Anda di halaman 1dari 26

JEMBATAN WHEATSTONE

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH FISIKA DASAR LANJUTAN

Oleh
Nama / NIM : Bayoe Waskitho Adji
/191810201039
Kelompok : IIB
Asisten : Faiza Nur Laila
Tanggal Praktikum/Jam : 9 APRIL 2020 / 09.40-12.20

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1

1.3 Tujuan Praktikum............................................................................................2

1.4 Manfaat...........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

BAB III METODE EKSPERIMEN.........................................................................6

3.1 Alat dan Bahan................................................................................................6

3.2 Desain Experimen...........................................................................................6

3.3 Metode Analisis Data......................................................................................9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................10

4.1 Hasil.............................................................................................................10

4.2 Pembahasan..................................................................................................11

BAB V PENUTUP.................................................................................................12

5.1 Kesimpulan...................................................................................................12

5.2 Saran..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

LEMBAR PENGAMATAN .....................................................................................


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jembatan Wheatstone merupakan suatu rangkaian listrik untuk mengukur
suatu tahanan yang tidak diketahui harganya atau besarnya. Jembatan wheatstone
terdiri dari tahanan R1, R2, R3 dimana tahan tersebut merupakan tahanan yang
diketahui nilainya dengan teliti dan dapat diukur. Jembatan wheatstone merupakan
metode yang digunakan untuk mengukur hambatan secara tidak langsung dan lebih
teliti bila dibandigkan dengan ohmmeter. Fungsi dari jembatan wheatstone adalah
untuk mengukur nilai suatu hambatan dengan cara arus yang mengalir pada
galvometer sama dengan nol sebab potensial dari ujung - ujungnya sama besar (
Giancoli, 2004)
Jembatan wheatstone dipakai untuk memperoleh ketelitian dalam
melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang besarnya relatif kecil.
Jembatan wheatstone dapat dipergunakan atau diaplikasikan dalam kehidupan
sehari – hari. Jembatan wheatstone salah satunya dapat digunakan dalam percobaan
mengukur regangan pada benda uji berupa beton atau baja.
Praktikum jembatan wheatstone dilakukan dengan beberapa tahapan.
Tahapan – tahapan tersebut antara lain merangkai rangkaian lsitrik sesuai arahan
modul. Tahapan selannjutnya hidupkan saklar. Geser kontak geser sepanjang kawat
geser sampai galvanometer menunjukan angka nol. Catat L1 dan L2 sesuai dengan
hasil yang diperoleh. Hambatan Rx diukur dengan multitester dan percobaan
tersebut diulang sampai 4 kali dengan mengubah nilai R1 dan R2 yang ada dalam
rangkaian

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah pada praktikum mengenai jembatan wheatstone adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menentukan hambatan sebuah resistor dengan
menggunakan metode jembatan wheatstone ?

1
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum mengenai jembatan wheatstone adalah sebagai
berikut :
1. Mampu mengetahui cara menentukan hambatan sebuah resistor dengan
menggunakan metode jembatan wheatstone.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum jembatan wheatstone
adalah kita dapat mengetahui apa itu jembatan wheatstone kegunaan serta
penerapannya dalam kehidupan. Contonya pada penggunaan strain gauge
pada pengukuran tegangan material besi dan baja. Jembatan wheatstone
juga diaplikasikan dalam bidang lainnya seperti indutri motor, sel surya,
sensol aliran venturi dan lain-lainnya.

2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Rangkaian elektrik ini dibuat oleh Samuel Hunter Christie pada tahun 1833
dan dikembangkan lebih lanjut dan dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada
tahun 1843 sehingga terkenal dengan jembatan wheatstone. Gunanya adalah untuk
mengukur hambatan dengan cara menyeimbangkan kedua sisi rangkaian
jembatan (bridge circuit). Satu sisi jembatan terdapat komponen yang tak diketahui
nilai resistansinya sedangkan sisi lain diketahui nilai resistansinya. Operasi ini juga
mirip dengan potensiometer. Jembatan ini dibuat dengan merangkai empat buah
hambatan dalam susunan (Suryatmo,1986).

Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur


suatu yang tidak diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari
rangkaian jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip
dengan aslinya potensiometer. Jembatan Wheatstone adalah suatu proses
menentukan nilai hambatan listrik yang presisi/tepat menggunakan rangkaian
Jembatan Wheatstone dan melakukan perbandingan antara besar hambatan yang
telah diketahui dengan besar hambatan yang belum diketahui yang tentunya dalam
keadaan Jembatan disebut seimbang yaitu Galvanometer menunjukkan pada angka
nol. Rangkaian Jembatan Wheatstone tersebut memiliki susunan dari 4 buah
hambatan yang mana 2 dari hambatan tersebut adalah hambatan variable dan
hambatan yang belum diketahui besarnya yang disusun secara seri satu sama lain
dan pada 2 titik diagonalnya dipasang sebuah Galvanometer dan pada 2 titik
diagonal lainnya diberikan sumber tegangan. Galvanometer adalah alat yang
digunakan untuk mendeteksi dan pengukuran arus. Kebanyakan alat ini kerjanya
tergantung pada momen yang berlaku pada kumparan di dalam magnet
(Pramono,2014).

3
Gambar 2.1 Rangkaian listrik jembatan wheatstone
(Sumber: Pramono,2014)

Menurut Lister(1993), Hasil kali antara hambatan hambatan berhadapan


yang satu akan sama dengan hasil kai hambatan hambatan berhadapan lainnya jika
beda potensial antara c dan d bernilai nol. Persamaan R1 . R3 = R2 . R4 dapat
diturunkan dengan menerapkan Hukum Kirchoff dalam rangkaian
tersebut. Hambatan listrik suatu penghantar merupakan karakteristik dari suatu
bahan penghantar tersebut yang mana adalah kemampuan dari penghantar itu untuk
mengalirkan arus listrik, yang secara matematis dapat dituliskan
R = p. (L/A)

Keterangan :
R : Hambatan listrik suatu penghantar (Ω)
ρ : Resitivitas atau hambatan jenis (Ω. m)
L : Panjang penghantar (m)
A : Luas penghantar ( m²)

Menurut Pramono(2014), Hukum dasar rangkaian listrik yang berhubungan


dengan jembatan wheatstone ada hukum ohm dan hukum Kirchoff. Hukum Ohm
Tegangan dinyatakan dengan nilai volt, disimbolkan E dan V. Arus dinyatakan
dengan Ampere, disimbolkan I Hambatan dinyatakan dengan Ohm, disimbolkan R.
Secara matematis, hukum Ohm ini dituliskan :

4
V = I.R atau I=V/R
Dimana:
I = arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar (Ampere)
V = tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar (Volt)
R = hambatan listrik yang terdapat pada suatu penghantar (Ohm)

Hukum Kirchoff I ditemukan Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kichoff


(1824-1887) menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada rangkaian
bercabang yang kemudian dikenal dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff
berbunyi “Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan
jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan.”

Jumlah I masuk = I keluar

Gambar 2.2 Ilustrasi Hukum Kirchoff I


(Sumber: Pramono,2014)

Gambar 2.3 Galvonometer


(Sumber : Lister,1993)

5
BAB 3. METODE EKSPERIMEN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum jembatan wheatstone
adalah sebagai berikut:
• Resistor 100 Ω, 56 Ω, dan 47 Ω yang berfungsi sebagai tahanan terhadap kuat
arus listrik yang mengalir pada rangkaian atau tahanan standar.
• Capit buaya yang berfungsi untuk menyalurkan energi listrik dari sumber daya
adaptor ke rangkaian.
• Kabel capit buaya berfungsi untuk kabel penghubung komponen satu dengan
komponen lainnya pada rangkaian.
• Galvanometer yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengukur arus yang kecil.
• Catu daya yang berfungsi sebagai sumber listrik yang akan disalurkan ke
rangkaian.
• Kabel penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan aliran listrik agar
mengalir ke rangkaian.
• Saklar yang berfungsi untuk menyambung dan memutus aliran listrik.
• Kawat nikelin yang berfungsi untuk media pengukuran galvanometer sehingga
bernilai 0 atau mencapai kesetimbangan.
• Papan yang berfungsi untuk media peletakkan kawat nikelin.
• Meteran yang berfungsi untuk mengukur panjang L1 dan L2 pada papan.
• Papan sirkuit yang berfungsi untuk merangkai rangkaian listrik.

3.2 Desain Eksperimen


Desain eksperimen yang digunakan dalam praktikum jembatan
wheatstone adalah sebagai berikut:

6
R1 B Rx

L1 C L2

i E S
i

Gambar 3.1 Rangkaian jembatan wheatstone


(Sumber: Tim Penyusun, 2020)

3.2.1 Variabel Eksperimen


Variabel eksperimen yang digunakan dalam praktikum jembatan
wheatstone adalah sebagai berikut:
1) Variabel bebasnya adalah resistor atau hambatan dan energi dari sumber.
2) Variabel kontrolnya adalah beberapa bahan pendukung, seperti: galvanometer,
multimeter, kabel capit buaya, dan sebagainya.
3) Variabel terikatnya adalah besarnya Rx, panjang kawat L1, dan panjang kawat
L2.

3.2.2 Prosedur Eksperimen


Prosedur eksperimen yang digunakan pada praktikum jembatan wheatstone
adalah sebagai berikut:

7
Mulai

Rangkaian dihubungkan seperti gambar 3.1,


sumber daya dalam keadaan off.

Catu daya dipilih Catu daya dipilih


dengan output 3V dengan output 6V

Saklar
dihidupkan

Kontak geser disentuh pada salah


satu posisi di kawat

Kontak geser sepanjang kawat digeser hingga


skala galvanometer menunjukab angka 0

Tempat kedudukan kontak geser dicatat untuk


menentukan Panjang l1 & L2

Ri diukur dengan
multitester

Percobaan diatas diulangi 3-4 kali


dengan merubah besar R1

Selesai

8
3.3 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada praktikum jembatan wheatstone adalah
sebagai berikut:
1) Rumus Ralat
1
∆𝑅1 = 2 𝑛𝑠𝑡 (3.1)

1
∆𝐿1 = ∆𝐿2 = 𝑛𝑠𝑡 (3.2)
2
𝑅𝑥 )2
∆𝑅𝑥 = (𝛴 (𝑅𝑥 − 𝑛−𝑛 ))1/2 (3.3)
1

𝑅1 𝐿2
𝑅𝑥 = (3.4)
𝐿1
∆𝑅𝑥
𝐼= 𝑥 100 % (3.5)
𝑅𝑥

𝐾 = 100% − 𝐼 (3.6)
∆𝑅𝑥
𝐴𝑝 = 1 −𝑙𝑜𝑔 𝑙𝑜𝑔 (3.7)
𝑅𝑥

9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh pada prkatikum kali ini, yakni terkait jembatan
wheatstone antara lain :
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Jembatan Wheatstone
Rx R1 (Rx±

ΔRx) Ω
Referensi Ω Ω 3V 6V
47 47 51, 7395 47,9882 ±

0,2101
47 56 53,8902 ± 48,0119 ±

0,1181 0,1057
47 100 49,4778 ± 45,9854

0,2740
56 47 58,61798 56,4532 ±

5,4083
56 56 59,414 ± 57,6368 ±

0,3181 0,2523
56 100 57,9282 ± 56,0552 ±

0,2087 0,2666
100 47 104,2241 ± 112,8639

0,5323
56 109,4849 ± 0,267 105,6631 ±
100 6 0,2554
100 100 106, 2708 ± 104,1657 ±

0,1905 0,4562

10
4.2 Pembahasan

Percobaan kali ini adalah jembatan wheatstone tentang mencari nilai


tahanan yang relatif kecil. Dapat dilihat pada percobaan ini nilai tahanan hasil
pengukuran ohmmeter rentang antar nilai tidak telalu jauh. Hal yang dapat
menyebabkan selisih antara nilai Rx perhitungan dengan Rx pengukuran salah satu
penyebabnya dikarenakan gaya yang terdapat dalam kabel. Kabel pengubung yang
dipakai saat melakukan percobaan serta bisa disebabkan juga karena faktor lalai
praktikan dalam melakukan pengukukaran.

Pada percobaan wheatstone kali ini kita berikan variasi pada tegangannya.
Variasi. Pemberian variasi ini tidak mempengaruhi pada hasil pengukuran Rx. Hal
ini bisa dilihat pada tabel hasil yangmenunjukan bahwa nilai Rx pada referensi tetap
sama. Mengapa pemberian variasi tidak berpengaruh hal tersebut disebabkan nilai
kuat arus pada galvanometer adalah sama, sehingga menimbulkan efek saling
meniadakan dan jembatan wheatstone dalam keadaan seimbang

Pada percobaan kali ini diberikanlah variasi terhadap R1 sebanyak 3 kali


variasi. Variasi yang di berikan yaitu R1, R2, dan R3 dengan masing- masing
besarnya 100Ω, 56 Ω, dan 47 Ω. Dari tabel hasil diatas menunjukan apabila variasi
hambaran R1 yang diberikan nilainya semakin kecil, maka nilai Rx-nya
menunjukan kenaikan. Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi karena variasi
tahanan yang diberikan berpengaruh terhadap panjang L. Dapat ditarik garis besar
dari pernyataan diatas bahwa besar hambatan yang diberikan berpengaruh pada
panjang kawat dan nilai Rx diperoleh.

11
BAB 5 PENNUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan peraktikum jembatan wheatstone


adalah sebgai berikut :
1. Perubahan nilai hambatan tahanan geser berpengaruh terhadap kesetimbangan
Jembatan Wheatstone. Semakin besar nilai hambatan pada tahanan geser maka
semakin kecil perbandingan antara panjang kawat pertama (L1) dan panjang
kawat kedua (L2).
2. Penambahan variasi berpengaruh terhadap pengukuran Rx
3. Pengukuran variasi tegangan hasil pengukuran Rx berbanding terbalik sesuai
dengan hukum ohm
4. Perbandingan antara pengukuran Rx pada ohmmeter dengan nilai Rc pada
perhitungan rentangnya tidak terlalu besar

5.2 SARAN

Saran yang dapat saya sampaikan adalah praktikan dimohon bertannya


apabila ada sesuatu yg dibingungkan. Praktikan di harap dapat mempelajari modul
sebelum melakukan praktikum. Praktikan di wajibkan serius dalam menjalankan
praktikum supaya tidak kebingunan saat menjalankan praktikum. Praktikan
diharapkan teliti ketika melakukan perhitungan supaya toraktikum berjalan lancar

12
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2004. Fisika Edisi Kelima.Jakarta: Erlangga.

Lister, Eugene C. 1993. Mesin dan Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.

Pramono.2014. Rangkaian jembatan wheatstone.Bandung: Sinar media.

Suryatmo, F. 1986. Teknik Listrik Pengukuran. Jakarta : Bina aksara.

Tim penyusun.2020.Petunjuk praktikum fisika dasar 2.Jember:Universitas Jember.

Tipler P.A. (1998). Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta: erlangga.
LAMPIRAN

1. Tabel Pengamatan

Catu daya R1 Rx L1
Referensi
V Ω Ω cm cm Cm cm cm cm cm cm cm cm

3V 100 56 63,4 63,2 63,4 63,3 63,3 36,6 36,8 36,6 36,7 36,7
47 56 44,5 44,5 44,5 44,5 44,5 55,5 55,5 55,5 55,5 55,5
56 56 48,9 48,2 48,5 48,6 48,6 51,1 51,8 51,5 51,4 51,4

100 100 48,5 48,5 48,4 48,5 48,5 51,5 51,5 51,6 51,5 51,5
47 100 31,0 31,0 31,2 31,0 31,2 69,0 69,0 68,8 69,0 68,8
56 100 33,8 33,8 33,9 33,8 33,9 66,2 66,2 66,1 66,2 66,1
100 47 66,7 66,9 67 67 66,9 33,3 33,1 33,0 33,0 33,1
47 47 47,6 47,6 47,6 47,6 47,6 52,4 52,4 52,4 52,4 52,4
56 47 51 51 50,9 51 50,9 49,0 49,0 49,1 49,0 49,1
6V 100 56 64,2 64,0 64,0 64,0 64,2 35,8 36,0 36,0 36,0 35,8

47 56 44,5 44,6 44,0 44,5 44,6 55,5 55,4 56,0 55,5 55,4

56 56 49,2 49,4 49,2 49,2 49,4 50,8 50,6 50,8 50,8 50,6

100 100 49,1 48,9 49,1 49,1 48,9 50,9 51,1 51,1 50,9 51,1

47 10 29,4 29,4 29,4 29,4 29,4 70,6 70,6 70,6 70,6 70,6

56 100 34,6 34,6 34,6 34,7 34,7 65,4 65,4 65,3 65,4 65,3
100 47 68,5 68,5 68,5 68,5 68,5 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5
47 47 49,4 49,4 49,6 49,4 49,6 50,6 50,6 50,4 50,6 50,4
56 47 53,8 53,8 53,9 53,8 53,9 46,2 46,2 46,1 46,2 4,1
2. Tabel Analisis Data
a. Tabel 1

n Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 47 47 47,6 52,4 51,7394

2 47 47 47,6 52,4 51,7394

3 47 47 47,6 52,4 51,7394

4 47 47 47,6 52,4 51,7394

5 47 47 47,6 52,4 51,7394

Mean 51,7394

∆ 0

Rx

b. Tabel 2

n Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 47 56 51 49 53,8039

2 47 56 51 49 53,8039

3 47 56 50,9 49,1 54,0196

4 47 56 51 49 53,8039

5 47 56 50,9 49,1 54,0196

Mean 53,8092

∆ 0,1181

Rx
c. Tabel 3

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 47 100 66,7 33,3 49,9250

2 47 100 66,9 33,1 49,4768

3 47 100 67 33 49,2537

4 47 100 67 33 49,2537

5 47 100 66,9 33,1 49,4768

Mean 49,4772

∆ 0,2740

Rx

d. Tabel 4

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 56 47 44,5 55,5 58,6179

2 56 47 44,5 55,5 58,6179

3 56 47 44,5 55,5 58,6179

4 56 47 44,5 55,5 58,6179

5 56 47 44,5 55,5 58,6179

Mean 58,6179
∆ 0

Rx

e. Tabel 5

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 56 56 48,9 51,5 58,9775

2 56 56 48,2 51,5 59,8340

3 56 56 48,5 51,6 59,5793

4 56 56 48,6 51,5 59,3415

5 56 56 48,6 51,5 59,3415

Mean 59,4148

∆ 0,3181

Rx

f. Tabel 6

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 56 100 63,4 36,6 57,7287

2 56 100 63,2 36,8 58,2278

3 56 100 63,4 36,6 57,7287

4 56 100 63,3 36,7 57,9778


5 56 100 63,3 36,7 57,9778

Mean 57,9282

∆ 0,2087

Rx

g. Tabel 7

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 100 47 31 69 104,6129

2 100 47 31 69 104,6129

3 100 47 31,2 68,8 103,6410

4 100 47 31 69 104,6129

5 100 47 31,2 68,8 104,6410

Mean 109,4849

∆ 0,2676

Rx

h. Tabel 8

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 100 56 33,8 66,2 109,6804

2 100 56 33,8 66,2 109,6804


3 100 56 33,9 66,1 109,1917

4 100 56 33,8 66,2 109,6804

5 100 56 33,9 66,1 109,1917

Mean 109,4849

∆ 0,2676

Rx

i. Tabel 9

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 100 100 48,5 51,5 1061855

2 100 100 48,5 51,5 106,1855

3 100 100 48,4 51,6 106,6115

4 100 100 48,5 51,5 106,1855

5 100 100 48,5 51,5 106,1855

Mean 106,2707

∆ 0,1905

Rx

j. Tabel 10

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung
1 47 47 49,4 50,6 48,1417

2 47 47 49,4 50,6 48,1417

3 47 47 49,6 50,4 47,7580

4 47 47 49,4 50,6 48,1417

5 47 47 49,6 50,4 47,7580

Mean 47,9882

∆ 0,2101

Rx

k. Tabel 11

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 47 56 53,8 46,2 48,0892

2 47 56 53,8 46,2 48,0892

3 47 56 53,9 46,1 47,8961

4 47 56 53,8 46,2 48,0892

5 47 56 53,9 46,1 47,8961

Mean 48,0119

∆ 0,1057

Rx
l. Tabel 12

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 47 100 68,5 31,5 45,9854

2 47 100 68,5 31,5 45,9854

3 47 100 68,5 31,5 45,9854

4 47 100 68,5 31,5 45,9854

5 47 100 68,5 31,5 45,9854

Mean 45,9854

∆ 0

Rx

m. Tabel 13

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 56 47 44,5 55,5 58,6179

2 56 47 55,6 55,4 46,8309

3 56 47 44 56 59,8181

4 56 47 44,5 55,5 58,6179

5 56 47 44,6 55,4 58,3811


Mean 56,4532

∆ 5,4083

Rx

n. Tabel 14

n Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 56 56 49,2 50,8 57,8211

2 56 56 49,4 50,6 57,3603

3 56 56 49,2 50,8 57,8211

4 56 56 49,2 50,8 57,8211

5 56 56 49,4 50,6 57,3603

Mean 57,6368

∆ 0,2523

Rx

o. Tabel 15

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 56 100 64,2 35,8 55,7632

2 56 100 64 36 56,2500

3 56 100 64 36 56,2500
4 56 100 64 36 56,2500

5 56 100 64,2 35,8 55,7632

Mean 56,0552

∆ 0,2666

Rx

p. Tabel 16

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 100 47 29,4 70,6 112,8639

2 100 47 29,4 70,6 112,8639

3 100 47 29,4 70,6 112,8639

4 100 47 29,4 70,6 112,8639

5 100 47 29,4 70,6 112,8639

Mean 112,8639

∆ 0

Rx

q. Tabel 17

N Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 100 56 34,6 65,4 105,8497


2 100 56 34,6 65,4 105,8497

3 100 56 34,7 65,3 105,3832

4 100 56 34,6 65,4 105,8497

5 100 56 34,7 65,3 105,3832

Mean 105,6631

∆ 0,2554

Rx

r. Tabel 18

n Rx-ref R1 L1 L2 Rx Hitung

1 100 100 49,1 50,9 103,6659

2 100 100 48,9 51,1 104,4989

3 100 100 48,9 51,1 104,4989

4 100 100 49,1 50,9 104,6659

5 100 100 48,9 51,1 104,4989

Mean 104,1657

∆ 0,4562

Rx

Anda mungkin juga menyukai