NIM : B04190167
Kelas : T04.1
Jembatan Wheatstone pertama kali dibuat oleh Charles Wheatstone. Fungsi jembatan
wheatstone adalah untuk menghitung besar suatu hambatan yang tidak diketahui besar
hambatannya. Saat ini jembatan wheatstone lebih sering digunakan sebagai alat bantu untuk
pengukuran (instrumentasi), karena rangkaian ini sangat sensitif dan akurat. Beberapa alat
ukur yang mengunakan prinsip jembatan wheatstone : Ohmmeter, voltmeter, amperemeter,
termometer elektronik, staingauge dan lain sebagainya. Hampir semua alat ukur
menggunakan prinsip ini. Salah satu kelebihan jembatan wheatstone adalah dapat digunakan
untuk mengukur perubahan yang sangat kecil pada hambatan.
Rangkaian ini dibentuk oleh empat buah tahanan (R) yag merupakan segiempat A-B-
C-D, dalam hal rangkaian ini dihubungkan dengan sumber tegangan dan sebuah
galvanometer nol (0). Apabila tahanan-tahanan itu diatur sedemikian rupa, sehingga
galvanometer itu tidak akan mengadakan suatu hubungan antara keempat tahanan tersebut
1. Apabila perkalian silang antara R1 dan R3 sama dengan R2 dan R4 maka R5 (hambatan
yang ditengah) bisa diabaikan hingga hanya menjumlah secara seri kemudian dipararelkan.
Setelah hambatan tengah dianggap tidak ada, pakai prinsip seri-pararel untuk menmukan
besarnya hambatan pengganti.
2. Andai perkalian silang antar R1 dan R3 tak sama dengan perkalian antara R2 dan R4, maka
hambatan itu wajib diganti dengan hambatan baru hingga susunan hambatannya menjadi
seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Keterangan
R1, R2, dan R5 masing-masing diganti dengan Ra, Rb, dan Rc. Hingga susunan menjadi
Rumus
Ra = R1 . R2 / (R1 + R2 + R2)
R2 = R1 . R5 / (R1 + R2 + R2)
R3 = R2 . R5 / (R1 + R2 + R2)
Selanjutnya melanjutkan dengan prinsip seri dan pararel hambatan untuk menemukan berapa
hambatan penggantinya.
Contoh
Pada gambar 2 terlihat rangkaian seri resistor pada sisi kanan sama dengan rangkaian seri
resistor pada sisi kiri. Resistor – resistor tersebut akan membagi tegangan sumber (12 V)
menjadi V1 = 4 V dan V2 = 8 V demikian juga dengan sisi sebelah kanan yaitu V3 = 4 V dan
V4 = 8 V. Arus akan terbagi menjadi 2 juga yaitu I1 dan I2 yang besarnya sama karena
besarnya hambatan total seri 1 besarnya sama dengan hambatan total rangkaian seri 2.
Akibatnya tidak ada beda potensial pada titik C dan titik D. Karena tidak ada beda potensial
maka tidak akan ada arus yang mengalir pada titik CD.
Maka pada resistor sebelah kira akan timbul tegangan 8 Volt pada titik C dan pada resistor
sebelah kanan akan timbul tegangan 4 Volt pada titik D. Akibatnya titik C dan titik D timbul
beda tegangan. Besar beda tegangan ini adalah : 8 – 4 = 4 Volt.
Dapat dilihat, jika resistor di salah satu sisinya tidak sama besarnya, atau ada sedikit saja
perbedaan, maka akan timbul beda tegangan pada titik tengah (CD), beda tegangan inilah
yang dapat digunakan sebagai alat ukur.
Misalnya R1, R2, dan R3 sudah diketahui nilainya, Kemudan akan mencari tahu berapa
besarnya Rx dengan jembatan Wheatstone (dengan R1 dan R3 bisa diubah-ubah besarnya).
Ingat bahwa
Dengan asumsi bahwa kawat yang dipakai ini berbahan dengan ρ dan luas
penampang A yang seragam di sepanjang kawat.
untuk mengukur resistansi pada suatu resistor ataupun bahan resistif lainnya bisa
menggunakan rangkaian di bawah ini
Dengan menggeser-geser kabel penghubung dari Galvanometer di kawat sampai
Galvanometer tidak mendeteksi arus listrik, catat panjang kawat L1 dan L2, lalu gunakan
rumus berikut untuk mengetahui besarnya resistansi Rx.