Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Penentuan Kadar Asam Urat

Disusun Oleh

Beauty Dwiarum Puspitarini P071311190003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI D III JURUSAN GIZI

2020/2021
A. Hari / Tanggal : Selasa, 13 Oktober 2020
B. Nama : Beauty Dwiarum Puspitarini
NIM : P07131119003
Prodi : DIII Gizi
C. Acara Praktikum : Praktikum Penentuan Kadar Asam Urat
D. Tujuan Acara : Mampu menentukan kadar asam urat
E. Tinjauan teori :
Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme purin yang
berasal dari degradasi nukleotida purin yang terjadi pada semua sel.
Urat dihasilkan oleh sel yang mengandung xanthine oxidase, terutama
hepar dan usus kecil. Hiperurisemia adalah keadaan kadar asam urat
dalam darah lebih dari 7,0 mg/dL. Diklasifikasikan sebagai hiperurisemia
primer (idiopatik/ genetik) dan sekunder. (Ellyza Nasrul, Sofitri, 2012,
Hiperurisemia pada Pra Diabetes, Jurnal kesehatan andalas)
Asam urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang
sangat membahayakan, karena bukan hanya mengganggu kesehatan
tetapi juga dapat mengakibatkan cacat pada fisik (Asaidi, 2010). Menurut
Sustrani et al (2008) faktor–faktor yang mempengaruhi kadar asam urat
dalam darah adalah faktor keturunan, jenis kelamin, konsumsi pangan
yang kaya akan purin, konsumsi alkohol yang berlebihan, obesitas,
gangguan ginjal yang mengakibatkan terhambatnya pembuangan purin,
penggunaan obat tertentu yang dapat meningkatkan kadar asam urat.
Asupan purin merupakan faktor utama yang berhubungan dengan kadar
asam urat darah. Dimana, semakin tinggi pemasukan zat purin, maka
asam urat juga semakin meningkat (Utami, 2010).
Asam urat dikenal dengan nama kimia sebagai 2,6,8-trioksipurin
merupakan asam lemah organik dengan berat molekul 169. Asam urat
merupakan senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa purin
yang paling mudah dioksidasi. Oksidasi asam urat dalam bentuk larutan
netral dan alkalis menghasilkan karbondioksida serta terbentuknya
alantoin dan produksi degredasi lainnya pada suasana asam, asam urat
teroksidasi menjadi aloksan (Kasper et al, 2004).
Pada manusia, asam urat merupakan produk buangan akhir dari
degradasi senyawa purin. Zat tersebut tidak memiliki kegunaan fisiologis
sehingga dapat dianggap bahan buangan. Karena ketidakberadaan
enzim urikase pada manusia, maka terdapat kemungkinan adanya
timbunan asam urat yang apabila melewati batas tertentu akan
menimbulkan gangguan patologis.
Pada kondisi normal kadar asam urat pada laki-laki 3,4-7,0 mg/dl
sedangkan pada perempuan antara 2,4-5,7 mg/dl. Jika kelebihan
produksi ataupun penurunan eksresi asam urat dalam tubuh akan
meningkat yang disebut hiperurisemia. Keadaan hiperurisemia tersebut
dapat menimbulkan penyakit gout sebagai akibat adanya penimbunan
kristal natrium urat pada persendian yang disertai rasa nyeri (Howkin et
al, 1997).
Hiperurisemia adalah suatu keadaan dimana kadar asam urat
dalam darah meningkat dan mengalami kejenuhan. Berdasarkan definisi
tersebut konsentrasi asam urat yang melebihi dari 7,0 mg/dl sudah
dianggap hiperurisemia dan beresiko terkena gout (Howkin et al, 1997)
Penyakit gout merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi
karena penumpukan kristal asam uratpada sekitar jaringan sendi akibat
kadar asam urat serum yang melebihi kelarutannya. Kristalisasi natrium
urat dalam jaringan lunak dan persendian akan membentuk endapan
yang dinamakan tofus. Proses ini menyebabkan suatu reaksi inflamasi
akut, yaitu artritis akut gout, yang dapat berlanjut menjadi artritis kronis
gout.
F. Alat dan bahan :
Alat Bahan
Pipet tetes serum atau plasma darah
Sentrifuge Phosphate buffer
Micropipete TBHA
Incubator 4-Aminoantipyrine
Timer K4[Fe(CN)6]
Tabung reaksi Peroxidase (POD)
Spektrofotometer Uricase
Standar
G. Prosedur :

Prosedur Kerja Blanko Standar Sampel


Akuades (µl) 20 - -
Serum (µl) - - 20
Standar (µl) - 20 -
Monoreagen (µl) 1000 1000 1000
Dicampur, diinkubasi 30 menit pada 20-25ºC atau 10 menit pada suhu
37ºC, dibaca absorban sampel dan standar terhadap blanko akuades
pada apnjang gelombang 520 nm (maksimal 60 menit)

H. Hasil :

No JK Usia Asam Urat Keterangan


(mg/dL)
1 L 25 3,7 Normal
2 L 65 7,5 Normal
3 P 45 8,2 Tinggi
4 P 52 6,9 Normal
5 L 36 5,6 Normal
6 L 45 10,2 Tinggi
7 L 67 8,9 Tinggi
8 P 32 4,2 Normal
9 P 55 7,9 Tinggi
10 P 42 6,3 Normal
I. Pembahasan :

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel diatas,


terdapat empat responden dengan kadar tinggi atau di atas normal.
Berdasarkan tinjauan teori, tingginya kadar asam urat itu bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor keturunan, jenis
kelamin, konsumsi pangan yang kaya akan purin, konsumsi alkohol yang
berlebihan, obesitas, gangguan ginjal yang mengakibatkan
terhambatnya pembuangan purin, penggunaan obat tertentu yang dapat
meningkatkan kadar asam urat. Kemudian penanganan pada responden
dengan kadar asam urat diatas normal yaitu diberi cukup cairan,
membatasi konsumsi makanan yang tinggi purin, serta mengistirahatkan
sendi.

Peningkatan asam urat dalam serum dan urin tergantung dari


fungsi ginjal, metabolisme purin dan intake makanan yang mengandung
purin. Asam urat dalam urin asam akan membentuk Kristal/batu dalam
saluran kencing. Hiperuricemia akan menyebabkan tertimbunnya sam
urat dalam jaringan lunak dan sendi-sendi sehingga muncul sindrom
klinis yang disebut sebagai penyakit gout.

Peningkatan kadar purin terjadi pada penyakit gout, alkoholik,


leukemia, metastatis kanker, eklamsia berat, myeloma multiple,
hiperlipoproteinemia, DM berat, gagal ginjal, glumerolus nefritis, stress,
gagal jantung kongesti, keracunan timah hitam, latian yang berat,
malnutrisi, limfoma, anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan
polisitemia vera. Penurunan asam urat dapat terjadi pada penyakit
Wilson’s asidosis pada tubulus proximal ginjal, anemia karena karena
defisiensi asam folat, luka bakar dan kehamilan.

Berdasarkan hasil penelitian Nurhamidah (2015) didapai bahwa


asupan purin terhadap kejadian asam urat yaitu lebih banyak responden
dengan asupan purin tinggi sebanyak 18 orang dengan persentasi
81.8% dari pada dengan asupan purin rendah yaitu 5 orang dengan
persentasi 27.8%. Sedangkan, asupan purin terhadap kejadian yang
tidak asam urat yaitu lebih banyak responden dengan asupan purin
rendah sebanyak 13 orang dengan persentasi 72.2% dari pada dengan
asupan purin tinggi yaitu 4 orang dengan persentasi 18.2%. Hal ini
sesuai dengan teori, dimana mengkonsumsi makanan tinggi purin dapat
meningkatkan kadar asam urat. Serta juga sesuai dengan penelitian
Diantari dkk (2013) dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara
konsumsi purin, aktivitas, konsumsi alkohol dan umur dengan kadar
asam urat. Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji stastistik
Spearman dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan
(p<0.05) antara asupan purin dengan kejadian asam urat dengan p value
0.000. Adanya hubungan yang signifikan antara asupan purin dengan
kejadian asam urat didasari pada tingkat konsumsi makanan yang
mengandung purin. Tingkat konsumsi purin yang tinggi mempunyai
peluang yang lebih besar menderita asam urat dibandingkan dengan
tingkat konsumsi purin rendah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara asupan purin dengan kejadian asam
urat pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
Tahun 2015.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin C
dengan kejadian asam urat pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit
Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2015.Tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara asupan Cairan dengan kejadian asam urat pada pasien
rawat jalan di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2015.Tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara tekanan darah dengan
kejadian asam urat pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi tahun 2015. Tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian asam urat pada pasien
rawat jalan di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2015. .
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
kejadian asam urat pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi tahun 2015. (Nurhamidah dan Selpi Nofiani. 2015.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ASAM URAT PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT
STROKE NASIONAL BUKITTINGGI)
J. Kesimpulan :
1. Terdapat empat responden dengan kadar tinggi atau di atas
normal.
2. Tingginya kadar asam urat itu bisa dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain faktor keturunan, jenis kelamin, konsumsi
pangan yang kaya akan purin, konsumsi alkohol yang berlebihan,
obesitas, gangguan ginjal yang mengakibatkan terhambatnya
pembuangan purin, penggunaan obat tertentu yang dapat
meningkatkan kadar asam urat.
3. Penanganan pada responden dengan kadar asam urat diatas
normal yaitu diberi cukup cairan, membatasi konsumsi makanan
yang tinggi purin, serta mengistirahatkan sendi.
K. Daftar Pustaka :
Ellyza Nasrul, Sofitri, 2012, Hiperurisemia pada Pra Diabetes, Jurnal
kesehatan andalas
Nurhamidah dan Selpi Nofiani. 2015. FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASAM URAT PADA
PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL
BUKITTINGGI
Utami, Fadillah. 2010. Hidup Sehat Tanpa Diabetes dan Asam Urat.
Genius Publisher : Yogyakarta
Sustrani L, Syamsir A, & Iwan H. 2008. Asam Urat, Informasi Lengkap
Untuk Penderita dan Keluarganya, Edisi 6. PT Gramedia Utama :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai