Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TERNAK

ACARA II
MIKROBIA DALAM RUMEN

Disusun oleh :
Kelompok XXVI
Agung Rizky Fauzi PT/07584
Devi Hasna Fitria PT/07597
Inayah Walida PT/07617
Salsabila Khairunnisa Rahmandriani PT/07650
Aefi Muhammad Syadzali PT/07678
Asisten : Fahmi Arrasyid

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI


DEPARTEMAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ACARA X
PENENTUAN KADAR FOSFOR TULANG

Tujuan Praktikum
Praktikum penentuan kadar fosfor dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kadar fosfor dalam sampel tulang ayam.

Tinjauan Pustaka
Mineral merupakan substansi anorganik yang mempunyai beberapa
fungsi dalam tubuh hewan, diantaranya untuk menjaga proses metabolism,
sebagai bahan pembentuk tulang, gigi, karapas, sebagai ko-enzim,
menjaga keseimbangan tekanan osmotic dan keseimbangan asam basa
dalam tubuh. Unsur ini sering diabaikan dalam proses pembuatan formula
pakan. Mineral terbagi menjadi dua unsur yaitu unsur mineral makro dan
mikro. Unsur mineral makro merupakan mineral yang banyak dibutuhkan
dalam tubuh ternak, misalnya Ca, K, Mg, Na, S, P, dan Cl. Unsur mikro
merupakan unsur yang lebih sedikit dibutuhkan oleh tubuh ternak, misalnya
Fe, Zn, Cu, Co, I, Se, Mn, Ni, Mo, Cr, F, Si, Va, As, dan Ag (Sukarman dan
Lili, 2011). Mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah sedikit namun merupakan unsur yang penting. Mineral mikro
merupakan mineral essensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Mineral mikro
dalam tubuh berfungsi membantu sistem reproduksi makhluk hidup.
Komponen mineral mikro yang terdapat dalam tubuh kurang dari 15 mg.
komponen mineral mikro meliputi mangan, tembaga, iodium, besi (Shinya,
2007).
Fosfor merupakan biomineral kedua terbanyak setelah kalsium.
Fosfor di dalam tubuh sebesar 66 persen bersama kalsium membentuk
garam fosfat yang penting dalam pembentukan tulang dan gigi. Sisanya
terdapat dalam darah dan jaringan-jaringan lunak dalam bentuk fosfat
anorganik dan fosfat organik. Fosfor sebagai asam fosfat dan sebagai jenis
fosfat organik memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat,
lemak, protein, dan energi (Sumardjo, 2006).
Fosfor memegang peranan yang penting dalam pembentukan fungsi
tubuh. Fosfor berfungsi sebagai pembentukan adenosin tri phospat (ATP)
untuk sumber energi. Fosfor juga berfungsi sebagai penyusun sel darah
merah 2,3 di fosfogliseral. Fungsi lain dari fosfor adalah penyusun dari
tulang, gigi, pembentukan kerabang pada ayam dan hormon-hormon
reproduksi. Fosfor terutama didapat dari bahan makanan susu dan daging
(Suprapto et al., 2012).
Apabila kekurangan mineral fosfor akan berpengaruh terhadap
berbagai proses tubuh yang berdampak pada menurunnya performa ternak
(Winarsih et al., 2012). Efek bila kelebihan fosfor dalam tubuh dapat
mempengaruhi penyerapan dan penggunaan kalsium di dalam tubuh (Devi,
2010). Efek kelebihan fosfor dalam tubuh yaitu penyakit tulang, memicu
menurunnya kalsium dalam tubuh sehingga kesehatan tulang terganggu,
dan juga dapat berapengaruh pada kesehatan ginjal (Widodo, 2006).
Faktor utama yang menentukan kebutuhan P tergantung pada
tingkat pertumbuhan dan jumlah P yang dikonsumsi oleh ternak. Hal
tersebut menunjukkan bahwa konsumsi ransum mampu mempengaruhi
konsumsi Ca dan P. Fosfor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk
pembentukan tulang. Fosfor dalam ransum kurang tersedia maka fosfor
dalam tulang dirombak melalui proses mobilisasi fosfor dari tulang-tulang
panjang seperti tulang tibia yang berakibat gangguan pertumbuhan tulang
(Suprapto et al., 2012).
Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum penentuan kadar fosofor
antara lain silica disk, pipet ukur 10 ml, pipet ukur 1 ml, pump pipet, kertas
saring bebas abu, kompor, labu ukur, tabung reaksi, dan spektrofotometer.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum penentuan kadar
fosfor antara lain abu hasil penetapan kadar abu, HCl pekat, HCl 10%,
aquades, filtrat, AgNO3, dan larutan campuran H2O dengan HNO3-Vanado-
Molybdat.

Metode
Preparasi. Abu hasil penentapan kadar abu ditambahkan dengan 10
ml HCl pekat kemudian dipanaskan di penangas sampai volume maksimal
1/3 bagian. Campuran ditambahkan dengan 20 ml HCl 10% kemudian
dipanaskan sampai volume maksimal 1/3 bagian dan ditambahkan 20 ml
aquades kemudian dipanaskan selama kurang lebih 10 menit. Hasilnya
disaring dengan kertas saring bebas abu ke labu ukur 500 ml, dicuci dengan
air panas sampai bebas asam. Filtrat bebas asam dapat diketahui dengan
ditambahkan AgNO3 yang ditambah dengan air sampai tanda batas labu
ukur. Filtrat disimpan untuk penentuan kadar P.
Penentuan kadar fosfor. Blanko dibuat terlebih dahulu. Tabung
reaksi diisi dengan 0,5 ml aquades dan 4,5 ml larutan campuran H 2O
dengan HNO3-Vanado-Molybdat menggunakan perbandingan 7:2. Sampel
dibuat dengan cara tabung reaksi diisi 0,5 ml sampel yang sudah
diencerkan dan ditambahkan 4,5 ml larutan campuran H2O dengan HNO3-
Vanado-Molybdat. Masing-masing larutan blanko dan sampel dicampurkan
kemudian ditunggu selama 30 menit. Blanko dan sampel kemudian dibaca.
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 470 nm. Hasil
yang diperoleh dihitung dengan persamaan :
Y= 0,01176+0,002277X
Y= absorbansi
X= kadar P.
Hasil yang diperoleh berupa X kemudian dimasukkan ke rumus sebagai
berikut :
X x faktor pengenceran
%P = x 100%
Berat sampel (g) × 1.000.000
Hasil dan Pembahasan

Fosfor merupakan bagian dari adenosin difosfat (ADP) dan adenosin


trifosfat (ATP) di dalam proses fosforilasi. Fosfor berperan untuk transpor
energi, komponen gula, asam nukleat, nukleotida, dan koenzim. Penentuan
kadar fosfor dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar fosfor dalam
sampel tulang ayam. Suprapto et al. (2012) menyatakan bahwa fosfor
memegang peranan yang penting dalam pembentukan fungsi tubuh. Fosfor
berfungsi sebagai pembentukan adenosin tri phospat (ATP) untuk sumber
energi. Fosfor juga berfungsi sebagai penyusun sel darah merah 2,3 di
fosfogliseral. Fungsi lain dari fosfor adalah penyusun dari tulang, gigi,
pembentukan kerabang pada ayam dan hormon-hormon reproduksi.
Prinsipnya P dilepaskan dari senyawanya sehingga menjadi P bebas
dalam larutan. P bebas akan bereaksi dengan HNO3-Vanado-Molybdat
membentuk HNO3-Phospho-Molybdat yang berwarna kuning. Yildirim
(2005) menyatakan bahwa fungsi dari penambahan campuran H2O dengan
HNO3-Vanado-Molybdat adalah sebagai pengikat fosfat yang akan
menghasilkan senyawa HNO3-Fosfo-Molybdat berwarna kuning. Fosfor
yang dilepaskan dari senyawanya sehingga menjadi fosfor bebas dalam
larutan akan bereaksi dengan HNO3-Vanado-Molybdat membentuk HNO3-
phospho-Molybdat yang berwarna kuning.
Preparasi sampel dilakukan penambahan HCl pekat dan pemanasan
berfungsi untuk menguapkan mineral mikro sedangkan penambahan HCl
10% dan pemanasan berfungsi untuk memisahkan Ca dan P dengan
mineral lainnya. Penambahan aquades berfungsi untuk pengenceran.
Yildirim (2005) menyatakan bahwa fungsi penambahan HCl adalah untuk
memisahkan mineral makro dan mineral mikro. Pemanasan bertujuan agar
mineral mikro terbuang atau hilang. Penambahan HCl yang kedua berfungsi
agar memisahkan senyawa Ca dan P dengan mineral yang lainnya
sehingga mineral lain hilang. Chang (2005) menyatakan bahwa
penambahan aquades pada preparasi sampel bertujuan untuk mengetahui
apakah filtrat sudah bebas dari asam atau belum, kemudian penambahan
air sampai tanda batas pada labu ukur adalah untuk mengencerkan filtrat.
Penambahan AgNO3 berfungsi sebagai penguji filtrat telah bebas
asam saat preparasi. Sampel dengan pengenceran ditambahkan 4,5 ml
larutan campuran dari H2O dengan HNO3-Vanado-Molybdat dengan
perbandingan 7:2 yang kemudian dihomogenkan dan ditunggu 30 menit.
Fungsi penambahan HNO3-Vanado-Molybdat adalah bereaksi membentuk
HNO3-Phospho-Molybdat yang berwarna kuning. Yildirim (2005)
menyatakan bahwa fungsi dari penambahan campuran H2O dengan HNO3-
Vanado-Molybdat adalah sebagai pengikat fosfat yang akan menghasilkan
senyawa HNO3-Fosfo-Molybdat berwarna kuning. Fosfor yang dilepaskan
dari senyawanya sehingga menjadi fosfor bebas dalam larutan akan
bereaksi dengan HNO3-Vanado-Molybdat membentuk HNO3-phospho-
Molybdat yang berwarna kuning.
Berdasarkan percobaan pada blanko berwarna bening sedangkan
pada sampel berwarna kuning karena membentuk HNO 3-Phospho-
Molybdat. Sampel yang dibaca menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 470 nm diperoleh hasil 0,330. Hasil yang diperoleh
dimasukkan ke persamaan penentuan kadar P, diperoleh konsentrasi fosfor
sebesar 139,76. Konsentrasi Fosfor tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam rumus kadar Fosfor dalam persentase. Kadar Fosfor yang diperoleh
sebesar 2,795%. Mayasaroh et al. (2012) menyatakan bahwa kandungan
fosfor pada tepung tulang adalah 8,87% sampai 9,49%. Berdasarkan hasil
praktikum jika dibandingkan dengan literatur kadar fosfor tulang tidak sesuai
dengan literatur.
Faktor yang mempengaruhi yaitu pakan, jenis ternak, jenis kelamin,
dan umur ternak. Kamal (1999) menyatakan bahwa, pada ternak non
ruminansia, faktor yang terpenting dan mempengaruhi pencernaan dan
absorbsi fosfor adalah terdapatnya fitin atau asam pitat dalam tanaman,
asam pitat adalah suatu ester antara inositol dan enam asam phosfat.
Supriyati (2006) menyatakan bahwa jumlah fosfor dalam tubuh dipengaruhi
oleh jumlah fosfor yang dikonsumsi, efisiensi penggunaan fosfor dalam
tubuh untuk pertumbuhan dan fungsi lain serta jumlah sekresi endogen.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
pada tulang ayam terdapat fosfor. Kadar fosfor dalam tulang ayam
diperoleh sebesar 2,795%. Hasil yang diperoleh berada di bawah kisaran
normal. Faktor yang mempengaruhi meliputi pakan, jenis ternak, jenis
kelamin, dan umur ternak.
Daftar Pustaka
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Devi, N. 2010. Nutrition and Food. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta
Kamal, M. 1999. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Mayasaroh, Intan, Rusmana, Denny, Wiradimadja, dan Rachmat. 2012.
Dekolagenasi Kandungan Kalsium dan Fosfor Limbah Tulang Ayam
oleh Larutan KOH. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Padjajaran.
Shinya, H. 2007. The Miracle of Enzyme: Self Healing Program. Council
Oak Books. Oklahoma.
Sukarman, dan Lili Sholichah. 2011. Status mineral dalam pakan ikan dan
udang. Jurnal Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 2(2):
985-990.
Sumardjo, D. 2006. Pengantar Kimia. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Suprapto,,W., S. Kismiyati, dan E. Suprijatna. 2012. Pengaruh penggunaan
tepung kerabang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh
terhadap tulang tibia dan tarsus. Animal Agricultural Journal. 1(1):
12-21.
Supriyati. 2006. Pengaruh asam humat terhadap kandungan kalsium dan
fosfor tulang ayam pedaging. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Bogor.
Widodo, W. 2006. Ilmu Nutrisi Ternak. Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang.
Winarsih, Wiwin, Denny R., dan Rachmat W. 2012. Pengaruh perendaman
limbah tulang ayam menggunakan NaOH terhadap tingkat
dekolagenasi, kandungan kalsium dan fosfor. Jurnal Fakultas
Peternakan Unpad. Bandung. 1(1): 35-42.
Yildirim, O. 2004. Preparation and characterization of chitosan/calcium
phosphate based composite biomaterials. Izmir Institute of
Technology.Turkey.

Anda mungkin juga menyukai