada motor brushed DC kumparan berperan sebagai
rotor, pada motor BLDC magnet permanent yang berperan sebagai rotor.
Sebagai pemindah saat eksekusi phase motor BLDC membutuhkan
bantuan hall sensor untuk menegtahui letak posisi magnet. Motor BLDC
wajib menggunakan kontroler untuk dapat berputar, karena membutuhkan
pengolah data yang diberikan oleh hall sensor.
2. Motor series wound DC/AC
Motor series wound adalah motor yang tidak menggunakan magnet
permanen. Prinsip dasar sistemnya sama dengan permanen magnet DC, hanya saja
peran magnet permanen digantikan oleh kumparan listrik. Motor jenis ini juga
menggunakan sikat/brush.
Motor series wound memiliki torsi dan top speed yang bagus. Motor ini juga
mudah dalam pengontrolan, cukup dengan control voltage kecepatan motor ini
dapat diatur. Motor series wound juga ada yang menggunakan listrik AC seperti
bor listrik dan gerinda listrik. Pengontrolan listrik AC dapat menggunakan triac
AC pada salah satu phase kabel
(Ogata, 1993: 16-18)

Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetis yang mengubah energy


listrik menjadi energy mekanik. Energi mekanik ini yang digunakan untuk
mislanya memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakkan kompresor,
mengangkat bahan ddl. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik,
kipas angina) dan di industry. Motor listrik kadang kala disebut kuda kerja nya
industry. Sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70%
beban listrik total industry.
Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searaha pada kumparan medan
untuk diubah menjadi energy mekanik. Kumparan medan pada motor DC disebut
stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian
yang berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan
magnet, maka akan timbul tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap
setengah putaran, sehingga merupakan tegangan bolak-balik. Prinsip kerja dari
arus searah adalah membalik phasa tegangan dari gelombang yang mempunyai
nilai positef dengan menggunakan komutator, dengan demikian arus yang berbalik
arah dengan kumparan jangkar yang berputar dalam medan magnet. Bentuk motor
paling sedehana memiliki kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas di antara
kutub-kutub magnet permanen.
(Muchlas, 2005: 32)

Small brushed DC motors also known as permanent magnet DC (PMDC)


motors find their application in intelligent toys, power tools, robotics and modern
appliances such as printers, scanners, photocopiers, car windows and wiper.
To achieve the speed control of a motor modern technology uses solid-state
devices such as silicon controlled rectifiers (SCR), power bipolar junction
transistor (BJT). Metal oxide field effect transistors (MOSFET). These devices
can be controlled with digital control signals from microcomputer or micro
controller devices.
In order to achieve this, the motors are operated with their speed-torque
characteristics in one of the guardiant modes as shown in the figure 1. The x-axis
describes the speed while the y-axis describes the motor torque.
Bolton, 2000: 32)

C. Alat dan Bahan


1. Power Supply
2. Transistor TIP41 (2 buah)
3. Dioda 1N4001 (1 buah)
4. Motor DC (1 buah)
5. Resistor 10K (1 buah)

D. Prosedur Kerja
1. Susun rangkaian seperti pada gambar 7
2. Hubungkan power supply pada rangkaian
3. Amati apa yang terjadi pada motor DC (M1)
4. Berilah tegangan pada input dan amati kembali motor DC (M1) sebelum dan
sesudah diberikan masukan input

E. Data Hasil
Masukan Kondisi Motor (M1)
0 Tidak berputar
1 berputar
F. Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu tentang penggerak motor satu arah dengan

menggunakan transistor. Motor DC (Direct Current) adalah motor listrik yang


memerlukan tegangan arus searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi
energy gerak mekanik. Kumparan medan pada motor DC (Direct Current) disebut
stator (bagian yang tidak berputar). Bagian atau komponen utama motor DC
diantaranya kutub medan, current electromagnet atau dynamo serta commutator.
Penggerak motor DC digunakan untuk memutar motor DC untuk menghasilkan
putaran, sehingga motor bergerak maju atau mundur.
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan alat dan bahan diantaranya
baterai 1,5 volt sebanyak 8 buah, transistor TIP41 2 buah, diode 1N4001 1 buah,
motor DC 1 buah dan resistor 10 K 1 buah. Kemudian langkah-langkah kerjanya,
pertama kami menyusun rangkaian seperti pada gambar 7. Kemudian kami
menghubungkan rangkaian dengan baterai 1,5 volt sebanyak 8 buah. Lalu kami
mengamati yang terjadi pada motor DC (M1). Seperti yang sudah kami buat di
table, pada saat masukannya 0 (low) kondisi motor (M1) tidak berputar dan pada
saat masukannya 1 (high) kondisi motor (M1) berputar. Hal ini menunjukkan
bahwa percobaan kami berhasil.
Secara teori yang ada di penuntun praktikum, pada konfigurasi Darlington
dalam rangkaian gambar 7, ketika kaki basis (B) diberi logika tegangan tinggi (1)
maka transistor Q1 akan aktif (sambungan kolektor [J C] berprasikap balik dan
sambungan emiter [JE] bersikap maju) sehingga membangkitkan tegangan pada
kaki emiter (VE) yang juga menjadi tegangan masukan kaki basis bagi transistor
Q2. Dengan demikian, baik Q1 dan Q2 sama-sama dalam kondisi aktif. Hal ini
menyebabkan kaki kolektor (C) dalam kondisi logika tegangan tinggi, dan
dampak lainnya adalah motor DC (M1) tidak berputar karena tidak terjadi beda
potensial pada ujung kutub-kutub M1.
Motor M1 hanya akan berputar jika terjadi beda potensial pada ujung kutub-
kutub M1, yaitu ketika kaki basis (B) diberi logika tegangan rendah (0) sehingga
transistor Q1 berada dalam kondisi putus (sambungan kolektor [J C] dan
sambungan emiter [JE] berprasikap balik). Kondisi ini menyebabkan kaki kolektor
(C) transistor Q1 dan Q2 dalam kondisi logika tegangan rendah.
Karena motor DC berputar pada saat diberi tegangan tinggi (1) dan tidak
berputar pada saat diberi tegangan rendah (0), maka percobaan kami dapat
dikatakan berhasil.

G. Kesimpulan
1. Penggerak motor searah dengan rangkaian Darlington dapat dibuat dengan 2
buah transistor bertipe NPN
2. Kondisi dynamo pada saat diberi tegangan rendah (0) adalah tidak berputar
dan saat diberi tegangan tinggi (1) maka akan berputar

H. Daftar Pustaka
Fibrika, 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 2. Universitas Jambi:
Jambi
Royan, Luqman, 2015. Aplikasi Motor DC-Shunt Untuk Laboratory Shaker
Menggunakan Metode PWM (Pulse Width Modulation) Berbasis
Mikrokontroler ATMEGA12 Volume 8 No. 1
Junaedi, M. 2006. Robot Pendeteksi Perpindahan Objek dengan Ultrasonik.
Penerbit Politeknik Elektronika Negeri Surabaya: Surabaya
Ogata. Katsuhiko, 1993. Teknik Kontrol Automatok Jilid 1 Cetakan Kelima.
Penerbit Erlangga: Jakarta
Muchlas, 2005. Rangkaian Digital. Penerbit Gavamedia, Yogyakarta
Bolton, W. 2000. Mechatronics Second Edition. Longzman: Malaysia

I. Lampiran

Masukan 1: Berputar Masukan 0 : Tidak perputar

Anda mungkin juga menyukai