Anda di halaman 1dari 23

Laporan praktikum

Elektronika Fisis Dasar II

PENGUAT GANDENGAN DC

DISUSUN OLEH :
NAMA : MUFLIHAH LESTARI
NIM : H21115513
KELOMPOK : IV (EMPAT)
TGL PERCOBAAN : 14 MARET 2017
ASISTEN : RUWAIDAH IL
NUR AFNI SAHARUDDIN

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari alat-alat elektronika.
semua peralatan rumah tanggga bertumpu pada prinsip elektronika. Dengan
adanya ilmu elektronika manusia telah menciptakan peralatan modern dengan
sistem instrumentasi guna mempermudah pekerjaan serta lebih mengefisienkan
waktu [1].
Walter H. bratain dan John Barden pada akhir desember 1947 di bell
telephone laboratories berhasil menciptakan suatu komponen yang mempunyai
sifat menguatkan yang disebut dengan transistor. Dimana transistor, komponen
elektronika yang befungsi sebagai penguat arus, stabilisasi, penyaklaran dan lain-
lain [1].
Penguat tegangan sendiri sebagai penguat yang memberikan tegangan
keluaran yang berbanding lurus dengan tegangan masukan dimana faktor
pembandingnya tidak bergantung pada besarnya tahanan sumber dan beban pada
penguat ini. Penguat arus dapat menghasilkan arus keluaran yang berbanding
lurus dengan arus sinyal dimana faktor pembandingnya bergantung pada besarnya
tahanan sumber dan tahanan beban [1].
Menghubungkan suatu penguat dengan suatu sumber, dengan penguat lain
perlu dilakukan bila isyarat berupa arus DC atau tegangan bolak-balik dengan
frekuensi amat rendah. Dalam banyak hal kita perlu menghubungkan satu
transistor dengan transistor yang lain secara langsung apabila diinginkan
penguatan arus yang besar untuk isyarat DC maupun AC. Selain itu,
penggandengan langsung antara dua transistor juga dilakukan rangkaian lebih
sederhana, ringkas, dan mempunyai titik operasi yang tidak mudah berubah [1].
Dengan memahami hal-hal mengenai penggadengan langsung antara dua
transistor tersebut, dilakukanlah percobaan ini agar dapat lebih dalam mengetahui
tentang penggandengan transistor sehingga kelak dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari [1].
I.2 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup pada praktikum ini meliputi membuat rangkaian penguat
gandengan DC, mengamati serta mengukur input dan output pada rangkaian,
berupa tegangan masukan dan tegangan keluaran pada frekuensi tetap, tegangan
keluaran pada tegangan masukan tetap dan frekuensi berbeda, tegangan dan arus
pada kaki-kaki transistor, serta membandingkan tegangan keluaran pada
rangkaian gandengan DC satu transistor dengan rangkaian gandengan DC dua
transistor.
I.3 Tujuan Percobaan
1. Menetukan titik pada untai penguat dimana perlu dilakukan pengukuran.
2. Mengukur hilang tegangan pada penggandengan dua penguat.
3. Mengukur tanggapan amplitudo penguat.
4. Memahami kegunaan kapasitor decoupling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Penguat Gandengan DC


Suatu penguat pada dasarnya adalah peralatan elektronika yang dapat
menerima sinyal masukan pada sepasang kutub masukannya dan memberikan
sinyal keluaran pada kutub keluarannya. Sinyal pada kutub keluaran itu lebih
besar nilainya daripada yang masuk ke kutub masukannya, secara umum suatu
penguat adalah peralatan yang menggunakan tenaga kecil untuk mengendalikan
tenaga yang kecil untuk mengendalikan tenaga yang lebih besar [2].
Menghubungkan suatu penguat dengan suatu sumber, dengan penguat lain,
atau dengan beban secara langsung. Perlu dilakukan bila isyarat berupa arus DC
atau tegangan bolak-balik dengan frekuensi amat rendah. Dalam banyak hal kita
perlu menghubungkan satu transistor dengan transistor yang lain secara langsung
yaitu apabila diinginkan penguatan arus yang besar untuk isyarat DC maupun AC.
Selain itu, penggandengan langsung antara dua transistor juga dilakukan untuk
membuat rangkaian lebih sederhana, ringkas, dan mempunyai titik operasi yang
lebih mantap, yaitu tidak mudah berubah [1].
Istilah bias DC menyangkut pemberian tegangan DC kepada transistor
untuk mendapatkan level tegangan dan arus yang tetap. Dalam penguat transistor
level tegangan dan arus yang tetap tersebut akan menempatkan suatu titik kerja
pada kurva karakteristik sehingga menentukan daerah kerja transistor. Oleh
karena titik kerja tersebut merupakan titik yang tetap dalam kurva karakteristik,
maka biasanya disebut dengan titik-Q (Quiescent Point) [3].

Gambar II.1 Daerah pada Kurva Karakteristik Output [3].


Gambar II.1 menunjukkan bahwa kurva karakteristik output dengan empat
buah contoh titik kerja yang diberi nama A, B, dan C. Pada dasarnya titik kerja
suatu rangkaian penguat bisa diletakkan dimana saja di kurva karakteristik
tersebut. Namun agar rangkaian penguat dapat menguatkan sinyal dengan linier
atau tanpa cacat, maka titik kerja di usahakan di tempatkan di tengah daerah aktif.
Disamping itu yang perlu diperhatikan adalah agar titik kerja tidak diletakkan
diluar batas maksimum dari arus maupun tegangan yang sudah ditentukan oleh
pabrik. Apabila hal ini dilanggar maka transistor tersebut akan panas dan cepat
rusak [3].
Pada rangkain bias yang cukup sederhana karena hanya terdiri atas dua
resistor, kapasitor C1 dan C2 merupakan kapasitor kopling yang berfungsi
mengisolasi tegangan DC dari transistor ke tingkat sebelum dan sesudahnya,
namun tetap menyalurkan sinyal AC-nya. Pada analisis DC, semua kapasitor
dapat diganti dengan rangkaian terbuka. Hal ini karena sifat kapasitor yang tidak
dapat melewatkan arus DC [3].
Titik kerja dari rangkaian bias tetap sangat dipengaruhi oleh harga . Oleh
karena sangat peka terhadap perubahan yang terjadi pada temperatur, maka
stabilitas kerja dari rangkaian bias tetap menjadi kurang baik. Untuk memperbaiki
stabilitas terhadap variasi tersebut, maka diberikan resistor pada kaki emitor
(RE) [3].
Dua transistor yang digandengkan langsung secara biasa, dimana kolektor
transistor pertama dihubungkan dengan basis transistor kedua. Agar penguat
bekerja dengan baik, yaitu mampu menghasilkan isyarat keluaran yang besar
tanpa cacat, titik-q haruslah ditengah garis beban. Pengaut dengan tegangan panjar
seperti ini disebut penguat kelas-A [1].

Gambar II.2 Rangkaian Penguat Gandengan DC [1].


Karena kedua transistor berhubungan langsung, yaitu tanpa kapasitor
penyekat DC, maka tegangan panjar pada satu trasistor akan mempengaruhi
tegangan panjar transistor yang lain. Agar transistor Q2 mendapat tegangan panjar
kelas A, yaitu dengan titik kerja ditengah garis beban, maka VCE(q) untuk Q2
haruslah sama dengan 10 V, sehingga emitor Q2 mempunyai tegangan 10 V
terhadap tanah. Oleh karena RE3 = 1 K, maka IE(q) untuk transistor Q2 haruslah
sama dengan 10 mA. Informasi ini diperlukan untuk menghitung hie2. Oleh karena
kolektor Q1 berbeda satu VBE diatas emitor Q2 maka tegangan kolektor Q1haruslah
kira-kira 10.6 V. Selanjutnya ini berarti [1] :
(1) 9.4
= = = 0.94 (2.1)
1 10

Tegangan basis untuk Q2 adalah keluaran dari penguat Q1 sehingga


tegangan kolektor Q1 berbeda satu VBE di atas emitor Q2, maka: [1]
VC(Q1) = VB(Q2) = VE(Q2) VBE(Q2) (2.2)
Untuk menganalisa perilaku penguat untuk isyarat kecil, maka dapat
dihitung penguat tegangan pada frekuensi tengah [1].
Ketika transistor NPN beroperasi secara normal, bagian junction Base-
Emitter dalam keadaan bias maju (forward bias), sedangkan pada bagian junction
Base-Collector dalam keadaan bias mundur (reverse bias) [4].
Perbedaan penguat gandengan RC dan penguat gandengan DC yaitu pada
penguat gandengan RC antara tahap yang satu dengan tahap lain digandeng
dengan kapasitor penggandeng (coupling). Sedangkan pada penguat gandengan
DC antara satu tahap dengan tahap lainnya digandeng langsung. Tabung elektron
dan transistor dengan gandengan RC merupakan rangkaian yang paling banyak
digunakan untuk penguatan penguatan sinyal kecil dalam rentang frekuensi dari
beberapa hertz hingga beberapa megahertz [3].
Penguat bertingkat atau sering juga disebut penguat majemuk adalah
rangkaian gabungan dua transistor (BJT atau FET) atau lebih. Tujuang
penggabungan tersebut tidak hanya untuk mendapatkan faktor penguatan yang
berlipat, tetapi juga untuk memperoleh sifat atau karakteristik tertentu. Penguat
bertingkat yang dikopling secara langsung (tidak melalui C kopling) akan
menyebabkan saling terpengaruhnya bias DC masing-masing tingkat [5].
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Waktu dan Tempat


Praktikum penguat gandengan DC ini dilaksanakan pada hari Selasa, 14
Maret 2017, pukul 09.20 - 12.00 WITA, di Laboratorium Elektronika Dasar dan
Instrumentasi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat beserta Fungsinya
a. Papan PCB

Gambar III.1 Papan PCB.


Digunakan untuk merakit komponen elektronika (tempat menancapkan kaki
komponen).
b. Kabel Jumper

Gambar III.2 Kabel Jumper.


Berfungsi sebagai penghubung komponen dalam rangkaian pada papan
PCB.
c. Multimeter

Gambar III.3 Multimeter


Digunakan untuk mengukur tegangan, arus dan hambatan dalam rangkaian.
d. Catu Daya

Gambar III.4. Catu Daya


Sebagai sumber input arus dan tegangan listrik.
e. Osiloskop

Gambar III.5 Osiloskop


Berfungsi untuk menampilkan signal input dan output dari signal generator
dan rangkaian pada papan PCB.
f. Signal Generator

Gambar III.6 Signal Generator.


Berfungsi sebagai piranti pembangkit sinyal dan frekuensi.
g. Tang

Gambar III.7 Tang


Berfungsi untuk menancapkan komponen dengan baik pada papan PCB.
III.2.2 Bahan beserta fungsinya
a. Resistor

Gambar III.8 Resistor


Resistor berfungsi untuk menghambat arus yang melewati rangkaian.
b. Kapasitor

Gambar III.9 Kapasitor


Kapasitor berfungsi untuk menyimpan muatan listrik.
c. Transistor

Gambar III.10 Transistor NPN


Transistor NPN berfungsi untuk menguatkan arus dan tegangan pada
rangkaian.
d. Potensiometer

Gambar III.11 Potensiometer


Potensiometer berfungsi untuk menghambat arus dalam rangkaian namun
nilai resistansinya dapat diatur.
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Prosedur Percobaan Penguat Gandengan DC
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membuat rangkaian penguat gandengan DC seperti pada gambar.

(a) (b)
Gambar III.12 (a). Skema dan (b). foto rangkaian penguat gandengan DC
1. Mengukur besar tegangan masukan catu daya (VCC) menggunakan multimeter,
yaitu dengan cara menyambungkan kabel merah catu daya ke kabel merah
multimeter, begitu pula pada kabel hitam catu daya dihubungkan ke kabel
hitam multimeter.
2. Menyambungkan rangkaian dengan catu daya, yaitu dengan cara
menyambungkan kabel merah ke kaki kolektor Q2 dan kabel hitam di ground.
3. Mengukur besar tegangan kolektor emitor (VCE) pada Q2 menggunakan
multimeter, yaitu dengan menyambungkan kabel merah multimeter ke salah
satu kaki resistor yang terhubung secara paralel dengan kaki kolektor Q2, kabel
hitam multimeter di ground, lalu atur potensiometer RB1 untuk mendapatkan
VCE = VCC .
III.3.2 Pengukuran Besar Tegangan Keluaran pada Tegangan Masukan
Berbeda dan Frekuensi Tetap
1. Menyiapkan rangkaian yang telah digunakan sebelumnya dan telah
disambungkan ke catu daya.
2. Menghubungkan osiloskop channel 1 pada input rangkaian dan channel 2 pada
output rangkaian, yaitu kabel positif osiloskop channel 1 dihubungkan ke kaki
negatif kapasitor C1, kabel positif osiloskop channel 2 dihubungkan dengan
kaki negatif kapasitor C2. Kabel negatif osiloskop channel 1 dan kabel negatif
channel 2 di ground.
3. Menghubungkan signal generator pada rangkaian, yaitu kabel positif signal
generator ke kaki negatif kapasitor C1, kabel hitam signal generator di ground.
4. Menyalakan signal generator dengan mengatur frekuensi sebesar 1000 Hz dan
pada channel 1 yang merupakan signal input diatur sehingga mendapatkan
tegangan sebesar 20 mV, 50 mV, 100 mV, 200 mV, 500 mV, dan 1000 mV.
Mengubah channel 1 pada osiloskop ke channel 2 dan mengamati gambaran
signal output rangkaian.
5. Mencatat hasil tegangan output pada tabel data untuk masing-masing tegangan
input yang diberikan.
III.3.3 Pengukuran Besar Tegangan Keluaran pada Tegangan Masukan
Tetap dan Frekuensi Berbeda
1. Menyiapkan rangkaian yang telah digunakan sebelumnya dan telah
disambungkan ke catu daya.
2. Menghubungkan osiloskop channel 1 pada input rangkaian dan channel 2 pada
output rangkaian, yaitu kabel positif osiloskop channel 1 dihubungkan ke kaki
negatif kapasitor C1, kabel positif osiloskop channel 2 dihubungkan ke kaki
negatif kapasitor C2. Kabel negatif osiloskop channel 1 dan kabel negatif
channel 2 di ground.
3. Menghubungkan signal generator pada rangkaian, yaitu kabel positif signal
generator ke kaki negatif kapasitor (C1), kabel hitam signal generator di
ground.
4. Menyalakan signal generator dengan mengatur frekuensi sebesar 50 Hz dan
pada channel 1 yang merupakan signal input diatur sehingga mendapatkan
tegangan sebesar 50 mV.
5. Mengubah channel 1 pada osiloskop ke channel 2 dan mengamati gambaran
signal output rangkaian.
6. Mengulangi langkah 4 dan 5 untuk frekuensi yang berbeda-beda, yaitu 50 Hz,
100 Hz, 200 Hz, 500 Hz, 1000 Hz dan 2000 Hz.
7. Mencatat hasil tegangan output pada tabel data untuk masing-masing frekuensi
yang diberikan.
III.3.4 Pengukuran Besar Tegangan pada Kaki-kaki Transistor
1. Menyiapkan rangkaian yang telah digunakan sebelumnya dan telah
disambungkan ke catu daya.
2. Mengukur besar tegangan pada kaki-kaki (kolektor, emitor, dan basis)
transistor Q1 dan Q2 menggunakan multimeter, yaitu dengan menyambungkan
kabel merah multimeter ke kaki transistor yang ingin diukur yaitu kolektor,
emitor, dan basis secara bergantian, lalu kabel hitam multimeter di ground.
3. Mencatat besar tegangan yang tertera di multimeter pada tabel data untuk
masing-masing kaki transistor.
III.3.5Pengukuran Besar Arus pada Kaki-kaki Transistor
1. Menyiapkan rangkaian yang telah digunakan sebelumnya.
2. Menyambungkan rangkaian dengan catu daya, yaitu dengan cara
menyambungkan kabel merah ke kaki kolektor Q2 dan kabel hitam di ground.
3. Memutus hubungan antara resistor RC1 dan kaki kolektor Q1.
4. Mengukur besar arus kolektor Q1 menggunakan multimeter, yaitu dengan cara
menyambungkan kabel merah multimeter ke kaki resistor RC1 dan kabel hitam
ke kaki kolektor Q1.
5. Mencatat nilai arus kolektor pada tabel data.
6. Memasang kembali rangkaian yang telah diputus pada pengukuran arus
kolektor.
7. Memutus hubungan antara resistor RE1 dengan kaki emitor Q1.
8. Mengukur besar arus emitor Q1 menggunakan multimeter, yaitu dengan cara
menyambungkan kabel merah multimeter ke kaki emitorQ1, kabel hitam ke
kaki resistor RE1.
9. Mencatat nilai arus emitor pada tabel data.
III.3.6 Perbandingan Tegangan Keluaran pada Rangkaian Gandengan DC
Dengan Satu Transistor dan Dengan Dua Transistor
1. Menyiapkan rangkaian yang telah digunakan sebelumnya dan telah
disambungkan ke catu daya.
2. Menghubungkan osiloskop channel 1 pada input rangkaian dan channel 2 pada
output rangkaian. Kabel negatif osiloskop channel 1 dan kabel negatif channel
2 di ground.
3. Menghubungkan signal generator pada rangkaian, yaitu kabel positif signal
generator ke kaki negatif kapasitor C1, kabel hitam signal generator di ground.
4. Menyalakan signal generator dan pada osiloskop channel 1 yang merupakan
signal input diatur sehingga mendapatkan tegangan sebesar 100 mV.
5. Memutus hubungan antara kolektor pada transistor pertama dengan kaki basis
transistor kedua.
6. Menyalakan komponen alat ukur.
7. Mencatat hasil pengukuran tegangan output pada tabel data.
8. Menyambungkan kembali hubungan antara kolektor pada transistor pertama
dengan kaki basis transistor kedua.
9. Mengulangi langkah 1 sampai 4.
10. Mencatat hasil pengukuran tegangan output pada tabel data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1. Tabel data
Tabel IV.1.1.1 Data Komponen
No. Transistor Resistor () Kapasitor (F)
1 100 K
10
2 10 K
3 10 K
BC 108 330
4 68
5 470
10
6 1K
Vcc catu daya = 9.62 volt VCE = 4,81 volt
Vcc rangkaian = 9.67 volt
Tabel IV.1.1.2 Besar Tegangan Masukan dan Keluaran
No. Frekuensi (kHz) Vin ( V) Vout (V) Gain
1 0.01 1.3 130
2 0.01 1.3 130
3 0.02 2 100
1
4 0.3 2.6 8.6
5 1 9.3 9.3
6 3.3 9.3 2.8

Tabel IV.1.1.3 Besar Tegangan dan Arus Kaki Transistor


Q VE (V) VB (V) VC (V) IC (mA)
Q1 0.34 0.95 4.29 0.53
Q2 4.00 6.62 9 2.8
Tabel IV.1.1.4 Perbandingan Tegangan
Q Vin ( V ) Vout ( V )
Q1 1.2 10
Q2 1.2 8.6
Tabel IV.1.1.5 Penguatan Tegangan Terhadap Frekuensi
No. Frekuensi (Hz) Vin (V) Vout (V) Gain
1 50 0.14 6.6 47.14
2 100 0.14 6.6 47.14
3 200 0.12 8 66.67
4 500 0.16 8 50
5 1K 0.14 9.3 66.43
6 2K 0.1 5.3 53
7 5K 0.08 5.3 66.25
8 10 K 0.08 5.3 66.25
9 20 K 0.08 5.3 66.25
10 50 K 0.08 5.3 66.25
11 100 K 0.06 4 66.67
12 200 K 0.12 6.6 55

IV.1.2 Pengolahan data


1. Besar Tegangan Masukan dan Keluaran
Vout 1.3 Vout 9.3
Gv = = 0.01 = 130 kali Gv = = = 9.3 kali
Vin Vin 1
Vout 1.3 Vout 9.3
Gv = = 0.01 = 130 kali Gv = = 3.3 = 2.8 kali
Vin Vin
Vout 2
Gv = = 0.02 = 100 kali
Vin
Vout 2.6
Gv = = 0.3 = 8.6 kali
Vin

2. Penguatan Tegangan Terhadap Frekuensi


Vout 6.6 Vout 5.3
Gv = = 0.14 = 47.14 kali Gv = = 0.08 = 66.25 kali
Vin Vin
Vout 6.6 Vout 5.3
Gv = = 0.14 = 47.14 kali Gv = = 0.08 = 66.25 kali
Vin Vin
Vout 8 Vout 5.3
Gv = = 0.12 = 66.67 kali Gv = = 0.08 = 66.25 kali
Vin Vin
Vout 8 Vout 5.3
Gv = = 0.16 = 50 kali Gv = = 0.08 = 66.25 kali
Vin Vin
Vout 9.3 Vout 4
Gv = = 0.14 = 66.43 kali Gv = = 0.06 = 66.67 kali
Vin Vin
Vout 5.3 Vout 6.6
Gv = = 0.1 = 53 kali Gv = = 0.12 = 55 kali
Vin Vin

IV.1.3 Gambar dan Grafik


IV.1.3.1 Gambar
1. Bentuk isyarat masukan dan keluaran tegangan frekuensi tetap
1
a). pada skala 100

Gambar IV.1 Bentuk isyarat masukan dan keluaran


1
b). padaskala30

Gambar IV.2 Bentuk isyarat masukan dan keluaran


1
c). pada skala 10

Gambar IV.3 Bentuk isyarat masukan dan keluaran


1
d). padaskala3

Gambar IV.4 Bentuk isyarat masukan dan keluaran


e). pada skala 1

Gambar IV.5 Bentuk isyarat masukan dan keluaran


1
f). padaskala0.3

Gambar IV.6 Bentuk isyarat masukan dan keluaran


2. Bentuk isyarat masukan dan keluaran pada perbandingan tegangan keluaran
dan masukan pada rangkaian

Gambar IV.7 rangkaian DC


3. Bentuk isyarat masukan dan keluaran pada penguat tegangan pada frekuensi
a). pada frekuensi 50 Hz

Gambar IV.9 untuk isyarat masukan dan keluaran


b). pada frekuensi 100 Hz

Gambar IV.10 Bentuk isyarat masukan dan keluaran


c). pada frekuensi 100 Hz

Gambar IV.11Bentuk isyarat masukan dan keluaran


d). pada frekuensi 200 Hz

Gambar IV.12 Bentuk isyarat masukan dan keluaran


e). pada frekuensi 500 Hz

Gambar IV.13Bentuk isyarat masukan dan keluaran


f). pada frekuensi 1 KHz

Gambar IV.14 Bentuk isyarat masukan dan keluaran


g). pada frekuensi 2 KHz

Gambar IV.15 Bentuk isyarat masukan dan keluaran Bentuk isyarat


g). pada frekuensi 2 KHz

Gambar IV.16 Bentuk isyarat masukan dan keluaran Bentuk


h). pada frekuensi 5 KHz

Gambar IV.17Bentuk isyarat masukan dan keluaran Bentuk


i). pada frekuensi 10 KHz

Gambar IV.18 Bentuk isyarat masukan dan keluaran Bentuk


j). pada frekuensi 20 KHz

Gambar IV.19 Bentuk isyarat masukan dan keluaran Bentuk


k). pada frekuensi 50 KHz

Gambar IV.20 Bentuk isyarat masukan dan keluaran Bentuk


l). pada frekuensi 100 KHz

Gambar IV.21 Bentuk isyarat masukan dan keluaran Bentuk


l). pada frekuensi 200 KHz

Gambar IV.22 Bentuk isyarat masukan dan keluaran Bentuk


IV.1.3.2 Grafik
1. Besar Tegangan Masukan dan Keluaran

10
8
Vout (V)

6
4
2
0
0.01 0.01 0.02 0.3 1 3.3
Vin (V)

Grafik IV.23 Hubungan antara Vin dan Vout

140
120
100
80
Gain

60
40
20
0
0.01 0.01 0.02 0.3 1 3.3
Vin (V)

Grafik IV.24 Grafik Vin terhadap Gain


2. Penguatan Tegangan Terhadap Frekuensi

80
70
60
50
Gain

40
30
20
10
0

Frekuensi (kHz)

Grafik IV.25 Grafik frekuensi terhadap penguat


BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan diatas adalah
sebagai berikut :
1. Titik dilakukannya pengukuran pada rangkaian dalam percobaan ini adalah
pada kaki emitor, kolektor dan basis pada transistor pertama dan kedua.
2. Terdapat hilang tegangan pada percobaan akan tetapi tidak dilakukan
pengukuran besar hilang tegangan.
3. Tanggapan amplitudo pada penguatan gandengan DC akan mengalami
kenaikan pada batas frekuensi tertentu, kemudian akan mengalami
penstabilan dan akan mengalami penurunan pada batas frekuensi tertentu.
4. Fungsi dari kapasito decoupling adalah untuk menghubungkan satu tahap
penguatan dengan tahapan penguatan lainnya, atau menghubungkan kelas A
dan B.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Laboratorium
Sebaiknya alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum diganti agar
tidak menghambat proses praktikum.
V.2.2 Saran untuk Asisten
Tetap mempertahankan cara menjelaskannya yang memberikan arahan
kepada praktikan jika terdapat kesalahan pada saat praktikum berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Sutrisno 1987, Elektronika Teori dan Penerapannya Jilid 2, Bandung: ITB.
[2] Antonius, S & Soewangso, E 2003, Studi Karakteristik Motor DC Penguat
Luar Terhadap Posisi Sikat, Jurnal Teknik Elektro, vol.3, no.1, hh.3.
[3] Surjono, HD 2007, Elektronika Teori dan Penerapannya, Yogyakarta: Cedas
Ulet Kreatif Publisher.
[4] Doyle, B 2002, Transistor Elements For 30nm Physical Gate Lenghts and
Beyond Intel Technology Journal, vol.06, issn: 1535766x, hh.13.
[5] Niu, G, Jin, Z, dkk 2001, Transistor Noise in SiGe HBT RF Technology,
Ieee Journal of Solid-State, vol.36, no.9, hh.32.

Anda mungkin juga menyukai