Kelas : B P.1 Kelompok : 8 (Delapan) Hari,tanggal : Rabu, 16 Oktober 2013 Waktu : 14.30 17.50 WIB PJP : Emil Wahdi S.Si Asisten : Ramdhani Yeny Anggraini Yesi Septiani
UJI AKTIVITAS BAHAN ANTI MIKROBA
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Pendahuluan Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisilin. Penisilin ini pertama kali dipakai dalam ilmu kedokteran tahun 1939 oleh Chain dan Florey. Antbiotik ialah suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh jasadrenik atau hasil sintetis semi-sintetis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapat merintangi atau memusnahkan jasad renik lainnya (Widjajanti 1996). Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhaan mikroorganisme (microbiostatic dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterilisasi, sanitizer dan sebagainya (Lutfi 2004). Disenfektan adalah bahan kimia yang mematikan sel vegetatif. Antiseptik adalah subtansi yang melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan atau kerja mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat pertumbuhan serta aktivitasnya. Sedangkan bahan sanitasi adalah bahan yang mengurangi populasi mikroorganisme sampai batas yang dianggap aman. Efisiensi dan efektifitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi, waktu terpapar, jenis mikroba, dan kondisi lingkungan seperti, pH, suhu dan jenis tempat mikroba hidup (Dwidjoseputro 2003). Tujuan Mengamati pengaruh berbagai bahan seperti penisilin, ekstrak kunyit, sirih hijau, hand soap, dan larutan Fisiologis antimikroba terhadap viabilitas bakteri. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan ialah pinset, bunsen, batang penyebar, pipei steril, korek, dan lap. Bahan-bahan yang digunakan ialah media PCA, streptomicin, penisilin, ekstrak kunyit, sirih hijau, sambiloto, iodine, hand soap, dan larutan fisiologis. Prosedur Tutup cawan diberikan label dengan nama mikroba yang di inokulasikan, Suspensi bakteri Bacillus dan Escherichia coli diambil sebanyak 0,1 ml kemudian diteteskan kemedia PCA lalu disebar secara merata dengan batang penyebar (satu media PCA untuk satu macam bakteri). Pinset terlebih dahulu dibakar diatas nyala api, kertas saring diambil dengan pinset satu persatu kemudian kertas I dicelupkan kedalam larutan penisilin dan diletakan diatas media yang telah disebarkan bakteri, hal yang sama dilakukan untuk jenis antibakteri yang lain (ekstrak kunyit, sirih hijau, hand soap, dan larutan fisiologis). Setelah itu di inkubasi pada suhu kamar selama 24 jam. Daerah bening yang timbul diamati. Data dan Hasil Pengamatan Tabel 1 Hasil pengamatan daerah bening yang timbul. Keterangan : B (Penisilin) C (ekstrak kunyit) D (sirih hijau) G (Hand soap) H (Larutan Fisiologis).
Gambar 1 Hasil pengamatan daerah bening, A (Bacillus) dan B (Escherichia coli)
Pembahasan Antibiotik merupakan senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein. Suatu substansi kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain. Senyawa antibakteri dapat bekerja sebagai bakteristatik, bakterisidal, dan bakterilitik (Febiana 2012). Perbedaan sensitivitas bakteri terhadap antibakteri dipengaruhi oleh struktur dinding sel bakteri. Bakteri gram positif cenderung lebih sensitif terhadap antibakteri, karena struktur dinding sel bakteri gram positif lebih sederhana dibandingkan struktur dinding sel bakteri gram negatif sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel bakteri gram positif (Dwidjoseputro 2003). Kunyit (Curcuma longa Linn.) a t a u Ku n y i t ( Curcuma domestica Val.) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat. Senyawa utama yang terkandungdalam rimpang kunyit adalah senyawa kurkuminoid yang memberi warna kuning pada kunyit. Kurkuminoid ini (kebanyakan berupa kurkumin) mempunyai sifatantioksidan, antiinflamasi. Bakteri Diameter Daerah bening (Cm) B C D G H Bacillus 0 0 0 1,3 0 Escherichia coli 2,2 1,2 1,4 0 0 A B Berdasarkan hasil penelitian Rahman (2009) menunjukkan bahwa bakteri E.coli, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis,, Salmonella typhi, dan Ralstonia solanacearum mampu dihambat (dimatikan) pertumbuhannya dengan senyawa aktif yang terkandung dalam kunyit, salah satunya senyawa kurkumin. Namun hasil percobaan pada tabel 1 menunjukkan bahwa hanya E. coli yang berhasil terhambat pertumbuhannya ditandai dengan zona bening yang terdapat di sekeliling cakram, sedangkan Bacillus resisten terhadap kunyit. Perbedaan ini terjadi dimungkinkan karena bahan antimikroba yang tercemar, atau pengaruh dari suhu inkubasi, pH, konsentrasi senyawa uji dan perendaman paper disc terhadap larutan kunyit yang kurang lama sehingga aktivitas antimikrobanya kurang maksimal, ataupun terjadinya resistensi yang dialami oleh bakteri. Resistensi dapat diawali dengan adanya paparan antibiotika, dan meskipun hanya ada satu atau dua bakteri yang mampu bertahan hidup, mereka punya peluang untuk menciptakan satu galur baru yang resisten. Satu galur baru yang resisten ini bisa menyebar dari satu orang ke orang lain, memperbesar potensinya dalam proporsi epidemik. Penyebaran ini dipermudah oleh lemahnya kontrol infeksi dan penggunaan antibiotika yang luas (Peterson 2005). Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotika terjadi berdasarkan salah satu atau lebih mekanisme berikut sintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotika, pengubahan permeabilitas bakteri terhadap obat, bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat, pengembangan perubahan jalur metabolik bakteri yang langsung dihambat oleh obat, dan pengembangan perubahan enzim oleh bakteri yang tetap dapat melakukan fungsi metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat dari pada enzim pada kuman yang rentan (Jawetz 1997). Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat beberapa zona bening dari masing- masing sampel bahan antimikroba yang menunjukkan diameter daerah hambatan (DDH) atau zona bening. Pada Tabel 1 sampel penisilin,ekstrak kunyit, sirih hijau, dan hand soap berhasil menghambat petumbuhan E. Coli disekelilingnya. sedangkan Bacillus tidak berhasil menghasilkan zona bening, dan padalarutan fisiologis zona bening tidak dapat terbentuk. Sampel penisilin lebih aktif daripada bahan antimikroba lainnya karena zona bening yang dihasilkan lebih besar diameternya. Secara keseluruhan, sampel senyawa antimikroba yang digunakan dapat dikatakan aktivitas antimikrobanya rendah terhadap Bacillus yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai DDH yang didapat. Larutan fisiologis sebernarnya mempunyai antivitas antimikroba yang cukup besar, tetapi hasil yang didapat berbeda. Hal ini kemungkinan terjadi karena konsentrasi yang digunakan cukup kecil, sehingga daya antimikrobanya tidak maksimal ataupun terdapat kontaminan sehingga mengganggu hasil akhir yang didapatkan.
Simpulan Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa bakteri E. coli resisten terhadap larutan fisiologis, dan hand soap dan tidak tahan terhadap penisilin dengan zona bening 2,2 cm, ekstrak kunyit 1,2 cm, dan sirih hijau 1,4. Bakteri Bacillus sp resisten terhadap penisilin, larutan fisiologis, ekstrak kunyit, dan sirih hijau dan tidak tahan terhadap hand soap dengan zona bening 1,3 cm.
Daftar Pustaka Dwidjoseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:Djambatan. Febiana T. 2012. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011[skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro. Jawetz, E. 1997. Principle of antimicrobial drug action. Basic and clinical pharmacology. Third edition. Norwalk: Appleton and Lange. Lutfi. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Peterson, L. R. 2005. Squeezing the antibiotic balloon : The impact of antimicrobial classes on ermerging resistance. European society of clinical microbiology and infectious deseases. The Feinberg school of medicine, North Western University, USA. Rahman MN. 2009. Aktivitas Antibakteri Senyawa Hasil Biotransformasi Kurkumin oleh Mikrob Endofit Asal Kunyit [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Widjajanti. 1996. Obat-Obatan. Yogyakarta : Kanisius.