Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PRAKTIKUM INSTRUMENTASI

DAN PENGUKURAN LISTRIK

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD HABIB NUGROHO (132018084)

ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : KAK FADEL DAN KAK SUPRI

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

TAHUN AJARAN

2019
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah dapat menyelesaikan makalah
“Jembatan Wheatstone dan Jembatan Kelvin” ini dengan sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih kepada Kak Supri dan Kak
Fadel selaku Asisten Dosen mata kuliah Instrumentasi dan Pengukuran Listrik yang
telah memberikan tugas ini.

Penyusun sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang


menjadi tugas UTS dengan judul “Jembatan Wheatstone dan Jembatan Kelvin”,
demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan saya
siap menerima kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..3

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………......4

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..6
1.3 Tujuan………………………………………………………………………....6

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………….7

2.1. Pengertian Jembatan Wheatstone……………………………………………..7


2.2. Metode Jembatan Wheatstone………………………………………………...7
2.3. Hukum-hukum Dasar Jembatan Wheatstone……………………………........9
2.4. Prinsip Kerja Jembatan Wheatstone………………………………………….11
2.5. Aplikasi Jembatan Wheatstone……………………………………………….13
2.6. Kelebihan Jembatan Wheatstone……………………………………………..13
2.7. Kesalahan Dalam Jembatan Wheatstone……………………………………..14
2.8. Pengertian Jembatan Kelvin………………………………………………….15
2.9. Metode Jembatan Kelvin……………………………………………………..15
2.10. Prinsip Kerja Jembatan Kelvin……………………………………………….18

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………….....19

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………...…19
3.2. Saran……………………………………………………………………….....20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………....21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah lepas akan kebutuhan
yang berhubungan dengan listrik. Segala bentuk kegiatan manusia
membutuhkan listrik untuk menghidupkan alat-alat elektronik yang kita
miliki. Dalam rangkaian listrik sederhana selalu terdapat arus, tegangan, dan
tahanan. Biasanya ada tahanan yang sudah diketahui nilainya dan ada yang
belum diketahui. Tahanan yang belum diketahui nilainya dapat dicari
menggunakan metode Jembatan Wheatstone.

Pada umumnya, Jembatan Wheatstone digunakan untuk mencari


ketelitian terhadap suatu tahanan yang nilainya relatif kecil sekali. Rangkaian
Jembatan Wheatstone dibentuk oleh empat buah tahanan (R) yang merupakan
segi empat A-B-C-D yang dihubungkan dengan sumber tegangan dan sebuah
galvanometer yang besarnya sama dengan nol (0). Tahanan-tahanan tersebut
diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer tidak akan mengadakan suatu
hubungan antara keempat tahanan tersebut. Kegunaan dari Jembatan
Wheatstone adalah untuk mengukur nilai suatu tahanan dengan cara arus yang
mengalir pada galvanometer sama dengan nol yang disebabkan oleh potensial
ujung-ujung tahanan sama besar, sehingga dapat dirumuskan dengan perkalian
silang antar tahanan. Cara kerjanya adalah sirkuit listrik dalam empat tahanan
dan sumber tegangan yang dihubungkan melalui dua titik diagonal dan pada
kedua diagonal yang lain.

4
Dan Jembatan Kelvin (disebut juga Jembatan Ganda Kelvin) ada juga
yang menyebutnya Jembatan Thompson, adalah sebuah alat ukur yang
ditemukan oleh William Thompson kecuali kehadiran dari resistor tambahan.
Resistor nilai rendah tambahan ini dan pengaturan internal dari jembatan
adalah pengubahan untuk substansial mengurangi kesalahan pengukuran yang
diakibatkan oleh turunnya voltase pada arus tinggi (hambatan rendah) pada
lengan jembatan. Ini terdiri dua set lengan rasio. Perangkat luar yang pertama
dari lengan rasio adalah resistor yang biasa dikenal dan lengan rasio dibagian
dalam menolong menghubungkan satu terminal dari galvanometer pada titik
yang sesuai (yang merupakan kerugian dari Jembatan Kelvin versi pertama).
Jembatan ini digunakan untuk pengukuran hambatan rendah.

5
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Jembatan Wheatstone?
1.2.2 Bagaimana metode Jembatan Wheatstone?
1.2.3 Apa saja hukum yang mendasari rangkaian listrik yang berhubungan dengan
Jembatan Wheatstone?
1.2.4 Bagaimana prinsip kerja Jembatan Wheatstone?
1.2.5 Bagaimana aplikasi Jembatan Wheatstone?
1.2.6 Bagaimana kelebihan Jembatan Wheatstone?
1.2.7 Bagaimana kesalahan-kesalahan Jembatan Wheatstone?
1.2.8 Apa pengertian Jembatan Kelvin?
1.2.9 Bagaimana metode Jembatan Kelvin?
1.2.10 Bagaimana prinsip kerja Jembatan Kelvin?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari Jembatan Wheatstone
1.3.2 Mengetahui metode Jembatan Wheatstone
1.3.3 Mengetahui hukum dasar rangkaian listrik yang berhubungan dengan
Jembatan Wheatstone
1.3.4 Mengetahui prinsip kerja Jembatan Wheatstone
1.3.5 Mengetahui aplikasi Jembatan Wheatstone
1.3.6 Mengetahui kelebihan Jembatan Wheatstone
1.3.7 Mengetahui kesalahan-kesalahan dalam Jembatan Wheatstone
1.3.8 Mengetahui pengertian Jembatan Kelvin
1.3.9 Mengetahui metode Jembatan Kelvin
1.3.10 Mengetahui prinsip kerja Jembatan Kelvin

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jembatan Wheatstone

Jembatan Wheatstone merupakan alat ukur yang ditemukan oleh


Samuel Hunter Christie pada tahun 1833, kemudian dipopulerkan oleh Sir
Charles Wheatstone pada tahun 1843. Alat ini digunakan untuk mengukur
suatu hambatan listrik yang tidak diketahui dengan menyeimbangkan dua kali
dari rangkaian jembatan. Alat ukur ini digunakan untuk memperoleh ketelitian
dalam melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang memiliki nilai
relatif kecil, contohnya suatu kebocoran dari kabel tanah/kartsluiting.
Jembatan Wheatstone adalah alat yang paling umum digunakan untuk
pengukuran tahanan dengan ketelitian1 sampai 100.000 ohm. Jembatan
Wheatstone terdiri dari tahanan R1, R2, R3 dimana tahanan tersebut
merupakan tahanan yang nilainya diketahui dengan teliti dan dapat diatur.

2.2 Metode Jembatan Wheatstone


Metode Jembatan Wheatstone adalah susunan komponen-komponen
elektronika yang berupa resistor dan catur daya seperti tampak pada gambar
berikut:

7
Hasil kali antara hambatan-hambatan berhadapan yang satu akan sama
dengan hasil kali hambatan-hambatan berhadapan lainnya jika beda potensial
antara c dan d bernilai nol. Persamaan R1 . R3 = R2 . R4 dapat diturunkan
dengan menerapkan Hukum Kirchoff dalam rangkaian tersebut. Hambatan
listrik suatu penghantar merupakan karakteristik dari suatu bahan penghantar
tersebut yang mana adalah kemampuan dari penghantar itu untuk mengalirkan
arus listrik, yang secara matematis dapat dituliskan:

R = p. (L/A)

Dimana:

R : Hambatan listrik suatu penghantar ()

p : Resitivitas atau hambatan jenis ( . m)

L : Panjang penghantar (m)

A : Luas penghantar (𝑚2 )

8
2.3 Hukum-hukum Dasar dalam Jembatan Wheatstone
1. Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan “Jika suatu arus listrik melalui suatu
penghantar, maka kekuatan arus tersebut adalah sebanding lurus dengan
tegangan listrik yang terdapat diantara kedua ujung penghantar tadi”
Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari
Jerman pada tahun1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang
berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun
1827.
Hukum Ohm :
1) Tegangan dinyatakan dengan nilai volt, disimbolkan E dan V
2) Arus dinyatakan dengan Ampere, disimbolkan I
3) Hambatan dinyatakan dengan Ohm, disimbolkan R

Jika luas penampang A yang diperhatikan cukup kecil dan tegak lurus
kearah J (misalnya panjang konduktor besar sekali dibanding dengan luas
penampangnya), maka J dapat dianggap sama pada seluruh bagian
penampang hingga I = J . A maka untuk beda potensial berlaku V = E .
dl dan juga integrasi diambil sepanjang suatu garis gaya V = E . dl

Terlihat bahwa faktor yang berupa integrasi hanya tergantung dari


konduktornya dan merupakan sifat khusus konduktornya dan biasa
disebut sebagai tahanan (R) atau resistansinya dapat dituliskan V = I .

Rumus Hukum Ohm

Secara matematis, hukum Ohm ini dituliskan

V=I.R atau I=V/R

9
Dimana :

I = arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar (Ampere, A)

V = tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar (Volt, V)

R = hambatan listrik yang terdapat pada suatu penghantar (Ohm, )

2. Hukum Kirchoff I
Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kirchoff (1824-1887)
Menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang
yang kemudian dikenal dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff
berbunyi “Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama
dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan.”
Jumlah I masuk = I keluar
3. Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II berbunyi, “Dalam rangkaian tertutup, jumlah
aljabar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol.”
Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak
adanya energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti
semua energi bisa digunakan atau diserap. Sehingga rumus didapatkan
dari Jembatan Wheatstone yaitu :
𝐿1
𝑅𝑥 = 𝑅𝑣 × 𝐿2

Keterangan :
𝑅𝑥 = Hambatan yang belum diketahui ()
𝑅𝑣 = Hambatan yang diketahui ()
𝐿1 = segmen kawat 1 (m)
𝐿2 = segmen kawat 2 (m)

10
4. Hukum Faraday
Teori ini berbunyi “konsep gaya gerak listrik pertama kali
dikemukakan oleh Michael Faraday, yang melakukan penelitian untuk
menentukan faktor yang mempengaruhi besarnya GGL yang diinduksi.
Dia menemukan bahwa induksi sangat bergantung pada waktu, yaitu
semakin cepat terjadinya perubahan medan magnetik, GGL yang diinduksi
semakin besar”.

2.4 Prinsip Kerja Jembatan Wheatstone


 Hubungan antara resitivitas dan hambatan, yang berarti setiap penghantar
memiliki besar hambatan tertentu. Dan juga menentukan hambatan
sebagai fungsi dari perubahan suhu.
 Hukum Ohm yang menjelaskan tentang hubungan antara hambatan,
tegangan dan arus listrik. Yang mana besar arus yang mengalir pada
galvanometer diakibatkan oleh adanya suatu hambatan.
 Hukum Kirchoff 1 dan 2, yang mana sesuai dari hukum ini menjelaskan
jembatan dalam keadaan seimbang karena besar arus pada ke-2 ujung
galvanometer sama besar sehingga saling meniadakan.

Prinsip dasar dari Jembatan Wheatstone didasarkan pada rangkaian


yang ditunjukkan pada gambar :

11
Dimana rangkaian terdiri dari :
 Sumber tegangan baterai (E)
 Empat lengan tahanan, yaitu tahanan R1 dan R2 disebut lengan
pembanding, tahanan R3 disebut dengan lengan standar, dan
tahanan 𝑅𝑥 adalah tahanan yang tidak diketahui besarnya
 Sebuah galvanometer yang merupakan detektor nol

Besar arus yang melalui galvanometer tergantung pada beda potensial


(tegangan) antara titik c dan titik d. Jembatan dikatakan seimbang, jika beda
potensial pada galvanometer adalah nol, artinya tidak ada arus yang mengalir
melalui galvanometer. Kondisi ini terjadi jika 𝑉𝑐𝑎 = 𝑉𝑑𝑎 atau 𝑉𝑐𝑏 = 𝑉𝑑𝑏

Jadi, Jembatan dikatakan setimbang jika : 𝐼1 . 𝑅1 = 𝐼2 . 𝑅2

Pengukuran tahanan 𝑅𝑥 tidak bergantung pada karakterisktik atau


kalibrasi galvanometer defleksi nol, asalkan detektor nol tersebut
mempunyai sensitivitas yang cukup. Untuk menghasilkan posisi setimbang
jembatan pada tingkat presisi yang diperlukan.

12
2.5 Aplikasi Jembatan Wheatstone
Salah satunya adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda
uji berupa beton atau baja. Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu
semacam pita yang terdiri dari rangkaian listrik untuk mengukur dilatasi
benda uji berdasarkan perubahan hambatan penghantar di dalam strain gauge.
Strain gauge ini direkatkan kuat pada benda uji sehingga deformasi pada
benda uji akan sama dengan deformasi pada strain gauge. Seperti kita ketahui,
jika suatu material ditarik atau ditekan, maka terjadi perubahan dimensi dari
material tersebut sesuai dengai sifat-sifat elastisitas benda. Perubahan dimensi
pada penghantar akan menyebabkan perubahan hambatan listrik, ingat
persamaan R = 𝑝.L/A . Perubahan hambatan ini sedemikian kecilnya,
sehingga untuk mendapatkan hasil eksaknya harus dimasukkan kedalam
rangkaian Jembatan Wheatstone. Rangkaian listrik beserta Jembatan
Wheatstone nya sudah ada di dalam strain gauge.

2.6 Kelebihan Jembatan Wheatstone


Dapat mengukur perubahan hambatan yang sangat kecil pada
penghantar. Contoh aplikasi : strain gauge, yang digunakan untuk mengukur
regangan material (baja atau beton) didasarkan pada perubahan kecil
penghantar yang berdeformasi akibat gaya eksperimen. Perubahan kecil
dimensi penampang dihitung dari perubahan hambatan pada rangkaian
Jembatan Wheatstone. Rangkaian listrik beserta Jembatan Wheatstone nya
sudah ada di dalam strain gauge.

13
2.7 Kesalahan pada Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone dipakai secara luas pada pengukuran presisi
tahanan dari sekitar 1 sampai rangkuman mega Ohm rendah. Sumber
kesalahan utama terletak pada kesalahan batas dari ketiga tahanan yang
diketahui. Kesalahan-kesalahan lain bisa mencakup :
1. Sensitivitas detector nol yang tidak cukup
2. Perubahan tahanan lengan-lengan jembatan karena efek pemanas arus
melalui tahanan-tahanan tersebut. Efek pemanasan (I2R) dari arus-arus
lengan jembatan dapat mengubah tahanan yang diukur. Kenaikkan
temperatur bukan hanya mempengaruhi tahanan selama pengukuran
yang sebenarnya, tetapi arus yang berlebihan dapat mengakibatkan
perubahan yang permanen bagi nilai tahanan. Hal ini tidak boleh
terjadi, karena pengukuran-pengukuran selanjutnya akan menjadi salah
karena itu disipasi daya dalam lengan-lengan jembatan harus dihitung
sebelumnya sehingga arus dapat dibatasi pada nilai yang aman.
3. GGL termal dalam rangkaian jembatan atau rangkaian galvanometer
dapat juga mengakibatkan masalah sewaktu mengukur tahanan-
tahanan rendah. Untuk mencegah GGL termal, kadang-kadang
galvanometer yang lebih sensitif dilengkapi dengan sistem kumparan
tenaga dari sistem suspensi tembaga yakni untuk mencegah pemilikan
logam-logam yang tidak sama yang saling kontak satu sama lain dan
untuk mencegah terjadinya GGL termal.
4. Kesalahan-kesalahan karena tahanan kawat sambung dan kontak-
kontak luar memegang peranan dalam pengukuran nilai-nilai tahanan
yang sangat rendah.

14
2.8 Pengertian Jembatan Kelvin
Jembatan Kelvin adalah salah satu perangkat terbaik yang tersedia
untuk pengukuran presisi rendah yang tepat. Jembatan ini adalah modifikasi
Jembatan Wheatstone dimana kesalahan karena resistansi kontak dan
resistansi timah dihilangkan. Jembatan ini dinamai Jembatan Ganda karena
mengandung set lengan rasio kedua. Variasi menarik dari Jembatan
Wheatstone adalah Jembatan Kelvin (Jembatan Ganda) yang digunakan untuk
mengukur resistansi yang sangat rendah (biasanya  1/10 ).
Jangkauan pengukuran Jembatan Kelvin biasanya antara 10  hingga
1 . Bergantung pada akurasi komponen yang digunakan, pengukuran
menggunakan Jembatan Kelvin hingga sampai ± 0,2 %.
Pada dasarnya Jembatan Kelvin mirip dengan Jembatan Wheatstone
namun dengan tambahan dua buah resistor Rnp dan Rmp. Syarat yang harus
dipenuhi untuk Jembatan Kelvin adalah rasio Rnp / Rmp dengan 𝑅1 /𝑅2 .

2.9 Metode Jembatan Kelvin


Jembatan Kelvin, merupakan modifikasi dari Jembatan Wheatstone
dan menghasilkan ketelitian yang jauh lebih besar untuk pengukuran tahanan-
tahanan yang sangat rendah, yaitu sekitar 0,00001 sampai 1.

Cara kerjanya sama dengan Jembatan Wheatstone hanya tahanannya yang


dipakai bukan 4 tetapi 7.

15
Rangkaian Jembatan Kelvin

Pada dasarnya Jembatan Kelvin mirip dengan Jembatan Wheatstone namun


dengan tambahan dua buah resistor p dan r. Jika rasio p/r sama dengan P/R
maka error akibat tegangan jatuh diantara titik a dan b dapat dieliminasi.

Saat galvanometer menunjuk nol maka tidak ada arus yang mengalir
melaluinya dan tegangan galvanometer Vg = 0. Pada kondisi ini arus 𝑖1 yang
mengalir melalui P sama dengan arus yang melalui R. Arus I terbagi menjadi
arus yang melalui titik a dan b dan yang melalui p dan r. Berdasarkan
rangkaian maka :

𝑖1 R = 𝑖2 r + I S atau

I S = 𝑖1 R  𝑖2 r atau

𝑖2 𝑟
I S = R𝑖1  
𝑅

Sementara itu

𝑖1 P = 𝑖2 p + I Q atau

16
I Q = 𝑖1 P  𝑖2 p atau

𝑖2𝑝
I Q = P𝑖1  
𝑃

Dengan membandingkan IQ dan IS diperoleh

𝐼𝑄 𝑃𝑖1  𝑖2 𝑝/𝑃
=
𝐼𝑆 𝑅𝑖1  𝑖2 𝑟/𝑅

Dan p/r = P/R atau p/P = r/R sehingga Q/S =P/R yang memberikan

𝑆𝑃
Q=
𝑅

Dalam hal ini Q adalah resistor yang akan diketahui resistansinya, S adalah
resistor standar bernilai rendah, P, R, p, r adalah resistor presisi yang dapat
diatur.

17
2.10 Prinsip Kerja Jembatan Kelvin
Pengukuran dihasilkan dengan menyesuaikan jembatan, dan keseimbangan
dapat diperoleh ketika :
𝑅3 𝑅3 . 𝑅′ 4 − 𝑅 ′ 3 . 𝑅4
Rx = R2 . +R.
𝑅4 𝑅4 .(𝑅 + 𝑅 ′ 3 + 𝑅′ 4)
Hambatan R harus serendah mungkin (lebih rendah dari nilai pengukuran) dan
untuk alasan itu biasanya dibuat batang pendek yang tebal dari tembaga. Jika
kondisi R3.R4 = R3.R4 bertemu (dan nilai dari R rendah), maka komponen
terakhir pada persamaan dapat diabaikan dan dapat diasumsikan bahwa :
𝑅3
Rx = R2 .
𝑅4
Yaitu persamaan dari Jembatan Wheatstone.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jembatan Wheatstone merupakan alat ukur yang ditemukan oleh
Samuel Hunter Christie pada tahun 1833, dan dipopulerkan oleh Sir Charles
Wheatstone pada tahun 1843. Jembatan Wheatstone digunakan untuk
mengukur suatu hambatan listrik yang tidak diketahui dengan
menyeimbangkan dua kali dari rangkaian jembatan. Terdapat beberapa
hukum fisika yang mendasari rangkaian listrik yang berhubungan dengan
Jembatan Wheatstone, antara lain : teori hukum Ohm, teori hukum Faraday,
dan teori hukum Kirchoff.
Prinsip dasar Jembatan Wheatstone adalah keseimbangan. Sifat umum dari
arus listrik adalah arus mengalir menuju popularitas yang lebih rendah. Dan
apabila terdapat persamaan polaritas antara kedua titik maka arus tidak akan
mengalir dari kedua titik tersebut. Prinsip kerja Jembatan Wheatstone, yaitu :
a. Hubungan antara resitivitas dan hambatan, yang berarti setiap
penghantar memiliki besar hambatan tertentu. Dan menentukan
hambatan sebagai fungsi dari perubahan suhu.
b. Hukum Ohm menjelaskan tentang hubungan antara hambatan,
tegangan, dan arus listrik. Yang mana besar arus yang mengalir pada
galvanometer diakibatkan oleh adanya suatu hambatan.
c. Hukum Kirchoff I dan II menjelaskan jembatan dalam keadaan
setimbang karena besar arus pada kedua ujung galvanometer sama
besar sehingga saling meniadakan.
Salah satu aplikasi yang menerapkan metode Jembatan Wheatstone
adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda uji yang berupa
beton atau baja. Kesalahan-kesalahan yang muncul dalam Jembatan
Wheatstone, yaitu : sensitivitas detektor nol yang tidak cukup, perubahan
tahanan lengan-lengan jembatan karena efek pemanasan arus melalui

19
tahanan-tahanan tersebut, GGL termal dalam rangkaian jembatan dapat pula
mengakibatkan masalah ketika tahanan-tahanan rendah, dan juga kesalahan
karena tahanan kawat sambung dan kontak-kontak luar.

Jembatan Kelvin merupakan modifikasi dari Jembatan Wheatstone dan


menghasilkan ketelitian yang jauh lebih besar untuk mengukur tahanan-
tahanan yang sangat rendah yaitu sekitar 0,00001 sampai 1

Jembatan Kelvin disebut juga Jembatan Ganda atau Jembatan


Thompson adalah sebuah alat ukur yang ditemukan oleh William Thompson
kecuali kehadiran dari resistor tambahan. Resistor nilai rendah tambahan ini
dan pengaturan internal dari jembatan adalah pengubahan untuk secara
substansial mengurangi kesalahan pengukuran yang diakibatkan oleh
turunnya voltase pada arus tinggi (hambatan rendah) pada lengan jembatan
ini terdiri dari dua set lengan rasio

3.2 Saran
Diharapkan setelah mengerjakan tugas makalah ini, mahasiswa
mampu mengetahui apa itu Jembatan Wheatstone dan Jembatan Kelvin,
mengetahui metodenya, mengetahui prinsip kerjanya, dan mengetahui contoh
pengaplikasian Jembatan Wheatstone dan Jembatan Kelvin. Dalam membuat
makalah ini terdapat banyak kekurangan di dalamnya, oleh karena itu
diharapkan saran dan masukan dari pembacanya.

20
Daftar Pustaka

www.academia.edu

www.scribd.com

www.wikipedia.org

Bueche, Fredick J., dan Eugene, Hecht. 2006. Fisika Universitas. Jakarta:
Erlangga.

Flink, R.J., dan Brink, O.G. 1984. Dasar-dasar Instrumentasi. Jakarta: Binacipta.

Lister, Eugene C. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono, Vani. 2009. Fisika. Surabaya: PT Kawan Pustaka.

Suryatmo, F. 1986. Teknik Listrik Pengukuran. Jakarta: Bina Aksara.

www.pantechsolutions.net

Van der wol, G. 1985. Rangkaian Elektro Teknik. Jakarta: Erlangga.

21
22

Anda mungkin juga menyukai