Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Nama : Raden Dani Najar Saputra

Mikrobiologi Nim : J3L112187


Kelas : B P.1
Kelompok : 8 (Delapan)
Hari,tanggal : Rabu, 13 November 2013
Waktu : 14.30 17.50 WIB
PJP : Emil Wahdi S.Si
Asisten : Ramdhani
Yeny Anggraini
Yesi Septiani




AKTIVITAS ENZIMATIS MIKROORGANISME






















PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Pendahuluan
Beberapa mikroba yang hidup bebas di dalam tanah memiliki kemampuan
menghasilkan enzim ekstraseluler yaitu kelompok enzim fosfatase yang dapat
memineralisasi P organik menjadi P anorganik sehingga mampu menyediaan P
yang tinggi untuk tanaman. Enzim fosfatase ini termasuk dalam kelompok enzim
hidrolase yaitu enzim yang dapat menghidrolisis senyawa fosfor organik
(phosphoric esterhydrolysis) menjadi senyawa fosfor anorganik (Zhongqi et
al. 2004).
Enzim atau fermen adalah suatu protein yang berfungsi sebagai
biokatalisator reaksi-reaksi biokimia pada mahkluk biologi. Zat-zat yang
diuraikan oleh reaksi disebut substrat, dan yang baru terbentuk dari reaksi disebut
produk. Spesifisitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya, dan enzim
mempercepat reaksi kimia spesifik tanpa pembentukan produk samping. Enzim
ini bekerja dalam cairan larutan encer, suhu, dan pH yang sesuai dengan kondisi
fisiologis biologis. Melalui aktivitasnya, sistem enzim terkoordinasi dengan baik
sehingga menghasilkan hubungan yang harmonis di antara sejumlah aktivitas
metabolik yang berbeda, semuanya mengacu untuk menunjang kehidupan. Enzim
merupakan suatu protein, maka sintesisnya dalam tubuh diatur dan dikendalikan
oleh sistem genetik, seperti halnya dengan sintesis protein pada umumnya (Panil,
2004).

Gambar 1 Reaksi umum pembentukan enzim (Sumarsih 2003)
Enzim memiliki aktivitas pengatur dan berperan sebagai pemacu atau
pengatur kecepatan reaksi metabolisme. Beberapa enzim pengatur, yang
dinamakan enzim alosterik, diatur kecepatannya oleh pengikat balik non kovalen
molekul modulator atau pengatur spesifik pada sisi alosterik atau sisi pengaturan.
Molekul modulator tersebut dapat merupakan substrat sendiri atau beberapa
senyawa antara metabolik lain. Golongan enzim pengatur yang lain terdiri dari
enzim- enzim yang diatur oleh modifikasi kovalen beberapa gugus fungsional
yang perlu bagi aktivitasnya. Beberapa enzim terdapat dalam bentuk ganda, yang
disebut isozim yang mempunyai sifat-sifat kinetika yang berbeda (Friedman,
1981)
Tujuan
Tujuan pada percobaan kali ini adalah untuk mengetahui teknik-teknik yang
digunakan agar dapat menguji aktivitas enzimatis mikroba.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu cawan petri, ose, object
glass, pipet tetes, dan spirtus. Bahan-bahan yang digunakan antara lain media NA
(Nutrient Agar) yang mengandung pati, larutan lugols iodine, media SMA (Skim
Milk Agar), HCl 10%, biakan Escherichia coli dan Bacillus sp, dan H
2
O
2
3%.
Prosedur
Uji Amilolitik. Media Nutrient Agar yang mengandung pati (2g/L) di
inokulasikan dengan E.Coli dan Bacillus dengan cara streak, kemudian di
inkubasi selama 48 jam pada suhu 37. Setelah selesai inkubasi, cewan yang
berisi media dan biakan tersebut ditetesi dengan lugols iodine secukupnya hingga
seluruh permukaan media terkena. Hidrolisis zat pati terlihat sebagai zona jernih
di sekeliling koloni, sedangkan hasil negatif ditunjukkan warna sekitar koloni
tetap biru hitam.
Uji Proteolitik. Media Skim Milk Agar (SMA) di inokulasikan dengan E.
Coli dan Bacillus, kemudian di inokulasi selama 48 jam pada suhu 37. Aktivitas
proteolitik ditunjukkan oleh terbentuknya zona jernih di sekeliling koloni setelah
ditetesi dengan HCl 10%.
Uji Katalase. Koloni bakteri diambil satu ose secara aseptis dan
diinokulasikan pada object glass, lalu H
2
O
2
3% dipipet dengan menggunakan
pipet tetes dan diteteskan pada object glass secukupnya dan diamati adanya
gelembung untuk hasil positif dan tidak ada gelembung untuk hasil negatif.
Data dan Hasil Pengamatan
Tabel 1 Uji aktivitas enzimatis pada mikroorganisme E. coli dan Bacillus sp.
Sampel
Jenis uji
Amilolitik Proteolitik Katalase
E.Coli sp.
Terbentuk warna
kuning (-)
Terbentuk zona
bening (+)
Terdapat
gelembung (+)
Bacillus sp.
Terbentuk warna
biru (+)
Tidak terbentuk
zona bening (-)
Terdapat
gelembung (+)
Ket.: (+) menghasilkan enzim (amilolitik; kuning, zona bening/proteolitik; zona
bening/katalase; gelembung udara)
a b
b a
(-) tidak menghasilkan enzim (amilolitik; biru, tanpa zona bening/proteolitik; tanpa zona bening/katalase; tanpa gelembung)










Gambar 2 (a) NA+ E.coli dan Bacillus sp. sebelum uji amilolitik;
(b) NA+
E. coli
dan
Bacillus
sp.
setelah
uji
amilolitik










Gambar 3 (a) NA+ E.coli dan Bacillus sp. sebelum uji proteolitik;
(b) NA+ E.coli dan Bacillus sp. setelah uji proteolitik
b a


Gambar 4 Hasil uji katalase (a) Bacillis sp hasil uji katalase; (b) Escherichia coli
Pembahasan
Aktivitas metabolisme tidak terlepas dari adanya enzim. Berdasarkan tempat
bekerjanya, bakteri memiliki juga jenis enzim yaitu endoenzim dan eksoenzim.
Endoenzim yaitu enzim yang berkerja dalam sel, sedangkan eksoenzim yaitu
enzim yang bekerja di luar sel. Sebagian besar eksoenzim bersifat hidroliktik,
yang berarti bahwa eksoenzim menguraikan molekul kompleks menjadi molekul-
molekul yang lebih sederhana. Molekul-molekul yang lebih kecil ini kemudian
dapat memasuki sel dan digunakan untuk kepentingan sel. Karena melibatkan
reaksi, eksoenzim sebagian besar berperan sebagai enzim hidrolitik untuk
mereduksi bahan yang memilki berat molekul besar ke dalam kompleks yang
dibangunnya dengan memasukkan air ke dalam molekul. Molekul-molekul kecil
yang terlepas kemudian diangkut kedalam sel dan di assimilasi (dicerna). Pada
percobaan ini, akan diuji aktivitas enzimatis mikroba yaitu uji aktivitas eksoenzim
yang terdiri atas uji amilolitik dan uji proteolitik. Untuk uji endoenzim terdiri atas
uji katalase.
Uji amilolitik adalah uji yang dilakukan pada amilum (berupa pati) untuk
menghasilkan enzim amilase. Enzim amilase yang akan menghidrolisis pati
menjadi polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan selanjutnya menjadi
maltosa. Hidrolisis akhir maltosa menghasilkan glukosa terlarut yang dapat
ditransport masuk kedalam sel. Indikator yang dipakai pada uji amilolitik adalah
iodin. Uji amilolitik ini, menggunakan Nutrien Agar yang mengandung pati 2%,
hal ini karena media tersebut merupakan medium untuk pertumbuhan bakteri,
selain itu kandungan pati yang terkandung dalam media NA yang nantinya akan
digunakan untuk produksi amilase. Larutan iodin digunakan untuk deteksi adanya
amilase dalam medium atau bahan. Larutan iodin yang digunakan karena
degradasi yang terjadi pada pati dapat diketahui dengan hilangnya material yang
terwarnai oleh iodin. Deteksi amylase yang menghidrolisis -1,4-glikogen dan
poliglucosan lainnya. Pada saat awal perlakuan terjadi penurunan yang cepat berat
molekul pati yang dihasilkan dari pewarnaan iodin. Amilum akan bereaksi dengan
iodin membentuk kompleks warna biru hitam yang terlihat pada media. Warna
hitam ini terjadi karena iodin masuk kedalam bagian kosong pada amilum yang
berbentuk spiral. Produk akhir utama dari degradasi ini adalah oligosakarida
dengan berat molekul yang rendah. Hasil pengamatan pada uji amilolitik positif
menngandung enzim amilase. Hal ini ditunjukkan oleh adanya produksi enzim
amilase oleh koloni bakteri pada media ditunjukkan adanya zona bening dengan
penambahan larutan iodin di sekitar koloni bakteri.

Gambar 5 reaksi pembentukan glukosa dari hidrolisis pati dan maltosa
Uji proteolitik ditujukan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme
menghasilkan enzim protease. Pada praktikum ini, protein yang digunakan dalam
bentuk kasein susu. Hidrolisis kasein secara bertahap akan menghasilkan
monomernya berupa asam amino. Proses ini dinamakan peptonisasi atau
proteolisis. Hasil yang ditunjukan uji ini adalah positif dengan tampaknya
aktivitas proteolitik yang ditunjukkan oleh terbentuknya zona jernih disekitar
koloni. Hasil

Gambar 6 Hidrolisis kasein menghasilkan asam amino
Uji katalase merupakan perbedaan kuantitas oksigen yang dilepaskan,
diduga berkaitan dengan tebal tipisnya selaput lendir yang menyelimuti
permukaan sel. Tebal tipisnya selaput lender akan mempengaruhi penetrasi
H
2
O
2
ke dalam sel. Sebagian besar isolat yang diperoleh menunjukkan sifat
katalase positif (Wedhastri, 2002). Uji katalase berguna untuk mengetahui sifat
bakteri dalam menghasilkan enzim katalase. Produksi katalase bisa di identifikasi
dengan menambahkan reagen H
2
O
2
pada suspensi bakteri. Hasil pada uji ini
menunjukkan hasil positif dimana terdapat gelembung-gelembung gas dari hasil
produksi enzim katalase.


Gambar 7 Reaksi dekomposisi peroksida (Magdalena 2009)

Simpulan

Daftar Pustaka
Durham DR, DB Stewart, EJ Stellwag. 1987. Novel alkaline and heat stable
serine proteases from alkaliphilic Bacillus sp. strain GX6638. J. Bacterial.
169(6):2762- 2768
Friedmann , Herbert.198. Biokimia. Jakarta: Gramedia
Panil, Zulbadar. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Zhongqi HSG. Thimothy, Wayne H. 2004. Enzymatic Hydrolisis of
OrganicPhosphorus in Swine Manure and Soil. J. Environ.Qual. 33 : 367-
372

Anda mungkin juga menyukai