ABSTRAK
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan proses sains dasar pada saat
pelajaran. Keterampilan proses sains dasar yang dapat dapat dikembangkan antara lain
mengobservasi, mengklasifikasi, menyimpulkan suatu masalah pembelajaran dan
komunikasi yang baik antar peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan selama dua siklus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengembangkan dan meningkatkan keterampilan proses sains dasar melalui penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided-Inquiry). Subjek penelitian yaitu siswa
kelas X2 SMA Negeri 2 Sengkang. Pengumpulan data dilaksanakan pada semester genap
tahun pelajaran 2014/2015. Data penelitian yang dikumpulkan adalah aktivitas
keterampilan proses sains dasar dengan menggunakan lembar observasi. Data yang
diperoleh dianalisis dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
keterampilan proses sains dasar pada siklus I sebesar 44%, sedangkan pada siklus II sebesar
71%, sehingga selisih peningkatannya sebesar 27%. Dengan demikian disimpulkan bahwa
bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses
sains dasar.
1. PENDAHULUAN
Hasil observasi di kelas X2 SMA Negeri 2 Sengkang menunjukkan bahwa
metode pembelajaran yang digunakan guru pada umumnya adalah metode diskusi
dan tanya-jawab. Pada penerapan metode tersebut, terlihat aktivitas siswa yang
monoton dan kurang bersemangat untuk mengikuti materi pembelajaran, kurangnya
motivasi mengajukan atau menjawab pertanyaan, kurangnya kemampuan
berkomunikasi. Demikian pula hasil obeservasi yang dilakukan pada sesi tanya
jawab, juga terlihat minat siswa untuk menjawab pertanyaan masih sangat kurang
dan tidak adanya siswa yang mengacungkan tangan pada saat guru mempersilahkan
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, melainkan harus disebut namanya satu
per satu..
Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas tersebut dapat dikategorikan
dalam keadaan pasif sebab guru yang lebih mendominasi setiap pembelajaran
sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Hasil observasi juga
menunjukkan hanya 2 dari 30 siswa yang memiliki keterampilan proses sains dasar
dalam kategori tinggi yang berarti kurang dari 7% total siswa dalam kelas,
selebihnya berada dalam kategori rendah. Untuk mengatasi persaoalan yang terjadi
di kelas salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran tersebut dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir atas fakta apa
yang mereka dapatkan dan bagaimana fakta itu bisa terjadi Selain itu, model
pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keterampilan proses sains di dalam kelas
pada saat pelajaran berlangsung. Belgin (2009) menyatakan bahwa dalam inkuiri
terbmbing siswa yang belajar secara kooperatif menunjukkan sikap yang positif .
Artinya dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa memiliki kesempatan
untuk dapat menunjukkan keterampil proses yang dimilikinya.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing sangat baik digunakan
untuk pembelajaran yang menuntut keaaktifan siswa dalam proses
pembelajarannya. Hal ini disebabkan, model pembelajaran inkuiri terbimbing,
menuntut adanya keterampilan proses dalam kegiatan belajar siswa seperti
mengobservasi, mengklasifikasi, menyimpulkan suatu masalah pembelajaran dan
komunikasi yang baik antar peserta didik. Terciptanya kegiatan siswa dalam
pembelajaran merupakan nilai utama dalam pembelajaran berbasis inkuiri
terbimbing sehingga siswa diharapkan memiliki keterampilan proses dalam
menemukan suatu fakta.
Penerapan model pembeleajaran inkuiri terbimbing dimaksudkan untuk
mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dasar siswa pada konsep materi
ekosistem di kelas X2 SMA Negeri 2 Sengkang Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Pada konsep Ekosistem sangat tepat diterapkan pendekatan keterampilan proses
karena materi ini membuat siswa aktif dalam pembelajaran seperti adanya kegiatan
mengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan dan
menarik kesimpulan. Keterampilan proses sains tersebut sesuai dengan Asosiasi
Amerika untuk Kemajuan Sains (AAAS, 1993) dalam Ongowo dan Indoshi (2013)
yang menyebutkan keterampilan proses sains dasar terdiri dari menyimpulkan,
mengamati, mengukur, berkomunikasi, mengklasifikasi, memprediksi. Demikian
juga yang diungkapkan oleh Osgelen (2012) bahwa pada keterampilan proses sains
terdapat keterampilan-keterampilan seperti prediksi, inferensi, hipotesis, dan
klasifikasi, dan observasi.
Terbentuknya aktivitas keterampilan proses dalam pembelajaran tersebut
akan membuat pembelajaran lebih bermakna dalam kehidupan anak. Hal ini
2
disebabkan karena (1) adanya keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat
perencanaan proses belajar mengajar, (2) adanya keterlibatan intelektual emosional
siswa melalui dorongan dan semangat yang dimilikinya, (3) adanya keikutsertaan
siswa secara kreatif dalam mendengarkan dan memerhatikan apa yang disajikan
guru. Sebagaiman disebutkan oleh Sudjana (2013) bahwa tinggi rendahnya kadar
kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan
guru. Hal inilah menjadikan model pembelajaran inkuiri sangat cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran ekosistem. Dengan penerapan model pembelajaran
berbasis inkuiri terbimbing ini diharapkan keterampilan proses sains dasar di kelas
X menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dasar Biologi Siswa Kelas X2 SMA
Negeri 2 Sengkang Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(Guided-Inquiry).
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan fokus
peningkatan keterampilan proses sains dasar. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Maret - April 2015. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sengkang,
Kabupaten Wajo dengan subjek siswa kelas X2 semester genap tahun ajaran 2014-
2015 yang berjumlah 30 orang.
Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri atas 2 kali
pertemuan penyampaian materi pembelajaran. Setiap pertemuan dilaksanakan
dengan durasi waktu 2 x 45 menit. Apabila pada siklus I belum mencapai indikator
keberhasilan maka siklus II dilaksanakan, dimana siklus II ini merupakan perbaikan
dari siklus I dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini hanya
dilaksanakan sampai pada Siklus II kerena indikator keberhasilan telah tercapai.
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada kedua siklus secara operasional
dijabarkan sebagai berikut:
Siklus I
Pada pertemuan pertama. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok
heterogen dimana setiap kelompok terdiri atas 6 orang siswa. Setelah itu, guru
membagikan LKPD. Kemudian, guru mengarahkan siswa untuk ke luar kelas dan
memulai pengamatan sesuai langkah kerja yang dituliskan pada LKPD. Setelah
pengamatan selesai, siswa kembali kedalam kelas untuk melakukan diskusi
kelompok sambil mengerjakan pertanyaan yang ada pada LKPD. Kemudian
dilanjutkan dengan diskusi kelas.
Setelah diskusi kelas selesai, guru memberikan kesimpulan terkait materi
yang telah dipelajari pada hari itu. Sebelum menutup pembelajaran guru meminta
siswa untuk mempelajari aliran energy dan daur biogeokimia. selanjutnya ketua
kelas memimpin doa lalu guru menutup pembelajaran dengan salam.
Pertemuan 2, Guru mengarahkan siswa untuk memulai pengamatan di luar
kelas dan melakukan pengamatan sesuai dengan langkah kegiatan yang ada pada
LKPD. Setelah melakukan pengamatan, siswa diarahkan kembali ke dalam ruangan,
dan melakukan diskusi kelompok sambil menjawab pertanyaan yang ada di dalam
LKPD kemudian dilanjutkan kedalam diskusi kelas. Setiap kelompok wajib
mempresentasikan hasil pengamatannya dan melakukan tanya jawab antar
kelompok. Sebelum menutup pembelajaran guru meminta siswa untuk mempelajari
komponen ekosistem, aliran energi dan daur biogeokimia sebab pada pertemuan
selanjutnya akan dilaksanakan evaluasi siklus I.
3
43%
40%
37%
23%
23%
20%
10%
7%
7%
7%
4%
0%
0%
4. PEMBAHASAN
Pengamatan keterampilan proses sains dasar siswa kelas X2 SMA Negeri 2
Sengkang pada pembelajaran biologi melalui penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing terlihat terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I
persentasi rata-rata keterampilan proses sains dasar adalah 44% dan pada siklus II
menjadi 71%. Keterampilan proses sains dasar pada siklus I dapat dikategorikan ke
dalam kategori rendah dan pada siklus II kategorinya menjadi cukup. Selisih
persentasi aktivitas pada siklus I dan II adalah sebesar 25,7%. Berdasarkan data
tersebut, maka penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan berhasil
sebab keterampilan proses sains dasar meningkat dan telah mencapai indikator
keberhasilan.
Penjelasan terkait indikator keterampilan proses sains dasar yang diperoleh
dijelaskan lebih lanjut. Keterampilan mengobservasi pada siklus I untuk pertemuan
pertama adalah mencapai 58%, persentase ini tergolong rendah dan untuk
pertemuan kedua turun menjadi 55%. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama
persentasinya meningkat kembali ke 58%. Terjadinya penurunan keterampilan
mengobservasi siswa kelas X2 pada pertemuan kedua siklus I, karena perbedaan
kegiatan mengobservasi pada pertemuan pertama dan kedua. Kegiatan
mengobservasi pada pertemuan pertama lebih sederhana dibanding pada pertemuan
kedua, pada pertemuan pertama siswa mengamati komponen ekosistem sedangkan
pertemuan kedua siswa mengamati rantai makanan yang terjadi dalam lingkungan
sekolah. Pada saat melakukan pengamatan, objek pengamatan pada saat
pembelajaran tersebut tidak semuanya muncul seperti yang diharapkan pada saat
pra-penelitian, sehingga interaksi yang diharapkan terjadi tidak teramati oleh siswa.
Walaupun tidak terjadi peningkatan keterampilan mengobservasi, namun dengan
adanya kegiatan mengumpulkan data dalam tahapan model inkuiri terbimbing,
memungkinkan terjadi peningkatan keterampilan proses sains dasar karena dalam
kegiatan mengumpulkan data secara tidak langsung siswa melakukan kegiatan
observasi.
Pada siklus I, keterampilan mengklasifikasikan pada pertemuan pertama
adalah 40% dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 50%, sedangkan pada
siklus II menjadi 66% untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua meningkat
lagi menjadi 97%. Fakta ini menunjukkan bahwa model inkuiri terbimbing dapat
melatih keterampilan mengklasifikasikan, karena dalam tahapan model inkuiri
terbimbing terdapat kegiatan mengumpulkan data, dimana kegiatan ini melatih
siswa dalam mengkategorikan data dan membedakan data atau sesuatu yang
diperoleh dalam pengamatan.
Selanjutnya, keterampilan memprediksi pada pertemuan pertama siklus I
adalah 30% dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 48%. Hal ini disebabkan
karena terdapat kegiatan mengajukan hipotesis dalam tahapan model inkuiri
terbimbing yang melatih siswa untuk melakukan keterampilan memprediksi.
Namun, kegiatan memprediksi dalam keterampilan proses sains dasar bukan hanya
berarti menyusun hipotesis melainkan memprediksi sesuatu dengan pola yang
pernah dipelajari sebelumnya. Indikator memprediksi tidak muncul pada siklus II
baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua karena kegiatan
pembelajaran pada siklus II tidak memungkinkan untuk dimunculkannya indikator
memprediksi. Walaupun terjadi peningkatan, keterampilan memprediksi masih
dalam kategori rendah. Hal ini dikarenakan keterampilan prediksi merupakan salah
satu keterampilan yang butuh perencanaan untuk dimunculkan dalam suatu proses
6
bermakna dan keterampilan ini akan jauh lebih baik jika dikaitkan dengan kerja
laboratorium
5. SIMPULAN
6. DAFTAR PUSTAKA