Alat yang digunakan pada praktikum ialah tabung reaksi, gelas piala, pinggan
porselin, penangas air, mortar, pipet mohr, bulb, corong, dan pipet tetes. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan ialah larutan tulang, kertas saring, larutan HNO3 10%,
akuades, larutan NH4OH pekat, larutan AgNO3 2%, larutan HCl 10%, larutan BaCl2,
asam asetat 10%, larutan amonium oksalat 1%, larutan urea 10%, pereaksi molibdat,
larutan ferosulfat, kristal amonium karbonat, ammonium klorida, kristal dinatrium
hidrogen fosfat, larutan amonium hidroksida, larutan amonium tiosianat, dan larutan
kalium ferosianida.
Prosedur Percobaan
PEMBAHASAN
Proses pembuatan tepung tulang ikan tuna diawali dengan perebusan selama
30 menit pada suhu 80oC. Setelah itu dicuci dan dilakukan autoclaving pada suhu
121oC dan tekanan 1 atm. Setelah itu dilakukan pengecilan ukuran berkisar 5–10 cm.
Kembali dilakukan proses perebusan selama 30 menit dengan suhu 100 oC. Setelah itu
dilakukan ekstraksi basa NaOH 1,5 N pada suhu 60oC selama 2 jam Kemudian dicuci
dengan air dan dikeringkan hingga masuk proses penepungan (Trilaksani et al. 2006).
Uji klorida dilakukan dengan menggunakan filtrat dari abu tulang yang telah
ditambah AgNO3 2%. Filtrat diasamkan oleh asam HNO3 10% untuk memisahkan
mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat oleh senyawa reaktif yang bisa
membentuk endapan putih. Senyawa AgNO3 merupakan garam yang dapat bereaksi
dengan klorida sehingga klorida membentuk endapan bersama AgNO3 menjadi
senyawa AgCl dengan reaksi sebagai berikut:
Hasil yang didapat dari uji klorida yaitu terbentuk endapan putih dari AgCl yang
menandakan bahwa dalam tulang mengandung Cl-.
Uji sulfat menggunakan filtrat abu tulang yang ditambahkan oleh AgNO3 2%.
Filtrat tersebut diasamkan oleh asam HCl 10%. Tujuannya yaitu untuk memisahkan
mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat oleh senyawa reaktif lain yang
dapat membentuk suatu endapan putih dalam larutan ketika beraksi dengan mineral.
Senyawa yang ditambahkan pada uji sulfat ialah larutan BaCl2. Senyawa BaCl2
merupakan garam yang dapat bereaksi dengan sulfat sehingga dapat membentuk
endapan BaSO4. Reaksi yang terbentuk yaitu :
Selanjutnya dilakukan uji endapan dari dari abu tulang yang telah ditambah
AgNO3 2%. Endapan yang telah didapat, ditambahkan asam asetat kemudian
disaring. Hasil filtratnya digunakan untuk uji kalsium, uji fosfat, uji magnesium dan
endapannya digunakan untuk uji besi. Sama seperti halnya uji klorida dan uji sulfat,
pada uji kalsium juga dilakukan pengasaman. Penambahan asam asetat menjadi
penghambat dalam penyerapan kalsium sehingga membentuk garam yang tidak larut
yang menyebabkan adanya endapan. Fungsi penambahan amonium oksalat
adalah menjadikan larutan yang diuji bersifat basa sehingga mudah untuk
mengendap. Endapan yang dihasilkan adalah kalsium oksalat. Reaksi yang terjadi:
Ca + K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe2(CN)6]3
(Winarno 2008)
Adanya zat organik tertentu dalam kalsium dapat menyebabkan proses penyerapan
kalsium dalam tubuh menjadi terhalang, hal ini disebabkan zat organik tersebut akan
bergabung dengan kalsium dan membentuk garam yang tidak larut (Winarno 2008).
Uji fosfat dilakukan dengan menambahkan urea dan pereaksi molibdat
khusus. Hal ini bertujuan hampir sama untuk memisahkan senyawa mineral yang
dapat bereaksi dengan larutan ferosulfat khusus membentuk senyawa berwarna biru.
Reaksi yang terjadi :
Filtrat dipanaskan pada uji magnesium. Pemanasan dilakukan agar filtrat lebih
rektif dan mineral dapat sedikit melonggar ikatan senyawanya dengan senyawa lain
dalam filtrat. Pemisahan mineral dengan senyawa organik lain dalam filtrat dibantu
oleh kristal dinatriumhidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida. Kristal akan
bereaksi dengan magnesium dengan ditandai adanya endapan putih pada
larutan. Adanya endapan putih menandakan adanya magnesium dan pada percobaan
terbentuk endapan putih. Reaksi yang terjadi:
Mg + NaHPO4 → MgHPO4 +2Na
Uji besi dilakukan dengan menambahkan asam klorida pada endapan yang telah
didapatkan saat penambahan asam asetat yang kemudian disaring dan filtratnya
digunakan untuk uji besi. Uji besi dilakukan dengan amonium tiosianat dan dengan
kalium ferosianida. Besi akan membentuk senyawa berwarna dengan larutan
amonium tiosianat, menghasilkan warna merah, dan beraksi dengan kalium
ferosianida, membentuk warna biru atau hijau. Warna merah, biru atau hijau
menandakan adanya besi dan berdasarkan percobaan terbentuk warna hijau dan
merah yang samar-samar. Berbedaan ion besi menyebabkan perbedaan reaksi yang
terjadi, sehingga warna yang terjadi juga berbeda. Reaksi yang terjadi pada Fe2+ :
Dapus
Machanda RP. 2016. Saraswati Chemistry. New Delhi (IN): New Saraswati House.
Trilaksani W, Salamah E, dan Nabil M. 2006. Pemanfaatan limbah tulang ikan tuna
(Thunnus sp.) sebagai sumber kalsium dengan metode hidrolisis protein.
Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 9(2): 34-45.
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press.