KARBOHIDRAT I Uji Molisch, Uji Benedict, Uji Barfoed Dan Uji Permentasi
Kelompok 10 :
Andini Eka Pratiwi J3L112115 Dewi Rosmayanti J3L411211 Raden Dani Najar Saputra J3L112187 Wika Herfiza J3L112057
PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Pendahuluan Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisa. Zat tersebut terbentuk oleh proses fotosintesis, yang melibatkan kegiatan sinar matahari terhadap hijauan daun. Karbohidrat dibentuk dari air (H 2 O) berasal dari tanah, karbondioksida (CO 2 ) berasal dari udara dan energi berasal dari matahari. Suatu reaksi kimiawi sederhana yang memperlihatkan suatu karbohidrat (glukosa) disintesis oleh fotosintesis dalam tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut : 6CO 2 + 6H 2 O + 673 cal C 6 H 12 O 6 + 6 O 2 Karbohidrat mempunyai rumus umum C n (H 2 O) n . Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon. Jumlah monomernya, karbohidarat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu monosakarida, disakarida, oligosakaraida, dan polisakarida (Winarno 2008). Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana yang terdiri dari hanya satu unit polihidroksi aldehida atau keton. Monosakarida yang paling banyak di alam adalah D-glukosa 6-Karbon (Lehninger 1982). Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida, Contohnya maltosa dan sukrrosa. Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia dan tidak tedapat secara bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai samping polipeptida pada glikoprotein dan proteoglikan. Polisakarida adalah produk kondensasi lebih dari sepuluh unit monosakarida. Contohnya pati dan dekstrin yang mungkin merupakan polimer linier atau becabang. Polisakarida kadang-kadang diklasifikasikan sebagai heksosan atau pentosa ( Murray 2009). Uji karbohidrat biasanya menggunakan uji molisch, uji benedict, uji barfoed, dan uji fermentasi. Uji molisch tidak spesifik terhadap karbohidrat. Uji benedict digunakan untuk mendeteksi adanya gula pereduksi dalam sampel. Uji barfoed dapat membedakan monosakarida dengan disakarida. Uji fermentasi untuk hidrolisis gula oleh ragi (Feseenden 1997). Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk menunjukan sifat dan struktural melalui uji- uji kualitatif dan mengamati beberapa struktur karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji. Alat dan bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, tabung reaksi, penangas air, mortar, tabung fermentasi, dan pipet mohr. Adapun Bahanbahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, larutan percobaan (larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1%), pereaksi Molisch, pereaksi Benedict, pereaksi Barfoed, 1 gram ragi roti, asam sulfat pekat, fosfomolibdat, larutan NaOH 10%, kapas ,dan akuades. Metode Percobaan Metode yang digunakan dalam identifikasi karbohidrat biasanya menggunakan uji molisch, uji benedict, uji barfoed, dan uji fermentasi. Uji Molisch. Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan. Selanjutnya ke dalam tabung reaksi tersebut dimasukkan 5 mL larutan uji, 2 tetes pereaksi Molisch, dan kemudian dicampur hingga merata. Secara hati-hati kemudian dimasukkan 3 mL asam sulfat (H 2 SO 4 ) pekat ke dalam tabung dalam keadaan miring melalui dinding tabung. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna violet (ungu) kemerah-merahan pada batas kedua cairan, sedang reaksi negatif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau. Uji ini dilakukan terhadap larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan laktosa 1%, maltosa 1%, dan larutan pati 1%. Uji Benedict. Percobaan dilakukan dengan menyiapkan tabung reaksi yang kering dan bersih pertama kali. Selanjutnya dimasukkan sebanyak 3 mL larutan Benedict dan 8 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi, dicampur hingga merata, dan selanjutnya dididihkan selama 5 menit didalam penangas air. Setelah 5 menit dididihkan, larutan didinginkan dan diamati perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau, hijau kebiruan, kuning, atau endapan merah bata. Reaksi belum dikatakan positif jika perubahan warna yang terjadi hanya sedikit saja. Uji ini dilakukan terhadap larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan laktosa 1%, maltosa 1%, dan larutan pati 1%. Uji Barfoed. Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan. Selanjutnya dimasukkan 1 ml pereaksi Barfoed dan 1 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, tabung tersebut dipanaskan dalam air yang mendidih selama 3 menit dan kemudian didinginkan. Setelah dingin, dimasukkan 1 mL fosfomolibdat, dikocok, dan diamati perubahan warna yang terjadi. Uji ini dilakukan terhadap larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan laktosa 1%, maltosa 1%, dan larutan pati 1%. Uji fermentasi. Percobaan dilakukan dengan menghaluskan 1 g ragi roti dan 10 mL larutan uji dengan mortar sampai homogen. Selanjutnya bahan yang telah halus tadi dimasukkan ke dalam tabung fermentasi sampai bagian kaki yang tertutup terisi panuh oleh cairan. Selanjutnya dilakukan pemeraman pada suhu 36C dan diperiksa setiap 15 menit sampai 3 kali ulangan. Jika terdapat ruangan gas pada kaki tabung yang tertutup, dilakukan pengukuran panjang gas tersebut dari ujung tabung. Selanjutnya untuk membuktikan bahwa gas yang terbentuk adalah gas CO 2 , dilakukan penambahan NaOH 10% ke dalam tabung fermentasi melalui kaki yang terbuka dan kemudian mulut tabung tabung ditutup dengan ibu jari sambil dibolak-balik beberapa kali. Adanya gas CO 2 ditunjukkan dengan adanya isapan pada ibu jari. Uji ini juga dilakukan terhadap larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan laktosa 1%, maltosa 1%, dan larutan pati 1%. Hasil dan Pembahasan Pengujian dilakukan secara kuantitatif dengan empat cara, yaitu uji molisch, uji benedict, uji barfoed, dan uji fementasi. Keempat cara tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis karbohidrat dari glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan laktosa 1%, maltosa 1%, dan larutan pati 1%. Hasil percobaan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Hasil uji Molisch Bahan Uji Hasil Pengamatan (+/-) Perubahan Warna Larutan Glukosa Fruktosa Sukrosa Laktosa Maltosa Pati + + + + + + Cincin Unggu Kemerahan Cincin Unggu Kemerahan Cincin Unggu Kemerahan Cincin Unggu Kemerahan Cincin Unggu Kemerahan Cincin Unggu Kemerahan Keterangan : (+) Mengandung karbohidrat, ( - ) Tidak mengandung karbohidrat. Uji molisch, Prinsip reaksi ini ialah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat (H 2 SO 4 ) pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish. Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Mono-, di-, dan polisakarida akan memberikan hasil positif. Warna ungu kemerah-merahan pada batas kedua cairan menunjukkan reaksi positif, sedangkan warna hijau menunjukan reaksi negatif. Uji ini tidak spesifik untuk karbohidrat, akan tetapi hasil reaksi yang negatif menunjukan bahwa yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. Fungsi H 2 SO 4 ditambahkan ke dalam alkohol adalah unutk memisahkan campuran tersebut sehingga warna ungu yang dihasilkan akan tampak pada bidang atas dan memudahkan dalam pengamatan secara visual ada atau tidaknya kandungan karbohidrat. A B C D E F Gambar 1. (A)Pati (B)Maltosa (C)Sukrosa (D)Laktosa (E)Glukosa (F)Fruktosa Dari hasil yang didapat pada tabel 1, semua bahan uji memberikan hasil positif (mengandung karbohidrat), karena terdapat cicin ungu kemerahan pada perubahan warna larutan. Tabel 2. Hasil uji Benedict Bahan Uji Hasil Pengamatan (+/-) Perubahan Warna Larutan Glukosa Fruktosa Sukrosa Laktosa Maltosa Pati + + - + + - Hijau kebiruan Biru ada endapan merah bata Biru Hijau kebiruan Hijau kebiruan Biru Keterangan : + Mengandung gula pereduksi, - Tidak mengandung pereduksi. Gambar 2. (A)Pati (B)Maltosa (C)Sukrosa (D)Laktosa (E)Glukosa (F)Fruktosa Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat (gula) pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas), seperti yang terdapat pada glukosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu 2+ menjadi Cu + oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau titrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, hijau kebiruan, atau kuning. (Indarti 2011).
A B C D F E Dari hasil yang di dapat hanya sukrosa dan pati yang tidak menunjukan perubahan, ini berarti sukrosa dan pati bukanlah gula pereduksi karena sukrosa dan pati tidak mempuntai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya saling terikat, sedangkan laktosa dan lainnya mempunya gugus OH bebas (Winarno 1984). Reaksi pembentukan endapan merah bata pada pereaksi benedict :
Tabel 3. Hasil uji Barfoed Bahan Uji Hasil Pengamatan (+/-) Perubahan Warna Larutan Glukosa Fruktosa Sukrosa Laktosa Maltosa Pati + + + + + + Biru pekat Biru pekat, Ada endapan merah Biru Biru Biru pudar Biru pudar Keterangan : (+) Monosakarida , ( - ) Di-/Polisakarida Gambar 3. (A)Pati (B)Maltosa (C)Sukrosa (D)Laktosa (E)Glukosa (F)Fruktosa Gambar 2.1. A B C D F E Uji barfoed untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Pada percobaan ini karbohidrat direduksi dalam suasana asam. Disakarida juga memberikan hasil positif bila dididihkan cukup lama hingga terhidrolisis menjadi monosakarida. Hasil positif ditandai dengan larutan biru dan bagian bawah terdapat endapan kemerahan. Dari hasil pengujian didapatkan pada kelima sampel yang diujikan hanya satu sampel yang mengalami perubahan yaitu fruktosa. Seharusnya berdasarkan literatur bahwa glukosa dan fruktosa adalah monosakarida karena ditunjukan dengan terbentuknya pengendapan pada sampel glukosa dan fruktosa. Sementara, Maltosa, laktosa, sukrosa dan pati bukan merupakan monosakarida karena dalam literatur keempat sampel ini merupakan di-/polisakarida, terbukti karena perubahan warna pada larutan tidak ada endapan. Penyebab tidak adanya perubahan pada sampel mungkin terjadi saat pemanasan yang dilakukan kurang lama atau terlalu lama atau dalam suasana asam gula reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat dengan larutan barfoed sehingga tidak memberikan endapan.
Tabel 4. Hasil uji fermentasi Bahan Uji Hasil Pengamatan (+/-) Tinggi Gas CO 2 (ml) 15 menit 30 menit 45 menit Glukosa Fruktosa Sukrosa Laktosa Maltosa Pati + + + + + - 5,0 0,4 2,7 0,1 1,7 0,8 6,3 2,3 4,5 1,3 4,5 1,7 7,1 3,3 5,5 2,9 6,0 3,0
Uji fermentasi, Pada suasana anaerob karbohidrat akan dirubah bentuknya oleh ragi menjadi etilalkohol (C 2 H 5 OH) serata gas karbondioksida (CO 2 ). Gambar 2 menjelaskan mengenai jalur glikolisis dalam perubahan glukosa menjadi piruvat yang menggunakan 2 ATP. Pada kondisi anaerobik, fermentasi alkohol dari piruvat terjadi dengan adanya ragi, fermentasi homolitik terjadi dalam otot. Sedangkan kondisi aerob, piruvat dioksidasi menjadi H 2 O dan CO 2 terjadi melalui siklus sitrat.
Prinsip reaksi dalam pembuatan alkohol dengan fermentasi adalah sebagai berikut:
Penambahan NaOH berfungsi sebagai pendeteksi ada atau tidaknya gas CO 2 dan mempercepat reaksi fermentasi. Aplikasi uji karbohidrat, Uji molisch untuk mengetahui adanya karbohidrat pada makanan maupun bahan lain yang ingin di konsumsi. Uji benedict dapat digunakan untuk menguji kandungan glukosa dalam urine, Glukosa dalam urine merupakan indikasi dari diabetes mellitus. Uji barfoed untuk membedakan anatara monosakarida, Di-/obligosakarida, Polisakarida. Uji fermentasi umumnya digunakan untuk pembuatan tape atau pembuatan alkohol. Simpulan Semua larutan yang diujikan yaitu Glukosa, Fruktosa, Sukrosa, Laktosa, Maltosa dan Pati mengandung karbohidrat. Tetapi semua larutan tersebut memiliki komponen gula yang berbeda-beda. Serta tidak semua larutan mengandung gula pereduksi. Hasil uji fermentasi menunjukkan tinggi gas CO 2
pada monosakarida lebih cepat dibandingkan polisakarida.
Gambar 4 Daftar Pustaka Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia. Feseenden RJ, Fessenden JS. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta (ID): Binarupa Aksara. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper Ed. ke-27. Penerjemah: Brahm U. Pendit. Terjemahan : Harpers Illustrated Biochemistry 27 th ed.. Jakarta (ID): Buku Kedokteran,EGC. Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Penerjemah: Maggy Thenawidjaja. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dri: Principles of Biochemistry. Indarti D, Asnawati. 2011. Karakterisasi film nata de coco-benedict secara adsorpsi untuk sensor glukosa dalam urin. Jurnal Ilmu Dasar 12: 200-209. McKee T. McKee JR. 1996. Biochemistry: The Molecular Basis Of Life Edisi III. Boston: The McGraw-Hill. Hal. 68-71. Voet, D. J Voet. 1990. Biochemistry. New York: . John Weley and Sons Co.