: SERLY
Nim
: 1516041010
Kelompok
: III
Kelas
telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang bersangkutan dan
dinyatakan diterima.
Makassar,
Januari 2017
Koordinator Asisten
Asisten
Ramli Ardiansyah
NIM: 1313140011
Ramli Ardiansyah
NIM: 1313140011
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
A. Judul Percobaan
Percobaan yang telah dilakukan ini berjudul Identifikasi Kation dan
Anion.
B. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan mengidentifikasi kation dan anion
yang
Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbal, merkurium 1 dan perak.
2. Golongan II
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion
golongan ini adalah merkurium II, tembaga, bismuth, cadmium, arsenic III,
arsenic V, stibium III, stibium V, timah II dan timah (III) dan (IV). Keempat ion
pertama merupakan sub golongan IIa dan keenam yang terakhir sub golongan IIb.
Sementara sulfide dari kation dalam golongan IIb justru dapat larut.
3. Golongan III
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk
endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana neral atau amoniakal. Kationkation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium
(III), aluminium, zink dan mangan (II).
4. Golongan IV
Kation golonfan ini tidak bereaksi dengan regensia golongan I, II, dan III. Kationkation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya
ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation
golongan ini adalah kalsium, stronsium dan barium.
5. Golongan V
Kation-kation yang umum yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya merupakan golongan kation yang terakhir yang meliputi
ion-ion magnesium, natrium, kalium, ammonium, litium, dan hidrogen.
Analisis kation dan anion sering kali dapat dibantu oleh diagram alir, yang
menggambarkan langkah-langkah sistematis untuk mengidentifikasi jenis anion
dan kation. Diagram alir untuk analisis kation lebih sistematis dibandingkan
diagram alir analisis anion. Dalam diagram alir analisis kualitatif anion dan kation
dimulai dari ion yang ditanyakan, pereaksi yang perlu ditambahkan, kondisi
eksperimen dan rumus kimia produk yang dihasilkan (Ibnu, 2004: 35).
Variasi komposisi resin kation dan anion tidak mempengaruhi pH efluen,
didimana pH efluen mengalami kenaikan pada semua variasi komposisi
dikarenakan tidak semua resin anion mampu membasakan air dengan kandungan
ion positif dari resin kation. Dengan menggunakan resin penukar kation saja,
maka pH efluen yang dihasilkan akan bersifat asam karena mengandung ion
hydrogen yang berhasil dipertukarkan dengan ion positif dari limbah air
terproduksi seperti ion natrium dan ion logam lainnya. Proses pertukaran kation
paling cepat terjadi untuk kondisi larutan limbah air terproduksi pH = 7. Pada
kondisi larutan basa, kesetimbangan reaksi akan bergeser kearah kanan, sehingga
semakin banyak ion Na+ yang dapat dipertukarkan oleh resin, dan sebaliknya
untuk kondisi larutan asam, kesetimbangan pertukaran kation akan bergeser
kearah kiri sehingga proses pengikatan kation Na+ dalam larutan limbah air
terproduksi menjadi terhambat, ion H+ dari larutan HCl berperan untuk
mensubstitusi kation-kation dari larutan air terproduksi yang terikat pada situssitus aktif resin dan mengembalikannya ke bentuk semula (H +). Resin penukar
kation yang sudah diregenerasi dapat digunakan kembali untuk pertukaran ion
selanjutnya (Partuti, 2014).
Beberapa campuran anion yang memerlukan uji khusus antara lain:
karbonit-sulfit,
nitrit-nitrat,
nitrat-bromida-iodida,
nitrat-klorat,
klorida-
fosfat-arsenat,
fosfat-arsenat-arsenit,
sulfide-sulfit-tiosulfat-sulfat,
(SO42-).
Kesetimbangan
asam
basa,
kesetimbangan
heterogen,
kualitatif anion.
Pengendapan senyawa ionik dari larutan mulai terjadi bila hasil kali ion-ionnya
yang dihasilkan lebih besar dari nilai Ksp. Dalam keberadaan hanya sedikit asam
konjugasi, konsentrasi anion tidak cukup besar untuk terjadi endapan. Misalnya
ionisasi HPO42- tidak cukup menghasilkan ion PO43- yang diperlukan untuk
terbentuknya pengendapan. Dalam suasana asam ion karbonat dan sulfit
terdekomposisi menghasilkan CO2 dan SO2 bila larutannya memiliki cukup H+
(Ibnu, 2004: 36-39).
Kation basa terlepas diestimasikan berdasarkan jumlah kation basa tercuci
dan kation basa yang tertinggal setelah percobaan pencucian. Apabila jumlah
kation basa yang terlepas lebih rendah dibandingkan kation basa dapat ditukar
yang diukur sebelum masa inkubasi berarti belum terjadi pelapukan lebih lanjut
dari material piroklastik. Menduga pelapukan yang terjadi pada material
dilakukan dengan menghitung kation basa yang terlepas (Kusumarini, 2014:3).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kaca arloji
1 buah
b. Kaca kobalt
1 buah
c. Gelas kimia 50 ml
1 buah
d. Tabung reaksi
2 buah
e. Pembakar spiritus
1 buah
f. Penjepit tabung
1 buah
g. Pipet tetes
4 buah
h. Kawat platina
1 buah
2. Bahan
a. HCl pekat (Asam Klorida)
b. NaOH (Natrium Hidroksida)
c. Zat x
d. Ekstrak kunyit
e. Indikator universal
E.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
Prosedur Kerja
Uji warna
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan sampel berupa padatan dan larutan
Diletakkan sampel yang berisi padatan diatas kaca arloji dan diamati warnanya.
Diambil sampel berupa larutan dengan pipet tetes.
Diamati warna sampel yang ada dalam piprt tetes.
Uji Asam basa
Disiapkan larutan sampel yang akan diuji
Diukur pH larutan sebelum menambahkan HCl dan NaOH.
Larutan dimasukkan dengan pipet tetes kedalam tabung reaksi dimana setiap
tidak bercahaya.
Diamati warna yang muncul
Dilakukan kembali kegiatan tersebut untuk sampel yang lain.
Hasil Pengamatan
Uji Warna
Uji warna padatan
Zat
CuSO4
KBr
Ca3(PO4)2
NaCl
K3(Fe(CN)6)
b. Uji warna larutan
Warna
Biru Terusi
Putih
Putih
Putih
Jingga
Larutan
Warna
K2Cr2O7
K2CrO4
FeCl3
Ni 2+/NiSO4
MnO4
Cu2+
CO2+
FeSO4
Jingga / orange
Kuning
Kuning
Tidak berwarna
Ungu
Tidak berwarna
Ungu
jingga
2. Uji Nyala
Unsur
KBr
Ca3(PO4)2
NaCl
K3(Fe(CN)6
CuSO4
Warna
Kuning
Kuning
Merah Bata
Kuning
Cokelat
Kuning
pH
11
2
13
1
12
1
G. Pembahasan
Kation adalah ion yang bermuatan positif, sedangkan anion adalah ion
yang bermuatan negatif. Kation dan anion merupakan penyusun suatu
senyawa, sehingga untuk menentukan jenis zat atau senyawa tunggal secara
sederhana dilakukan dengan menggunakan/menganalisis jenis kation dan anion
yang dikandungnya (Hasri, 2015:1).
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengidentifikasi kation
dan anion yang terkandung dalam sampel. Prinsip kerja dari percobaan ini
yaitu pembakaran pada nyala oksidasi dan pembakaran pada nyala api tidak
bercahaya serta pengukuran. Kation dan anion yang dipergunakan tidak
ditentukan jenis-jenis kation apa saja yang digunakan , sebab kation dan anion
yang digunakan tergabung dalam sampel. Dari larutan sampel tersebut, kita
bisa mengidentifikasi jenis-jenis kation dan anion yang ada dalam larutan.
Dalam percobaan ini dilakukan identifikasi kation dan anion yang meliputi uji
warna, uji nyala dan uji asam basa.
Percobaan pertama yaitu uji warna dengan menggunakan 13 sampel
baik larutan maupun padatan. Pada sampel padatan CuSO 4 berwarna biru dan
warna yang telah didapatkan sesuai dengan teori. Adapun kation membentuk
Cu2+ dan anionnya SO42-. Cu berwarna biru baik padatan maupun larutan.
Warna kation ini menyebabkan CuSO4 berwarna biru. K2Cr2O7 (kalium
dikromat) berwarna orange dan warna yang didapat sesuai dengan teori. Kation
yang membentuk K+ dan anionnya Cr2O72- . K2 berwarna kuning baik dalam
bentuk larutan maupun padatan. FeSO4 berwarna jingga dengan membentuk
kation Fe+ dan anionnya SO42- dan warna yang didapatkan sudah sesuai dengan
teori. Setelah diidentifikasi, ternyata kation dan anion menghasilkan warna
khas yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena reagensia yang digunakan untuk
mengidentifikasi kation didasarkan pada kemampuan untuk kereaksi dengan
pereaksikan dan akan membentuk warna yang sangat khas (Svehla, 1985).
Percobaan kedua yang dilakukan yaitu uji nyala dengan menggunakan
zat KBr, Ca3(PO4)2, NaCl, K3(Fe(CN)6 dan CuSO4. Uji nyala pada nyala
oksidasi tidak menghasilkan warna pada saat memakai kaca kobalt dan saat
tidak memakai kaca kobalt menghasilkan warna kuning pada Ca 3(PO4)2, itu
disebabkan karena kalium adalah logam putih perak yang agak lunak. Pada
reaksi ini terbentuk kalium oksida dan kalium hidroksida. Pada uji nyala warna
yaitu senyawa-senyawa kalium mudah menguap. Kaca kobalt digunakan
sebagai alat bantu untuk menyerap polutan cahaya. Pada saat NaCl uji nyala
dengan memakai kaca kobalt menghasilkan warna kuning begitupun tanpa
menggunakan kaca kobalt. Pada CuSO4 uji nyala pada kaca kobalt
menghasilkan warna hijau begitupun tanpa menggunakan kaca kobalt tetap
berwarna hijau. Hal ini terjadi karena CuSO4 jika dilakukan tes nyala maka
akan berwarna hijau disebabkan adanya senyawa yang menguap.
Daftar Pustaka
Ayuni, Ni Putu Sri; Ni Wayan Yuningrat. 2014. Kimia Analitik. Singaraja: Graha
Ilmu.
Hasri; Dr. Ramlawati. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Universitas
Negeri Makassar: Laboratorium Kimia.
Ibnu, Sodiq; Dra. Endang Budiasih; Dra. Hayuni Retno Widarti,M.Si; Munzil,
S.Pd, M.Si. 2004. Kimia Analitik I. Malang: Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang
Kusumarini, Novalia; Sri Rahayu Utami; Zaenal Kusuma. 2014. Pelepasan Kation
Basa pada Bahan Piroklasik Gunung Merapi. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. Vol,1. No. 2
Partuti, Tri. 2014. Efektifitas Resin Penukar Kation untuk Menurunkan Kadar
total Dissolved Solid (TDS) dalam Limbah Air terproduksi Industri
Migas. Jurnal Integrasi Proses. Vol, 5. No. 1.
Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi
Kelima. Jakarta: Kalman Media Pusaka.