Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PRAKTIKUM
INSTRUMENTASI

JUDUL :

“ SISTEM JEMBATAN WHEATSTONE”

TANGGAL PRAKTIKUM : 22 APRIL 2021


ASISTEN : NURUL ARSYI
NAMA : YUSTIN BENSELINA LEWIKINTA
NIM : 1912041005
JURUSAN/PRODI : FISIKA/PENDIDIKAN FISIKA
KELOMPOK : III
ANGGOTA KELOMPOK : ANDI GUSMANIAR IRNAWATI
NUR AINI SUKAHAR

LABORATORIUM FISIKA UNIT ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI


JURUSAN FISIKA FMIPA UNM
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di era modern ini dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah
lepas dari kebutuhan energi listrik. Alat-alat yang membantu kehidupan
manusia pada masa kini sebagian besar difungsikan dengan energi listrik
seperti lampu, TV, radio, setrika dan sebagainya. Sumber listrik yang
terhubung dengan alat tersebut akan mengalirkan arus listrik sehingga alat
tersebut dapat digunakan. Setiap bahan yang dilewati arus listrik memiliki
besaran yang dapat menghambat arus listrik, besaran tersebut adalah
hambatan. Nilai hambatan setiap bahan akan mempengaruhi arus yang
mengalir pada rangkaian. Semakin besar hambatan pada suatu rangkaian
dengan tegangan yang tetap arus yang mengalir semakin kecil. Dalam
rangkaian listrik yang terdapat dalam berbagai macam alat elektronik
sebenamya terdapat banyak sekali pengaturan rangkaian komponen-
komponen elektonika sederhana yang hanya terdini dari sumber tegangan
dan beban tetapi lebih dari itu. Salah satu tata bahasa dalam elektronika
yaitu jembatan wheatstone, yang merupakan rangkaian yang terdiri dari
empat buah hambatan yang dikelola dengan sumber tegangan. Jembatan
Wheatstone juga dapat digunakan untuk menentukan nilai hambatan suatu
resistor.
Jembatan Wheatsone merupakan suatu susunan rangkaian listrik
untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui harganya (besarnya).
Kegunaan dari jembatan Wheatstone adalah untuk mengukur nilai suatu
hambatan dengancara arus yang mengalir pada galvonometer sama dengan
nol (karena potensi ujung-ujungnya sangat besar) sehingga dapat
dirumuskan dengan perkalian silang. Prinsip dasar dari jembatan
wheatstone adalah keseimbangan. Rangkaian ini digunakan utuk
menyederhanakan susunan hambatan yang pada awalnya tidak dapat
disederhanakan secara pararel maupun seri. Karena rangkaian jembatan
hanya membandingkan antara nilai komponen yang belum diketahui dengan
komponen standar yang telah diketahui nilainya, maka akurasi
pengukurannya menjadi hal yang sangat penting, terutama pada pembacaan
pengukuran perbandingannya yang  hanya didasarkan pada sebuah indikator
NOL pada kesetimbangan jembatan.
Pada kehidupan kita sehari-hari tidak pernah lepas dihadapkan
dengan namanya arus listrik. Arus listrik searah adalah arus listrik yang
nilainya hanya positif atau hanya negatif saja (tidak berubah dari nilai
negatif ke positif atau sebaliknya). Arus listrik searah dikenal dengan
singkatan DC ( Direct Current). Sesuai dengan namanya, listrik arus searah
ini mengalir ke satu jurusan saja dalam kawat penghantar, yaitu dari kutup
positif (+) ke kutub negatif (-). Penerapan listrik searah dapat dilihat dalam
rangkaian seri, rangkain pararel, dan juga pada jembatan wheatstone.
B.   Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui prinsip kerja dari Jembatan Wheatstone
2. Menghitung nilai hambatan yang belum diketahui dengan
menggunakan sistem jembatan wheatstone.
C.   Manfaat Praktikum
1. Secara Teoritis
a. Mampu mengetahui prisnip kerja Jembatan Wheatstone.
b. Mampu menghitung nilai hambatan yang belum diketahui
menggunakan sistem jembatan wheatstone.
2. Secara Praktis
Manfaat praktis yang bisa didapatkan melalui prinsip kerja dari
jembatan wheatsone yaitu bagi orang-orang yang bekerja pada bidang
perikanan. Jadi, prinsip kerja jembatan wheatsone digunakan untuk
menciptakan suatu alat yang dapat menggantikan tugas manusia ketika
menghitung jumlah ikan saat peternakan ikan tersebut dipanen dan massa
jualnya dalam jumlah lebih banyak dan dengan waktu yang efisien. Alat
pengukur ikan itu terdiri dari mikrokontruter.
BAB II
LANDASAN TEORI

Rangkaian jembatan Wheatstone merupakan salah satu rangkaian pembagi


tegangan. Salah satu kelebihan pada rangkaian ini adalah dapat memberikan
tegangan keluaran nol volt. Perubahan nilai hambatan pada salah satu hambatan
akan memberikan respon perubahan tegangan keluaran. Apabila salah satu
hambatan tersebut adalah variabel resistor yang difungsikan sebagai sensor
pergeseran tanah, maka setiap terjadi pergeseran tanah akan menghasilkan
perubahan tegangan keluaran pada rangkaian jembatan Wheatstone. Perubahan
tegangan inilah yang nantinya dapat diolah lebih lanjut sehingga dapat
menggambarkan pergeseran lapisan tanah. (Sugito, 2015: 11).

Gambar 2.1. Rangkaian Jembatan Wheastone


(Sumber: Sugito, dkk, 2015 : 11)
Gambar 2.1 merupakan rangkaian jembatan Wheatstone dengan Rx adalah
hambatan sensor. Ketika tegangan masukan diberikan pada titik A dan B maka
arus akan mengalir melewati R1 sebesar I1 dan melewati R2 sebesar I2. Besarnya
arus I1 dan I2 masing-maisng adalah:

V AB V AB
I 1= dan I 2 = … … … … … … . ...(2.1)
( R1 + R3 ) ( R 2+ R x )
Akibat arus I1 dan I2 yang mengalir akan menghasilkan beda potensial
pada titik C dan D sebagai tegangan keluaran sebesar:
V CD =V CB −V DB … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ( 2.2 )

Dimana
V CB =I 2 × R X dan V DB =I 1 × R3 … … … … … … … … … … (2.3)
Apabila persamaan (2.3) disubtitusikan ke persamaan (2.1) akan diperoleh:
V AB V AB
V CB = × R X dan V DB= × R 3 … … … … … …..(2.4 )
(R2 + R X ) ( R1 + R3 )
Sehingga tegangan keluaran pada titik C dan D adalah:

V CD =
( RX

R3
)
( R 2+ R X ) ( R 1 + R 3 )
V AB … … … … … …(2.5)

Rangkaian – rangkaian jembatan dipakai secara luas untuk pengukuran


nilai – nilai komponen seperti resistor R, induktasi L dan kapasitor C dan
parameter lainnya yang diturunkan secara langsung dari nilai – nilai komponen
seperti frekuensi, sudut fasa, dan suhu. Karena rangkaian jembatan hanya
membandingkan nilai komponen yang tidak diketahui dengan komponen yang
besarnya diketahui secara tepat, tentu saja ketelitian hasil pengukurannya akan
sangat tinggi sekali. Pengukuran dengan rangkaian jembatan menggunakan cara
perbandingan, yaitu didasarkan pada penunjukan nol dari kesetimbangan rangkaian
jembatan. Oleh karena itu, ketelitian pengukuran ini adalah langsung sesuai dengan
ketelitian komponen yang tersedia pada rangkaian jembatan, bukan bergantung
pada detector nolnya sendiri. Rangkaian jembatan mempunyai empat lengan
resistor, sebuah sumber baterai dan detector nol yang disebut galvanometer. Arus
yang melalui galvanometer tergantung pada beda potensial antara titik a-d Vad dan
potensial titik b-d Vbd. Dalam hal ini jembatan disebut setimbang jika beda
potensial dengan galvanometer sama dengan 0 volt atau dengan kata lain tidak ada
arus yang terdeteksi pada galvanometer (Herlan, 2014: 2).
Galvanometer adalah alat pengukur kuat arus yang sangat lemah. Cara
kerjanya sama dengan Amperemeter, Voltmeter, dan ohmmeter . Ketiga alat itu
cara kerjanya sama dengan motor listrik, tapi karena dilengkapi pegas, maka
kumparannya tidak berputar. Karena muatan dalam magnet dapat berubaha karena
arus listrik yang mengalir ke dalamnya. Galvanometer itu merupakan alat ukur
listrik yang digunakn untuk mengukur kuat arus dan beda potensial listrik yang
relative kecil. Galvanometer tidak dapat digunakan untuk mengukur kuat arus
maupun beda potensial listrik yang relatif besar, karena komponen-komponen
internalnya yang tidak mendukung . Galvanometer bisa digunakan untuk
mengukur kuat arus maupun beda potensial listrik yang besar, jika pada
galvanometer tersebut dipasang hambatan eksternal (pada voltmeter disebut
hambatan depan, sedangkan pada ampermeter disebut hambatan shunt
(Manurung, 2018:83).
Elemen dasar dari galvanometer berupa kumparan bergerak. Kumparan
tersebut terbuat dari kawat tembaga isolasi halus yang dapat berputar pada
porosnya dalam medan magnet yang diberikan oleh suatu magnet permanen. Cara
kerja galvanometer didasarkan pada fakta bahwa torsi bekerja pada loop arus
dibawah pengaruh medan magnet. Semakin besar arusnya maka akan semakin
besar torsi dan kumparan pun berputar semakin cepat. Penyimpangan jarum
galvanometer dihubungkan dengan gerakan kumparan. Ketika alat ini terkalibrasi,
maka dapat digunakan bersama-sama dengan elemen rangkaian lain untuk
mneghitung arus dan beda potensial (Fatmaryanti, 2019: 36).

Gambar 2.2. Struktur Galvanometer dengan kumparan yang bergerak


(Sumber: Fatmaryanti, 2019 : 36)

Menurut (Syech, 2016: 94) prinsip dari metode jembatan Wheatstone


adalah sebagai berikut :
1. Hubungan antara resistivitas dan hambatan, yang berarti setiap penghantar
memiliki besar hambatan tertentu.
2. Hukum Ohm yang menjelaskan tentang hubungan antara hambatan, tegangan
dan arus listrik. Besar arus yang mengalir pada galvanometer diakibatkan oleh
adanya suatu hambatan.
3. Hukum Kirchoff 1 dan 2, yang mana sesuai dari hukum ini menjelaskan
jembatan dalam keadaan seimbang karena besar arus pada kedua ujung
galvanometer sama besar sehingga saling meniadakan.
Menurut (Prajitno, 2004:99) terdapat tiga masalah yang patut diperhatikan
pada jembatan Wheatstone saat dalam keadaan setimbngan yaitu:
1. Dalam keadaan setimbang perubahan polaritas sumber tegangan ataupun
meter tak mempengaruhi.
2. Dalam keadaan setimbang perubahan nilai sumber tegangan tak
mempengaruhi kesetimbngan jembatan.
3. Meter hanya digunkan untuk melihat terjadinya arus saat jembatan belum
setimbang.
Sirkuit jembatan Wheatstone (atau jembatan resistansi) dapat digunakan di
sejumlah aplikasi dan saat ini, dengan amplifier operasional modern, kita dapat
menggunakan sirkuit jembatan Whatstone untuk menghubungkan berbagai
transduser dan sensor ke rangkaian penguat. Sirkuit Wheatstone tidak lebih dari
dua pengaturan rangkaian parallel yang sederhana yang dihubungkan antara
terminal suplai tegangan dan ground yang menghasilkan perbedaan tegangan nol
antara dua cabang parallel bila diimbangi. Sirikuit jembatan Wheatstone memiliki
dua terminal input dan dua terminal keluaran yang terdiri dari empat resistor yang
dikonfigurasi dalam susunan seperti diamod. Bila seimbang, jembatan Wheatstone
dapat dianalisis hanya sebagai dua deret seri secara parallel (Setiyo, 2017: 85).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Identifikasi Variabel
1. Variabel Terukur
a. Tegangan Sumber, VS (volt)
b. Hambatan Potensiometer, R1 (Ω)
c. Hambatan Galanometer, RG (Ω)
d. Panjang kawat, L1 dan L2 (cm)
2. Variable Terhitung
a. Hambatan Resistor Tetap, RX (Ω)
b. Hambatan Thevenin, RTH (Ω)
c. Tegangan Thevenin, VTH (V)
d. Kuat arus Galvanometer, IG (A)
B. Defenisi Operasional Variabel
1. Tegangan sumber adalah besarnya tegangan yang dialirkan dari catu daya
(power supply) ke rangkaian dengan satuan Volt (V).
2. Hambatan potensiometer (R1) adalah besarnya hambatan yang ada pada
potensiometer, diukur menggunakan ohmmeter dengan satuan ohm (Ω).
3. Hambatan galvanometer (RG) adalah besarnya hambatan yang ada pada
galvanometer, diukur menggunakan ohmmeter dengan satuan ohm (Ω).
Variabel Manipulasi
4. Panjang Kawat adalah komponen yang diukur dengan memindahkan
penjepit yang disambungkan dengan Galvometer dan melihat hasil
pengukuran pada panjang mistar dan panjang kawat nya setelah
galvometer menunjukan angka nol dengan satuan (cm).
5. Hambatan Resistor Tetap (RX) adalah hambatan yang tidak diketahui dan
akan dicari nilainya dengan persamaan system jembatan wheatstone.
6. Hambatan Thevenin (RTH) adalah hambatan yang dihitung pada terminal
beban ketika beban dilepas dari rangkaian dan sumber arus dibuat menjadi
nol atau dihubung singkatkan.
7. Tegangan Thevenin (VTH) adalah tegangan yang dihitung pada terminal
beban ketika beban dilepas dari rangkaian.
8. Kuat arus galvanometer adalah kuat arus yang mengalir pada
galvanometer, dihitung menggunakan persamaan dengan satuan ampere
(A).
C. Alat dan Bahan
1. Galvanometer (1 buah)
2. Sumber tegangan (1 buah)
3. Potensiometer Box (R1) (1 buah)
4. Resistor Tetap (Rx) (1 buah)
5. Kawat Jembatan + Skala Metrik 100 cm (1 buah)
6. Multimeter digital (1 buah)
7. Kabel penghubung (13 buah)
A. Prosedur Kerja
1. Diukur terlebih dahulu beda potensial pada power supply sebesar 5 Volt
dengan cara menghubungkan kutub positif pada power supply (input)
dengan input Voltmeter pada multimeter digital, lalu output pada
multimeter digital disambungkan dengan kutub negatif pada power supply
(output) dan diukur sumber tegangan hingga 5 Volt.
2. Dirangkai rangkaian wheatstone seperti dibawah ini:

Gambar 3.1. Rangkaian Pengukuran


(Sumber : Modul Praktikum Instrumentasi)
dimana input pada power supply di sambungkan di penghubung 1 (L 1)
pada kawat jembatan dan skala matriks yang panjangnya 100 cm dan
untuk output power supply di hubungkan dengan penghubung 2 (L 2) pada
seperangkat kawat jembatan dan skala matriks. Lalu penghubung 1 di
hubungkan dengan input R1 (potensiometer) dan penghubung 2 di
sambungkan dengan Rx (resistor tetap atau yang tidak diketahui nilainya).
Setelah itu, output dari R1 (potensiometer) disambungkan dengan
penghubung pada besi yang berada pada kawat jembatan dan strim
matriks begitu pua dengan Rx nya. Lalu bagian tengah dari seperangkat
kawat jembatan dan skala matriks terdapat saluran penghubung yang akan
dihubungkan dengan input Galvometer. Lalu output dari Galvometer di
hubungkan dengan kawat jembatan dengan cara menjepit kawat tersebut.
3. Sebelum dilakukan pengukuran dan menentukan titik kesetimbangannya,
maka terlebih dahulu diatur potensiometer hingga menunjukan nilai 1000
Ω dengan cara melepas sambungan pada R1 dengan sumber tegangan di
pengubung seperangkat kawat jembatan dan skala matrik kemudian di
hubungkan dengan multimeter digital. Lalu dimulailah melakukan
pengukuran tegangan sebesar 1000 Ω.
4. Setelah mendapatkan nilai 1000 Ω, maka dioffkan multimeter digital yang
awalnya menunjukan simbol Ohm (Ω). Lalu dilepaskan sambungan R 1
(potensiometer) dengan multimeter digital dan dikembalikan ke rangkaian
semula.
5. Lalu di-on-kan power supply dan mulailah diukur dengan cara
menggerakan penjepit kawat yang terhubung dengan Galvometer sampai
posisinya pada Galvometer menunjukan angka 0. Setelah ditunjukan
angka 0 maka dibaca hasil pengukuran mata skala matriknya dan
kemudian dicatat pada tabel hasil pengamatan.
6. Dilakukan pengukuran ini sebanyak 9 kali pengukuran mulai dari 1000 Ω
sampai 5000 Ω dengan cara yang sama.
B. Teknik Analisis Data
1. Tentukan nilai resistansi yang belum diketahui nilainya (resistansi tetap
atau Rx) serta dengan ketidak pastian resistansi Rx dan R1 berdasarkan
hasil pegukuran dari R1, L1 dan L2. Tentukan pula angka berartinya serta
buatkan dalam bentuk pelaporan fisika.
2. Lalu buat grafik hubungan antara L1/L2 terhadap nilai resistansi resistor
pada potensiometer. Lalu lakukan penganalisisan data untuk menentukan
nilai resistansi yang belum diketahui berdasarkan nilai yang dihasilkan
pada grafik.
3. Lakukan pula penganalisisan terhadap ketidakpastian pada Galvometer
dengan menentukan Tegangan Thevenin dan Hambatan Thevenin serta
Kuat arus Galvometer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1. Hasil Pengamatan Hambatan dan Panjang Kawat
No R1 (Ω) L1 (cm) L2 (cm)
.
1. 1000 |25,10 ± 0,05| |74,90 ± 0,05|
2. 2000 |39,60 ± 0,05| |60,40 ± 0,05|
3. 3000 |49,40± 0,05| |50,60 ± 0,05|
4. 4000 |56,00 ± 0,05| |44,00± 0,05|
5. 5000 |61,70 ± 0,05| |38,30 ± 0,05|
B. Analisis Data
1. Rteori = 3300 Ω
2. Secara Praktikum
- Untuk Data 1
1) R1 .l 2=R x .l 1

R 1 . l2
R x=
l1

1000 Ω. 74,9 cm
R x=
25,1 cm

R x =2984,1 Ω

∆ R1 =( R1 .1,2 % )+ ( Nilaiterkecil .5 )

∆ R1 =( 1000 Ω. 1,2 % ) + ( Nilai terkecil . 5 )

∆ R1 =( 12 )+ (1 x 5 )

∆ R1 =¿12 + 5

∆ R1 =¿17 Ω

∆ l 1=∆ l 2=NST mistar


∆ l 1=∆ l 2=0,05 cm

R 1 . l2
R x=
l1

Rambat Ralat :

dR x dR x dR x
δ R x = {│ │dR 1+ │ │dL1+│ │dL2 }
R1 L1 L2
−1 −1 −1
d (R1 L2 L1 ) d (R1 L2 L1 ) d ( R1 L 2 L 1 )
δ R x = {│ │dR 1+ │ │dL1+│ │dL2}
R1 L1 L2
−1 −2 −1
δ R x = {│ L2 L1 │dR 1+ │ R1 L2 L1 │dL1+│ R1 L1 │dL2}
−1 −2 −1
δ Rx L2 L1 R 1 L2 L1 R 1 L1
= {│ dR
│ 1+ │ dL
│ 1+│ │dL2}
Rx Rx Rx Rx
−1 −2 −1
δ Rx L2 L 1 R 1 L2 L1 R 1 L1
= {│ −1 │
dR 1+ │ −1 │
dL 1 +│ −1 │
dL2}
Rx R 1 L2 L1 R 1 L2 L1 R 1 L2 L1

δ Rx dR1 dL1 dL2


= {│ │+ │ │+│ │}
Rx R1 L1 L2

△ R1 △ L1 △ L2
△ R x = {│ │+ │ │+│ │} R x
R1 L1 L2
17 0,05 0,05
△ R x = {│ │+ │ │+│ │} 2984,1 Ω
1000 25,1 74,9
△ R x = {│ 0,017 │+ │ 0,0019 │+│ 0,0007 │} 2984,1 Ω

△ R x = 58,7 Ω
∆ Rx
KR= x 100 %
Rx
58,7 Ω
KR= x 100 %
2984,1 Ω
KR=1,96 %
∆ Rx
AB=1−log
Rx
58,7 Ω
AB=1−log
2984,1 Ω
AB=1− (−1,71 )
AB=2,71=3
PF = RX = |298 ± 58,7|Ω
Dengan menggunakan analisis yang sama, maka diperoleh:
Tabel 2.2. Hasil Analisis Perhitungan Hambatan Tetap RX
R1(Ω) ∆ R(Ω) l 1 (cm) l 2 (cm ) R x (Ω) ∆ R x (Ω) PF (kΩ ¿
1000 17 25,1 74,9 2984,1 58,5 |2,98 ± 0,06|
2000 29 39,6 60,4 3050,5 50,6 |3,05 ± 0,05|
3000 41 49,4 50,6 3072,9 48,1 |3,07 ± 0,05|
4000 53 56 44 3142,9 48 |3,14 ± 0,05|
5000 65 61,7 38,3 3103,7 46,9 |3,10 ± 0,05|

R X1 + R X 2+ R X 3 + R X 4 + R X 5
3. R X =
n
2984,1+ 3050,5+ 3072,9+ 3142,9+3103,7
RX=
5
15354,1
RX=
5
R X =3070,82 Ω
R X 1+ R X 2 + R X3 + R X 4 + R X 5
∆ RX=
n
58,5+50,6+ 48,1+ 48+ 46,9
∆ RX=
5
252,35
∆ RX=
5
∆ R X =50,47 Ω

∆ RX
KR= x 100 %
RX
50,47 Ω
KR= x 100 %
3070,82 Ω
KR=1,64 %
∆ Rx
AB=1−log
Rx
50,47 Ω
AB=1−log
3070,82 Ω
AB=1− (−1,78 )
AB=2,78=3
PF = R X = |3,07 ± 0,05|kΩ

| |
R X Teori−R X Praktikum
%diff = X 100 %
R X Teori+ R X Praktikum
2

| |
3300 Ω−3070,82 Ω
%diff = X 100 %
3300 Ω+3070,82 Ω
2

%diff = |3185,41 Ω|
229,18 Ω
X 100 %

%diff =|0,072| X 100 %


%diff =7,2%
4. Analisis Ketidakpastian
- Untuk Data 1
VTH = VCD = VAC - VAD
R1
V AC = V
R1 + R X S
1000 Ω
V AC = 5 volt
1000 Ω+2984,1 Ω
5000 Ω volt
V AC =
3984,1 Ω
V AC =1,25 volt
l1
V AD = V
l 1 +l 2 S
25,1 cm
V AD = 5 volt
25,1 cm+74,9 cm
125,5 cm volt
V AD =
100 cm
V AD =1,25 volt
VTH = VAC - VAD
VTH = 1,25 volt - 1,25 volt
VTH = 0 volt
R1 . R X l 1 . l 2
RTH = +
R1 + R X l 1 +l 2
1000 . 2984,1 25,1 . 74,9
RTH = +
1000+2984,1 25,1+74,9
2984100 Ω 1879,99
RTH = +
3984,1 Ω 100
RTH =749+18,8
RTH =767,8Ω
RG =139,5 Ω

V TH
I G=
RTH + RG
0 volt
I G=
767,8 Ω+ RG
I G=¿ 0 A
Dengan menggunakan analisis yang sama, maka diperoleh :
Tabel 2.3. Hasil Analisis Ketidakpastian Galvanometer
R1 (Ω) l 1 (cm) l 2 (cm) R X (Ω) V TH ( volt ) RTH ( Ω) RG (Ω) I G ( A)
1000 25,1 74,9 2984, 0 767,8 139,5 0
1
2000 39,6 60,4 3050, 0 1232 139,5 0
5
3000 49,4 50,6 3072, 0 1543 139,5 0
9
4000 56 44 3142, 0 1784,6 139,5 0
9
5000 61,7 38,3 3103, 0 1938,6 139,5 0
7

C. Pembahasan
Praktikum pada unit ini dilakukan kegiatan pengukuran yang
menggunakan sistem jembatan wheatstone. Prinsip kerja dari percobaan ini
yaitu dengan memanfaatkan Hukum Kirchoff 1 tentang arus masuk sama
dengan arus keluar, sehingga dapat diketahui nilai RX (hambatan yang belum
diketahui) karena ini sama saja bahwa arus pada kedua ujung kumparan itu
sama besar dan seimbang, sehingga mengakibatkan nilai nol pada alat
tersebut.
Prinsip ini dapat dilakukan dengan cara menggeserkan kontak logam pada
kawat. Hukum Kirchoff 2, hukum ini menjelaskan jembatan dalam keadaan
seimbang karena besar arus pada ke 2 ujung galvanometer sama besar
sehingga saling meniadakan. Hubungan antara L1, L2, Ra, RX pada
percobaan ini yaitu dengan melakukan perkalian saling berasa antara RX. L1
= Ra. L2 karena 2 titik cabang pertemuan dalam rangkaian tidak memiliki
beda potensial antara 2 titik cabang tersebut, hal ini dapat dilakukan dengan
mengatur besarnya Ra dan Rb juga hambatan geser Rs maka akan dapat
dicapai Galvanometer tak teraliri arus, sehingga persamaan tersebut dapat
digunakan.
Dalam rangkaian Jembatan Wheatstone ini kita menggunakan tegangan
sumber sebesar 5 Volt untuk di aliri kerangkaian tersebut. Jika pada
rangkaian sumber tegangan 5 Volt tersebut tidak menunjukan kondisi
setimbang pada Galvometer maka dapat diturunkan tegangan tersebut hingga
mendapatkan kondisi yang setimbang.
Dari sumber tegangan ini akan di sambungkan dengan kawat jembatan dan
skala matriks serta dengan tahanan atau hambatan pada potensiometer yang
besar resistensinya yaitu 1000 Ω sampai 5000 Ω dengan skala 1000 Ω.
Dengan nilai resistansi dari tahanan tersebut kita dapat mengukur
kesetimbangan serta berapa panjang dari posisi setimbang tersebut dimana
dilihat dari penunjukan angka nol pada Galvometer yang memiliki hambatan
139,5 Ω. Jika semakin besar nilai resistansi pada potensiomer maka panjang
kawat (L1) juga akan semakin besar tetapi panjang kawat (L2) akan semakin
mengecil atau dapat dikatakan bahwa L1 berbanding terbalik dengan L2.
Hasil pengukuran tersebut kemudian akan digunakan untuk dapat
menentukan berapa nilai dari resistansi yang belum diketahui serta dengan
ketidakpastiannya. Maka didapatkan hasil secara berturut-turut adalah 2984,1
Ω, 3050,5 Ω, 3072,9 Ω, 3142,9 Ω, 3103,7 Ω. Dari hasil perhitungan yang
didapat maka dapat diketahui bahwa jika semakin besar nilai resistansi pada
potensiometer (R1) maka nilai resistansi (Rx) juga akan ikut meningkat ata
dengan kata lain R1 berbanding lurus dengan Rx dan begitu pula dengan
panjang lintasan atau posisi kawat jembatannya (L2) akan tetapi jika panjang
posisi kawat (L1) yang dilewati memiliki nilai yang besar maka nilai
resistansi (Rx) akan mengecil. Dan diperoleh RX rata-rata sebesar 3070,82 Ω.
Setelah itu dicari besar perbedaan antara RX rata-rata dengan RX teori. Karena
besarnya R Teori adalah 3300 Ω, maka % diff yang diperoleh sebesar 7,2 %.
Adanya perbedaan antara RX teori dan praktikum ini disebabkan oleh kurang
telitinya praktikan dalam membaca alat ukur saat pengambilan data.
Perlu diketahui ketidakpastian dari sistem jembatan wheatstone maka perlu
dibuatkan analisis ketidakpastian untuk melihat apakah sistem jembatan
wheatstone berada dalam keadaan setimbang atau tidak. Dari hasil
perhitungan diperoleh VTH(yang berarti tegangan yang melewati ujung-ujung
sistem jembatan wheatstone) sama dengan 0 artinya tegangan pada
galvanometer bernilai 0. Dan juga kuat arus pada galvanometer sama dengan
0. Artinya sistem jembatan wheatstone dalam keadaan setimbang.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh dua kesimpulan,
yakni,
1. Prinsip kerja dari jembatan wheatstone adalah empat buah lengan yang
digunakan untuk mengukur hambatan yang belum diketahui, dan sebuah
galvanometer. Sistem jembatan wheatstone dikatakan berada dalam
keadaan setimbang apabila beda potensial yang terbaca pada
galvanometer sebesar 0 volt, artinya tidak ada arus yang melalui
galvanometer.
2. Untuk dapat menghitung nilai hambatan yang tidak diketahui maka dapat
dilakukan dengan cara perbandingan dengan resistansi resistor yang sudah
diketahui nilainya atau juga dapat menggunakan posisi panjang kawat
jembatan yang ditunjukan jika Galvometer yang disabungkan menunjukan
angka nol.
B. Saran
1. Bagi praktikan, diharapkan untuk lebih teliti pada saat pengambilan data
di laboratorium agar memperoleh data yang lebih akurat.
2. Bagi asisten, diharapkan untuk senantiasa membimbing setiap praktikan
dan senantiasa memperhatikan proses pengambilan data oleh praktikan
agar tidak terjadi kesalahan
3. Bagi laboran, diharapkan memeriksa dan memastikan bahwa setiap alat
dan bahan yang akan digunakan pada praktikum masih berfungsi dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Famaryanti, Siska Desy. 2019. Buku Ajar Fisika Dasar Kemagnetan Melalui
Pendekatan Multi Representasi dan Analisis TPACK Bagi Calon Guru.
Yogyakarta: Deepublish. Hal: 36.
Herlan, Dedeng. 2014. Studi Pengaruh Pengaman Galvanometer Terhadap
Keakuratan Hasil Pengukuran Resistor Pada Jembatan Wheatstone
Sederhana. Seminar Nasional Sains dan Teknologi. ISSN: 2407 – 1846.
Hal: 2.
Manurung, S.R. and Sinambela, M., 2018. Perangkat Pembelajaran IPA
Berbentuk LKS Berbasis Laboratorium. INPAFI (Inovasi Pembelajaran
Fisika), 6(1).
Prajitno, T.A., 2004. Jembatan Wheatstone Otomatik. Jurnal Penelitian Inovasi,
22(2), p.17682.
Setiyo, Muji. 2017. Listrik & Elektronika Dasar Otomotif (Basic Automotive
Electricity & Electronics). Magelang: Unimma Press. Hal: 85.
Sugito, Hartono, dan Ipung Permadi. 2015. Rancang Bangun Sistem Pengukuran
Pergeseran Tanah Menggunakan Sensor Variabel Resistor. Jurnal Berkala
Fisika, Vol. 18 No.1. ISSN: 1410 – 9662. Hal: 11.
Syech, R., Abdi, R. and Tambunan, W., 2016. Penentuan Konduktivitas Listrik
Air Sungai Batang Lubuh dengan Menggunakan Metode Jembatan
Wheatstone. Jurnal APTEK, 8(2), pp.92-101.
LITERATUR

Anda mungkin juga menyukai