Anda di halaman 1dari 11

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Analitik yang berjudul Identifikasi


Kation dan Anion disusun oleh :
Nama

: SERLY

Nim

: 1516041010

Kelompok

: III

Kelas

: Pendidikan IPA Reguler

telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang bersangkutan dan
dinyatakan diterima.

Makassar,

Januari 2017

Koordinator Asisten

Asisten

Ramli Ardiansyah
NIM: 1313140011

Ramli Ardiansyah
NIM: 1313140011

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Hasri, M.si


NIP: 1965 1103 1986 02 2001

A. Judul Percobaan
Percobaan yang telah dilakukan ini berjudul Identifikasi Kation dan
Anion.
B. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan mengidentifikasi kation dan anion

yang

terkandung dalam sampel. .


C. Landasan Teori
Kation adalah ion yang bermuatan posiif, sedangkan anion adalah ion
yang bermuatan negative. Ion satu dengan lainnnya dapat dibedakan karena tiap
ion mempunyai reaksi kimia spesifik. Kation dan anion merupakan penyususn
suatu senyawa, sehingga untuk menentukan jenis zat atau senyawa tunggal
dikandungnya (Hasri, 2015).
Analisis kualitatif kation adan anion dikaji secara terpisah. Analisis
kualitatif anion lebih sederhana dibandingkan analsisis kation, tetapi analis
kualitatif anion memerlukan ketelitian dalam melakukan observasi dari gejalagejala yang timbul. Mengingat keuntungan ini, maka analisis anion kita pelajari
sebelum analisis kation, walau tidak mustahil kajian analisis kualiatif kation
didahulukan sebelum analisis anion (Ibnu, 2004: 34).
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation di klasifikasikan
dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beerapa reagensia.
Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat di
tetapkan ada tidaknya golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongangolongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagensia golongan yang dipakai
untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hydrogen,
sulfide, ammonium sulfide, dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan
atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan
membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan, bahwa klasifikasi kation
yang paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfide, dan
karbonat dari kation tersebut (Svehla, 1990: 203).
Menurut Ayuni, (2014: 37-38) kelima golongan kation dan ciri-ciri khas
golongan ini adalah sebagai berikut:
1. Golongan I

Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbal, merkurium 1 dan perak.
2. Golongan II
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion
golongan ini adalah merkurium II, tembaga, bismuth, cadmium, arsenic III,
arsenic V, stibium III, stibium V, timah II dan timah (III) dan (IV). Keempat ion
pertama merupakan sub golongan IIa dan keenam yang terakhir sub golongan IIb.
Sementara sulfide dari kation dalam golongan IIb justru dapat larut.
3. Golongan III
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk
endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana neral atau amoniakal. Kationkation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium
(III), aluminium, zink dan mangan (II).
4. Golongan IV
Kation golonfan ini tidak bereaksi dengan regensia golongan I, II, dan III. Kationkation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya
ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation
golongan ini adalah kalsium, stronsium dan barium.
5. Golongan V
Kation-kation yang umum yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya merupakan golongan kation yang terakhir yang meliputi
ion-ion magnesium, natrium, kalium, ammonium, litium, dan hidrogen.
Analisis kation dan anion sering kali dapat dibantu oleh diagram alir, yang
menggambarkan langkah-langkah sistematis untuk mengidentifikasi jenis anion
dan kation. Diagram alir untuk analisis kation lebih sistematis dibandingkan
diagram alir analisis anion. Dalam diagram alir analisis kualitatif anion dan kation
dimulai dari ion yang ditanyakan, pereaksi yang perlu ditambahkan, kondisi
eksperimen dan rumus kimia produk yang dihasilkan (Ibnu, 2004: 35).
Variasi komposisi resin kation dan anion tidak mempengaruhi pH efluen,
didimana pH efluen mengalami kenaikan pada semua variasi komposisi
dikarenakan tidak semua resin anion mampu membasakan air dengan kandungan
ion positif dari resin kation. Dengan menggunakan resin penukar kation saja,

maka pH efluen yang dihasilkan akan bersifat asam karena mengandung ion
hydrogen yang berhasil dipertukarkan dengan ion positif dari limbah air
terproduksi seperti ion natrium dan ion logam lainnya. Proses pertukaran kation
paling cepat terjadi untuk kondisi larutan limbah air terproduksi pH = 7. Pada
kondisi larutan basa, kesetimbangan reaksi akan bergeser kearah kanan, sehingga
semakin banyak ion Na+ yang dapat dipertukarkan oleh resin, dan sebaliknya
untuk kondisi larutan asam, kesetimbangan pertukaran kation akan bergeser
kearah kiri sehingga proses pengikatan kation Na+ dalam larutan limbah air
terproduksi menjadi terhambat, ion H+ dari larutan HCl berperan untuk
mensubstitusi kation-kation dari larutan air terproduksi yang terikat pada situssitus aktif resin dan mengembalikannya ke bentuk semula (H +). Resin penukar
kation yang sudah diregenerasi dapat digunakan kembali untuk pertukaran ion
selanjutnya (Partuti, 2014).
Beberapa campuran anion yang memerlukan uji khusus antara lain:
karbonit-sulfit,

nitrit-nitrat,

nitrat-bromida-iodida,

nitrat-klorat,

klorida-

bromida-iodida, klorida-bromida, klorida-iodida, klorida-klorat-perklorat, iodidatiodida,

fosfat-arsenat,

fosfat-arsenat-arsenit,

sulfide-sulfit-tiosulfat-sulfat,

sulfida-sulfit-tiosulfat, borat-tembaga-barium, flourida heksafluorosilikat-sulfat,


oksalat-flourida (Ayuni, 2014: 72).
Kation basa tercuci ditunjukkan oleh kandungan kation basa yang
terkandung di dalam leachate. Pencucian kation basa terjadi karena air gravitasi
membawa kation basa tersedia dalam material piroklastik. Pencucian kation basa
pada berbagai perlakuan menunjukkan perbedaan sangat nyata selama empat
tahun simulasi, kecuali pada unsur Na+. Kandungan kalium pada air tercuci paling
rendah diantara kation basa yang lain (Kusumarini, 2014: 3).
Beberapa anion tidak stabil dalam larutan asam atau bereaksi satu sama
lainnya dalam suasana asam. Bila terjadi keadaan stabil dalam suasana asam maka
analisis anion harus dilakukan dalam suasana basa. Penyediaan sampel dari
padatan yang tidak larut untuk analisis anion, dilakukan dengan mendidihkan
padatan dalam larutan jenuh natrium karbonat. Perlakuan ini digunakan untuk
mengubah anion kedalam bentuk garam natrium yang larut dalam menyisahkan
kationnya sebagai karbonat yang tidak larut untuk atau produk dari hidrolisisnya.

Perlakuan dengan natrium karbonat juga dilakukan untuk campuran yang


mengandung logam berat tertentu , agar tidak terjadi interferensi dalam uji anion.
Analisis anion yang sering dilakukan meliputi 11 anion yang paling umum, yaitu
anion sulfida (S2-), sulfit (SO32-), karbonat (CO32-), nitrit (NO22-), iodida (I-),
bromida (Br-), klorida (Cl-), fosfat (PO43-), kromat (CrO42-), nitrat (NO3-), dan
sulfat

(SO42-).

Kesetimbangan

asam

basa,

kesetimbangan

heterogen,

kesetimbangan redoks, dan kesetimbangan ion kompleks merupakan jenis-jenis


kesetimbangan

yang sering digunakan dalam analisis

kualitatif anion.

Pengendapan senyawa ionik dari larutan mulai terjadi bila hasil kali ion-ionnya
yang dihasilkan lebih besar dari nilai Ksp. Dalam keberadaan hanya sedikit asam
konjugasi, konsentrasi anion tidak cukup besar untuk terjadi endapan. Misalnya
ionisasi HPO42- tidak cukup menghasilkan ion PO43- yang diperlukan untuk
terbentuknya pengendapan. Dalam suasana asam ion karbonat dan sulfit
terdekomposisi menghasilkan CO2 dan SO2 bila larutannya memiliki cukup H+
(Ibnu, 2004: 36-39).
Kation basa terlepas diestimasikan berdasarkan jumlah kation basa tercuci
dan kation basa yang tertinggal setelah percobaan pencucian. Apabila jumlah
kation basa yang terlepas lebih rendah dibandingkan kation basa dapat ditukar
yang diukur sebelum masa inkubasi berarti belum terjadi pelapukan lebih lanjut
dari material piroklastik. Menduga pelapukan yang terjadi pada material
dilakukan dengan menghitung kation basa yang terlepas (Kusumarini, 2014:3).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kaca arloji
1 buah
b. Kaca kobalt
1 buah
c. Gelas kimia 50 ml
1 buah
d. Tabung reaksi
2 buah
e. Pembakar spiritus
1 buah
f. Penjepit tabung
1 buah
g. Pipet tetes
4 buah
h. Kawat platina
1 buah
2. Bahan
a. HCl pekat (Asam Klorida)
b. NaOH (Natrium Hidroksida)
c. Zat x
d. Ekstrak kunyit
e. Indikator universal

E.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.

Prosedur Kerja
Uji warna
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan sampel berupa padatan dan larutan
Diletakkan sampel yang berisi padatan diatas kaca arloji dan diamati warnanya.
Diambil sampel berupa larutan dengan pipet tetes.
Diamati warna sampel yang ada dalam piprt tetes.
Uji Asam basa
Disiapkan larutan sampel yang akan diuji
Diukur pH larutan sebelum menambahkan HCl dan NaOH.
Larutan dimasukkan dengan pipet tetes kedalam tabung reaksi dimana setiap

larutan sampel terdiri dari dua tabung reaksi.


d. Ditambahkan HCl dan NaOH ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan
sampel hingga terjadi perubahan warna. Hentikan jika sudah berubah warna
pada larutan sampel.
e. Dihitung pH masing-masing larutan sampel yang sudah ditambahkan HCl dan
NaOH.
f. Dicatat hasil pengamatan.
3. Uji Nyala
a. Diambil sampel yang berupa padatan secukupnya dan letakkan diatas kaca
arloji, dan dibasahi dengan HCl pekat
b. Kawat platina dibersihkan dengan mencelupkan ke dalam gelas kimia yang
berisi larutan HCl pekat.
c. Diambil sampel tadi dengan menggunakan kawat platina, kemudian dibakar
pada nyala api oksidasi.
d. Kawat platina dicelupkan kedalam sampel, kemudian dibakar pada nyala api
e.
f.
F.
1.
a.

tidak bercahaya.
Diamati warna yang muncul
Dilakukan kembali kegiatan tersebut untuk sampel yang lain.
Hasil Pengamatan
Uji Warna
Uji warna padatan
Zat

CuSO4
KBr
Ca3(PO4)2
NaCl
K3(Fe(CN)6)
b. Uji warna larutan

Warna
Biru Terusi
Putih
Putih
Putih
Jingga

Larutan

Warna

K2Cr2O7
K2CrO4
FeCl3
Ni 2+/NiSO4
MnO4
Cu2+
CO2+
FeSO4

Jingga / orange
Kuning
Kuning
Tidak berwarna
Ungu
Tidak berwarna
Ungu
jingga

2. Uji Nyala
Unsur

Dengan kaca kobalt


Biru
Tidak berwarna
Kuning
Putih
Hijau

KBr
Ca3(PO4)2
NaCl
K3(Fe(CN)6
CuSO4

Tanpa kaca kobalt


Ungu
Kuning
Kuning
Putih
Hijau

3. Uji Asam basa


Pencampuran
K2Cr2O7 + NaOH
K2Cr2O7 + HCl
FeCl3 + NaOH
FeCl3 + HCl
Ekstrak
kunyit
NaOH
Ekstrak kunyit + HCl

Warna
Kuning
Kuning
Merah Bata
Kuning
Cokelat
Kuning

pH
11
2
13
1
12
1

G. Pembahasan
Kation adalah ion yang bermuatan positif, sedangkan anion adalah ion
yang bermuatan negatif. Kation dan anion merupakan penyusun suatu
senyawa, sehingga untuk menentukan jenis zat atau senyawa tunggal secara
sederhana dilakukan dengan menggunakan/menganalisis jenis kation dan anion
yang dikandungnya (Hasri, 2015:1).
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengidentifikasi kation
dan anion yang terkandung dalam sampel. Prinsip kerja dari percobaan ini
yaitu pembakaran pada nyala oksidasi dan pembakaran pada nyala api tidak
bercahaya serta pengukuran. Kation dan anion yang dipergunakan tidak

ditentukan jenis-jenis kation apa saja yang digunakan , sebab kation dan anion
yang digunakan tergabung dalam sampel. Dari larutan sampel tersebut, kita
bisa mengidentifikasi jenis-jenis kation dan anion yang ada dalam larutan.
Dalam percobaan ini dilakukan identifikasi kation dan anion yang meliputi uji
warna, uji nyala dan uji asam basa.
Percobaan pertama yaitu uji warna dengan menggunakan 13 sampel
baik larutan maupun padatan. Pada sampel padatan CuSO 4 berwarna biru dan
warna yang telah didapatkan sesuai dengan teori. Adapun kation membentuk
Cu2+ dan anionnya SO42-. Cu berwarna biru baik padatan maupun larutan.
Warna kation ini menyebabkan CuSO4 berwarna biru. K2Cr2O7 (kalium
dikromat) berwarna orange dan warna yang didapat sesuai dengan teori. Kation
yang membentuk K+ dan anionnya Cr2O72- . K2 berwarna kuning baik dalam
bentuk larutan maupun padatan. FeSO4 berwarna jingga dengan membentuk
kation Fe+ dan anionnya SO42- dan warna yang didapatkan sudah sesuai dengan
teori. Setelah diidentifikasi, ternyata kation dan anion menghasilkan warna
khas yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena reagensia yang digunakan untuk
mengidentifikasi kation didasarkan pada kemampuan untuk kereaksi dengan
pereaksikan dan akan membentuk warna yang sangat khas (Svehla, 1985).
Percobaan kedua yang dilakukan yaitu uji nyala dengan menggunakan
zat KBr, Ca3(PO4)2, NaCl, K3(Fe(CN)6 dan CuSO4. Uji nyala pada nyala
oksidasi tidak menghasilkan warna pada saat memakai kaca kobalt dan saat
tidak memakai kaca kobalt menghasilkan warna kuning pada Ca 3(PO4)2, itu
disebabkan karena kalium adalah logam putih perak yang agak lunak. Pada
reaksi ini terbentuk kalium oksida dan kalium hidroksida. Pada uji nyala warna
yaitu senyawa-senyawa kalium mudah menguap. Kaca kobalt digunakan
sebagai alat bantu untuk menyerap polutan cahaya. Pada saat NaCl uji nyala
dengan memakai kaca kobalt menghasilkan warna kuning begitupun tanpa
menggunakan kaca kobalt. Pada CuSO4 uji nyala pada kaca kobalt
menghasilkan warna hijau begitupun tanpa menggunakan kaca kobalt tetap
berwarna hijau. Hal ini terjadi karena CuSO4 jika dilakukan tes nyala maka
akan berwarna hijau disebabkan adanya senyawa yang menguap.

Penyebab perubahan warna yang sebelum pembakaran dengan


menggunakan kaca kobalt dan tanpa kaca kobalt yaitu karena konfigurasi
atom-atom, karena mempunyai konfigurasi yang berlainan dan karakteristik
atau sifat-sifat khas dari senyawa itu sendiri. Selain itu pergerakan elektron
dalam ion-ion logam yang ada dalam senyawa berpindah masing-masing
electron ini melibatkan beberapa energy yang dilepaskan sebagai energy sinar
dengan panjang gelombang yang khas. Besarnya energy yang dihasilkan dari
perpindahan elektron ini, beragam ion logam akan mempunyai pola garis-garis
spektrum yang berbeda dan menghasilkan warna nyala yang tidak sama pula
(Sodiq, 2014). Ini berarti percobaan yang dilakukan berhasil. Karena warna
yang didapatkan dalam percobaan ini dengan menggunakan kawat platina
berhasil.
Percobaan terakhir yaitu uji asam basa menggunakan sampel K 2Cr2O7
dan FeCl3 serta ekstrak kunyit dengan menggunakan pereaksi NaOH dan HCl.
Disini HCl untuk menentukan keasaman larutan dan NaOH untuk menentukan
basa larutan. Pada sampel K2Cr2O7 sampelnya sebenarnya berwarna jingga
tetapi praktikan salah menafsirkan warna. Pada saat ditambahkan HCl maka
akan berubah warna dengan pH 2 yaitu kuning. Hal ini menunjukkan bahwa
larutan tersebut bersifat asam dan apabila ditambahkan NaOH maka akan
berubah warna menjadi kuning agak pekat dengan pH 11. Hal ini menunjukkan
bahwa larutan tersebut bersifat basa. Pada sampel zat FeCl 3 apabila
ditambahkan NaOH akan membentuk endapan dengan pH 13 berwarna merah
bata, hal ini terjadi karena FeCl3 merupakan besi klorida yang merupakan zat
padat. Jika bereaksi dengan NaOH maka akan menunjukkan bahwa NaOH
merupakan larutan basa, sedangkan FeCl3 yang ditanmbahkan HCl maka
larutan ini akan membentuk warna kuning dengan pH 1, hal ini menunjukkan
bahwa pada pH 1 merupakan asam. Adapun sampel ekstrak kunyit apabila
ditambahkan NaOH akan berwarna cokelat dengan pH 12 maka akan
menunjukkan bahwa NaOH merupakan larutan basa, sedangkan apabila
ditambahkan HCl maka larutan ini akan membentuk warna kuning dengan pH
1, hal ini menunjukkan bahwa pH 1 merupakan asam.
Adapun reaksi yang terjadi yaitu:

FeCl3 + 3 NaOH > 3 NaCl + Fe (OH)3


FeCl3 + HCl > FeSO4 + H2SO4
K2Cr2O7 + NaOH > 2 KOH + Na2Cr2O7
K2Cr2O7 + 14 HCl > 2 KCl + 2 CrCl3 + 3 Cl2 + 7 H2O
H. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam sampel dapat diidentifikasi kation dan anionnya.
Adapun kation dan anion yang diperoleh pada sampel yang merupakan kation
adalah Cu2+, Fe2+, Ca+, K22+ sedangkan pada sampel yang merupakan anionnya
adalah SO42-, NO3-, CrO42-, dan Cr2O7. Untuk mengetahui sampel mempunyai
kation dan anion dilakukan secara analisis kualitatif dengan melakukan
beberapa uji identifikasi suat zat serta penggolongan suatu zat tersebut.
2. Saran
Diharapkan praktikan lebih teliti dan hati-hati dalam melaksanakan
praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam mengambil data.

Daftar Pustaka
Ayuni, Ni Putu Sri; Ni Wayan Yuningrat. 2014. Kimia Analitik. Singaraja: Graha
Ilmu.
Hasri; Dr. Ramlawati. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Universitas
Negeri Makassar: Laboratorium Kimia.
Ibnu, Sodiq; Dra. Endang Budiasih; Dra. Hayuni Retno Widarti,M.Si; Munzil,
S.Pd, M.Si. 2004. Kimia Analitik I. Malang: Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang
Kusumarini, Novalia; Sri Rahayu Utami; Zaenal Kusuma. 2014. Pelepasan Kation
Basa pada Bahan Piroklasik Gunung Merapi. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. Vol,1. No. 2
Partuti, Tri. 2014. Efektifitas Resin Penukar Kation untuk Menurunkan Kadar
total Dissolved Solid (TDS) dalam Limbah Air terproduksi Industri
Migas. Jurnal Integrasi Proses. Vol, 5. No. 1.
Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi
Kelima. Jakarta: Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai