Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Hari,Tanggal : Senin, 09 Desember 2013

Biokimia Waktu : 11.00 12.40 WIB


PJP : Inda setyawati, S.Tp M.Si
Asisten : Lusianawati, S.Si
Sari Yunarini, S.Si




MINERAL




Kelompok 10
Raden Dani Najar Saputra J3L112187
Andini Eka Pratiwi J3L112115
Dewi Rosmayanti J3L411211
Wika Herfiza J3L112057



















PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Pendahuluan
Mineral menempati 4% bagian dari penyusun tubuh manusia. Mineral
dalam ilmu biokimia adalah semuua unsur kimia yang mungkin terkandung dalam
jaringan tubuh kecuali karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Mineral
dibedakan atas dua golongan besar yaitu makroelemen yang berjumlah relatif
besar di dalam tubuh, serta mikroelemen yang berjumlah relatif lebih sedikit.
Selain dua kelompok tersebut masih ada lagi kelompok unsur kelumit atau renik
(trace elements), yang dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit. Trace elements ini
sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam kelompok mikroelemen. Berdasarkan
kegunaannya mineral dibagi menjadi dua, yaitu golongan esensial dan golongan
non esensial. Mineral yang esensial adalah mineral yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh dan bila kekurangan mineral ini maka tubuh akan mengalami gangguan.
Sedangkan mineral non esensial adalah mineral yang tidak begitu diperlukan oleh
tubuh, jika tubuh mengalami kekurangan mineral ini tidak akan mengalami
gangguan yang serius (Prabowo et al 1984).
Mineral adalah nutrien (zat gizi) esensial yang dibutuhkan oleh manusia
dalam jumlah kecil, supaya tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Mineral yang kita butuhkan dapat ditemukan dalam makanan. Dalam berbagai
macam makanan, seperti daging, sereal, ikan, susu, sayur mayur, buah-buahan dan
kacang-kacangan dapat kita temukan mineral dalam berbagai jumlah. Kelompok
makro terdiri dari unsur-unsur Ca, P, K, Na, Cl, Mg, dan S. Kelompok mikro dari
Fe, I, Cu, Zn, Mn, Co, dan Se. kelompok renik terdiri dari F, Mo, As, Cr, Si, dan
lain-lain. Beberapa unsur mineral ini ada yang bersifat racun dan biasanya masih
terdapat di dalam sel hayati, contohnya Ag, Hg, dan Pb (Suharjdo 1886).

Gambar 1 Interaksi mineral dalam metabolisme tubuh
Unsur-unsur kimia yang terdapat di dalam tubuh manusia terdiri atas 5
kelompok, yaitu, Karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sulphur, merupakan
komponen utama mole kul-molekul tubuh. Kalsium, fosfor, magnesium, natrium,
kalium, dan klorida. Merupakan mineral yang penting untuk nutrisi. Dibutuhkan
dalam makanan lebih besar dari 100 mg/hari. Kromium, kobalt, tembaga,yodium,
besi, mangan, molybdenum, selenium, dan seng. Merupakan unsur runutan (trace
elemen) yang terdapat sedikit dalam tubuh. Fluor, dianggap sebagai bagian
kelompok ini, berperan mencegah kerusakan gigi. Arsen, kadmium, nikel silicon,
timah, dan vanadium. Merupakan unsur tambahan dan tidak diketahui mempunyai
fungsi essensial pada manusia. Timah hitam dan air raksa merupakan unsur
beracun (Winarno 2008).
Tujuan
Percobaan bertujuan mengamati peran mineral melalui keberadaannya
dalam tubuh dan mengetahui berbagai jenis mineral yang terkandung dalam abu
tulang secara kualitatif melalui pengamatan berdasarkan adanya perubahan warna
dan pembentukan endapan.
Metode
Alat-alat yang digunakan ialah tabung reaksi, pipet tetes, pipet Mohr 1 ml,
5 ml, dan 10 ml, bulb, corong gelas, batang pengaduk, gelas piala 100 ml dan 250
ml, pembakar Bunsen, kaki tiga, kawat kassa, kertas lakmus dan botol semprot.
Bahan-bahan yang digunakan ialah filtrat tulang sapi, NH4OH(p), HNO3 10%,
AgNO3 2%, HCl 10%, BaCl2, asam asetat 10%, ammonium oksalat 1%, urea 1%,
pereaksi Molibdat, FeSO4, Kristal NH4CO3, NH4Cl, Kristal dinatriumhidrogen
posfat, ammonium tiosianat, dan kalium ferosianida.
Uji klorida. Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
diasamkan dengan 1 ml HNO3 10% lalu ditambah 1 ml AgNO3 2%. Apabila
terbentuk endapan putih menunjukkan adanya klor (Cl).
Uji sulfat. Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
diasamkan dengan HCl 10% lalu ditambah 1 ml larutan BaCl2. Apabila terbentuk
endapan putih, menunjukkan adanya Sulfat (S).
Uji kalsium. Sebanyak 2 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
lalu ditambahkan 1 ml larutan ammonium oksalat 1% dan dikocok. Apabila
terdapat endapan putih, menunjukkan adanya kalsium oksalat.
Uji fosfat. Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 1 ml larutan urea 1% dan 1 ml pereaksi Molibdat. Tabung dikocok,
kemudian ditambahkan 1 ml FeSO4. Apabila larutan berubah warna menjadi biru
pekat, menunjukkan adanya Posfat.
Uji magnesium. Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan dipanaskan pada penangas air selama 5 menit. Kemudian ditambahkan
seujung sudip Kristal NH4CO3 dan NH4Cl. Kemudian larutan disaring dan
filtrate dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Seujung sudip Kristal
dinatriumhydrogen posfat dimasukkan ke dalam tabung yang berisi filtrate dan
ditambah larutan NH4OH (sampai basa). Apabila terbentuk endapan putih,
menunjukkan adanya Magnesium (Mg). Endapan hasil penyaringan pada uji
Magnesium digunakan untuk uji Besi.
Uji besi. Endapan pada kertas saring ditetesi dengan HCl 10%. Sebanyak
1 ml filtrat HCl dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang kering dan bersih, lalu
ditambahkan 1 ml ammonium tiosianat (perhatikan terbentuknya warna merah).
Sebanyak 1 ml kalium ferosianida kemudian dimasukkan ke dalam tabung dan
perubahan warna (biru/hijau) diperhatikan. Perubahan warna merah, biru atau
hijau menunjukkan adanya Besi (Fe).
Data Hasil Pengamatan
Tabel 1 Hasil Pengujian Mineral
Jenis uji Hasil pengamatan (+/-) Perubahan warna larutan
Uji klorida + Endapan putih
Uji sulfat - Tidak berwarna
Uji kalsium + Endapan putih
Uji fosfat + Biru
Uji magnesium + Endapan putih
Uji besi (II) + Hijau
Uji besi (III) + Merah
Keterangan : + : Positif terdapat mineral
- : Negatif terdapat mineral

Gambar 2 Hasil uji mineral a) uji klorida b) uji sulfat c) uji kalsium d) uji fosfat
e) uji magnesium f) uji besi I g) uji besi II
Pembahasan
Gravimetri merupakan salah satu cabang utama kimia analisis. Gravimetri
menjadi metode klasik yang masih sering digunakan. Prinsip gravimetri adalah
penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan. Penimbangan merupakan
penimbangan hasil reaksi setelah zat yang dianalisis direaksikan. Hasil reaksi
dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi atau suatu endapan yang
dibentuk dari bahan yang dianalisis. Sebagian analisis gravimetri menyangkut
unsur yang akan ditentukan menjadi senyawa murni yang stabil dan mudah
diubah ke dalam bentuk yang dapat ditimbang. Berat analat dapat dihitung dari
rumus dan berat atom senyawa yang ditimbang. Pengendapan merupakan teknik
yang paling luas penggunaannya. Hal terpenting dalam pengendapan suatu analit
adalah kemurniannya dan kemudahan penyaringan yang pasti dilakukan dalam
teknik pengendapan (Day & Underwood. 1998).
Abu tulang sapi merupakan trikalsium fosfat yang berasal dari
Hidroksiapatit Ca5(OH)(PO4)
3
. Komposisi abu tulang sapi, sebagian besar
didominasi oleh senyawa fosfat dengan komponen mineral utama hidroksil
apatit. Mineral-mineral yang ada dalam tulang sapi diuji secara kualitatif dengan
uji klorida, uji sulfat, uji kalsium, uji posfat, uji magnesium, dan uji besi.
Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah elektrolit
bermuatan negatif yaitu klorida (Cl). Jumlah ion klorida (Cl
-
) yang terdapat di
dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan
konsentrasi antara 98-106 mmol/L (Darmono 1995). Konsentrasi ion klorida
tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang
belakang, lambung dan juga pankreas. Sebagai anion utama dalam cairan
ekstraselullar, ion klorida juga akan berperan dalam menjaga keseimbangan
cairan-elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis penting
a b c d e
f
g
yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan dalam
menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Bersama dengan ion natrium (Na), ion
klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui
keringat (Suhardjo 1886).
Uji klorida dilakukan dengan menggunakan filtrat dari abu tulang sapi
yang telah ditambahkan oleh AgNO
3
2%. Filtrat tersebut diasamkan oleh asam
HNO
3
10% bertujuan untuk memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral
mudah diikat oleh senyawa reaktif lain yang dapat bereaksi dengan mineral
membentuk suatu endapan putih dalam larutan. Senyawa AgNO
3
merupakan
garam yang dapat bereaksi dengan klorida sehingga klorida membentuk endapan
bersama AgNO
3
menjadi senyawa AgCl (Toha 2001). Hasil yang didapat dari uji
klorida yaitu terbentuk endapan putih dari AgCl, sehingga hasil percobaan
bersifat positif. Hal ini menandakan bahwa dalam abu tulang
sapi mengandung Cl
-
. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan menunjukan
hasil yang positif bahwa abu tulang sapi mengandung Cl
-
dengan reaksi sebagai
berikut.
AgNO3 + HCl AgCI (endapan putih) + HNO3
Gambar 3 Reaksi uji klorida (Suharjdo 1886)
Uji sulfat menggunakan filtrat yang sama, yaitu dari abu tulang sapi yang
telah ditambahkan oleh AgNO3 2%. Filtrat tersebut diasamkan oleh asam HCl
10% yang berfungsi untuk memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral
mudah diikat oleh senyawa reaktif lain yang dapat bereaksi dengan mineral
membentuk suatu endapan putih di dalam larutan. Senyawa yang
ditambahkan pada uji sulfat ialah larutan BaCl
2
. Senyawa BaCl
2
merupakan
garam yang dapat bereaksi dengan sulfat sehingga dapat membentuk endapan
BaSO
4
. Hasil positif yang didapat pada uji sulfat yaitu terbentuk endapan putih,
tetapi pada hasil percobaan yang dilakukan tidak terbentuk warna (tidak
berwarna) sehingga memberikan hasil yang negatif. Hal ini menandakan bahwa
dalam abu tulang sapi tidak mengandung SO
4
-
dengan reaksi sebagai berikut.
BaCl
2
+ H
2
SO
4
BaSO
4
+2HCl
Gambar 4 reaksi uji sulfat (Suharjdo 1886)
Setelah semua uji filtrat dilakukan, maka selanjutnya dilakukan uji
endapan. Endapan yang telah didapat, ditambahkan asam asetat kemudian
disaring yang kemudian filtratnya digunakan untuk uji kalsium, uji posfat, uji
magnesium dan endapannya digunakan untuk uji besi. Sama seperti halnya uji
klorida dan uji sulfat, pada uji kalsium juga dilakukan pengasaman. Pengasaman
dilakukan untuk memisahkan mineral kalsium yang ada pada endapan yang ada di
kertas saring. Kalsium lalu diidentifikasi dengan penambahan amonium oksalat
agar amonium oksalat dapat bereaksi membentuk endapan putih bersama
kalsium. Uji kalsium pada percobaan dihasilkan endapan putih yang artinya uji
positif. Penambahan pereaksi amonium oksalat akan bereaksi dengan kalsium
yang ada difiltrat tersebut. Endapan yang dihasilkan adalah kalsium oksalat. Hal
ini menandakan bahwa abu tulang sapi mengandung kalsium. Berdasarkan hasil
yang didapat pada uji kalsium, sampel abu tulang sapi menunjukan hasil yang
positif yang berarti abu tulang mengandung kalsium. Menurut Winarno (2008)
kebutuhan Kalsium untuk orang dewasa ialah sebanyak 700 mg/hari. Namun
Mengkonsumsi Kalsium berdosis tinggi atau berlebih dapat menyebabkan nyeri
lambung dan diare. Berikut reaksi yang terjadi pada uji kalsium.
Ca + K
4
[Fe(CN)
6
] Fe
4
[Fe
2
(CN)
6
]
3

Gambar 5 Reaksi uji kalsium (Suharjdo 1886)
Uji fosfat dilakukan dengan menambahkan urea dan pereaksi molibdat
khusus, berfungsi untuk memisahkan senyawa mineral sehingga mineral dapat
bereaksi dengan larutan ferosulfat yang membentuk persenyawaan berwarna biru
karena senyawa ferosulfat reaktif dengan fosfat dan membentuk senyawa
berwarna. Adanya warna biru yang semakin pekat menandakan adanya posfat.
percobaan menunjukan hasil yang positif karena menunjukan warna biru yang
semakin pekat. Hal ini menandakan bahwa abu tulang sapi mengandung fosfat.
Peranan fosfor dalam tubuh sama seperti kalsium, yaitu untuk pembentukan
tulang dan gigi dan penyimpanan dan pengeluaran energi (perubahan antara ATP
dengan ADP). Jika seseorang kekurangan unsur ini maka pembentukan ATP akan
terganggu. Selain itu pembentukan tulang rawan akan terganggu. Reaksi yang
terjadi pada uji fofat :
FeSO
4
+ PO
4
-3
Fe
3
(PO
4
)
2
+ SO
4
-2

Gambar 6 Reaksi uji fosfat (Suharjdo 1886)
Uji Magnesium dilakukan dengan memanaskan filtrat. Pemanasan
dilakukan agar filtrat lebih rektif dan mineral dapat sedikit melonggar ikatan
senyawanya dengan senyawa lain dalam filtrat. Pemisahan mineral dengan
senyawa organik lain dalam filtrat dibantu oleh kristal dinatrium hidrogen fosfat
dan larutan amonium hidroksida. Kristal akan bereaksi dengan magnesium dengan
ditandai adanya endapan putih pada larutan. Adanya endapan
putih menandakan adanya magnesium dan pada percobaan terbentuk endapan
putih. Hal ini menandakan bahwa abu tulang sapi mengandung magnesium.
Menurut Winarno (2008) Kebutuhan Magnesium untuk pria adalah 300 mg per
hari dan 270 mg per hari untuk wanita. Magnesium memiliki sejumlah fungsi
penting, seperti Membantu proses pembentukan energi dari makanan dan
Mendukung fungsi kelenjar paratiroid menghasilkan hormon yang penting bagi
kesehatan tulang. mengkonsumsi Magnesium dosis tinggi atau berlebih dalam
waktu singkat dapat menyebabkan diare. Berikut ialah reaksi yang terjadi pada uji
magnesium.
Mg + NaHPO
4
MgHPO
4
+2Na
Gambar 7 Reaksi uji magnesium (Suharjdo 1886)
Uji besi dilakukan dengan menambahkan asam klorida pada endapan yang
telah didapatkan saat penambahan asam asetat yang kemudian disaring dan
filtratnya digunakan untuk uji besi. Uji besi yang pertama dengan ammonium
tiosianat dan uji besi yang kedua dengan kalium ferosianida. Besi akan
membentuk senyawa berwarna dengan larutan ammonium tiosianat (membentuk
warna merah) dan beraksi dengan kalium ferosianida (membentuk warna biru atau
hijau). Adanya warna merah, biru atau hijau menandakan adanya besi dan
berdasarkan percobaan terbentuk warna hijau dan merah. Hal ini menandakan
bahwa abu tulang sapi mengandung besi. Kebutuhan zat besi untuk pria adalah
8.7 mg per hari dan 14.8 mg per hari untuk wanita. Jika seseorang kekurangan zat
besi maka pembentukan hemoglobin akan terganggu. Selain itu dapat
menyebabkan amenia atau kekurangan darah, sedangkan Efek samping kelebihan
zat besi antara lain konstipasi, nausea, dan nyeri lambung. (Suharjdo 1886).
Berbedaan ion besi menyebabkan perbedaan reaksi yang terjadi, sehingga warna
yang terjadi juga berbeda. Reaksi yang terjadi pada Fe
2+
dan pada Fe
3+
:
Fe
2+
+ 6NH
4
SCN [Fe(SCN)
6
]
-3
+ 6NH
4
+

Gambar 8 Reaksi uji besi dengan ammonium tiosianat (Suharjdo 1886)
4Fe
3+
+ 3K
4
[Fe(CN)
6
] Fe
4
[Fe
2
(CN)
6
)]
3
+ 12K
+

Gambar 9 Reaksi uji Besi dengan kalium ferosianida (Suharjdo 1886)
Asam yang digunakan pada setiap uji filtrat bertujuan untuk dapat
mempermudah mineral bereaksi dengan senyawa indikator atau senyawa penguji
sehingga mineral dapat bereaksi dengan senyawa penguji membentuk endapan
berwarna atau persenyawaan berwarna. Asam akan memisahkan ikatan mineral
yang terkandung dalam filtrat dengan senyawa organik dan air (Vogel 1985).
Mineral mikro esensial mempunyai peran sangat penting dalam kelangsungan
hidup hewan. Kekurangan atau kelebihan mineral mikro esensial dapat
menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi mineral serta keracunan pada ternak
baik ruminansia maupun nonruminansia, merupakan salah satu kendala dalam
perkembangan ternak. Oleh karena itu, status mineral mikro perlu diperhatikan.
Pemberian mineral mikro esensial dalam pakan harus sesuai dengan kebutuhan
hewan atau ternak untuk mencegah terjadinya penyakit (Edwards 1988).
Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian pada abu tulang sapi didapatkan hasil yang
positif untuk uji klorida, uji sulfat, uji kalsium, uji fosfat, uji magnesium dan uji
besi. Sedangkan uji sulfat menunjukan hasil yang negatif. Sehingga abu tulang
sapi mengandung klorida, kalsium, fosfat, magnesium, dan zat besi.
Daftar Pustaka
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Day & Underwood AL. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Iis
Sopyan, Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari : Quantitative
Analysis.
Edwards J. 1988. Animal Nutrition. New York : John Willey and Sons.
Gartenberg. 1988. Evolution of trace mineral status of ruminants in northeast
Mexico. Human and Animal Nutrition. California: Academic Press,Inc.
3(2):106.
Prabowo A, JE Van Eys, IW Mathius, M Rangkuti, & WI Johnson. 1984.
Studieson the mineral nutrition on sheep in West Java. Balai Penelitian
Ternak, Bogor (ID). p. 25.
Toha M. 2001. Biokimia: Metabolisme Biomolekul. Bandung: Alfabeta.
Suharjdo. 1886. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia.
Vogel AI. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Anorganik Makro dan
Semimikro. A.H Pudjaatmaka, Penerjemah. Jakarta: Kalman Media
Pustaka.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press.

Anda mungkin juga menyukai