Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SIMULASI PRAKTIKUM SISTEM INSTRUMENTASI+LAB


(TEK 202008)
SEMESTER GENAP 2020/2021

DISUSUN OLEH:

Komang Aldi Rae Gunawan NIM.2005541144 Kelas E

I Nyoman Adyakasa Arifandhi NIM.2005541152 kelas E

Renaldhy Arya Al Afif NIM.2005541160 Kelas E

Ardya Ajeng Pramesti E. W NIM.2005541164 Kelas E

LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM KELAS PARALEL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Juni 2020
PERCOBAAN III

Rangkaian Jembatan Wheatstone

1.1 Tujuan Percobaan

1 Mahasiswa diharapkan mampu memahami materi Rangkain Jembatan


Wheatstone
2 Mahasiswa diharapkan mampu mesimulasikan materi pada aplikasi
kelistrikan
3 Mahasiswa diharapkan mampu mengimplementasikan materi Rangkain
Jembatan Wheatstone

1.2 Alat dan Bahan

1.2.1 Alat

1 Laptop Asus
2 Mouse
3 Aplikasi MULTISIM
4 Aplikasi Microsoft Word

1.2.2 Bahan

1 Kertas A4
2 Pulpen
3 Penggaris
4 Pensil
5 Penghapus dan
6 Tip X
1.3 Teori Dasar

1.3.1 Jembatan Arus Searah

Jembatan arus aearah memiliki prinsip dasar yaitu, Membandingkan nilai


tahanan yang tidak diketahui dengan tahanan yang diketahui. Prinsip
kesetimbangan rangkaian dipakai sebagai dasar pengukurannya. Keadaan
setimbang ditunjukkan pada penunjuk nol (detektor nol) yang berupa galvanometer,
Jembatan arus searah bekerja berdasarkan arus searah (DC) dan jenis jembatan arus
searah meliputi jembatan Wheatstone dan jembatan Kelvin.

1.3.2 Jembatan Wheatstone

Jembatan Wheatstone merupakan sebuah susunan rangkaian listrik untuk


mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui besarannya. Jembatan Wheatstone
digunakan secara luas untuk pengukuran presisi tahanan dari 1 Ω sampai mega ohm
(M Ω) rendah. Rangkaian jembatan Wheatstone memiliki tiga bentuk walaupun
pada dasarnya ketiga bentuk tersebut adalah sama
• Hambatan Pengganti pada Jembatan Wheatstone

Ada 2 kondisi yang perlu diperhatikan sebelum menentukan besarnya hambatan


pengganti pada jembatan Wheatstone.

Kondisi I: Hasil perkalian silang sama

Apabila perkalian silang antara R1 dan R3 sama dengan R2 dan R4 maka R5 dapat
dihilangkan. Sehingga rangkaian pada hambatan pengganti kondisi I menjadi
seperti berikut.

Rangkaian seri R1 dan R4 : R1,4 = R1 + R4

Rangkaian seri R2 dan R3 : R2,3 = R2 + R3

Hambatan pengganti total (Rangkaian Paralel R1,4 dan R2,3)

𝟏 𝟏 𝟏
= +
𝑹𝒑 𝑹𝟏,𝟒 𝑹𝟐,𝟑
Kondisi II : Hasil perkalian silang tidak sama

Jika perkalian silang antara antara R1 dan R3 tidak sama dengan R2 dan R4, maka
hambatan itu harus diganti dengan hambatan baru sehingga susunan hambatannya
menjadi seperti tampak pada gambar dibawah ini.

Ganti hambatan R1, R2 dan R5 dengan Ra, Rb dan Rc. Besar nilai hambatan Ra,
Rb dan Rc dapat dicari menggunakan rumus berikut.

𝑅1. 𝑅2
𝑅𝑎 =
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅5

𝑅1. 𝑅2
𝑅𝑏 =
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅5

𝑅1. 𝑅2
𝑅𝑐 =
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅5
Rangkaian jembatan Wheatstone yang baru adalah sebagai berikut

Rangkaian seri Rb dan R4:

Rb,4 = Rb + R4

Rangkaian seri Rc dan R3:

Rc,3 = Rc + R3

Rangkaian Paralel:

𝟏 𝟏 𝟏
= +
𝑹𝒑 𝑹𝒃,𝟒 𝑹𝒄,𝟑

Besar hambatan total/pengganti (Rangkaian seri Rp dan Ra)

Rtotal = Ra + Rp

Hambatan listrik suatu penghantar merupakan karakteristik dari suatu bahan


penghantar tersebut yang mana adalah kemampuan dari penghantar itu untuk
mengalirkan arus listrik, yang secara matematis dapat di tuliskan:

𝐿
R = 𝜌( )
𝐴

Keterangan :

R : Hambatan listrik suatu penghantar (Ω)

𝜌: Resistivitas (Ω)

L: Panjang Penghantar (m)

A: Luas Penghantar (m)


• Kondisi Setimbang

Jembatan dikatakan setimbang, jika beda potensial pada galvanometer sama


dengan nol, artinya tidak ada arus yang mengalir melalui galvanometer. Keadaan
setimbang terjadi, jika Vca = Vda atau Vcb = Vdb. Rangkaian dalam keadaan
setimbang sebagai berikut:

Jadi Jembatan dikatakan setimbang, jika:

I1R1 = I2R2 ……..1

𝐸
I1 = I3 = 𝑅1+𝑅3 ……...2

𝐸
I2 = I4 = 𝑅2+𝑅4 ……..3

Subtitusi persamaan 2 dan 3 kedalam persamaan 1

I1R1 = I2R2

𝐸 𝐸
= 𝑅2+𝑅4
𝑅1+𝑅3

Sederhanakan persamaan yang diperoleh sehingga menjadi

R1 R4= R2R3 .............. (4)

Persamaan (4) adalah Persamaan Kesetimbangan Jembatan Wheatstone. Jika R1,


R2 dan R3 diketahui maka R4 atau Rx dapat dihitung sebagai berikut:

𝑅2𝑅3
Rx = R4 = 𝑅1
• Kondisi Tidak Setimbang
1. Dalam keadaan tidak seimbang, maka ada arus yang mengalir lewat
galvanometer.
2. Arus pada Galvanometer dapat dihitung dengan metode Thevenin.
3. Metode Thevenin adalah suatu penyelesaian rangkaian menjadi rangkaian
yang lebih sederhana yang terdiri dari sebuah sumber tegangan (Vth) dan
sebuah hambatan ekivalen (Rth).
4. Kemudian hitung arus pada galvanometer dengan menggunakan rangkaian
Thevenin.
• Rangkaian Thenvenin

Tegangan thenvenin atau tegangan rangkaian terbuka diperoleh dengan


menuliskan:

• Prinsip Kerja

Prinsip kerja jembatan Wheatstone yaitu:

1. Hubungan antara resistivitas dan hambatan, yang berarti setiap penghantar


memiliki hambatan tertentu. dan juga menentukan hambatan sebagai
fungsi dari perubahan suhu.
2. Hukum Ohm yang menjelaskan tentang hubungan antara hambatan,
tegangan dan aurs listrik. Yang mana besar arus yang mengalir pada
galvanometer diakibatkan oleh adanya suatu hambatan
3. Hukum Kirchoff 1 dan 2, yang mana sesuai dari hukum ini menjelaskan
dalam keadaan seimbang karena besar arus pada ke-2 ujung galvanometer
sama besar sehingga saling meniadakan.
• Kesalahan pengukuran
1. Sensivitas detector nol yang tidak cukup
2. Perubahan hambatan lengan lengan jembatan karena efek pemanasan arus
melalui hambatan hambatan tersebut
3. GGL termal dalam rangkaian jembatan atau rangkaian galvanometer dapat
juga mengakibatkan masalah sewaktu mengukur hambatan-hambatan
rendah
4. Kesalahan-kesalahan karena hambatan kawat sambung dan kontak-kontak
luar memegang peranan dalam pengukuran nilai-nilai hambatan yang
sangat rendah.
• Aplikasi Jembatan Wheatstone

Salah satunya adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda uji
berupa beton atau baja. Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu semacam
pita yang terdiri dari rangkaian listrik untuk mengukur dilatasi benda uji
berdasarkan perubahan hambatan penghantar di dalam strain gauge. Strain gauge
ini direkatkan kuat pada benda uji sehingga deformasi pada benda uji akan sama
dengan deformasi pada strain gauge. Seperti kita ketahui, jika suatu material ditarik
atau ditekan, maka terjadi perubahan dimensi dari material tersebut sesuai dengan
sifat-sifat elastisitas benda. Perubahan dimensi pada penghantar akan menyebabkan
perubahan hambatan listrik, ingat persamaan R = ρ.L/A. Perubahan hambatan ini
sedemikian kecilnya, sehingga untuk mendapatkan hasil eksaknya harus
dimasukkan kedalam rangkaian jembatan Wheatstone. Rangkaian listrik beserta
jembatan Wheatstonenya sudah ada di dalam strain gauge.
1.3.3 Pengertian Galvanometer

Galvanometer adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur kuat
arus dan beda potensial listrik yang relatif kecil. Galvanometer tidak dapat
digunakan untuk mengukur kuat arus maupun beda potensial listrik yang relatif
besar, karena komponen-komponen internalnya yang tidak mendukung .
Galvanometer bisa digunakan untuk mengukur kuat arus maupun beda potensial
listrik yang besar, jika pada galvanometer tersebut dipasang hambatan eksternal
(pada voltmeter disebut hambatan depan, sedangkan pada ampermeter disebut
hambatan shunt)

Galvanometer adalah alat ukur yang memiliki kepekaan tinggi. Oleh karena
itu, galvanometer dipakai pada pengukuran dengan tegangan yang sangat kecil. Bila
akan terdapat suatu tegangan antara dua titik pada satu jaringan listrik, maka arus
akan mengalir dalam alat pengukur (galvanometer) yang dihubungkan antara kedua
titik tersebut, dan akan menyebabkan dibangkitkanya suatu moment penggerak.
Cara inilah yang dipergunakan dalam jembatan wheatstone

1.3.4 Fungsi Dari Galvanometer

Galvanometer adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur


keberadaan arus listrik di dalam suatu rangkaian listrik. Penemu galvanometer
ialah André-Marie Ampère. Cara kerja dari galvanometer sama
seperti amperemeter, voltmeter, ohmmeter dan motor listrik. Keberadaan arus
listrik ditandai dengan bergeraknya jarum penunjuk dengan sudut simpangan
tertentu. Galvanometer memiliki kepekaan pengukuran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan amperemeter.
1.4 Cara Kera

1.4.1 Rangkaian 3.1 (NIM Ganjil dan Genap)


Tentukan nilai It dan Vcd pada rangkaian jembatan wheatstone
berikut ini;

Langkah – langkah yang harus dilakukan untuk melakukan


percobaan ini adalah :
A. Pengukuran Tegangan Vcd
1. Siapkan sema komponen yang dibutuhkan pada Multisim.
2. Susun rangkaian sesuai dengan rangkaian yang ada pada soal.
3. Hubungkan setiap komponen menggunakan wire.
4. Siapkan Komponen alat ukur yang akan digunakan.
5. Kemudian lakukan pengukuran tegangan pada titik cd.
6. Kemudian catatlah hasil dari pengukuran teganganpada titik cd.

B. Pengukuran Arus It
1. Siapkan sema komponen yang dibutuhkan pada Multisim.
2. Susun rangkaian sesuai dengan rangkaian yang ada pada soal.
3. Hubungkan setiap komponen menggunakan wire.
4. Siapkan Komponen alat ukur yang akan digunakan.
5. Kemudian lakukan pengukuran arus pada titik cd.
6. Kemudian catatlah hasil dari pengukuran arus pada titik cd.

1.4.2 Rangkaian 3.2

Tentukan nilai dari I1, I2, I3, dan Rx jika rangkaian dalam keadaan
setimbang!
Langkah – langkah yang harus dilakukan untuk melakukan
percobaan ini adalah:

1. Siapkan sema komponen yang dibutuhkan pada Multisim.


2. Susun rangkaian sesuai dengan rangkaian yang ada pada soa, nilai
Rx diganti dengan potensiometer 147 K.
3. Kemudian ubah knob potensiometer sampai tegangan Vc=0.
4. Kemudian ukur arus yang mengalir pada I1, I2, I3 dan Rx
1.5 Data Hasil Simulasi

1.5.1 NIM GENAP & GANJIL

Tabel 1.5.1 Tabel percobaan pengukuran tegangan pada titik cd.

HASIL GAMBAR HASIL SIMULASI


PENGUKURAN
TEGANGAN

2,56 Volt

Tabel 1.5.2 Tabel percobaan pengukuran arus pada galvanometer (It).

HASIL GAMBAR HASIL SIMULASI


PENGUKURAN
TEGANGAN

0,28 mA
1.5.2 NIM GENAP

Resistan
Hasil Pengukuran
si Gambar Hasil Simulasi
R1 R2 R3 I1 I2 I3 Rx

0,5 0,0 0,5


1,5 10 22 146
1 7 1
KΩ KΩ KΩ KΩ
mA mA mA

0,5 0,1 0,5


2,2 10 22 100
0 1 0
KΩ KΩ KΩ KΩ
mA mA mA

0,4 0,2 0,4 37,


5,8 10 22
3 5 3 9
KΩ KΩ KΩ
mA mA mA KΩ
1.6 Analisa Data

1.6.1 Analisa Data Soal Rangkain 3.1

Pengukuran Tegangan Dan Arus Pada Galvanometer (Genap & Ganjil)

• Pengukuran tegangan Vcd


Vcd = I1R1 – I2R2

E * R1 E * R2
Vcd = −
R1 + R3 R 2 + R 4

12 *10 12 * 20
Vcd = −
10 + 8 20 + 6

120 240
Vcd = −
18 26

Vcd = Vth = - 2,564 maka potensial d lebih besar daripada c


Vcd = Vth = -2,56 Volt

• Pengukuran Arus It
Resistansi thevenim (Rth) ;
R1 * R3 R 2 * R 2
Rth = −
R1 + R3 R 2 + R 4

10 * 8 20 * 6
Rth = −
10 + 8 20 + 6

80 120
Rth = −
18 26

Rth = 9,06 kΩ
Arus Pada Galvanometer (It);

Vth
It =
Rth + Rg

2,56
It =
9,06 + 50

It = 0,28 mA

1.6.2 Analisa Data Soal Rangkain 3.2

Pengukuran Titik Setimbang Pada Galvanometer (Genap)

A. R1 =1,5 KΩ, R2 =10 KΩ, R3 =22 KΩ,

• Pengukuran Rx
R 2 * R3
Rx =
R1

10 * 22
Rx = = 146 KΩ
1.5

• Pengukuran Arus I1 & I3


V
I1 =
R1 + R3

12
I1 = = 0,51 mA
1.5 + 22
I1=I3 = 0,51 mA

• Pengukuran Arus I2
V
I1 =
R1 + R3
12
I1 = = 0,07 mA
10 + 146

B. R1 =2,2 KΩ, R2 =10 KΩ, R3 =22 KΩ,

• Pengukuran Rx
R 2 * R3
Rx =
R1

10 * 22
Rx = = 100 KΩ
3.5
• Pengukuran Arus I1 & I3
V
I1 =
R1 + R3

12
I1 = = 0,50 mA
2.2 + 22
I1=I3 = 0,50 mA

• Pengukuran Arus I2
V
I1 =
R2 + R4

12
I1 = = 0,11 mA
10 + 100

C. R1 =5,8 KΩ, R2 =10 KΩ, R3 =22 KΩ,

• Pengukuran Rx 3
R 2 * R3
Rx =
R1

10 * 22
Rx = = 37,9 KΩ
5.8
• Pengukuran Arus I1 dan I3
V
I1 =
R1 + R3

12
I1 = = 0,43 mA
5.8 + 22
I1=I3 = 0,43 mA

• Pengukuran Arus I2
V
I1 =
R2 + R4

12
I1 = = 0,25 mA
5.8 + 37.9
1.7 Pertanyaan dan Jawaban

1.7.1 Pertanyaan

1. Jelaskan faktor faktor alat ukur!


2. Mengapa dalam tahap analisa percobaan 3.1 menggunakan metode
thevenim?

1.7.2 Jawaban

1. Faktor faktor alat ukur terdiri dari


a. Respon
Faktor ini berbicara tentang cepat atau lambatnya reaksi simpangan
jarum terhadap perubahan besaran parameter yang sedang diukurnya.
Idealnya suatu alat ukur memiliki kecepatan respon yang tinggi
b. Redaman
Faktor ini berbicara tentang besar kecilnya simpangan jarum dari
kedudukan yang seharusnyaditunjukan pada saat digunakan mengukur
suatu parameter ukur. Overshoot dari sebuah alat ukur idealnya tidak
terlalu besar
c. Overshoot
Faktor ini menunjuk pada besar kecilnya redaman yaitu terjadi pada alat
ukur sebagai akibat adanya freksi yang terjadi pada komponen yang
berbutar terhadap sumbunya.

2. Metode thevenim adalah suatu metode penyelesaian dengan cara


menguraikan rangkaian yang kompleks menjadi rangkaian yang lebih
sederhana yang terdiri dari sebuah sumber tegangan (Vth), dan sebuah
hambatan ekuivalen (Rth). Sehingga dalam menghadapi kasus kasus dengan
rangkaian yang kompleks dapat menggunakan metode thevenim sehingga
lebih mudah dalam proses penyelesaiannya
1.8 Kesimpulan dan Saran

Tegangan dan arus pada galvanometer dapat diketahui dengan menggunakan


prinsip dasar hukum Ohm. Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus
listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan
tegangan yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan
mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar
dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.Dalam kasus ini tegangan
pada Vcd didapatkan dengan menggunakan rumus ;

Vcd = I1R1 – I2R2

Prinsip dasar Jembatan Wheatstone adalah dengan memanfaatkan Hukum


Kirchoff 1 tentang arus masuk sama dengan arus keluar, sehingga dapat diketahui
nilai Rx(hambatan yang belum diketahui) karena ini sama saja bahwa arus pada
kedua ujung kumparan itu sama besar dan seimbang sehingga mengakibatkan nilai
nol pada alat tersebut Prinsip ini dapat dilakukan dengan cara menggeserkan kontak
logam pada kawat Hukum Kirchoff 2, hukum ini menjelaskan jembatan dalam
keadaan seimbang karena besar arus pada ke 2 ujung galvanometer sama besar
sehingga saling meniadakan.
1.9 Daftar Pustaka

• Risdayana, DKK. 2019. Karakteristik Arus dan Tegangan pada Rangkaian


Seri dan Rangkaian Paralel dengan Menggunakan Resistor. Universitas
Cokroaminoto Palopo : Sulawesi Selatan.
• Dr. Nelly Safitri, M.Eng Sc, dkk. 2021. Analisa Rangkain Listrik. Politeknik
Negeri Lhokseumawe. Aceh
• Ramdhani Mohamad, ST. 2005. Rangkain Listrik. Sekolah Tinggi
Teknologi Telkom. Bandung
• WILIAM H. HAYT, JR., KEMMERLY, JACK E., dan DURBIN, STEVEN
M., Rangkaian Listrik, Erlangga, Jakarta, 2005.
• AMIRUDDIN, ARHAM. 2008. Pengetahuan dasar Listrik. Jakarta:
Erlangga.
• SANTOSO, DJOKO, dan H. HERU SETIANTO, RAHMADI. (2009).
Teori Dasar Rangkaian Listrik. Yogyakarta : LaksBang Mediatama.
1.10 Lampiran

1.1 Tujuan Percobaan

1.2 Alat dan Bahan

1.3 Teori Dasar

1.4 Cara Kerja

1.5 Data Hasil Simulasi

1.6 Analisa Data

1.7 Pertanyaan dan Jawaban

1.8 Kesimpulan

1.9 Daftar Pustaka

1.10 Lampiran

Tabel 1.10.1 Tabel percobaan pengukuran tegangan pada titik cd.

HASIL GAMBAR HASIL SIMULASI


PENGUKURAN
TEGANGAN

2,56 Volt
Tabel 1.10.2 Tabel percobaan pengukuran arus pada galvanometer (It).

HASIL GAMBAR HASIL SIMULASI


PENGUKURAN
TEGANGAN

0,28 mA

Resistan
Hasil Pengukuran
si Gambar Hasil Simulasi
R1 R2 R3 I1 I2 I3 Rx

0,5 0,0 0,5


1,5 10 22 146
1 7 1
KΩ KΩ KΩ KΩ
mA mA mA

0,5 0,1 0,5


2,2 10 22 100
0 1 0
KΩ KΩ KΩ KΩ
mA mA mA
0,4 0,2 0,4 37,
5,8 10 22
3 5 3 9
KΩ KΩ KΩ
mA mA mA KΩ

Anda mungkin juga menyukai