Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PRAKTIKUM

DASAR – DASAR INSTRUMENTASI


TENTANG JEMBATAN WHEATSTONE

Disusun :

NAMA : YOVI HERLIN SAPUTRA

NIM : 40040317640015

PRODI : D4 TEKNOLOGI REKAYASA OTOMASI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam umumnya Jembatan Wheatstone dipergunakan untuk memperoleh ketelitian


dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relative kecil sekali
umpamanya saja suatu kebocoran dari kabel tanah/ kortsluiting dan sebagainya. Rangkaian
ini dibentuk oleh empat buah tahanan (R) yag merupakan segiempat A-B-C-D dalam hal
mana rangkaian ini dihubungkan dengan sumber tegangan dan sebuah galvanometer nol (0).
Kalau tahanan-tahanan itu diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer itu tidak akan
mengadakan suatu hubungan antara keempat tahanan tersebut. (Suryatmo, 1986).

Jembatan Wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik untuk mengukur


suatu tahanan yang tidak diketahui harganya (besarannya). Kegunaan dari Jembatan
Wheatstone adalah untuk mengukur nilai suatu hambatan dengan cara arus yang mengalir
pada galvanometer sama dengan nol (karena potensial ujung-ujungnya sama besar). Sehingga
dapat dirumuskan dengan perkalian silang. Cara kerjanya adalah sirkuit listrik dalam empat
tahanan dan sumber tegangan yang dihubungkan melalui dua titik diagonal dan pada kedua
diagonal yang lain dimana galvanometer ditempalkan seperti yang diperlihatkan pada
jembatan wheatstone. (Pratama, 2010)

1.2 Tujuan Penyususan Makalah

Maksud dari tentang Jembatan Wheatstone adalah agar para praktikan mengetahui
bagaimana cara merancang rangkaian Jembatan Wheatstone dengan baik dan benar, serta
dapat mengetahui bagian-bagian Jembatan Wheatstone.

Tujuan dari tentang Jembatan Wheatstone adalah agar dapat menentukan tahanan
suatu penghantar/ besarnya suatu hambatan dengan rangkaian Jembatan Wheatstone, serta
dapat mengetahui bagian-bagian Jembatan Wheatstone.

1.3 Metode Penulisan

Penulisan makalah ini penulis susun melalui prosedur studi pustaka, dimana informasi
yang ada diperoleh dari berbagai macam sumber, baik itu media cetak (buku-buku) maupun
media elektronik (internet). Semua informasi dan gagasan yang telah diperoleh dalam
makalah ini, kami gabungkan menjadi satu kesatuan yang tersusun secara sistematis dan
objektif berdasarkan metode penulisan yang telah ditetapkan, dengan demikian tersusunlah
makalah ini yang mampu menjelaskan tentang penerapan hukum Instrumentasi.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori

Rangkaian jembatan secara luas telah digunakan dalam beberapa pengukuran niai
suatu komponen seperti: rasistansi, induktansi, dan kapasitansi serta parameter-parameter
rangkaian lainnya yang diperoleh langsung dari nilai komponnya seperti frekuensi, sudut
fasa, dan temperatur.

Karena rangkaian jembatan hanya membandingkan antara nilai komponen yang


belum diketahui dengan komponen standar yang telah diketahui nilainya, maka akurasi
pengukurannya menjaid hal yang sangat penting, terutama pada pembacaan pengukuran
perebandingannya yang hanya didasarkan pada sebuah indikator NOL pada kesetimbangan
jembatan.

Jembatan DC bertipe NOL dikenal dengan nama Jembatan Wheatstone, dengan empat
lengan yang terdiri dari sebuah hambatan yang belum diketahui nilainya (Rx), dua hambatan
yang bernilai sama (R2 dan R3) serta hambatan variabel (Rv). Tegangan DC ditempatkan
diantara titik AC serta hambatan variabel diatur sedemikian rupa sehingga tegangan yang
terukur pada titik BD sama dengan nol. Titik nol ini biasanya diukur dengan galvanometer
yang mempunyai sensitivitas tinggi. (Pramono, 2014).

Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter Christie
pada 1833 dan meningkat kemudian dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun
1843. Ini digunakan untuk mengukur suatu yang tidak diketahui hambatan listrik dengan
menyeimbangkan dua kali dari rangkaian jembatan, satu kaki yang mencakup komponen
diketahui kerjanya mirip dengan aslinya potensiometer. Jembatan Wheatstone adalah suatu
alat pengukur, alat ini dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam melaksanakan
pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relatif kecil sekali umpamanya saja suatu
kebocoran dari kabel tanah/ kartsluiting dan sebagainya. Jembatan Wheatstone adalah alat
yang paling umum digunakan untuk pengukuran tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai
100.000 Ω. Jembatan Wheatstone terdiri dari tahanan R1, R2, R3, dimana tahanan tersebut
merupakan tahanan yang diketahui nilainya dengan teliti dan dapat diatur (Dedy, 2012).

2.2 Hukum dasar rangkaian listrik yang berhubungan dengan jembatan wheatstone

1. Hukum Ohm

Hukum Ohm menyatakan “Jika suatu arus listrik melalui suatu penghantar,
maka kekuatan arus tersebut adalah sebanding-larus dengan tegangan listrik yang
terdapat diantara kedua ujung penghantar tadi”. Hukum ini dicetuskan oleh Georg
Simon Ohm.
Secara matematis, hukum Ohm ini dituliskan:
V = I . R atau I = V/R
Dimana
I : arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar (Ampere)
V : tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar (Volt)
R : hambatan listrik yang terdapat pada suatu penghantar (Ohm)

2. Hukum Kirchoff I

Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kichoff (1824-1887) menemukan cara


untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian dikenal
dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff berbunyi “Jumlah kuat arus yang masuk
dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik
percabangan.” Jumlah I masuk = I keluar.

3. Hukum Kirchoff II

Hukum Kirchoff II berbunyi: “Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL


(E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol.”
Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak adanya
energilistrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti semua energi
bisadigunakan atau diserap.Rangkaian Jembatan Wheatstone adalah susunan dari 4
buah hambatan, yangmana dua dari hambatan tersebut adalah hambatan variabel dan
hambatan yang belumdiketahui besarnya yang disusun secara seri satu sama lain dan
pada 2 titik diagonalnya dipasang sebuah galvanometer dan pada 2 titik diagonal
lainnya diberikansumber tegangan. Dengan mengatur sedemikian rupa besar
hambatan variabelsehingga arus yang mengalir pada Galvanometer = 0, dalam
keadaan ini jembatandisebut seimbang, sehingga sesuai dengan hukum Ohm berlaku
persamaan:
R1 . R2 = R3 . Rx
Persamaan tersebut bila dijabarkan akan menjadi sebagai berikut:
R1 . R2 = R3 . Rx
Rx = . R1
Bila nilai R 1dan R 3 diganti dengan panjang kawat L1dan L2 maka rumus di atas
dapat ditulis sebagai berikut:
Rx = . Rv
Dengan:
Rv : hambatan variabel disebut juga sebagai lengan standar
R2 dan R : kawat hambatan dan disebut sebagai lengan perbandingan

Hadi Pramono (2014: 92), menjelaskan jika R2 dan R3 menyatakan hambatan pada
kawat dengan panjang L1 dan L2, maka dapat juga ditulis dengan:
Rx = Rv

2.3 Konsep Jembatan Wheatstone

Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu yang
tidak diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari rangkaian jembatan,
satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip dengan aslinya potensiometer.
Jembatan Wheatstone adalah suatu proses menentukan nilai hambatan listrik yang
presisi/tepat menggunakan rangkaian Jembatan Wheatstone dan melakukan perbandingan
antara besar hambatan yang telah diketahui dengan besar hambatan yang belum diketahui
yang tentunya dalam keadaan Jembatan disebut seimbang yaitu Galvanometer menunjukkan
pada angka nol. Rangkaian Jembatan Wheatstone tersebut memiliki susunan dari 4 buah
hambatan yang mana 2 dari hambatan tersebut adalah hambatan variable dan hambatan yang
belum diketahui besarnya yang disusun secara seri satu sama lain dan pada 2 titik
diagonalnya dipasang sebuah

Galvanometer dan pada 2 titik diagonal lainnya diberikan sumber tegangan.


Galvanometer adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan pengukuran arus.
Kebanyakan alat ini kerjanya tergantung pada momen yang berlaku pada kumparan di dalam
magnet.

R1, R2, dan R3 merupakan hambatan yang sudah diketahui, sedangkan R4 adalah
hambatan yang akan dicari besarnya. Dengan mengatur sedemikian rupa besar hambatan
variable sehingga arus yang mengalir pada Galvanometer sama dengan nol, dalam keadaan
ini jembatan tersebut disebut seimbang sehingga sesuai dengan hukum Ohm. Rangkaian
Jembatan Wheatstone juga dapat disederhanakan dengan menggunakan kawat geser apabila
besarnya hambatan bergantung pada panjang penghantar.

Jembatan Wheatstone adalah alat yang paling umum digunakan untuk pengukuran
tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai 100.000 Ω. Jembatan Wheatstone terdiri dari
tahanan R1, R2, R3, dimana tahanan tersebut merupakan tahanan yang diketahui nilainya
dengan teliti dan dapat diatur. (Lister, 1993).

2.4 Aplikasi Jembatan Whatstone

Salah satunya adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda uji berupa
beton atau baja. Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu semacam pita yang terdiri
dari rangkaian listrik untuk mengukur dilatasi benda uji berdasarkan perubahan hambatan
penghantar di dalam strain gauge. Strain gauge ini direkatkan kuat pada benda uji sehingga
deformasi pada benda uji akan sama dengan deformasi pada strain gauge. Seperti kita
ketahui, jika suatu material ditarik atau ditekan, maka terjadi perubahan dimensi dari material
tersebut sesuai dengan sifat2 elastisitas benda. Perubahan dimensi pada penghantar akan
menyebabkan perubahan hambatan listrik, ingat persamaan R = ρ.L/A. Perubahan hambatan
ini sedemikian kecilnya, sehingga untuk mendapatkan hasil eksaknya harus dimasukkan
kedalam rangkaian jembatan Wheatstone. Rangkaian listrik beserta jembatan Wheatstonenya
sudah ada di dalam strain gauge.

2.5 Kelebiahan Jembatan Wheatstone

Dapat mengukur perubahan hambatan yang sangat kecil pada penghantar.

Contoh aplikasi : strain gauge, yang digunakan untuk mengukur regangan material (baja atau
beton) didasarkan pada perubahan kecil penghantar yang berdeformasi akibat gaya
eksperimen. Perubahan kecil dimensi penampang dihitung dari peribahan hambatan pada
rangkaian jembatan wheatstone yang dihubungkan sensor ke alat pencatat data logger untuk
setiap transducer.

2.6 Kesalahan Pada Jembatan Wheatstone

Jembatan Wheatstone dipakai secara luas pada pengukuran presisi tahanan dari sekitar
1Ω sampai rangkuman mega ohm rendah. Sumber kesalahan utama terletak pada kesalahan
batas dari ketiga tahanan yang diketahui. Kesalahan-kesalahan lain bisa mencakup:

1. Sensitivitas detektor nol yang tidak cukup


2. Perubahan tahanan lengan-lengan jembatan karena efek pemanasan arus melalui
tahanan-tahanan tersebut.Efek pemanasan (I2R) dari arus-arus lengan jembatan dapat
mengubah tahanan yang diukur. Kenaikan temperatur bukan hanya mempengaruhi
tahanan selama pegukuran yang sebenarnya, tetapi arus yang berlebihan dapat
mengakibatkan perubahan yang permanen bagi nilai tahanan. Hal ini tidak boleh
terjadi, karena pengukuran-pengukuran selanjutnya akan menjadi salah karena itu
disipasi daya dalam lengan-lengan jembatan harus dihitung sebelumnya sehingga arus
dapat dibatasi pada nilai yang aman.
3. GGL termal dalam rangkaian jembatan atau rangkaian galvanometer dapat juga
mengakibatkan masalah sewaktu mengukur tahanan-tahanan rendah. Untuk mencegah
ggl termal, kadang-kadang galvanometer yang lebih sensitif dilengkapi dengan sistem
kumparan tembaga dari sistem suspensi tembaga yakni untuk mencegah pemilikan
logam-logam yang tidak sama yang saling kontak satu sama lain dan untuk mencegah
terjadinya ggl termal.
4. Kesalahan-kesalahan karena tahanan kawat sambung dan kontak-kontak luar
memegang peranan dalam pengukuran nilai-nilai tahanan yang sangat rendah.

Untuk menentukan apakah galvanometer mempunyai sensitivitas yang diperlukan


untuk mendeteksi kondisi setimbang atau tidak, arus galvanometer perlu ditentukan.
Galvanometer-galvanometer yang berbeda bukan hanya memerlukan arus satu per satuan
defleksi yang berbeda (sensivitas arus), tetapi juga dapat mempunyai tahanan dalam yang
berbeda. Adalah tidak mungkin mengatakan tanpa menghitung sebelumnya, galvanometer
mana yang akan membuat rangkaian jembatan lebih sensitif terhadap suatu kondisi tidak
setimbang. Sensitivitas ini dapat ditentukan dengan memecahkan “persoalan” rangkaian
jembatan pada ketidaksetimbangan yang kecil. Pendekatan ini didekati dengan mengubah
jembatan Wheatstone menjadi rangkaian Thevenin.

Cara lain untuk mengukur besar hambatan listrik yang belum diketahui ialah metoda
"Jembatan Wheatstone". Mengukur besarnya hambatan listrik yang belum diketahui dengan
metoda "Jembatan Wheatstone" pada dasarnya ialah membandingkan besar hambatan yang
belum diketahui dengan besar hambatan listrik yang sudah diketahui nilainya. Gambar 2
menunjukkan prinsip dari rangkaian listrik Jembatan Wheatstone.

Keterangan :
E : sumber tegangan listrik searah.
S : penghubung arus.
G : galvanometer.
RG : hambatan geser (rheo stat).
R1 dan R2 : hambatan listrik yang diketahui nilainya.
Rb : bangku hambatan.
X : hambatan yang akan ditentukan nilainya.
Setelah S ditutup, dalam rangkaian akan ada arus listrik. Jika jarum dari galvanometer
G mengalami penyimpangan berarti ada arus listrik yang melalui galvanometer G, berarti
juga antara titik C dan titik D ada beda potensial.
Dengan mengubah-ubah besarnya hambatanRb, R1 dan juga R2, dapat diusahakan
sehingga galvanometer G tidak dilalui arus lagi, yang berarti potensial titik C dan titik D
sama. Karena itu arus yang melalui R1 dan R2 sama, misalnya i1. Demikian juga arus yang
melalui Rb dan X sama misalnya i2.
Dengan menggunakan hukum Ohm, dapat diperoleh nilai dari X yang dinyatakan
dengan R1, R2dan Rb sebagai berikut :

Untuk menyederhanakan rangkaian dan mempermudah pengukuran hambatan R1 dan


hambatanR2 antara A dan B dapat digantikan dengan kawat lurus yang serba sama dan
panjangnya L.

Untuk menambah ketelitian pengukuran pada rangkaian dapat ditambahkan komutator


K yang dapat digunakan untuk membalikkan arah arus dalam rangkaian. Pada kawat
hambatan dapat digeser-geserkan kontak geser C untuk mengubah-ubah besarnya
hambatan RAC dan RCB.

Dengan mengeser-geserkan kontak geser C pada kawat hambatan AB atau dengan


mengubah-ubah Rb, dapat dicapai keadaan hingga potensial titik C sama dengan potensial
titik D, yang dalam hal ini ditunjukkan oleh tidak menyimpangnya jarum dari galvanometer
G. Jika hal ini telah dicapai, maka X dapat dinyatakan dengan persamaan :

Dengan mengukur panjang L1 (panjang kawat AC) dan L2 = L - L1 (panjang kawat CB)
maka jika R telah diketahui besarnya hambatan X dapat dihitung dengan persamaan (2)

2.7 Contoh soal Jembatan Wheatstone

Diberikan rangkaian seperti gambar dibawah.

Jika R1 = 50 Ω, R2 = 60 Ω, R3 = 40 Ω, R4 = 20 Ω, R5 = 30 Ω
Hitung hambatan pengganti dari rangkaian diatas!

Pembahasan :
Pada rangkaian diatas kondisinya adalah:
sehingga R5 tidak bisa dihilangkan begitu saja, harus dimasukkan dalam perhitungan.
Solusinya adalah mengganti R1, R4 dan R5 dengan 3 buah hambatan baru sebutlah Ra, Rb dan
Rc agar rangkaian diatas bisa diselesaikan secara seri / paralel. Berikut ilustrasi dan rumus
transformasinya:

sehingga rangkaian yang baru adalah seperti gambar berikut:

dengan

Langkah berikutnya adalah


seri antara Rb dan R2 didapat : 15 + 60 = 75 Ω
seri antara Rc dan R3 didapat : 6 + 40 = 46 Ω
paralel antara dua hasil diatas

terakhir serikan Rparalel dengan Ra sebagai Rtotal :

Dengan demikian didapatkan hambatan pengganti untuk rangkaian jembatan Wheatstone


diatas adalah 37,89 Ω.

Anda mungkin juga menyukai