Anda di halaman 1dari 15

Anopheles sundaicus

OLEH

Nurul Izzah Sukmawati


P071 3421 6252

D IV ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN


KLASIFIKASI

Kingdom Animalia
Filum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Diptera
Famili Culicidae
Sub famili Anophelini
Genus Anopheles
Spesies Anopheles sundaicus
PENGENALAN

• Nyamuk An. sundaicus merupakan spesies paling


dominan kontak dengan manusia, ditunjukkan dari angka
gigitan per orang per jam.

• Anopheles sundaicus merupakan anggota dari spesies


komplek yang dikenal sebagai spesies sibling.

• Dianggap kompleks dengan spesies: An. sundaicus s.s.,


An. epiroticus Linton & Harbach, An. sundaicus spesies
D, dan An. spesies sundaicus E.
SIKLUS HIDUP

Anopheles Dewasa

• Saat istirahat, membentuk sudut 45 derajat terhadap permukaan


• Tidak bersuara saat terbang
• Hanya betina yang menghisap darah manusia → untuk mematangkan
Pupa telur
Telur
Larva

• Bentuk seperti koma, kepala bulat


• mengambang horizontal di bawah permukaan • Mengambang
dengan bagian perut kecil
air • 2-3 hari kemudian akan
• Tidak makan dan tidak aktif
• Pergerakan sangat aktif menetas menjadi larva
• Bertahan 1-2 hari
• 4-6 hari kemudian menjadi pupa
MORFOLOGI An. sundaicus
DEWASA
HEAD DORSAL HEAD LATERAL

THORAX DORSAL THORAX LATERAL


FORELEG
ABDOMEN DORSAL

MIDLEG

ABDOMEN LATERAL HINDTARSI

WING DORSAL HINDLEG


DISTRIBUSI VEKTOR DI INDONESIA
DISTRIBUSI DAN HABITAT
An. sundaicus

• Distribusi An.sundaicus meliputi daerah pesisir dari


India timur laut ke Vietnam selatan, Nicobar,
Andaman dan Indonesia.
• Anopheles sundaicus, dinyatakan sebagai vektor
malaria di sepanjang pantai pulau Jawa, Bali,
Sumatera, Kalimantan, dan kepulauan Nusa
Tenggara Timur. Spesies tersebut juga dilaporkan
sebagai vektor malaria di daerah pantai pulau
Sulawesi
• Nyamuk Anopheles sundaicus banyak ditemukan di
wilayah pantai karena banyak lagun, rawa-rawa dan
tambak terbengkalai yang merupakan habitat
potensial bagi larva An. sundaicus.
PERILAKU/KEBIASAAN
An. Sundaicus

• Anopheles sundaicus bersifat eksofagik yaitu suka


menggigit hospes di luar rumah, ditunjukkan dengan
jumlah Anopheles yang ditemukan di luar rumah dua kali
lebih banyak dibandingkan di dalam rumah.
• Mengigit sepanjang malam ttp puncak gigitan saat
menjelang tengah malam dan menjelang subuh.
• An. Sundaicus senang berkembang biak di air payau.
• Umumnya bersifat antropofilik tetapi ada beberapa yang
zoofilik
• Jarak terbang nyamuk lebih dari 2 Km dari Perindukan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERADAAN An. Sundaicus

1. LINGKUNGAN FISIK
• Curah Hujan
Curah hujan berperan pada tersedianya air sebagai tempat perindukan
nyamuk yang mempengaruhi rawa dan genangan air.
• Suhu Air
Suhu air sangat berpengaruh pada perkembangbiakan larva, umumnya
larva lebih menyenangi tempat yang hangat.
Semakin tinggi suhu air (dalam batas tertentu) akan lebih cepat menetas
menjadi instar.
• Ketinggian Lokasi
Malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah.
Semakin tinggi suhu udara (dalam batas tertentu) akan memperpendek
waktu terbentuknya sporogoni sehingga tidak cukup umur untuk
ditularkan kepada host, sebaliknya semakin rendah suhu (dalam batas
tertentu) semakin panjang waktu terbentuknya.
• Arus Air
Arus air yang tinggi berpengaruh pada breeding site, jika sangat lebat
diikuti dengan angin dalam waktu yang relatif lama, justru dapat
menghilangkan tempat perindukan.
Akibat Aliran air yang deras larva akan mati atau hanyut pindah
lokasi, dengan demikian siklus hidup nyamuk akan terputus mata
rantainya.
• Kelembapan Udara
Sinar matahari merupakan energi alam yang mempengaruhi
kelembapan dan suhu sehingga berdampak pada kehidupan larva
dan nyamuk. Pada Anopheles sundaicus menyukai tempat yang
teduh.
• Angin
Semua desa yang berada di pinggir pantai memiliki angka kejadian
malaria yang tinggi.
Hal ini merupakan salah satu akibat dari angin yang membawa dan
mempengaruhi jarak terbang nyamuk sehingga nyamuk tersebar di
2. Lingkungan Kimia
• pH
Sebagian besar biota akuatik menyukai nilai pH sekitar 7-8.
pH air payau berkisar 6-8. pH tersebut cukup ideal untuk
habitat perindukan nyamuk
• Salinitas
Habitat utama larva An. sundaicus adalah di bak benur
terbengkalai yang bersifat air payau. Nyamuk An. sundaicus
menyukai genangan air payau yang berkisar antara 5-30 ‰
• Oksigen Terlarut
Pada tempat perindukan nyamuk didapatkan DO berkisar
antara 5,3-6,4 mg/L. Hal ini merupakan kondisi yang cocok
untuk tempat perindukan nyamuk
3. Lingkungan Biologi
• PengaruhTumbuhan
Adanya tumbuh-tumbuhan seperti bakau, lumut, ganggang
dan semacamnya sangat mempengaruhi kehidupan nyamuk,
antara lain sebagai tempat meletakan telur, tempat
berlindung, tempat mencari makanan dan berlindung bagi
larva serta tempat hinggap istirahat nyamuk dewasa selama
menunggu siklus gonotropik
• Predator Nyamuk
Predator larva juga mempengaruhi kepadatan larva nyamuk.
Beberapa predator larva nyamuk yaitu ikan kepala timah
(Panchax spp), ikan cere (Gambusia affinis), ikan mujair
(Tilapia mossambica) dan nila (Oreochromis niloticus) serta
anak katak. Predator ini banyak dijumpai di rawa dan muara
Upaya Pengendalian
An. Sundaicus

• Mengalirkan lagun air payau dengan drainase


Cara ini efektif dalam mengurangi kepadatan vektor.
Prinsip kerja metode dari drainase tersebut adalah meningkatkan sirkulasi air laut
untuk mengurangi genangan dari air pasang sehingga dapat mencegah
pergembangbiakan Anopheles

• Menanami kolam dengan tanaman palem dan ditambahkan ikan pemakan larva
nyamuk.
Strategi ini lebih murah, mudah untuk dikembangkan dan efisien.

• Penebaran ikan pemakan larva nyamuk di kombinasi dengan Bacillus


thuringiensis israelensis
Bacillus thuringiensis (Bt) menghasilkan endotoxin yang merusak sistem
pencernaan larva. Bt hanya akan membasmi larva, karena pada saat stadium ini
sangat aktif mencerna makanan

• Larvasida kimia
Larvasida adalah zat yang dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk.
Membunuh dengan larvasida kimia relatif lebih mudah

Anda mungkin juga menyukai