Anda di halaman 1dari 7

Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 30 April 2020

NIM : B04190167 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S. Si


Kelompok : 16 Asisten : Susilawati

MINERAL

PENDAHULUAN

Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk
hidup selain karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Mineral merupakan bahan anorganik yang
terkandung dalam jaringan tubuh (Mulyaningsih dan Sugiarto 2015). Mineral terkandung dalam
beberapa bahan makanan, seperti pisang (kalium), susus (kalsium), sayuran hijau (magnesium),
dan sebagainya. Selain itu, mineral juga terkandung dalam tulang makhluk hidup. Peranan penting
dari mineral yaitu dalam pemeliharaan fungsi tubuh pada dari tingkat sel hingga fungsi tubuh
secara keseluruhan dan berperan sebagai katalis dan kofaktor aktifitas berbagai enzim dalam tahap
metabolisme (Salamah et al. 2012). Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat
memahami prinsip pengabuan tulang dan identifikasi mineral tulang.

HASIL

Tabel 1 Uji mineral pada tulang sapi


Jenis uji Hasil Pengamatan Gambar

Uji klorida + Putih keruh dan ada endapan putih

Bening dan tidak ada endapan


Uji sulfat -
putih

Keruh dengan sedikit endapan


Uji kalsium +
putih

Uji fosfat + Warna biru pekat


Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 30 April 2020
NIM : B04190167 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S. Si
Kelompok : 16 Asisten : Susilawati

Uji magnesium + Putih keruh dan ada endapan putih

Warna larutan dengan


penambahan amonium tiosianat
menjadi merah
Uji besi +
Warna larutan dengan
penambahan kalium ferosianida
menjadi biru

Keterangan: (+) mengandung mineral yang diuji


(-) tidak mengandung mineral yang diuji

Berdasarkan tabel 1 menujukkan kandungan mineral pada filtrat abu tulang sapi. Hasil uji
menunjukkan reaksi positif pada uji klorida, kalsium, fosfat, magnesium, dan besi sedangkan
reaksi negatif terjadi pada uji sulfat. Reaksi yang positif menunjukkan bahwa filtrat abu tulang
sapi yang diuji mengandung mineral yang diuji sedangkan reaksi yang negatif menunjukkan
bahwa filtrat abu tulang sapi yang diuji tidak mengandung mineral yang diuji. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa filtrat abu tulang sapi yang diuji mengandung klorida, kalsium, fosfat,
magnesium, dan besi. Hal tersebut ditunjukkan dengan terbentuknya endapan ataupun terjadinya
perubahan warna pada filtrat yang diuji.

PEMBAHASAN

Mineral berdasarkan kegunaannya dapat dibagi menjadi golongan esensial dan nonesensial.
Mineral esensial merupakan mineral yang tidak disintesis tubuh sehingga diperoleh dari luar tubuh
berupa makanan. Contoh dari mineral esensial, yaitu kalsium (Ca), klorida (Cl), sulfur (S),
magnesium (Mg), besi (Fe), dan lainnya. Mineral nonesensial merupakan mineral yang disintesis
oleh tubuh (Husma 2017). Selain itu, berdasarkan jumlahnya, mineral dapat digolongkan menjadi
makromineral, mikromineral, dan mineral renik. Makromineral merupakan mineral yang
dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, yaitu kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium,
klorida, dan sulfur. Mikromineral adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, yaitu zat
besi, seng, tembaga, dan fluorida. Mineral renik merupakan mineral yang diperlukan dalam jumlah
yang sangat sedikit, yaitu yodium, selenium, mangan, kromium, molibdenin, boron, dan kobalt
(Mahyuddin 2010).
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 30 April 2020
NIM : B04190167 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S. Si
Kelompok : 16 Asisten : Susilawati

Proses pengabuan dalam pemurnian mineral menggunakan metode penguapan untuk


menghasilkan abu tulang sapi. Pembakaran akan menghancurkan senyawa-senyawa organik
menjadi berbentuk gas. Mineral yang merupakan bahan anorganik akan tertinggal dalam bentuk
abu yang selanjutnya dapat digunakkan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif (Tiwow et al.
2016). Tulang yang digunakkan dalam percobaan ialah tulang sapi yang tersusun dari 15% air,
30% bahan organik, dan 55% bahan anorganik (Yusnita et al. 2014). Pemanasan tulang pada suhu
400℃ akan membuat air dan bahan organik menguap. Selain itu, perendaman tulang dalam larutan
asam atau pemanasan tulang dalam air akan menyebabkan bahan anorganik larut. Pengujian
dilakukan dengan menggunakkan filtrat yang dibasakan oleh NH4OH. Penambahan NH4OH
bertujuan memisahkan beberapa mineral dari filtrat yang selanjutnya akan membentuk endapan
dan filtrat sehingga mineral dapat diikat oleh senyawa lain (Tiwow et al. 2016). Filtrat yang
dihasilkan selanjutnya akan diuji menggunakkan uji klorida dan uji sulfat.

Pereaksi yang digunakan pada uji klorida yaitu pereaksi HNO3 dan AgNO3 (Djuma dan Talaen
2014). Pada uji sulfat pereaksi yang digunakan adalah HCl dan BaCl2 (Utami 2017). Kedua uji ini
menggunakan prinsip kelarutan senyawa pada ion senama. Adanya ion yang sama dalam suatu
larutan akan menyebabkan terjadinya pertukaran ion dan menurunkan kelarutan senyawa tersebut.
Kelarutan senyawa yang berkurang akan menyebabkan senyawa tersebut akan mengendap (Djuma
dan Talaen 2014).

Uji klorida akan positif jika terjadi reaksi antara ion Cl- dengan AgNO3 dan menghasilkan
endapan putih berupa senyawa AgCl. Penambahan HNO3 pada uji klorida berfungsi menjadikan
suasana larutan menjadi asam dan memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat
oleh senyawa reaktif lain yang dapat. bereaksi dengan mineral membentuk endapan putih. Selain
itu, senyawa AgNO3 merupakan garam yang dapat berekasi dengan mineral membentuk endapan
AgCl (Djuma dan Talaen 2014). Hasil percobaan menunjukkan bahwa dalam abu tulang sapi
terkandung klorida. Hal tersebut telah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa terkandung
klorida dalam abu tulang sapi (Sinaga et al. 2018). Reaksi pembentukan endapan putih AgCl
sendiri adalah sebagai berikut.

Clˉ+ AgNO3 -> AgCl (endapan putih) + NO3ˉ

Uji sulfat akan positif jika terjadi reaksi antara ion SO42- dengan BaCl2 menghasilkan
endapan putih berupa senyawa BaSO4. Proses pengasaman dilakukan dengan menambahkan HCl
kemudian ditambahkan BaCl2. Prinsip pengasaman tersebut sama halnya dengan uji klorida
(Utami 2017). Hasil percobaan menunjukkan bahwa tulang sapi tidak mengandung sulfat. Hal
tersebut tidak sesuai dengan literatur. Menurut literatur, abu tulang mengandung mineral sulfat
(Sinaga et al. 2018). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 30 April 2020
NIM : B04190167 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S. Si
Kelompok : 16 Asisten : Susilawati

SO4²ˉ + BaCl2 -> BaSO4 (endapan putih) + 2Clˉ

Endapan yang dihasilkan dari uji sebelumnya selanjutnya diuji dengan uji kalsium, uji
fosfat, magnesium, dan besi. Asam asetat ditambahkan pada endapan yang terdapat pada kertas
saring yang bertujuan melarutkan kalsium. Pengasaman dilakukan untuk memisahkan mineral
kalsium yang ada pada endapan yang ada dikertas saring. Uji kalsium dilakukan dengan
menambahkan amonium oksalat sehingga dapat membentuk endapan putih kalsium oksalat
(Wijayanti et al. 2018). Hasil percobaan menunjukkan bahwa abu tulang sapi mengandung
kalsium. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa abu tulang
mengandung mineral kalsium (Yusnita et al. 2014). Reaksi yang terjadi adalah sebgai berikut.

Ca2+ + (NH4)2C2O4 → CaC2O4 (endapan putih) + 2 NH4⁺

Fosfat diuji dengan menambahkan larutan urea 10%, pereaksi molibdat, dan larutan
ferosulfat khusus. Penambahan urea akan menghasilkan urea yang terikat pada fosfat dengan cara
memutuskan ikatan rangkap dengan rantai O. Selanjutnya, mineral ini dapat dapat bereaksi dengan
larutan ferosulfat khusus membentuk persenyawaan berwarna biru atau hijau kebiruan karena
senyawa ferosulfat reaktif dengan fosfat dan akan membentuk senyawa kompleks berwarna. Hasil
yang terbentuk dari reaksi tersebut ialah amonium fosfat molibdat ditandi dengan adanya warna
biru pada larutan yang semakin lama akan semakin pekat (Tiwow et al. 2016). Hasil percobaan
menunjukkan bahwa abu tulang sapi mengandung fosfat. Hal tersebut telah sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa abu tulang mengadung fosfat (Tiwow et al. 2016). Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut.

PO4³ˉ+ FeSO4 -> Fe3(PO4)2 (biru) + SO4²ˉ

Mineral magnesium pada percobaan diuji keberadaannya dengan melakukan pemanasan


agar sampel teraktivasi dan ikatan senyawanya dengan senyawa lain dalam filtrat dapat melonggar.
Penambahan amonium karbonat dan amonium klorida pada uji magnesium akan membentuk
endapan yang bukan magnesium. Selanjutnya, ditambahkan hidrogen fosfat dan larutan amonium
hidroksida sehingga terbentuk endapan putih yang menunjukan adanya magnesium (Salamah et
al. 2012). Hasil percobaan menunjukkan bahwa abu tulang sapi mengandung magnesium. Hal
tersebut telah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa abu tulang mengandung mineral
magnesium (Salamah et al. 2012). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

Mg^2+ + NaHPO4 -> MgHPO4 + 2 Na⁺

Mineral yang diidentifikasi pada uji besi adalah Fe yang dapat diidentifikasi dengan
terbentuknya beberapa warna dengan pereaksi yang berbeda. Uji besi dilakukan dengan
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 30 April 2020
NIM : B04190167 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S. Si
Kelompok : 16 Asisten : Susilawati

menambahkan asam klorida pada endapan yang tidak larut saat penambahan asam asetat. Uji yang
pertama dilakukan dengan menambahkan amonium tiosianat. Penambahan amonium tiosianat
digunakan untuk mengidentifikasi bahwa mineral itu Fe²⁺. Besi akan membentuk senyawa
berwana yaitu warna merah dengan larutan amonium tiosianat (Salamah et al. 2012). Reaksi yang
terjadi pada ion Fe²⁺ adalah sebagai berikut.

Fe²⁺ + 6NH4SCN -> [Fe(SCN)6]³ˉ(merah) + 6NH4⁺

Uji besi yang kedua dilakukan dengan menambahkan kalium ferosianida. Penambahan
kalium ferosianida dilakukan untuk mengidentifikasi bahwa mineral itu Fe3⁺. sedangkan reaksi
dengan kalium ferosianida akan membentuk warna biru atau hijau. Warna biru terbentuk karena
endapan dari FeCN sedangkan warna hijau didapatkan dari endapan senyawa Fe(OH)2 (Salamah
et al. 2012). Hasil uji besi menunjukkan bahwa abu tulang sapi mengandung besi. Hal tersebut
telah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa abu tulang mengandung mineral besi
(Salamah et al. 2012) . Reaksi yang terjadi pada ion Fe³⁺adalah sebagai berikut.

4Fe⁺³+ 3K4[Fe(CN)6] -> Fe4[fe2(CN)6]3 (hijau) + 12K⁺

Kekurangan maupun kelebihan mineral tidak baik untuk kesehatan tubuh. Kekurangan
kalsium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi, riketsia pada anak-anak,
dan dapat mengakibatkan osteoporosis pada orang dewasa (Ramayulis et al. 2011). Kelebihan
mineral akan disimpan atau dibuang bergantung pada jenis mineralnya. Mineral dan vitamin dalam
tubuh akan disimpan di dalam hepar. Selain itu, mineral juga disimpan di limfa dan sumsum tulang
belakang. Mineral seperti zat besi disimpan dan digunakan untuk membentuk hemoglobin (Cheng
dan Sekartini 2014). Jika berlebihan, mineral dapat menjadi toksik bagi tubuh. Kelebihan kalsium
tidak akan diserap tubuh sebagai simpanan tetapi akan dikeluarkan melalui urin sehingga
memperberat kerja ginjal. Kelebihan kalsium dapat menyebabkan penyakit hiperkalsemia (Idris et
al. 2016).

SIMPULAN

Komposisi mineral yang terdapat dalam tulang, yaitu klorida, sulfat, kalsium, fosfat, magnesium,
fero (Fe²⁺), dan feri (Fe³⁺). Identifikasi jenis-jenis mineral tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pengabuan tulang. Pembakaran akan menghancurkan senyawa-senyawa
organik menjadi berbentuk gas dan mineral sebagai bahan anorganik akan tertinggal dalam bentuk
abu yang selanjutnya dapat digunakkan untuk analisis jenis mineral.
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 30 April 2020
NIM : B04190167 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S. Si
Kelompok : 16 Asisten : Susilawati

DAFTAR PUSTAKA

Cheng W, Sekartini R. 2014. Hubungan status gizi, asupan besi, dan magnesium dengan gangguan
tidur anak usia 5-7 tahun di Kampung Melayu, Jakarta Timur tahun 2012. E-Journal
Kedokteran Indonesia. 2 (2) : 85-90.

Djuma AW, Talaen MS. 2014. The analysis in chloride in argentometry on dig well water in
Kupang Regency of Kupang Tengah District Oebelo Village in 2014. Jurnal Info
Kesehatan. 13 (2) : 1083-1090.

Husma A. 2017. Biologi Pakan Alami. Makassar (ID) : CV. Social Politic Genius.

Idris NA, Mongan AE, Memah MF. 2016. Gambaran kadar kalsium pada pasien penyakit ginjal
kronik stadium 5 non dialisis. Jurnal e-Biomedik. 4 (1) : 224-228.

Mahyuddin K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya,
anggota ikapi.

Mulyaningsih TR, Sugiarto W. 2015. Analisis unsur mineral dan korelasinya dalam darah
penderita hipertendi san normal dengan teknik AAN. Jurnal Teknologi Rekator Nuklir Tri
Dasa Mega. 15 (3) :150-158.

Ramayulis R, Pramantara ID, Pangastuti R. 2011. Asupan vitamin, mineral, rasio asupan
kalsium dan fosfor dan hubungannya dengan kepadatan mineral tulang kalkaneus wanita.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 7 (3) : 115-122.

Salamah E, Purwaningsih S, Kurnia R. 2012. Kandungan mineral remis (Corbicula javanica)


akibat proses pengolahan. Jurnal Akuatika. 3 (1) : 74-83.

Sinaga IB, Harahap LA, Ichwan N. 2018. Karakteristik tepung tulang yang dihasilkan berbagai
bahan baku yang diolah dengan alat penggiling tulang. Jurnal Rekayasa Pangan dan
Pertanian. 6 (1) : 181-185.

Tiwow VMA, Hafid IW, Supriadi. 2016. Analisis kadar kalsium (Ca) dan fosforus (P) pada
limbah sisik dan sirip ikan mujair (Oreochromis mossambicus) dari Danau Lindu Sulawesi
Tengah. Jurnal Akademik Kimia. 5 (4) : 159-165.

Utami AR. 2017. Verifikasi metode pengujian sulfat dalam air dan air limbah sesuai SNI
6989.20 : 2009. Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri. 2 (1) : 19-25.
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 30 April 2020
NIM : B04190167 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S. Si
Kelompok : 16 Asisten : Susilawati

Wijayanti I, Rianingsih L, Amalia U. 2018. Karakteristik fisikokimia kalsium dari tulang nila
(Oreochromis niloticus) dengan perendaman belimbing wuluh. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. 21 (2) : 336-344.

Yusnita N, Anita S, Itnawita. 2014. Kemampuan serapan abu tulang sapi terhadap variasi
konsentrasi ion nitrat. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Riau. 1 (1) : 1-4.

Anda mungkin juga menyukai