Anda di halaman 1dari 4

METODE

Tempat dan Waktu

Praktikum Biokimia Umum berjudul Mineral dilaksanakan di Laboratorium


Pendidikan Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor, pada hari Kamis, 3 Mei 2018 pukul 09.00-12.00 WIB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ialah tabung reaksi, gelas piala, pinggan
porselin, penangas air, mortar, pipet mohr, bulb, corong, dan pipet tetes. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan ialah larutan tulang, kertas saring, larutan HNO3 10%,
akuades, larutan NH4OH pekat, larutan AgNO3 2%, larutan HCl 10%, larutan BaCl2,
asam asetat 10%, larutan amonium oksalat 1%, larutan urea 10%, pereaksi molibdat,
larutan ferosulfat, kristal amonium karbonat, ammonium klorida, kristal dinatrium
hidrogen fosfat, larutan amonium hidroksida, larutan amonium tiosianat, dan larutan
kalium ferosianida.

Prosedur Percobaan

Larutan tulang disaring dan ditambahkan NH4OH pekat ke dalam filtrat


sampai basa. Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya fosfat. Larutan
kembali disaring dan hasil filtrat serta endapan diuji secara terpisah. Prosedur awal
yang dilakukan adalah uji filtrat yang terdiri atas uji Klorida dan uji Sulfat.
Uji Klorida
Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diasamkan
dengan 1 ml HNO3 10% lalu ditambah 1 ml AgNO3 2%. Endapan putih yang
terbentuk menunjukkan adanya klor.
Uji Sulfat
Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung dan diasamkan dengan
HCl 10% lalu ditambah 1 ml larutan BaCl2. Endapan putih yang terbentuk
menunjukkan adanya sulfat.
Prosedur kedua adalah uji endapan yang terdiri dari uji Kalsium, uji Fosfat, uji
Magnesium, dan uji Besi. Sebanyak 25 ml asam asetat 10% dimasukkan ke dalam
gelas piala berisi endapan abu tulang. Kemudian larutan disaring (tetesan pertama
dibuang). Jika terdapat endapan yang tidak larut jangan dibuang.
Uji Kalsium
Sebanyak 2 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1
ml larutan ammonium oksalat 1% dan dikocok. Endapan putih yang terbentuk
menunjukkan adanya kalsium oksalat.
Uji Fosfat
Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung, lalu ditambahkan 1 ml
larutan urea 1% dan 1 ml pereaksi Molibdat. Tabung dikocok, kemudian
ditambahkan 1 ml FeSO4. Larutan yang berubah warna menjadi biru pekat
menunjukkan adanya fosfat.
Uji Magnesium
Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung dan dipanaskan pada
penangas air selama 5 menit. Kemudian ditambahkan seujung sudip Kristal
NH4CO3 dan NH4Cl. Kemudian larutan disaring dan filtrat dipisahkan ke dalam
tabung reaksi yang lain. Seujung sudip kristal dinatrium hidrogen fosfat dimasukkan
ke dalam tabung yang berisi filtrat dan ditambah larutan NH 4OH (sampai basa).
Endapan putih yang terbentuk menunjukkan adanya magnesium.
Uji Besi
Endapan hasil penyaringan pada uji Magnesium digunakan untuk uji Besi.
Endapan pada kertas saring ditetesi dengan HCl 10%. Sebanyak 1 ml filtrat HCl
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang kering dan bersih, lalu ditambahkan 1 ml
ammonium tiosianat dan diperhatikan terbentuknya warna merah. Sebanyak 1 ml
kalium ferosianida kemudian dimasukkan ke dalam tabung dan perubahan warna
(biru/hijau) diperhatikan. Perubahan warna merah, biru atau hijau menunjukkan
adanya besi.

PEMBAHASAN

Proses pembuatan tepung tulang ikan tuna diawali dengan perebusan selama
30 menit pada suhu 80oC. Setelah itu dicuci dan dilakukan autoclaving pada suhu
121oC dan tekanan 1 atm. Setelah itu dilakukan pengecilan ukuran berkisar 5–10 cm.
Kembali dilakukan proses perebusan selama 30 menit dengan suhu 100 oC. Setelah itu
dilakukan ekstraksi basa NaOH 1,5 N pada suhu 60oC selama 2 jam Kemudian dicuci
dengan air dan dikeringkan hingga masuk proses penepungan (Trilaksani et al. 2006).
Uji klorida dilakukan dengan menggunakan filtrat dari abu tulang yang telah
ditambah AgNO3 2%. Filtrat diasamkan oleh asam HNO3 10% untuk memisahkan
mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat oleh senyawa reaktif yang bisa
membentuk endapan putih. Senyawa AgNO3 merupakan garam yang dapat bereaksi
dengan klorida sehingga klorida membentuk endapan bersama AgNO3 menjadi
senyawa AgCl dengan reaksi sebagai berikut:

AgNO3 + HCl  → AgCI + HNO3

Hasil yang didapat dari uji klorida yaitu terbentuk endapan putih dari AgCl yang
menandakan bahwa dalam tulang mengandung Cl-.
Uji sulfat menggunakan filtrat abu tulang yang ditambahkan oleh AgNO3 2%.
Filtrat tersebut diasamkan oleh asam HCl 10%. Tujuannya yaitu untuk memisahkan
mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat oleh senyawa reaktif lain yang
dapat membentuk suatu endapan putih dalam larutan ketika beraksi dengan mineral.
Senyawa yang ditambahkan  pada uji sulfat ialah larutan BaCl2. Senyawa BaCl2
merupakan garam yang dapat bereaksi  dengan sulfat sehingga dapat membentuk
endapan BaSO4. Reaksi yang terbentuk yaitu :

BaCl2 + H2SO4  → BaSO4- + 2HCl


(Machanda 2016)

Selanjutnya dilakukan uji endapan dari dari abu tulang yang telah ditambah
AgNO3 2%. Endapan yang telah didapat, ditambahkan asam asetat kemudian
disaring. Hasil filtratnya digunakan untuk uji kalsium, uji fosfat, uji magnesium dan
endapannya digunakan untuk uji besi. Sama seperti halnya uji klorida dan uji sulfat,
pada uji kalsium juga dilakukan pengasaman. Penambahan asam asetat menjadi
penghambat dalam penyerapan kalsium sehingga membentuk garam yang tidak larut
yang menyebabkan adanya endapan. Fungsi penambahan amonium oksalat
adalah menjadikan larutan yang diuji bersifat basa sehingga mudah untuk
mengendap. Endapan yang dihasilkan adalah kalsium oksalat. Reaksi yang terjadi: 

Ca + K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe2(CN)6]3 
(Winarno 2008)

Adanya zat organik tertentu dalam kalsium dapat menyebabkan proses penyerapan
kalsium dalam tubuh menjadi terhalang, hal ini disebabkan zat organik tersebut akan
bergabung dengan kalsium dan membentuk garam yang tidak larut (Winarno 2008).
Uji fosfat dilakukan dengan menambahkan urea dan pereaksi molibdat
khusus. Hal ini bertujuan hampir sama untuk memisahkan senyawa mineral yang
dapat bereaksi dengan larutan ferosulfat khusus membentuk senyawa berwarna biru.
Reaksi yang terjadi :

FeSO4 + PO4-3 → Fe3(PO4)2 + SO4-2 

Filtrat dipanaskan pada uji magnesium. Pemanasan dilakukan agar filtrat lebih
rektif dan mineral dapat sedikit melonggar ikatan senyawanya dengan senyawa lain
dalam filtrat. Pemisahan mineral dengan senyawa organik lain dalam filtrat dibantu
oleh kristal dinatriumhidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida. Kristal akan
bereaksi dengan magnesium dengan ditandai adanya endapan putih pada
larutan. Adanya endapan putih menandakan adanya magnesium dan pada percobaan
terbentuk endapan putih. Reaksi yang terjadi:

Mg + NaHPO4 → MgHPO4 +2Na

Uji besi dilakukan dengan menambahkan asam klorida pada endapan yang telah
didapatkan saat penambahan asam asetat yang kemudian disaring dan filtratnya
digunakan untuk uji besi. Uji besi dilakukan dengan amonium tiosianat dan dengan
kalium ferosianida. Besi akan membentuk senyawa berwarna dengan larutan
amonium tiosianat, menghasilkan warna merah, dan beraksi dengan kalium
ferosianida, membentuk warna biru atau hijau. Warna merah, biru atau hijau
menandakan adanya besi dan berdasarkan percobaan terbentuk warna hijau dan
merah yang samar-samar. Berbedaan ion besi menyebabkan perbedaan reaksi yang
terjadi, sehingga warna yang terjadi juga berbeda. Reaksi yang terjadi  pada Fe2+ :

Fe+3 + 6NH4SCN →  [Fe(SCN)6]-3 + 6NH4+ 

Reaksi pada Fe3+ :

4Fe+3+ + 3K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe2(CN)6)]3 + 12K+ 

Dapus
Machanda RP. 2016. Saraswati Chemistry. New Delhi (IN): New Saraswati House.
Trilaksani W, Salamah E, dan Nabil M. 2006. Pemanfaatan limbah tulang ikan tuna
(Thunnus sp.) sebagai sumber kalsium dengan metode hidrolisis protein.
Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 9(2): 34-45.
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press.

Anda mungkin juga menyukai