Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SISTEM CASEMIX,

INA-DRG DAN INA-CBG’S

Dosen : Wa Ode Sitti Budiaty, SKM., MM


Mata Kuliah : Pembiayaan Kesehatan

Disusun Oleh Kelompok 4


Anggota :
1. Syawaluddin Asran (PBB190003)
2. Puput Rahayu Prayoga (PBB190009)
3. Ananda Widiana Erwanti E (PBB190013)
4. La Ode Muhammad Sahlan Isra (PBB190015)
5. Kartini (PBB190019)
6. Nilfa Yanti (PBB190027)

Prodi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan


Politeknik BauBau
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
SISTEM CASEMIX, INA-DRG DAN INA-CBG’S ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pengganti UTS yang diberikan oleh Ibu Dosen Wa Ode Sitti Budiaty, SKM., MM
pada mata kuliah Pembiayaan Kesehatan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Wa Ode Sitti Budiaty,
SKM., MM , selaku Dosen mata kuliah Pembiayaan Kesehatan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

 
Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………… i


Daftar Isi ………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
1. Latar Belakang …………………………………………………. 1
2. Rumusan Masalah ……………………………………………… 2
3. Tujuan ………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………... 4
1. Sistem Casemix ………………………………………………... 4
2. Sistem INA-DRG ……………………………………………… 5
3. Sistem INA-CBG’s ……………………………………………. 8
BAB III PENUTUP ………………………………………………….. 11
Kesimpulan ……………………………………………………. 11
Daftar Pustaka ………………………………………………………... 12

ii
BAB I
PEMBAHASAN

1. Latar Belakang

Sistem pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara


penyelenggaraan  berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan
pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

Tujuan dari penyelenggaraan sistem pembiayaan kesehatan adalah


tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara
adil, merata dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna,
tersalurkan sesuai  peruntukannya untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2


sistem yaitu Fee for Service (Out of Pocket) dan Health Insurance. Sistem
Fee for Service (Out of Pocket) secara singkat diartikan sebagai sistem
pembayaran berdasarkan layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat
lalu membayar kepada pemberi  pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter
atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan  berdasarkan atas pelayanan
yangdiberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin  banyak pula
pendapatan yang diterima. Sedangkan sistem Health Insurance diartikan
sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak
asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat.

Sistem health insurance ini dapat berupa sistem kapitasi dan sistem
Diagnose  Related Group (DRG system). Sistem kapitasi merupakan metode
pembayaran untuk  jasa pelayanan kesehatan dimana PPK menerima
sejumlah tetap penghasilan per  peserta untuk pelayanan yang telah
ditentukkan per periode waktu. Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related
Group) tidak berbeda jauh dengan sistem kapitasi di atas. Pada system ini,
pembayaran dilakukan dengan melihat diagnosis penyakit yangdialami
pasien. PPK telah mendapat dana dalam penanganan pasien dengan
1
diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda pula tiap diagnosis
penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat dioptimalkan
penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi pemasukan
bagi PKK.

INA CBGs merupakan kelanjutan dari aplikasi Indonesia Diagnosis


Related Groups (INA DRGs). Aplikasi INA CBGs menggantikan fungsi dari
aplikasi INA DRG yang saat itu digunakan pada Tahun 2008. Dalam
persiapan penggunaan INA CBG dilakukan pembuatan software entry data
dan migrasi data, serta membuat surat edaran mengenai implementasi INA-
CBGs. Sistem yang baru ini dijalankan dengan meng-gunakan grouper dari
United Nation University Internasional Institute for Global Health (UNU -
IIGH). Universal Grouper artinya sudah mencakup seluruh  jenis perawatan
pasien. Sistem ini bersifat dinamis yang artinya total jumlah CBGs  bisa
disesuaikan berdasarkan kebutuhan sebuah negara.

Selain itu, sistem ini bisa digunakan jika terdapat perubahan dalam
pengkodean diagnosa dan prosedur dengan sistem klasifikasi penyakit baru.
Pengelompokan ini dilakukan dengan menggunakan kode-kode tertentu
yang terdiri dari 14.500 kode diagnosa (ICD – 10) dan 7.500 kode
prosedur/tindakan (ICD – 9 CM). Mengombinasikan ribuan kode diagnosa
dan prosedur tersebut, tidak mungkin dilakukan secara manual. Untuk itu
diperlukan sebuah perangkat lunak yang disebut grouper. Grouper ini
menggabungkan sekitar 23.000 kode ke dalam banyak kelompok atau group
yang terdiri dari 23 MDC (Major Diagnostic Category), terdiri pula dari
1077 kode INA DRG yang terbagi menjadi 789 kode untuk rawat inap dan
288 kode untuk rawat jalan.

2. Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud dengan Casemix?


b) Apa yang dimaksud dengan INA-DRG ?
c) Apa yang dimaksud dengan INA-CBG’s ?

3. Tujuan

a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Casemix.

2
b) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan INA-DRG.
c) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan INA-CBG’s.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sistem Casemix

Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur


dengan mengacu pada ciri klinis yang mirip/sama dan penggunaan sumber
daya/biaya perawatan yang mirip/sama, pengelompokan dilakukan dengan
menggunakan software grouper.

Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada Tahun


2006 dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group).
Implementasi pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1 September
2008 pada 15 rumah sakit vertikal, dan pada 1 Januari 2009 diperluas pada
seluruh rumah sakit yang bekerja sama untuk program Jamkesmas. Pada
tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari INA-
DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi INA-CBG (Indonesia
Case Based Group) seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke
UNU (United Nation University) Grouper.

Komponen yang berkaitan erat dalam implementasi sistem casemix


yaitu :
1) Costing (Biaya)
2) Coding (Pemberian Kode diagnosa dan tindakan medis)
3) Clinical Pathway (Jalur Klinis)
4) Teknologi dan Informasi

Keuntungan penerapan sistem Casemix pada Pelayanan Kesehatan


adalah:
 Mendorong peningkatan mutu
 Mendorong layanan berorientasi pasien
 Mendorong efisiensi
 Tidak memberikan reward thd provider yang melakukan
overtreatment, undertreatment maupun melakukan adverse event.
 Mendorong untuk pelayanan tim (koordinasi/kerjasama antar
provider)
Kekurangan sistem Casemix adalah:
4
 Code creep, sering disebut sebagai upcoding, dan apabila
mengacu pada konteks Tagihan Rumah Sakit (hospital billing)
maka disebut DRG Creep. Kurangnya pengetahuan koder juga
dapat menimbulkan code creep.
 Underprovide services >> Pasien yang keluar dari Rumah Sakit
sebelum waktunya.
 Meningkatkan penerimaan dan penerimaan kembali yang tidak
perlu

2. Sistem INA-DRG

INA-DRG didefinisikan sebagai suatu sistem klasifikasi kombinasi


beberapa jenis penyakit dan prosedur/tindakan pelayanan disuatu RS dengan
pembiayaan yang dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan terhadap
pasien. Sistem INA-DRG ini juga dapat digunakan sebagai salah satu
standar penggunaan sumber daya dalam memberikan pelayanan kesehatan di
RS, dengan kata lain INA-DRG adalah sistem pemerataan, jangkauan yang
berhubungan dengan mutu pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu
unsur dalam pembiayaan kesehatan atau mekanisme pembayaran untuk
pasien berbasis kasus campuran.

Setiap kelas dalam sistem INA-DRG disebut sebagai Diagnosis


Related Groups (DRG’s). 14 Variabel untuk setiap kelas didapat dengan
mengisi data sbb:
1) Identitas Pasien (Identification)
2) Tanggal masuk RS (Admit Date)
3) Tanggal keluar RS (Discharge Date)
4) Lama Hari Rawatan (Length of stay)
5) Tanggal Lahir (Birth day)
6) Umur (thn) ketika masuk RS (Admit Age in Years)
7) Umur (hr) ketika masuk RS (Admit Age In Days)
8) Umur (hr) ketika keluar RS (Discharge Age in days)
9) Jenis Kelamin (Gender)
10)Status keluar RS (Discharge disposition)
11)Berat Badan Baru Lahir (Birth Weight in Grams)
12)Diagnosis utama (Pricipal Diagnosis)

5
13)Diagnosisi Sekunder (Secondary Diagnosisi) (Komplikasi &
Ko-morbiditi)
14)Prosedur/Pembedahan Utama (Surgical Procedures)

Keuntungan atau manfaat dari INA-DRG, yaitu :


a) Bagi Rumah Sakit
 Transparansi tarif atas biaya pealyanan rawat inap dan
rawat jalan di RS
 Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan standar
mutu pelayanan kesehatan
 Secara obyektif mementau pelaksanaan program
“Quality Assurance”
 Memudahkan mendapatkan informasi mengenai
variasi pelayanan
 Dapat mengevaluasi kualitas pelayanan
 Dapat mempelajari proses pelayanan kesehatan pasien
 Dapat membantu perencanaan pelayanan kesehatan
pasien
 Alat perencanaan Anggaran RS
b) Bagi Pasien
 Memberikan informasi prioritas pelayanan kesehatan
berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
 Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang
lebih baik
 Mengurangi/meminimalkan resiko yang akan dihadapi
pasien.
 Mempercepat pemulihan dan meminimalkan
kecacatan
c) Bagi Institusi Kesehatan
 Dapat mengevaluasi dan membandingkan kinerja RS
 Benchmarking
 Area untuk audit klinis
 Mengembangkan kerangka kerja klinis dan alur
pelayanan (SOP)
 Menstandarisasi proses pelayanan kesehatan di RS

6
Tarif yang ada didalam INA-DRG di Rumah Sakit Umum dan Khusus
Kelas A ini merupakan tarif paket pelayanan baik untuk rawat inap dan
rawat jalan.
1) PELAYANAN RAWAT INAP RS UMUM & KHUSUS
KELAS A
Kegiatan pelayanan kesehatan untuk pasien rawat inap
meliputi jasa pelayanan, pemerikasaan penunjang,
prosedur/tindakan medis termasuk penggunaan fasilitas ICU,
ICCU, NICU, PICU serta obat-obatan yang dibutuhkan selama
mendapatkan pelayanan rawat inap serta obat/alat/bahan habis
pakai lainnya sesuai kode INA-DRG. Daftar tarif INA-DRG
yang membuat kode INA-DRG, Deskripsi diagnosa dan
tindakan, lama rawat (ALOS).

2) PELAYANAN RAWAT JALAN


Kegiatan pelayanan kesehatan untuk pasien rawat jalan
yang ada pada kode INA-DRG Rawat jalan terdiri dari satu
paket yang terdiri dari komponen jasa pelayanan, pemeriksaan
penunjang, prosedur/ tindakan dan obat-obatan yang
dibutuhkan selama mendapatkan pelayanan Rawat Jalan
termasuk obat –obat yang dibutuhkan selama mendapatkan
pelayanan Rawat Jalan termasuk obat-obatan yang dibawa
pulang perkali kunjungan rawat jalan sesuai dengan kode INA-
DRG. Daftar tarif INA-DRG yang memuat kode INA-DRG.

3) DIAGNOSA DAN TANGGUNG JAWAB DOKTER


Penegakan dan penulisan diagnosa primer serta sekunder
menggunakan ICD X termasuk melaksanakan seluruh prosedur/
tindakan yang sesuai ICD 9-CM dalam berkas rekam medis
pasien rawat jalan dan inap serta membuat resume untuk pasien
rawat inap adalah tanggung jawab dokter. Penulisan diagnosa
maupun prosedur/tindakan yang tidak lengkap akan
mempengaruhi besaran tarif pelayanan di Rumah Sakit.

4) KODE DIAGNOSA PENYAKIT


Diagnosa penyakit dan prosedur/tindakan yang telah
dituliskan oleh dokter selanjutnya diberi kode yang sesuai

7
dengan ICD X & ICD 9-CM yang kemudian diberi kode INA-
DRG oleh petugas rekam medis. Kesalahan pemberian kode
diagnosa dan prosedur/tindakan dapat mempengaruhi besaran
tarif pelayanan kesehatan di rumah sakit.

5) BAGIAN KEUANGAN
Penetapan tarif pelayanan kesehatan dilakukan oleh
bagian Keuangan berdasarkan pada kode INA-DRG yang telah
ditetapkan oleh petugas rekam medis. Kesalahan pemberian
kode diagnosa dan prosedur/tindakan dapat mempengaruhi
besaran tarif pelayanan kesehatan di rumah sakit.

3. Sistem INA-CBG’s

INA-CBG merupakan sebuah singkatan dari Indonesia Case Base


Groups yaitu sebuah aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan
klaim pada pemerintah. Menurut kepala Dinas kesehatan DKI Jakarta, Dien
Emmawati, INA-CBG merupakan sistem pembayaran dengan sistem
"paket", berdasarkan penyakit yang diderita pasien. KJS menerapkan sistem
pembayaran ini untuk pelayanan baru kesehatan bagi warga Jakarta. Arti
dari Case Base Groups (CBG) itu sendiri, adalah cara pembayaran
perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang
relatif sama.

Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata


biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Untuk lebih
gamblang, sebuah contoh dipaparkan Dien. Misalnya, seorang pasien
menderita demam berdarah. Dengan demikian, sistem INA-CBG sudah
"menghitung" layanan apa saja yang akan diterima pasien tersebut, berikut
pengobatannya, sampai dinyatakan sembuh. INA-CBG merupakan
kelanjutan dari aplikasi INA-DRG yang lisensinya berakhir pada tanggal 30
September 2010 lalu. (Untuk diketahui, pemerintah harus membayar lisensi
sebesar 4 miliar untuk INA-DRG). INA-CBG menggantikan fungsi dari
aplikasi INA-DRG.

8
Sistem INA-CBG dikembangkan dari sistem casemix dari UNU-IIGH
(The United Nations University-International Institute for Global Health).
Proyek UNU INA-CBG ini didanai oleh Australian Agency for International
Development (AusAID). Manual untuk INA-CBG ini sendiri telah resmi
diserahkan pada Kementrian Kesehatan Indonesia pada tanggal 9 Januari
2013 lalu.

Penggantian penggunaan INA DRG menjadi INA CBG dikarenakan


ada beberapa kelemahan dai penggunaan sistem INA DRG diantaranya,
(1) sistem INA DRG hanya mencakup kasus-kasus penyakit akut saja;
(2) tarif tidak adekuat pada beberapa kasus seperti, kasus sub akut dan
kronik, prosedur khusus, MRI (Magnetic Resonance Imaging), dan
lain
sebagainya.

Pada masa transisi antara INA DRG dan INA CBG yakni pada tahun
2011, sistem yang digunakan masih menggunakan sistem costing yang sama
dengan INA DRG. Namun pada tahun yang sama National Casemix Center
Kementerian Kesehatan melihat ketidakcocokan tarif INA CBGs bagi rumah
sakit, kemudian dilakukan evaluasi secara berkala dan menghasilkan tarif
sesuai dengan Kepmenkes Nomor 440 tahun 2012 tentang Penetapan Tarif
Rumah Sakit Berdasarkan Indonesia Case Based Groups (INA-CBGs).
Sampai tahun 2013, sistem INA CBG masih digunakan dalam klaim
program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dan pada era
Jaminan Kesehatan Nasional, sistem INA CBGs masih digunakan dengan
terus dilakukan evaluasi tarif oleh NCC dan yang kemudian ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan.

INA CBG’s memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:


a) Kelebihan
 Pembayaran lebih adil sesuai kompleksitas pelayanan.
 Proses kalim cepat
 Kualitas pelayanan baik
 Dapat memilih provider dengan pelayanan terbaik
 Terdapat pembagian resiko keuangan dengan provider
 Biaya administrasi lebih rendah
 Mendorong peningkatan sistem informasi

9
b) Kekurangan
 Kurangnya kualitas koding akan menyebabkan
ketidaksesuaian proses pengelompokkan kasus
 Pengurangan kuantitas pelayanan
 Provider merujuk ke luar atau RS lain
 Memerlukan monitoring pasca klaim

Pembayaran INA CBGs menjadi pilihan dalam implementasi JKN


karena:
 Mendorong pengendalian biaya
 Mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu dan sesuai
standar
 Membatasi pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan
 Mempermudah administrasi klaim
 Mendorong provider untuk melakukan pengendalian biaya

Tarif INA CBG’s meliputi:


 Pelayanan Rawat Inap :Merupakan paket jasa pelayanan,
prosedur/tindakan, penggunaan alat, ruang perawatan, serta obat-
obatan dan bahan habis pakai yang diperlukan
 Pelayanan Rawat Jalan: Merupakan paket jasa pelayanan kesehatan
pasien rawat jalan sudah termasuk Jasa pelayanan, Pemeriksaan
penunjang, Prosedur/ tindakan, obat-obatan yang dibawa pulang,
Bahan habis pakai lain.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan


mengacu pada ciri klinis yang mirip/sama dan penggunaan sumber daya/biaya
perawatan yang mirip/sama, pengelompokan dilakukan dengan menggunakan
software grouper. Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada
Tahun 2006 dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group).
Implementasi pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1 September 2008 pada
15 rumah sakit vertikal, dan pada 1 Januari 2009 diperluas pada seluruh rumah
sakit yang bekerja sama untuk program Jamkesmas. Pada tanggal 31 September
2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari INA-DRG (Indonesia Diagnosis
Related Group) menjadi INA-CBG (Indonesia Case Based Group). INA CBGs
merupakan kelanjutan dari aplikasi Indonesia Diagnosis Related Groups (INA
DRGs). Aplikasi INA CBGs menggantikan fungsi dari aplikasi INA DRG yang
saat itu digunakan pada Tahun 2008.
Sistem yang baru ini dijalankan dengan menggunakan grouper dari United
Nation University Internasional Institute for Global Health (UNU - IIGH). Sistem
Casemix INA CBGs merupakan suatu pengklasifikasian dari episode perawatan
pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam
hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan karakteristik
klinik yang sejenis. Diharapkan tarif INA CBG akan lebih baik dari sisi
metodologi maupun data yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

11
Daftar Pustaka

Gus Djib. 28 Februari 2017. Definisi Casemix dan Peralihan INA-DRG ke INA-
CBG’s.

Yusmainita. 2009. INA-DRG INDONESIA DIAGNOSTIC RELATED GROUP.

Sugeng. 2016. Apa itu INA-CBG’s.

Nur Hidayah. 3 April 2019. Sistem Casemix dan Perkembangannya.

12

Anda mungkin juga menyukai