ISOLASI DNA KROMOSOM BAWANG MERAH (Allium Cepa Var. Aggregatum)
Kelompok 10 Raden Dani Najar Saputra J3L112187 Andini Eka Pratiwi J3L112115 Dewi Rosmayanti J3L411211 Wika Herfiza J3L112057
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Pendahuluan Asam nukleat adalah polinukleotida yang terdiri dari unit-unit mononukleotida, jika unit-unit pembangunnya dioksinukleotida maka asam nukleat itu disebut dioksiribonukleat (DNA) dan jika terdiri dari unit-unit mononukleotida disebut asam ribonukleat (RNA). DNA dan RNA mempunyai sejumlah sifat kimia dan fisika yang sama sebab antara unit-unit mononukleotida terdapat ikatan yang sama yaitu melalui jembatan fosfodiester antara posisi 3 suatu mononukleotida dan posisi 5 pada mononukleotida lainnya (Murray et al 2009).
Gambar 1 Jembatan fosfodiester antara posisi 3 suatu mononukleotida dan posisi 5 pada mononukleotida lainnya Dua tipe utama asam nukleat adalah asam dioksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). DNA terutama ditemui dalam inti sel, asam ini merupakan pengemban kode genetik dan dapat memproduksi atau mereplikasi dirinya dengan tujuan membentuk sel-sel baru untuk memproduksi organisme itu dalam sebagian besar organisme, DNA suatu sel mengerahkan sintesis molekul RNA, satu tipe RNA, yaitu messenger RNA (mRNA), meninggalkan inti sel dan mengarahkan tiosintesis dari berbagai tipe protein dalam organisme itu sesuai dengan kode DNA-nya (Fessenden dan Fessenden 1990). DNA dan RNA banyak memiliki persamaan, tetapi RNA memiliki perbedaan dengan DNA yaitu, Bagian pentosa RNA adalah ribosa, sedangkan bagian pentosa DNA adalah dioksiribosa. Bentuk molekul DNA adalah heliks ganda, bentuk molekul RNA berupa rantai tunggal yang terlipat, sehingga menyerupai rantai ganda. RNA mengandung basa adenin, guanin dan sitosin seperti DNA tetapi tidak mengandung timin, sebagai gantinya RNA mengandung urasil. Jumlah guanin dalam molekul RNA tidak perlu sama dengan sitosin, demikian pula jumlah adenin, tidak perlu sama dengan urasil (Poedjiadi 1994). Selain itu perbedaan RNA dengan DNA yang lain adalah dalam hal ukuran dan bentuk, susunan kimia, lokasi, dan fungsinya (Suryo 1992). Pemisahan sentrifugal menggunakan prinsip dimana objek diputar secara horizontal pada jarak tertentu. Apabila objek berotasi di dalam tabung atau silinder yang berisi campuran cairan dan partikel, maka campuran tersebut dapat bergerak menuju pusat rotasi, namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang berlawanan yang menuju kearah dinding luar silinder atau tabung, gaya tersebut adalah gaya sentrifugasi. Gaya inilah yang menyebabkan partikel-partikel menuju dinding tanbung dan terakumulasi membentuk endapan (Day dan Underwood 2002). Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It) (Khopkar 2003). Tujuan Menunjukkan sifat dan struktur DNA kromosom melalui proses isolasi terhadap DNA kromosom Metode Alat-alat yang digunakan ialah neraca analitik, gelas beaker, sentrifus, pipet tetes, tabung reaksi, tabung Eppendorf, dan vortex. Bahan-bahan yang digunakan ialah umbi bawang merah, larutan lisis yang berisi Tris-HCl 50 mM pH 8.0 yang mengandung 50 mM EDTA, SDS 10%, buffer elusi/buffer TE yang berisi Tris-HCl 10 mM pH 8.0 yang mengandung 0,1 mM EDTA pH 8,0, EtOH, NaCl, dan dH 2 O steril. Pembuatan larutan. Larutan lisis terdiri dari 50 mM Tris HCl, pH 8,0 yang mengandung 50 mM EDTA. Sedangkan larutan elusi atau buffer TE dibuat dari 10 mM Tris-HCl pH 8,0 yang mengandung 0.1 mM EDTA pH 8.0. Setelah itu, larutan disimpan di pendingin. Isolasi DNA kromosom. Sebanyak 25 gram umbi bawang digerus dengan menggunakan mortar, ditambahkan 40 mL larutan lisis dan seujung sudip garam dapur digerus sampai halus. Setelah itu, dituang ke dalam gelas piala 250 mL dan ditambahkan 5 mL larutan SDS 10%. Larutan dicampur secara homogen dan diinkubasi pada suhu 60C dalam water bath selama 20 menit. Hasil inkubasi lalu disaring ke dalam gelas beaker yang ditempatkan diatas es sehingga larutan tersebut segera menjadi dingin. Setelah larutan menjadi dingin kemudian ditambahkan 1 gram NaCl, aduk secara sempurna dan biarkan selama 15 menit. Kemudian larutan dibiarkan 5 menit lalu diambil larutan atas dengan menggunakan pipet tetes dan dipindahkan ke dalam 2 tabung baru. EtOH dingin sebanyak 10 mL ditambahkan melalui sisi tabung. Kemudian, tabung ditempatkan secara perlahan di atas es dan dibiarkan selama 2-5 menit. DNA kromosom akan mengendap pada bagian atas dari EtOH dan tampak sebagai benang-benang putih. DNA kromosom diambil dengan pipet tetes secara hati-hati dengan sesedikit mungkin larutan EtOH yang terambil dan ditempatkan pada 2 tabung eppendorf 1.5 mL. Keempat tabung disentrifugasi selama 1 menit. EtOH dibuang pada lapisan atas secara hati-hati tanpa merusak pellet dan ditambahkan 1 mL EtOH ke pellet DNA kromosom. Resuspen pelet DNA kromosom dengan cara vortex dalam 1 mL EtOH dan disentrifugasi kembali selama 1 menit. EtOH dituang dan DNA kromosom dikeringkan dalam bech selama 10 menit. Setelah kering, buffer TE atau dH 2 O steril 1 mL untuk melarutkan DNA kromosom. Data Hasil Pengamatan Tabel 1 Hasil pengukuran konsentrasi DNA dari umbi bawang merah Larutan A 260 A 280 A Terkoreksi [DNA] (g/mg) Rasio A260/A280 A 260 A 280 Blanko (TE) 0,2730 0,2010 0,6478 0,5678 32, 3900 1,1409 Sampel 0,9208 0,7688 Perhitungan : A terkoreksi = A sampel - A blanko
[DNA] = A 260 x 50 g/ml = 0,6478x 50 g/ml = 32, 3900 g/ml Rasio A 260 : A 280 =
A 260 Terkoreksi : A 280 Terkoreksi = 0,6478 : 0,5678 = 1,1409 Keterangan : 50 : Larutan nilai basorbansi 1.0 sebanding dengan 50 g/ml untai ganda DNA per ml Pembahasan Prinsip isolasi DNA yaitu, sentrifugasi dan presipitasi. Prinsip utama sentrifugasi ialah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas. Teknik sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam sebuah mesin yang bernama mesin sentrifugasi dengan kecepatan yang bervariasi, contohnya 3000 rpm (rotation per minute). Isolasi DNA memiliki beberapa tahapan yaitu, Isolasi sel; Lisis dinding dan membran sel; Ekstraksi dalam larutan; Purifikasi; dan Presipitasi. Isolasi DNA/RNA merupakan langkah awal yang harus dikerjakan untuk rekayasa genetika sebelum melangkah ke proses selanjutnya. Prinsip dasar isolasi total DNA/RNA dari jaringan ialah dengan memecah dan mengekstraksi jaringan tersebut sehingga akan terbentuk ekstrak sel yang terdiri atas sel-sel jaringan, DNA, dan RNA. Kemudian ekstrak sel dipurifikasi, sehingga dihasilkan pelet sel yang mengandung DNA/RNA total. Prinsip-prinsip isolasi DNA plasmid hampir sama dengan isolasi total DNA/RNA dari jaringan (Faatih 2009). Isolasi DNA pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam sumber DNA yang dapat diperoleh dari hewan maupun tumbuhan. Praktikum Isolasi DNA kromosom dilakukan pada umbi bawang merah. Penggunaan umbi bawang merah sebagai sumber pengisolasian DNA kromosom disebabkan umbi bawang memiliki sedikit pati sehingga DNA akan terlihat akan lebih jelas dan mudah diisolasi. Proses pekerjaan isolasi DNA harus dilakukan pada suhu rendah, karena kromosom DNA tidak tahan panas dan dapat mengalam i denaturasi akibat suhu yang terlalu tinggi (Schmid 2003). Biomolekul seperti DNA bersifat labil dan mudah kehilangan aktifitas biologisnya, sehingga ekstraksi harus dilakukan dalam kondisi ringan yaitu dengan menggunakan suatu larutan encer, tekanan osmotik yang ekstrim dan suhu tinggi. Penambahan garam saat pengerusan bertujuan membantu ujung-ujung fosfat DNA. Hal ini dapat terjadi karena ion Na + yang dikandung oleh garam mampu membentuk ikatan dengan kutub negatif pada ikatan fosfat DNA. Saat ion Na +
garam berikatan dengan fosfat (mendekat), saat itulah DNA akan berkumpul. Sedangkan penambahan alkohol pada permukaan larutan betujuan untuk melakukan presipitasi sehingga DNA yang telah terkumpul tadi mampu memisah dari larutan dan terbentuklah lapisan-lapisan yang dapat diidentifikasi unsur penyusunnya. Detergen seperti sodium dodecyl sulfat (SDS), sarkosil, dan CTAB dapat digunakan untuk proses lisis (Subandiyah 2006). Buffer lysis dan Proteinase-K disini dipakai sebagai reagen pelisis supaya komponen DNA dalam sitoplasma sel bisa keluar dan diisolasi, sedangkan etanol 70% sebagai pencuci hasil isolasi (Faatih 2009). Kristal protease juga dapat diganti dengan NaCl sebagai langkah pemurnian DNA dari kontaminan protein dengan cara pengendapan molekul DNA tersebut sehingga tidak tercampur dengan kontaminan (Ardiana 2009). Larutan pelisis sel lysing solution yang mengandung EDTA (ethylenediamine tetraacetic acid) yang akan membentuk kompleks (chelate) dengan ion logam, seperti Mg 2+ yang merupakan kofaktor DNAse. Dinding sel dapat dipecahkan dengan penggerusan menggunakan bufer ekstraksi diikuti dengan penghangatan pada suhu 60C. Proses lisis dinding sel dilakukan dengan menginkubasi tabung berisi contoh ke dalam waterbath suhu 60C selama 30-90 menit atau sampai fase padat terpisah dari fase cair. Inkubasi dilakukan untuk mempercepat proses isolasi DNA kromosom dari campuran. Suhu inkubasi tidak boleh terlalu tinggi karena DNA kromosom dapat mengalami kerusakan (Poedjiadi 2009). Larutan buffer TE terdiri dari 1M Tris-HCl pH 8,0, 12,11 g Trisma Base, 0,50 M EDTA pH 8,0, 18,61 g disodium etilen diamin tetra asetat 2H 2 O berfungsi menjaga struktur DNA. DNA kromosom lalu di sentrifugasi untuk memisahkan DNA kromosom dari komponen lain seperti protein ataupun RNA. Sehingga DNA kromosom yang memiliki bobot molekul lebih besar akan berada dibagian dasar setelah disentrifugasi. (Seidman & Moore 1999 dalam Agustian 2008). Pengukuran absorbansi DNA digunakan panjang gelombang 260 nm sedangkan absorbansi RNA digunakan panjang gelombang 280 nm, hal tersebut dilakukan karena pada panjang gelombang tersebut terjadi serapan yang maksimal (Day dan Underwood 2002). Berdasarkan perhitungan pada Tabel 1, A 260 ialah absorbansi DNA, sedangkan A 280 ialah absorbansi protein. Perhitungan [DNA] yaitu digunakan A 260 terkoreksi, karena perhitungan konsentrasi DNA hanya memerlukan absorbansi DNA, bukan absorbansi protein/kontaminan lain. Rasio A 260 : A 280 merupakan gambaran tingkat kemurnian DNA. DNA memiliki nilai tingkat kemurnian yang tinggi jika nilai absorbannya antara 1.8 sampai 2.0, jika melebihi nilai 2.0 maka larutan yang diuji masih mengandung kontaminan dari protein membran atau senyawa lainnya sehingga kadar DNA plasmid yang didapat belum murni. Jika kurang dari 1.8 maka dH2O yang diambil terlalu banyak sedangkan DNA yang diambil terlalu sedikit (Wulandhari 2009). Hasil percobaan menunjukkan rasio kemurnian DNA sebesar 1,1409 (A 260 :A 280 ). Ini artinya DNA yang diperoleh tidak murni. Kemurnian yang rendah ini diduga disebabkan protein yang tercampur pada DNA yang dihasilkan. Sambrook et al. (1989) menjelaskan bahwa rasio OD akan lebih besar atau lebih kecil dari nilai 1,8-2,0 jika ditemukan kontaminasi dari protein atau fenol. Simpulan Berdasarkan percobaan, hasil isolasi DNA umbi bawang merah (Allium Cepa Var. Aggregatum) memiliki rasio A 260 :A 280 sebesar 1,1409 dengan konsentrasi DNA sebesar 32, 3900 g/mL dan hasil isolasi tidak murni. Daftar Pustaka Agustian A. 2008. Karakterisasi Variasi Genetik Jatropha curcas L. dengan Menggunakan Marka Molekular Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP) [skripsi]. Depok : Universitas Indonesia Ardiana DW. 2009. Teknik Isolasi DNA Genom Tanaman Pepaya dan Jeruk dengan Menggunakan Modifikasi Buffer CTAB. Buletin Teknik Pertanian. 14 (1): 12-16 Day JY dan Underwood AL. 2002 Analisis Kimia Kuantitatif. Iis Sopyan, Penerjemah. Jakarta: Airlangga. Terjemahan dari: Quantitative Chemical Analysis. Faatih M. 2009. Isolasi dan Digesti DNA Kromosom. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Surakarta: Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fessenden RJ. dan Fessenden JS. 1990. Kimia Organik Jilid 2. Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry 2. Khopkar SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. A. Saptorahardjo, Penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Basic Concepts of Analytical Chemistry Murray RK, Granner DK, dan Rodwell VW. 2009. Biokimia Harper Ed. ke-27. Brahm U. Pendit, Penerjemah. Jakarta: Buku Kedokteran, EGC. Terjemahan dari : Harpers Illustrated Biochemistry 27 th ed. Poedjiadi A. 1994. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press. _________ . 2009. Dasar-Dasar Biokomia. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Sambrook J, Fritsch EF, And Maniatis T. 1989. Molecular Cloning: A Laboratory Manual, Vol. 3.Spring Harbor : Cold Spring Harbor Laboratory Press Schmid R. 2003. Pocket Guide to Biotechnology and Genetic Engineering. German: Wiley-VCH. Subandiyah S. 2006. Polymerase Chain Reaction untuk Deteksi atau Identifikasi Patogen Tumbuhan Beberapa Metode Ekstraksi DNA. Malang: Pelatihan dan Workshop Identifikasi DNA dengan Aplikasi PCR. Suryo W. 1992. Genetika. Yogyakarta: UGM-Press. Wulandhari A. 2009. Optimalisasi Hasil Ekstraksi DNA dari Darah Segar Sapi Menggunakan High Salt Method dengan Perbandingan Darah dan Lisis Buffer pada Kecepatan Sentrifugasi Berbeda [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor