Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum 9

A. Judul
Pemeriksaan Kadar Fosfat (FO4)
B. Hari, Tanggal
Jumat, 9 Desember 2022
C. Tujuan
Untuk menentukan kadar fosfat dalam serum menggunakan metode
kolorimetri.
D. Prinsip

Amonium molipdat H2SO4 + PO4 kompleks fosfor molipdat

E. Metode
Kolorimetri
F. Dasar Teori
Salah satu mineral yang berlimpah dalam tubuh ialah fosfor. Fosfor
tergolong dalam makromineral yang membangun 1% berat badan seseorang.
Fosfor berada di setiap sel-sel tubuh, namun paling banyak terdapat pada
tulang dan gigi, yaitu sekitar 85% (Ehrlich, 2011; Evert, 2011). Fosfor
merupakan unsur yang sangat reaktif dan tidak ditemukan dalam unsur elemen
di alam. Fosfat berada di alam sebagai fosfat yang merupakan kelompok
muatan atom atau ion. Fosfat terbuat dari sebuah atom fosfor dengan empat
atom oksigen (PO4), dan membawa tiga muatan negatif. Ion fosfat bergabung
dengan berbagai atom dan molekul-molekul lain dalam tubuh organisme
hidup yang akan membentuk senyawa esensial berbeda-beda yang penting
untuk kehidupan (FIPR, 2010).
Fosfor sebagai asam fosfat dan sebagai berbagai jenis fosfat organik
memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, metabolisme
lemak, metabolisme protein, dan metabolisme energi. Fosfat di dalam tubuh
merupakan penyusun DNA dan RNA yang penting untuk biosintesis protein,
ATP, ADP, AMP, dan beberapa koenzim yang berperan dalam metabolisme
bahan makanan, serta komponen fosfolipida membran sel (Sumardjo, 2009).
Konsentrasi fosfat dalam tubuh tergantung pada asupan makanan,
absorpsi usus, filtrasi dan reabsorpsi ginjal, dan pertukaran antara tulang dan
intraselular. Asupan makanan yang mengandung fosfor normalnya sekitar
800-1200 mg/hari. Sekitar 70% dari fosfat makanan akan diserap melalui usus
terutama jejunum melalui jalur selular maupun paraselular. Absorpsi fosfat di
epitel usus dimediasi oleh sodium-phosphorus co-transporter NaPi-IIb.
Peningkatan absorpsi fosfat di usus dipengaruhi oleh jumlah asupan makanan
serta 1,25-dihidroksi vitamin D3 (1,25(OH)2 vitamin D3. Setelah itu fosfat
masuk ke dalam ruang cairan ekstraselular dan sirkulasi, kemudian melewati
berbagai jaringan, termasuk tulang (Naderi, 2010).
G. Alat dan Bahan
1. Alat
a.Spektrofotometer UV
b. Kuvet
c.Mikropipet
d. Blue Tip
e.Yellow Tip
f. Tissue
g. Vortex
h. Timer
2. Bahan
a.Monoreagen
b. Serum pasien
c.Aquadest
H. Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Larutan monoreagen disiapkan dengan perbandingan 4:1 menggunakan
R1:R2
3. Siapkan tiga kuvet untuk : blanko, standar, dan sampel
4. Monoreagen dipipet pada masing-masing kuvet sebanyak 1.000 µL
5. Kuvet blanko ditambahkan aquadest sebanyak 10 µL
6. Kuvet standar ditambahkan standar sebanyak 10 µL
7. Kuvet sampel ditambahkan serum sebanyak 10 µL
8. Campur dan homogenkan menggunakan vortex, inkubasi selama 5-60
menit pada suhu ruang
9. Baca absorbansi sampel dan standar terhadap blanko reagen pada panjang
gelombang 340/365 nm.
I. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
1. Identitas Pasien
Nama : Rika Noviana
Usia : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Sampel Pemeriksaan : Serum
Waktu Pemeriksaan : 10.30 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 9 Desember 2022
2. Perhitungan Kadar Fosfat
Rumus :

A Sampel
× Konsentrasi Standar Fosfat (5 mg/dL)
A Standar
Diketahui :
A Sampel : 0,777 A
A Standar : 0,909 A
Konsentrasi Standar Fosfat : 5 mg/dL
Perhitungan :

A Sampel
× Konsentrasi Standar Fosfat
A Standar
0,777 A
×5 mg /dL=4,2 mg/dL(Normal)
0,909 A
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan kadar fosfat sebanyak 4,2
mg/dL, dimana hasil normal karena masih berada direntang nilai normal.
3. Nilai Normal
Dewasa : 2,6 – 4,5 mg/dL
J. Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah menyiapkan probandus untuk
pemeriksaan kadar fosfat dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang
diperoleh. Untuk menetapkan kadar fosfat dalam serum probandus digunakan
metode Fotometrik UV test.
Dari hasil pengukuran laboratorium tersebut didapatkan kadar fosfat
probandus adalah 4,2 mg/dL. Nilai tersebut normal karena masih berada di
rentang nilai normal kadar fosfat pada dewasa yaitu 2,6 – 4,5 mg/dl. Dimana
hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada kelainan ginjal pada serum probandus
yang diperiksa.
Gagal ginjal akut ataupun kronis hingga saat ini merupakan penyebab
hiperfosfatemia yang paling penting, dan hal ini selalu terjadi bila laju filtrasi
glomerulus (GFR) menurun hingga 25 sampai 50% dari normal. Penurunan
sekresi PTH pada hipoparatiroidisme menyebabkan menurunnya ekskresi
fosfat urin. Akromegali atau pemberian hormon pertumbuhan menyebabkan
terjadinya hiperfosfatemia sedang. Terapi bifosfonat untuk mengatasi
hiperkalsemia yang disebabkan oleh keganasan dapat menyebabkan terjadinya
hiperfosfatemia sebagai penyulit karena terjadi peningkatan reabsorpsi fosfat
di tubulus ginjal.
Sel mengandung fosfat dalam jumlah banyak, sehingga keadaan yang
menyebabkan perpindahan antarsel dari ICF ke ECF dapat menyebabkan
hiperfosfatemia. Kemoterapi yang terutama dilakukan untuk mengobati
penyakit keganasan hematologis dapat menyebabkan terjadinya lisis sel dan
pelepasan fosfat. Otot mengandung banyak timbunan fosfat, sehingga
kerusakan otot pada rhabdomiolisis (yang kadang terjadi pada putus alkohol)
dapat menyebabkan terjadinya hiperfosfatemia. Hiperfosfatemia dapat
disebabkan oleh kelebihan asupan laksatif yang mengandung fosfat atau oleh
pemberian fosfat secara IV. Pengobatan dengan vitamin D yang berlebihan
atau abnormalitas sekresi vitamin D pada penyakit sarkoidosis atau
tuberkulosis dapat menyebabkan meningkatnya absorpsi fosfat di usus.
Gagal ginjal akut mempunyai terminologi yang khas yaitu adanya
penurunan fungsi ginjal yang mendadak dengan akibat hilangnya kemampuan
ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Akibat penurunan fungsi
ginjal terjadi peningkatan metabolit persenyawaan nitrogen seperti ureum (10-
20 mg/dl/hari) dan kreatinin (0,5mg/dl/hari) serta gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit yang seharusnya dikeluarkan oleh ginjal. Keadaan ini bisa
disertai dengan atau tanpa oliguria.
Sindrom kelebihan fosfat sering dihubungkan dengan peningkatan nyata
fosfat serum dan berakibat hipokalsemia dan presipitasi deposit kalsium-fosfat
di dalam jantung, alveoli, kulit, jaringan subkutan, pembuluh darah kecil dan
konjungtiva. Sepertiga pasien dengan leukemia hipokalsemik mengalami
hiperfosfatemia. Pada anak yang menderita leukemia limfoblastik akut,
hiperfosfatemia dihubungkan dengan peningkatan ekskresi fosfat di urin
sebanyak 30 kali, hal ini mungkin karena limfoblas mempunyai kandungan
fosfat paling tinggi sekitar 4 kali dari limfosit normal.
K. Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan dengan materi Pemeriksaan Kadar
Fosfat pada serum menggunakan metode kolorimetri didapatkan hasil
pemeriksaan pada serum probandus atas nama Rika Noviana berjenis kelamin
perempuan (P) usia 22 tahun adalah 4,2 mg/dL. Berdasarkan hasil yang
diperoleh ini termasuk normal karena masih berada direntang normal.
Sehingga dapat disimpulkan serum probandus yang diperiksa tidak
menunjukkan kelainan ginjal.
Daftar Pustaka

FIPR (Florida Industrial and Phosphate Research Institute). 2010. Introduction:


Phosphate as an Essential Mineral. Florida: Florida Industrial and
Phosphate Research Institute.Online

Naderi, Amir S. A. N., Robert F. R. 2010. Hereditary Disorders of Renal


Phosphate Wasting. MedScape Education.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EG.

Tanda Tangan Pengesahan

Yogyakarta, 9 Desember 2022

Koordinator Praktikum Praktikan

(Subrata Tri Widada, S.KM., M.Sc) (Mey Rena Wati)

Anda mungkin juga menyukai