PRAKTIKUM
INSTRUMENTASI
JUDUL :
A. Latar Belakang
Di era modern ini dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah
lepas dari kebutuhan energi listrik. Alat-alat yang membantu kehidupan
manusia pada masa kini sebagian besar difungsikan dengan energi listrik
seperti lampu, TV, radio, setrika dan sebagainya. Sumber listrik yang
terhubung dengan alat tersebut akan mengalirkan arus listrik sehingga alat
tersebut dapat digunakan. Setiap bahan yang dilewati arus listrik memiliki
besaran yang dapat menghambat arus listrik, besaran tersebut adalah
hambatan. Nilai hambatan setiap bahan akan mempengaruhi arus yang
mengalir pada rangkaian. Semakin besar hambatan pada suatu rangkaian
dengan tegangan yang tetap arus yang mengalir semakin kecil. Dalam
rangkaian listrik yang terdapat dalam berbagai macam alat elektronik
sebenamya terdapat banyak sekali pengaturan rangkaian komponen-
komponen elektonika sederhana yang hanya terdini dari sumber tegangan
dan beban tetapi lebih dari itu. Salah satu tata bahasa dalam elektronika
yaitu jembatan wheatstone, yang merupakan rangkaian yang terdiri dari
empat buah hambatan yang dikelola dengan sumber tegangan. Jembatan
Wheatstone juga dapat digunakan untuk menentukan nilai hambatan suatu
resistor.
Jembatan Wheatsone merupakan suatu susunan rangkaian listrik
untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui harganya (besarnya).
Kegunaan dari jembatan Wheatstone adalah untuk mengukur nilai suatu
hambatan dengancara arus yang mengalir pada galvonometer sama dengan
nol (karena potensi ujung-ujungnya sangat besar) sehingga dapat
dirumuskan dengan perkalian silang. Prinsip dasar dari jembatan
wheatstone adalah keseimbangan. Rangkaian ini digunakan utuk
menyederhanakan susunan hambatan yang pada awalnya tidak dapat
disederhanakan secara pararel maupun seri. Karena rangkaian jembatan
hanya membandingkan antara nilai komponen yang belum diketahui dengan
komponen standar yang telah diketahui nilainya, maka akurasi
pengukurannya menjadi hal yang sangat penting, terutama pada pembacaan
pengukuran perbandingannya yang hanya didasarkan pada sebuah indikator
NOL pada kesetimbangan jembatan.
Pada kehidupan kita sehari-hari tidak pernah lepas dihadapkan
dengan namanya arus listrik. Arus listrik searah adalah arus listrik yang
nilainya hanya positif atau hanya negatif saja (tidak berubah dari nilai
negatif ke positif atau sebaliknya). Arus listrik searah dikenal dengan
singkatan DC ( Direct Current). Sesuai dengan namanya, listrik arus searah
ini mengalir ke satu jurusan saja dalam kawat penghantar, yaitu dari kutup
positif (+) ke kutub negatif (-). Penerapan listrik searah dapat dilihat dalam
rangkaian seri, rangkain pararel, dan juga pada jembatan wheatstone.
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui prinsip kerja dari Jembatan Wheatstone
2. Menghitung nilai hambatan yang belum diketahui dengan
menggunakan sistem jembatan wheatstone.
C. Manfaat Praktikum
1. Secara Teoritis
a. Mampu mengetahui prisnip kerja Jembatan Wheatstone.
b. Mampu menghitung nilai hambatan yang belum diketahui
menggunakan sistem jembatan wheatstone.
2. Secara Praktis
Manfaat praktis yang bisa didapatkan melalui prinsip kerja dari
jembatan wheatsone yaitu bagi orang-orang yang bekerja pada bidang
perikanan. Jadi, prinsip kerja jembatan wheatsone digunakan untuk
menciptakan suatu alat yang dapat menggantikan tugas manusia ketika
menghitung jumlah ikan saat peternakan ikan tersebut dipanen dan massa
jualnya dalam jumlah lebih banyak dan dengan waktu yang efisien. Alat
pengukur ikan itu terdiri dari mikrokontruter.
BAB II
LANDASAN TEORI
V AB V AB
I 1= dan I 2 = … … … … … … . ...(2.1)
( R1 + R3 ) ( R 2+ R x )
Akibat arus I1 dan I2 yang mengalir akan menghasilkan beda potensial
pada titik C dan D sebagai tegangan keluaran sebesar:
V CD =V CB −V DB … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ( 2.2 )
Dimana
V CB =I 2 × R X dan V DB =I 1 × R3 … … … … … … … … … … (2.3)
Apabila persamaan (2.3) disubtitusikan ke persamaan (2.1) akan diperoleh:
V AB V AB
V CB = × R X dan V DB= × R 3 … … … … … …..(2.4 )
(R2 + R X ) ( R1 + R3 )
Sehingga tegangan keluaran pada titik C dan D adalah:
V CD =
( RX
−
R3
)
( R 2+ R X ) ( R 1 + R 3 )
V AB … … … … … …(2.5)
A. Identifikasi Variabel
1. Variabel Terukur
a. Tegangan Sumber, VS (volt)
b. Hambatan Potensiometer, R1 (Ω)
c. Hambatan Galanometer, RG (Ω)
d. Panjang kawat, L1 dan L2 (cm)
2. Variable Terhitung
a. Hambatan Resistor Tetap, RX (Ω)
b. Hambatan Thevenin, RTH (Ω)
c. Tegangan Thevenin, VTH (V)
d. Kuat arus Galvanometer, IG (A)
B. Defenisi Operasional Variabel
1. Tegangan sumber adalah besarnya tegangan yang dialirkan dari catu daya
(power supply) ke rangkaian dengan satuan Volt (V).
2. Hambatan potensiometer (R1) adalah besarnya hambatan yang ada pada
potensiometer, diukur menggunakan ohmmeter dengan satuan ohm (Ω).
3. Hambatan galvanometer (RG) adalah besarnya hambatan yang ada pada
galvanometer, diukur menggunakan ohmmeter dengan satuan ohm (Ω).
Variabel Manipulasi
4. Panjang Kawat adalah komponen yang diukur dengan memindahkan
penjepit yang disambungkan dengan Galvometer dan melihat hasil
pengukuran pada panjang mistar dan panjang kawat nya setelah
galvometer menunjukan angka nol dengan satuan (cm).
5. Hambatan Resistor Tetap (RX) adalah hambatan yang tidak diketahui dan
akan dicari nilainya dengan persamaan system jembatan wheatstone.
6. Hambatan Thevenin (RTH) adalah hambatan yang dihitung pada terminal
beban ketika beban dilepas dari rangkaian dan sumber arus dibuat menjadi
nol atau dihubung singkatkan.
7. Tegangan Thevenin (VTH) adalah tegangan yang dihitung pada terminal
beban ketika beban dilepas dari rangkaian.
8. Kuat arus galvanometer adalah kuat arus yang mengalir pada
galvanometer, dihitung menggunakan persamaan dengan satuan ampere
(A).
C. Alat dan Bahan
1. Galvanometer (1 buah)
2. Sumber tegangan (1 buah)
3. Potensiometer Box (R1) (1 buah)
4. Resistor Tetap (Rx) (1 buah)
5. Kawat Jembatan + Skala Metrik 100 cm (1 buah)
6. Multimeter digital (1 buah)
7. Kabel penghubung (13 buah)
A. Prosedur Kerja
1. Diukur terlebih dahulu beda potensial pada power supply sebesar 5 Volt
dengan cara menghubungkan kutub positif pada power supply (input)
dengan input Voltmeter pada multimeter digital, lalu output pada
multimeter digital disambungkan dengan kutub negatif pada power supply
(output) dan diukur sumber tegangan hingga 5 Volt.
2. Dirangkai rangkaian wheatstone seperti dibawah ini:
A. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1. Hasil Pengamatan Hambatan dan Panjang Kawat
No R1 (Ω) L1 (cm) L2 (cm)
.
1. 1000 |25,10 ± 0,05| |74,90 ± 0,05|
2. 2000 |39,60 ± 0,05| |60,40 ± 0,05|
3. 3000 |49,40± 0,05| |50,60 ± 0,05|
4. 4000 |56,00 ± 0,05| |44,00± 0,05|
5. 5000 |61,70 ± 0,05| |38,30 ± 0,05|
B. Analisis Data
1. Rteori = 3300 Ω
2. Secara Praktikum
- Untuk Data 1
1) R1 .l 2=R x .l 1
R 1 . l2
R x=
l1
1000 Ω. 74,9 cm
R x=
25,1 cm
R x =2984,1 Ω
∆ R1 =( R1 .1,2 % )+ ( Nilaiterkecil .5 )
∆ R1 =( 12 )+ (1 x 5 )
∆ R1 =¿12 + 5
∆ R1 =¿17 Ω
R 1 . l2
R x=
l1
Rambat Ralat :
dR x dR x dR x
δ R x = {│ │dR 1+ │ │dL1+│ │dL2 }
R1 L1 L2
−1 −1 −1
d (R1 L2 L1 ) d (R1 L2 L1 ) d ( R1 L 2 L 1 )
δ R x = {│ │dR 1+ │ │dL1+│ │dL2}
R1 L1 L2
−1 −2 −1
δ R x = {│ L2 L1 │dR 1+ │ R1 L2 L1 │dL1+│ R1 L1 │dL2}
−1 −2 −1
δ Rx L2 L1 R 1 L2 L1 R 1 L1
= {│ dR
│ 1+ │ dL
│ 1+│ │dL2}
Rx Rx Rx Rx
−1 −2 −1
δ Rx L2 L 1 R 1 L2 L1 R 1 L1
= {│ −1 │
dR 1+ │ −1 │
dL 1 +│ −1 │
dL2}
Rx R 1 L2 L1 R 1 L2 L1 R 1 L2 L1
△ R1 △ L1 △ L2
△ R x = {│ │+ │ │+│ │} R x
R1 L1 L2
17 0,05 0,05
△ R x = {│ │+ │ │+│ │} 2984,1 Ω
1000 25,1 74,9
△ R x = {│ 0,017 │+ │ 0,0019 │+│ 0,0007 │} 2984,1 Ω
△ R x = 58,7 Ω
∆ Rx
KR= x 100 %
Rx
58,7 Ω
KR= x 100 %
2984,1 Ω
KR=1,96 %
∆ Rx
AB=1−log
Rx
58,7 Ω
AB=1−log
2984,1 Ω
AB=1− (−1,71 )
AB=2,71=3
PF = RX = |298 ± 58,7|Ω
Dengan menggunakan analisis yang sama, maka diperoleh:
Tabel 2.2. Hasil Analisis Perhitungan Hambatan Tetap RX
R1(Ω) ∆ R(Ω) l 1 (cm) l 2 (cm ) R x (Ω) ∆ R x (Ω) PF (kΩ ¿
1000 17 25,1 74,9 2984,1 58,5 |2,98 ± 0,06|
2000 29 39,6 60,4 3050,5 50,6 |3,05 ± 0,05|
3000 41 49,4 50,6 3072,9 48,1 |3,07 ± 0,05|
4000 53 56 44 3142,9 48 |3,14 ± 0,05|
5000 65 61,7 38,3 3103,7 46,9 |3,10 ± 0,05|
R X1 + R X 2+ R X 3 + R X 4 + R X 5
3. R X =
n
2984,1+ 3050,5+ 3072,9+ 3142,9+3103,7
RX=
5
15354,1
RX=
5
R X =3070,82 Ω
R X 1+ R X 2 + R X3 + R X 4 + R X 5
∆ RX=
n
58,5+50,6+ 48,1+ 48+ 46,9
∆ RX=
5
252,35
∆ RX=
5
∆ R X =50,47 Ω
∆ RX
KR= x 100 %
RX
50,47 Ω
KR= x 100 %
3070,82 Ω
KR=1,64 %
∆ Rx
AB=1−log
Rx
50,47 Ω
AB=1−log
3070,82 Ω
AB=1− (−1,78 )
AB=2,78=3
PF = R X = |3,07 ± 0,05|kΩ
| |
R X Teori−R X Praktikum
%diff = X 100 %
R X Teori+ R X Praktikum
2
| |
3300 Ω−3070,82 Ω
%diff = X 100 %
3300 Ω+3070,82 Ω
2
%diff = |3185,41 Ω|
229,18 Ω
X 100 %
V TH
I G=
RTH + RG
0 volt
I G=
767,8 Ω+ RG
I G=¿ 0 A
Dengan menggunakan analisis yang sama, maka diperoleh :
Tabel 2.3. Hasil Analisis Ketidakpastian Galvanometer
R1 (Ω) l 1 (cm) l 2 (cm) R X (Ω) V TH ( volt ) RTH ( Ω) RG (Ω) I G ( A)
1000 25,1 74,9 2984, 0 767,8 139,5 0
1
2000 39,6 60,4 3050, 0 1232 139,5 0
5
3000 49,4 50,6 3072, 0 1543 139,5 0
9
4000 56 44 3142, 0 1784,6 139,5 0
9
5000 61,7 38,3 3103, 0 1938,6 139,5 0
7
C. Pembahasan
Praktikum pada unit ini dilakukan kegiatan pengukuran yang
menggunakan sistem jembatan wheatstone. Prinsip kerja dari percobaan ini
yaitu dengan memanfaatkan Hukum Kirchoff 1 tentang arus masuk sama
dengan arus keluar, sehingga dapat diketahui nilai RX (hambatan yang belum
diketahui) karena ini sama saja bahwa arus pada kedua ujung kumparan itu
sama besar dan seimbang, sehingga mengakibatkan nilai nol pada alat
tersebut.
Prinsip ini dapat dilakukan dengan cara menggeserkan kontak logam pada
kawat. Hukum Kirchoff 2, hukum ini menjelaskan jembatan dalam keadaan
seimbang karena besar arus pada ke 2 ujung galvanometer sama besar
sehingga saling meniadakan. Hubungan antara L1, L2, Ra, RX pada
percobaan ini yaitu dengan melakukan perkalian saling berasa antara RX. L1
= Ra. L2 karena 2 titik cabang pertemuan dalam rangkaian tidak memiliki
beda potensial antara 2 titik cabang tersebut, hal ini dapat dilakukan dengan
mengatur besarnya Ra dan Rb juga hambatan geser Rs maka akan dapat
dicapai Galvanometer tak teraliri arus, sehingga persamaan tersebut dapat
digunakan.
Dalam rangkaian Jembatan Wheatstone ini kita menggunakan tegangan
sumber sebesar 5 Volt untuk di aliri kerangkaian tersebut. Jika pada
rangkaian sumber tegangan 5 Volt tersebut tidak menunjukan kondisi
setimbang pada Galvometer maka dapat diturunkan tegangan tersebut hingga
mendapatkan kondisi yang setimbang.
Dari sumber tegangan ini akan di sambungkan dengan kawat jembatan dan
skala matriks serta dengan tahanan atau hambatan pada potensiometer yang
besar resistensinya yaitu 1000 Ω sampai 5000 Ω dengan skala 1000 Ω.
Dengan nilai resistansi dari tahanan tersebut kita dapat mengukur
kesetimbangan serta berapa panjang dari posisi setimbang tersebut dimana
dilihat dari penunjukan angka nol pada Galvometer yang memiliki hambatan
139,5 Ω. Jika semakin besar nilai resistansi pada potensiomer maka panjang
kawat (L1) juga akan semakin besar tetapi panjang kawat (L2) akan semakin
mengecil atau dapat dikatakan bahwa L1 berbanding terbalik dengan L2.
Hasil pengukuran tersebut kemudian akan digunakan untuk dapat
menentukan berapa nilai dari resistansi yang belum diketahui serta dengan
ketidakpastiannya. Maka didapatkan hasil secara berturut-turut adalah 2984,1
Ω, 3050,5 Ω, 3072,9 Ω, 3142,9 Ω, 3103,7 Ω. Dari hasil perhitungan yang
didapat maka dapat diketahui bahwa jika semakin besar nilai resistansi pada
potensiometer (R1) maka nilai resistansi (Rx) juga akan ikut meningkat ata
dengan kata lain R1 berbanding lurus dengan Rx dan begitu pula dengan
panjang lintasan atau posisi kawat jembatannya (L2) akan tetapi jika panjang
posisi kawat (L1) yang dilewati memiliki nilai yang besar maka nilai
resistansi (Rx) akan mengecil. Dan diperoleh RX rata-rata sebesar 3070,82 Ω.
Setelah itu dicari besar perbedaan antara RX rata-rata dengan RX teori. Karena
besarnya R Teori adalah 3300 Ω, maka % diff yang diperoleh sebesar 7,2 %.
Adanya perbedaan antara RX teori dan praktikum ini disebabkan oleh kurang
telitinya praktikan dalam membaca alat ukur saat pengambilan data.
Perlu diketahui ketidakpastian dari sistem jembatan wheatstone maka perlu
dibuatkan analisis ketidakpastian untuk melihat apakah sistem jembatan
wheatstone berada dalam keadaan setimbang atau tidak. Dari hasil
perhitungan diperoleh VTH(yang berarti tegangan yang melewati ujung-ujung
sistem jembatan wheatstone) sama dengan 0 artinya tegangan pada
galvanometer bernilai 0. Dan juga kuat arus pada galvanometer sama dengan
0. Artinya sistem jembatan wheatstone dalam keadaan setimbang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh dua kesimpulan,
yakni,
1. Prinsip kerja dari jembatan wheatstone adalah empat buah lengan yang
digunakan untuk mengukur hambatan yang belum diketahui, dan sebuah
galvanometer. Sistem jembatan wheatstone dikatakan berada dalam
keadaan setimbang apabila beda potensial yang terbaca pada
galvanometer sebesar 0 volt, artinya tidak ada arus yang melalui
galvanometer.
2. Untuk dapat menghitung nilai hambatan yang tidak diketahui maka dapat
dilakukan dengan cara perbandingan dengan resistansi resistor yang sudah
diketahui nilainya atau juga dapat menggunakan posisi panjang kawat
jembatan yang ditunjukan jika Galvometer yang disabungkan menunjukan
angka nol.
B. Saran
1. Bagi praktikan, diharapkan untuk lebih teliti pada saat pengambilan data
di laboratorium agar memperoleh data yang lebih akurat.
2. Bagi asisten, diharapkan untuk senantiasa membimbing setiap praktikan
dan senantiasa memperhatikan proses pengambilan data oleh praktikan
agar tidak terjadi kesalahan
3. Bagi laboran, diharapkan memeriksa dan memastikan bahwa setiap alat
dan bahan yang akan digunakan pada praktikum masih berfungsi dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Famaryanti, Siska Desy. 2019. Buku Ajar Fisika Dasar Kemagnetan Melalui
Pendekatan Multi Representasi dan Analisis TPACK Bagi Calon Guru.
Yogyakarta: Deepublish. Hal: 36.
Herlan, Dedeng. 2014. Studi Pengaruh Pengaman Galvanometer Terhadap
Keakuratan Hasil Pengukuran Resistor Pada Jembatan Wheatstone
Sederhana. Seminar Nasional Sains dan Teknologi. ISSN: 2407 – 1846.
Hal: 2.
Manurung, S.R. and Sinambela, M., 2018. Perangkat Pembelajaran IPA
Berbentuk LKS Berbasis Laboratorium. INPAFI (Inovasi Pembelajaran
Fisika), 6(1).
Prajitno, T.A., 2004. Jembatan Wheatstone Otomatik. Jurnal Penelitian Inovasi,
22(2), p.17682.
Setiyo, Muji. 2017. Listrik & Elektronika Dasar Otomotif (Basic Automotive
Electricity & Electronics). Magelang: Unimma Press. Hal: 85.
Sugito, Hartono, dan Ipung Permadi. 2015. Rancang Bangun Sistem Pengukuran
Pergeseran Tanah Menggunakan Sensor Variabel Resistor. Jurnal Berkala
Fisika, Vol. 18 No.1. ISSN: 1410 – 9662. Hal: 11.
Syech, R., Abdi, R. and Tambunan, W., 2016. Penentuan Konduktivitas Listrik
Air Sungai Batang Lubuh dengan Menggunakan Metode Jembatan
Wheatstone. Jurnal APTEK, 8(2), pp.92-101.
LITERATUR