DISUSUN OLEH :
TAHUN AJARAN
2019
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah dapat menyelesaikan makalah
“Jembatan Wheatstone dan Jembatan Kelvin” ini dengan sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih kepada Kak Supri dan Kak
Fadel selaku Asisten Dosen mata kuliah Instrumentasi dan Pengukuran Listrik yang
telah memberikan tugas ini.
2
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………......4
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………….7
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………….....19
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………...…19
3.2. Saran……………………………………………………………………….....20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………....21
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Dan Jembatan Kelvin (disebut juga Jembatan Ganda Kelvin) ada juga
yang menyebutnya Jembatan Thompson, adalah sebuah alat ukur yang
ditemukan oleh William Thompson kecuali kehadiran dari resistor tambahan.
Resistor nilai rendah tambahan ini dan pengaturan internal dari jembatan
adalah pengubahan untuk substansial mengurangi kesalahan pengukuran yang
diakibatkan oleh turunnya voltase pada arus tinggi (hambatan rendah) pada
lengan jembatan. Ini terdiri dua set lengan rasio. Perangkat luar yang pertama
dari lengan rasio adalah resistor yang biasa dikenal dan lengan rasio dibagian
dalam menolong menghubungkan satu terminal dari galvanometer pada titik
yang sesuai (yang merupakan kerugian dari Jembatan Kelvin versi pertama).
Jembatan ini digunakan untuk pengukuran hambatan rendah.
5
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Jembatan Wheatstone?
1.2.2 Bagaimana metode Jembatan Wheatstone?
1.2.3 Apa saja hukum yang mendasari rangkaian listrik yang berhubungan dengan
Jembatan Wheatstone?
1.2.4 Bagaimana prinsip kerja Jembatan Wheatstone?
1.2.5 Bagaimana aplikasi Jembatan Wheatstone?
1.2.6 Bagaimana kelebihan Jembatan Wheatstone?
1.2.7 Bagaimana kesalahan-kesalahan Jembatan Wheatstone?
1.2.8 Apa pengertian Jembatan Kelvin?
1.2.9 Bagaimana metode Jembatan Kelvin?
1.2.10 Bagaimana prinsip kerja Jembatan Kelvin?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari Jembatan Wheatstone
1.3.2 Mengetahui metode Jembatan Wheatstone
1.3.3 Mengetahui hukum dasar rangkaian listrik yang berhubungan dengan
Jembatan Wheatstone
1.3.4 Mengetahui prinsip kerja Jembatan Wheatstone
1.3.5 Mengetahui aplikasi Jembatan Wheatstone
1.3.6 Mengetahui kelebihan Jembatan Wheatstone
1.3.7 Mengetahui kesalahan-kesalahan dalam Jembatan Wheatstone
1.3.8 Mengetahui pengertian Jembatan Kelvin
1.3.9 Mengetahui metode Jembatan Kelvin
1.3.10 Mengetahui prinsip kerja Jembatan Kelvin
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Hasil kali antara hambatan-hambatan berhadapan yang satu akan sama
dengan hasil kali hambatan-hambatan berhadapan lainnya jika beda potensial
antara c dan d bernilai nol. Persamaan R1 . R3 = R2 . R4 dapat diturunkan
dengan menerapkan Hukum Kirchoff dalam rangkaian tersebut. Hambatan
listrik suatu penghantar merupakan karakteristik dari suatu bahan penghantar
tersebut yang mana adalah kemampuan dari penghantar itu untuk mengalirkan
arus listrik, yang secara matematis dapat dituliskan:
R = p. (L/A)
Dimana:
8
2.3 Hukum-hukum Dasar dalam Jembatan Wheatstone
1. Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan “Jika suatu arus listrik melalui suatu
penghantar, maka kekuatan arus tersebut adalah sebanding lurus dengan
tegangan listrik yang terdapat diantara kedua ujung penghantar tadi”
Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari
Jerman pada tahun1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang
berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun
1827.
Hukum Ohm :
1) Tegangan dinyatakan dengan nilai volt, disimbolkan E dan V
2) Arus dinyatakan dengan Ampere, disimbolkan I
3) Hambatan dinyatakan dengan Ohm, disimbolkan R
Jika luas penampang A yang diperhatikan cukup kecil dan tegak lurus
kearah J (misalnya panjang konduktor besar sekali dibanding dengan luas
penampangnya), maka J dapat dianggap sama pada seluruh bagian
penampang hingga I = J . A maka untuk beda potensial berlaku V = E .
dl dan juga integrasi diambil sepanjang suatu garis gaya V = E . dl
9
Dimana :
2. Hukum Kirchoff I
Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kirchoff (1824-1887)
Menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang
yang kemudian dikenal dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff
berbunyi “Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama
dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan.”
Jumlah I masuk = I keluar
3. Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II berbunyi, “Dalam rangkaian tertutup, jumlah
aljabar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol.”
Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak
adanya energi listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut atau dalam arti
semua energi bisa digunakan atau diserap. Sehingga rumus didapatkan
dari Jembatan Wheatstone yaitu :
𝐿1
𝑅𝑥 = 𝑅𝑣 × 𝐿2
Keterangan :
𝑅𝑥 = Hambatan yang belum diketahui ()
𝑅𝑣 = Hambatan yang diketahui ()
𝐿1 = segmen kawat 1 (m)
𝐿2 = segmen kawat 2 (m)
10
4. Hukum Faraday
Teori ini berbunyi “konsep gaya gerak listrik pertama kali
dikemukakan oleh Michael Faraday, yang melakukan penelitian untuk
menentukan faktor yang mempengaruhi besarnya GGL yang diinduksi.
Dia menemukan bahwa induksi sangat bergantung pada waktu, yaitu
semakin cepat terjadinya perubahan medan magnetik, GGL yang diinduksi
semakin besar”.
11
Dimana rangkaian terdiri dari :
Sumber tegangan baterai (E)
Empat lengan tahanan, yaitu tahanan R1 dan R2 disebut lengan
pembanding, tahanan R3 disebut dengan lengan standar, dan
tahanan 𝑅𝑥 adalah tahanan yang tidak diketahui besarnya
Sebuah galvanometer yang merupakan detektor nol
12
2.5 Aplikasi Jembatan Wheatstone
Salah satunya adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda
uji berupa beton atau baja. Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu
semacam pita yang terdiri dari rangkaian listrik untuk mengukur dilatasi
benda uji berdasarkan perubahan hambatan penghantar di dalam strain gauge.
Strain gauge ini direkatkan kuat pada benda uji sehingga deformasi pada
benda uji akan sama dengan deformasi pada strain gauge. Seperti kita ketahui,
jika suatu material ditarik atau ditekan, maka terjadi perubahan dimensi dari
material tersebut sesuai dengai sifat-sifat elastisitas benda. Perubahan dimensi
pada penghantar akan menyebabkan perubahan hambatan listrik, ingat
persamaan R = 𝑝.L/A . Perubahan hambatan ini sedemikian kecilnya,
sehingga untuk mendapatkan hasil eksaknya harus dimasukkan kedalam
rangkaian Jembatan Wheatstone. Rangkaian listrik beserta Jembatan
Wheatstone nya sudah ada di dalam strain gauge.
13
2.7 Kesalahan pada Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone dipakai secara luas pada pengukuran presisi
tahanan dari sekitar 1 sampai rangkuman mega Ohm rendah. Sumber
kesalahan utama terletak pada kesalahan batas dari ketiga tahanan yang
diketahui. Kesalahan-kesalahan lain bisa mencakup :
1. Sensitivitas detector nol yang tidak cukup
2. Perubahan tahanan lengan-lengan jembatan karena efek pemanas arus
melalui tahanan-tahanan tersebut. Efek pemanasan (I2R) dari arus-arus
lengan jembatan dapat mengubah tahanan yang diukur. Kenaikkan
temperatur bukan hanya mempengaruhi tahanan selama pengukuran
yang sebenarnya, tetapi arus yang berlebihan dapat mengakibatkan
perubahan yang permanen bagi nilai tahanan. Hal ini tidak boleh
terjadi, karena pengukuran-pengukuran selanjutnya akan menjadi salah
karena itu disipasi daya dalam lengan-lengan jembatan harus dihitung
sebelumnya sehingga arus dapat dibatasi pada nilai yang aman.
3. GGL termal dalam rangkaian jembatan atau rangkaian galvanometer
dapat juga mengakibatkan masalah sewaktu mengukur tahanan-
tahanan rendah. Untuk mencegah GGL termal, kadang-kadang
galvanometer yang lebih sensitif dilengkapi dengan sistem kumparan
tenaga dari sistem suspensi tembaga yakni untuk mencegah pemilikan
logam-logam yang tidak sama yang saling kontak satu sama lain dan
untuk mencegah terjadinya GGL termal.
4. Kesalahan-kesalahan karena tahanan kawat sambung dan kontak-
kontak luar memegang peranan dalam pengukuran nilai-nilai tahanan
yang sangat rendah.
14
2.8 Pengertian Jembatan Kelvin
Jembatan Kelvin adalah salah satu perangkat terbaik yang tersedia
untuk pengukuran presisi rendah yang tepat. Jembatan ini adalah modifikasi
Jembatan Wheatstone dimana kesalahan karena resistansi kontak dan
resistansi timah dihilangkan. Jembatan ini dinamai Jembatan Ganda karena
mengandung set lengan rasio kedua. Variasi menarik dari Jembatan
Wheatstone adalah Jembatan Kelvin (Jembatan Ganda) yang digunakan untuk
mengukur resistansi yang sangat rendah (biasanya 1/10 ).
Jangkauan pengukuran Jembatan Kelvin biasanya antara 10 hingga
1 . Bergantung pada akurasi komponen yang digunakan, pengukuran
menggunakan Jembatan Kelvin hingga sampai ± 0,2 %.
Pada dasarnya Jembatan Kelvin mirip dengan Jembatan Wheatstone
namun dengan tambahan dua buah resistor Rnp dan Rmp. Syarat yang harus
dipenuhi untuk Jembatan Kelvin adalah rasio Rnp / Rmp dengan 𝑅1 /𝑅2 .
15
Rangkaian Jembatan Kelvin
Saat galvanometer menunjuk nol maka tidak ada arus yang mengalir
melaluinya dan tegangan galvanometer Vg = 0. Pada kondisi ini arus 𝑖1 yang
mengalir melalui P sama dengan arus yang melalui R. Arus I terbagi menjadi
arus yang melalui titik a dan b dan yang melalui p dan r. Berdasarkan
rangkaian maka :
𝑖1 R = 𝑖2 r + I S atau
I S = 𝑖1 R 𝑖2 r atau
𝑖2 𝑟
I S = R𝑖1
𝑅
Sementara itu
𝑖1 P = 𝑖2 p + I Q atau
16
I Q = 𝑖1 P 𝑖2 p atau
𝑖2𝑝
I Q = P𝑖1
𝑃
𝐼𝑄 𝑃𝑖1 𝑖2 𝑝/𝑃
=
𝐼𝑆 𝑅𝑖1 𝑖2 𝑟/𝑅
Dan p/r = P/R atau p/P = r/R sehingga Q/S =P/R yang memberikan
𝑆𝑃
Q=
𝑅
Dalam hal ini Q adalah resistor yang akan diketahui resistansinya, S adalah
resistor standar bernilai rendah, P, R, p, r adalah resistor presisi yang dapat
diatur.
17
2.10 Prinsip Kerja Jembatan Kelvin
Pengukuran dihasilkan dengan menyesuaikan jembatan, dan keseimbangan
dapat diperoleh ketika :
𝑅3 𝑅3 . 𝑅′ 4 − 𝑅 ′ 3 . 𝑅4
Rx = R2 . +R.
𝑅4 𝑅4 .(𝑅 + 𝑅 ′ 3 + 𝑅′ 4)
Hambatan R harus serendah mungkin (lebih rendah dari nilai pengukuran) dan
untuk alasan itu biasanya dibuat batang pendek yang tebal dari tembaga. Jika
kondisi R3.R4 = R3.R4 bertemu (dan nilai dari R rendah), maka komponen
terakhir pada persamaan dapat diabaikan dan dapat diasumsikan bahwa :
𝑅3
Rx = R2 .
𝑅4
Yaitu persamaan dari Jembatan Wheatstone.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jembatan Wheatstone merupakan alat ukur yang ditemukan oleh
Samuel Hunter Christie pada tahun 1833, dan dipopulerkan oleh Sir Charles
Wheatstone pada tahun 1843. Jembatan Wheatstone digunakan untuk
mengukur suatu hambatan listrik yang tidak diketahui dengan
menyeimbangkan dua kali dari rangkaian jembatan. Terdapat beberapa
hukum fisika yang mendasari rangkaian listrik yang berhubungan dengan
Jembatan Wheatstone, antara lain : teori hukum Ohm, teori hukum Faraday,
dan teori hukum Kirchoff.
Prinsip dasar Jembatan Wheatstone adalah keseimbangan. Sifat umum dari
arus listrik adalah arus mengalir menuju popularitas yang lebih rendah. Dan
apabila terdapat persamaan polaritas antara kedua titik maka arus tidak akan
mengalir dari kedua titik tersebut. Prinsip kerja Jembatan Wheatstone, yaitu :
a. Hubungan antara resitivitas dan hambatan, yang berarti setiap
penghantar memiliki besar hambatan tertentu. Dan menentukan
hambatan sebagai fungsi dari perubahan suhu.
b. Hukum Ohm menjelaskan tentang hubungan antara hambatan,
tegangan, dan arus listrik. Yang mana besar arus yang mengalir pada
galvanometer diakibatkan oleh adanya suatu hambatan.
c. Hukum Kirchoff I dan II menjelaskan jembatan dalam keadaan
setimbang karena besar arus pada kedua ujung galvanometer sama
besar sehingga saling meniadakan.
Salah satu aplikasi yang menerapkan metode Jembatan Wheatstone
adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda uji yang berupa
beton atau baja. Kesalahan-kesalahan yang muncul dalam Jembatan
Wheatstone, yaitu : sensitivitas detektor nol yang tidak cukup, perubahan
tahanan lengan-lengan jembatan karena efek pemanasan arus melalui
19
tahanan-tahanan tersebut, GGL termal dalam rangkaian jembatan dapat pula
mengakibatkan masalah ketika tahanan-tahanan rendah, dan juga kesalahan
karena tahanan kawat sambung dan kontak-kontak luar.
3.2 Saran
Diharapkan setelah mengerjakan tugas makalah ini, mahasiswa
mampu mengetahui apa itu Jembatan Wheatstone dan Jembatan Kelvin,
mengetahui metodenya, mengetahui prinsip kerjanya, dan mengetahui contoh
pengaplikasian Jembatan Wheatstone dan Jembatan Kelvin. Dalam membuat
makalah ini terdapat banyak kekurangan di dalamnya, oleh karena itu
diharapkan saran dan masukan dari pembacanya.
20
Daftar Pustaka
www.academia.edu
www.scribd.com
www.wikipedia.org
Bueche, Fredick J., dan Eugene, Hecht. 2006. Fisika Universitas. Jakarta:
Erlangga.
Flink, R.J., dan Brink, O.G. 1984. Dasar-dasar Instrumentasi. Jakarta: Binacipta.
www.pantechsolutions.net
21
22