Kelompok 10 Raden Dani Najar Saputra J3L112187 Andini Eka Pratiwi J3L112115 Dewi Rosmayanti J3L411211 Wika Herfiza J3L112057
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Pendahuluan Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah protein. Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty 1985). Tanpa adanya enzim biasanya reaksi kima akan berlangsung sangat lambat, bahkan mungkin tidak dapat terjadi. Seperti telah disinggung di depan, kerja enzim sangat khusus dan spesifik. Artinya, satu enzim saja hanya menjalankan satu fungsi saja. Misalnya adalah enzim -Amylase yang bekerja spesifik didalam mulut, enzim ini terdapat bersama air liur (saliva), enzim -Amylase berperan dalam melakukan hidrolisis awal makanan terutama mengandung pati (Puspita 1996). Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada tiga macam enzim amilase, yaitu amilase, amilase dan amylase, yang terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. Proses hidrolisis amilum melalui beberapa tahap yaitu pembentukan amilodekstrin dari amilum, kemudian menjadi eritrodekstrin selanjutnya menjadi akrodekstrindan yang terakhir menjadi maltosa (glukosa). Amilase dihasilkan oleh daun atau bijiyang sedang berkecambah. Aktivitas amilase dipengaruhi oleh garam-garam organik, pH, suhu, dan cahaya. pH optimum dari amilase menurut Hopkins, Cole, dan Green adalah 4,5-4,7. (Poedjiadi 2006). Enzim dibagi dalam enam golongan besar oleh Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjiadi, 2006). Tujuan Percobaan yang dilakukan bertujuan untruk menentukan sifat dan susunan air liur, getah lambung, menentukan pengaruh pH dan suhu terhadap aktivitas enzim, dan menentukan titik akromatik. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan ialah gelas piala 100mL, 250 mL, dan 500 mL, pipet tetes, pipet Mohr 5 mL dan 10 mL, tabung reaksi, piknometer, termometer, pembakar Bunsen, kaki tiga, kawat kassa, corong gelas, gelas arloji, sudip, kertas saring, glass wool, spot plate, penangas air, dan botol semprot. Bahan-bahan yang digunakan ialah air liur (saliva), pereaksi Iodium, HCl, asam asetat, kanji 1%, Na- karbonat 0,1%,pereaksi Benedict dan aquades. Prosedur Uji pengaruh suhu pada aktivitas amylase air liur. Sebanyak 4 buah tabung reaksi disiapkan dan masing-masing tabung diisi dengan 2 mL sampel air liur (saliva) dan 2 mL aquades. Tabung dikocok dan masing-masing disimpan pada suhu yang berbeda. Tabung 1 diletakkan di dalam penangas es bersuhu 10C, tabung 2 diletakkan pada suhu ruang 25C, tabung 3 dan 4 diletakkan di dalam penangas air yang bersuhu 37C dan 80C selama 15 menit. Setelah itu pada masing-masing tabung ditambahkan 1 mL larutan kanji 1%. Larutan dikocok dan dikembalikan ke masing-masing kondisi sebelumnya selama 10 menit. Uji Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Amilase Air Liur. Sebanyak 4 buah tabung reaksi disiapkan. Tabung 2 diisi dengan 2 mL HCl, tabung 2 diisi dengan 2 mL asam asetat, tabung 3 diisi dengan 2 mL aquades, dan tabung 4 diisi dengan 2 mL Na 2 CO 3 0.1%. masing nilai pH larutan adalah 1, 5, 7, dan 9. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan kanji 1% dan 2 mL air liur (saliva) ke dalam masing-masing tabung lalu dikocok dan diletakkan pada penangas air bersuhu 37C selama 15 menit. Setelah 15 menit, isi tabung masing-masing diuji dengan pereaksi iodium dan pereaksi Benedict. Hidrolisis Pati Matang oleh Amilase Air Liur. Sebanyak 4 tetes sampel air liur (saliva) dipipet ke dalam tabung reaksi dan ditambah 10 mL larutan kanji 1%. Tabung dikocok lalu disimpan pada penangas air bersuhu 37C. Setiap 1 menit larutan dipipet ke atas spot plate dan diteteskan pereaksi Iodium. Perubahan warna dicatat sampai larutan tidak menunjukkan perubahan warna lagi (mencapai titik akromatik). Hidrolisis Pati Mentah oleh Amilase Air Liur. Seujing sudip tepung pati dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 mL aquades. Tabung dikocok lalu ditambah 10 tetes sampel air liur (saliva) dan disimpan pada penangas air bersuhu 37C selama 20 menit. Setiap 5 menit larutan diteteskan ke atas spot plate dan diteteskan pereaksi Iodium. Perubahan warna dicatat sampai larutan berwarna kuning pudar. Hasil percobaan dibandingkan dengan hasil percobaan hidrolisis pati matang oleh amylase air liur. Data dan Hasil Pengamatan Tabel 1 Data hasil pengujian suhu terhadap aktivitas amilase saliva Suhu Hasil pengamtan Perubahan warna Iod Benedict Iod Benedict 10C - ++ Coklat Hijau kebiruan Suhu kamar - +++ Coklat Hijau kebiruan 37C + ++++ Biru Hijau kebiruan pekat 80C - + Coklat Hijau agak kebiruan Keterangan :
(a) (b) 37C 10C Suhu kamar 80C Gambar 1 Hasil pengujian suhu terhadap aktivitas amilase saliva (a) uji iodium, (b) uji Benedict Tabel 2 Data hasil pengujian pH terhadap aktivitas amilase saliva pH Hasil pengamtan Perubahan warna Iod Benedict Iod Benedict HCl + + Ungu Hijau CH 3 COOH - - Coklat Hijau pekat Aquades - - Coklat Hijau lebih pekat Na-karbonat - - Coklat Hijau sangat pekat Keterangan:
Gambar 2 Hasil pengujian pH terhadap aktivitas amilase saliva uji iodium,
Gambar 3 Hasil pengujian pH terhadap aktivitas amilase saliva uji Benedict (a) HCl, (b) CH 3 COOH, (c) aquades, (d) Na-Karbonat. Tabel 3 Data hasil hidrolisis pati matang dan pati mentah terhadap aktivitas amilase saliva Bahan Menit ke- Hasil pengamatan Perubahan warna Iodium Benedict Iodium Benedict Pati mentah 1 + + Biru tua Hijau 2 + Biru tua memudar 3 + Biru 4 + Biru memudar 5 + Biru memudar 10 + Biru memudar 15 + Biru memudar a d c b 20 + Biru memudar 25 + Biru memudar 30 + Biru memudar 35 - Coklat kemerahan 40 - Kuning Pati matang 1 - + Coklat kemerahan Hijau pekat 2 - Kuning 3 - Kuning 4 - Kuning 5 - Kuning 10 - Kuning 15 - Kuning 20 - Kuning 25 - Kuning Keterangan
Gambar 4 Hasil Hidrolisis Pati (a)Pati Matang, (b) Pati Mentah dengan Uji Bendict
(a) (b) a b Lanjutan Tabel 3 Data hasil hidrolisis pati matang dan pati mentah terhadap aktivitas amilase saliva Gambar 5 Hasil Hidrolisis Pati (a) Pati Mentah, (b) Pati Matang dengan Pereaksi Iodium
PEMBAHASAN Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim antara lain suhu , pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim dan zat-zat penghambat. Suhu berpengaruh terhadap fungsi enzim karena reaksi kimia menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Perubahan suhu, kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim mula-mula meningkat karena adanya peningkatan suhu. Energi kinetik akan meningkat pada kompleks enzim dan substrat yang bereaksi. Namun, peningkatan energi kinetik oleh peningkatan suhu mempunyai batas yang optimum. Jika batas tersebut terlewati, maka energi tersebut dapat memutuskan ikatan hidrogen dan hidrofobik yang lemah yang mempertahankan struktur sekunder-tersiernya (Chandra 2009). Denaturasi yang disertai dengan penurunan aktivitas enzim sebagai katalis akan terjadi. Suhu optimal enzim bergantung pada lamanya pengukuran kadar yang dipakai untuk menentukannya. Semakin lama suatu enzim dipertahankan pada suhu dimana strukturnya sedikit labil, maka semakin besar kemungkinan enzim tersebut mengalami denaturasi. Suhu yang digunakan pada percobaan yaitu 10C, 37C, suhu kamar, dan 80C. Enzim amilase bekerja optimal paada suhu tubuh manusia yaitu 37C sebab enzim tersebut terdapat dalam air liur dalam tubuh sehingga suhunya sama dengan suhu tubuh. Hasil yang diperoleh pada percobaan menunjukkan enzim bekerja optimal pada suhu 37C . Hal tersebut dilihat dari uji iod dan uji Benedict yang dilakukan. Uji iod yang dilakukan menghasilkan warna kuning dan uji Benedict menunjukkan warna hijau , sehingga berdasarkan hasil tersebut pada suhu 37C enzim pada air liur telah memecah atau mendegradasi pati menjadi maltose, dekstrin-dekstrin, ataupun monosakarida (Lehninger. 1982). pH optimal untuk sebagian besar enzim adalah 6 sampai 8. Lingkungan asam akan mendenaturasi sebagian besar enzim. Kondisi pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim melalui pengubahan struktur atau pengubahan muatan pada residu yang berfungsi dalam pengikatan substrat atau katalis. Sebagai contoh, enzim bermuatan negatif (Enz - ) bereaksi dengan substrat bermuatan positif (SH + ) : Enz - + SH + EnzSH. Enz - mengalami protonasi dan kehilangan muatan negatifnya (enzim dinetralisir) pada pH yang rendah: Enz - + H + EnzH. Sedangkan pada pH yang tinggi, SH+ mengalami ionisasi dan kehilangan muatan positifnya (substrat dinetralisir) : SH + S + H + . Karena (berdasarkan definisi) satu-satunya bentuk yang mengadakan interaksi adalah SH + dan Enz - , nilai pH yang ekstrim (tinggi ataupun rendah) akan menurunkan kecepatan reaksi (Matjesh 1996). Pengaruh pH terhadap aktifitas enzim amilase air liur digunakan empat bahan yang berbeda dengan kondisi pH yang berbeda pula. Suasana asam dilakukan pada larutan asam asetat dan HCl, suasana netral pada akuades, dan basa pada natrium karbonat 0,1%. Hasil yang diperoleh pada larutan asam asetat (pH 5) pada uji iod menunjukkan warna biru yang berarti positif mengandung iod dan hasil pada uji benedict menunjukkan warna biru dan tidak menunjukkan terdapat gula pereduksi. Hasil uji iod pada larutan HCl (pH 1) menunjukkan warna biru dan pada uji benedict menunjukkan warna biru. Hasil uji iod pada akuades (pH 7) menunjukkan warna biru dan pada uji benedict menunjukkan warna hijau. Hasil yang diperoleh pada uji iod dalam larutan natrium karbonat (pH 9) menunjukkan warna kuning dan pada uji benedict menunjukkan warna hijau. Berdasarkan hasil percobaan enzim amilase bekerja optimal pada pH 7 (Salisbury & Ross 1995). Hidrolisis pati matang oleh amilase air liur dilakukan dengan menggunakan uji iod dan uji Benedict. Uji iod terhadap hidrolisis pati matang oleh amilase air liur mencapai titik akromatik pada menit ke-33. Titik akromatik adalah titik dimana saat larutan uji dengan larutan iod menghasilkan reaksi negatif yang menunjukkan bawa pati sudah hilang atau terhidrolisis menjadi maltosa, titik akromatik dapat dilihat berdasarkan warna larutan yang terbentuk antara iod dengan larutan yang berisi kanji dan air liur yang sudah menjadi berubah menjadi warna larutan iodiumnya. Sisa larutan yang telah mencapai titik akromatik kemudian diuji menggunakan pereaksi Benedict. Hasil yang diperoleh tidak menunjukkan adanya perubahan warna hijau yang menandakan pati tersebut telah terhidrolisis menjadi maltosa, endapan merah bata terbentuk karena maltosa termasuk gula pereduksi sehingga pada saat ditambahkan pereaksi Benedict dan dipanaskan terjadi perubahan warna hijau sehingga hasil percobaan positif. Hidrolisis pati mentah amilase air liur dilakukan seperti pada hidrolisis pati matang, hanya saja pati yang digunakan masih dalam bentuk tepung yang belum dilarutkan. Titik akromatik pada hidrolisis pati mentah belum dicapai pada menit ke-20, dicapai pada menit ke-35. Pada saat titik akromatik telah tercapai ditandai dengan terbentuknya warna yang sama dengan iodin yang digunakan sebagai kontrol negatif. Hasil pada uji Benedict menunjukkan warna biru. Jika dibandingkan dengan hidrolisis pati matang, pati mentah lebih lama terhidrolisis. Hal tersebut dilihat dari waktu yang diperlukan untuk mencapai titik akromatik. SIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa saliva memiliki suhu optimum enzim amilase pada saliva ialah 37C , pH enzim amylase sebesar 6 sampai 8, titik akhromatik pada hidrolisis pati mentah dicapai pada menit ke-33, dan titik akhromatik pada hidrolisis pati mentah dari enzim amylase dicapai pada menit ke-45. DAFTAR PUSTAKA Chandra Hutabarat. 2009. Karakteristik Saliva (Air Liur) dan Kelenjarnya. Jakarta: PT Gramedia. Poedjiadi A. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. Puspita W. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3. Surabaya : Airlangga University Press. Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Maggy Thenwidjaja; penerjemah. Jakarta: Erlangga (Terjemahan dari : Principles of Biochemistry) Matjesh, Sabirin. 1996. Kimia Organik II. Jakarta : Depdikbud. Salisbury , FB. dan Ross C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB press.