Anda di halaman 1dari 8

1

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR


MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING (GUIDED-INQUIRY) SISWA KELAS X 2
SMA NEGERI 2 SENGKANG
,
Muhiddin Palennari1, Surya Satar2, dan Siti Saenab3
1,2,3
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar
Jalan Daeng Tata Raya, Makassar
e-mail: muhiddin.p@unm.ac.id

ABSTRAK
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan proses sains dasar pada saat
pelajaran. Keterampilan proses sains dasar yang dapat dapat dikembangkan antara lain
mengobservasi, mengklasifikasi, menyimpulkan suatu masalah pembelajaran dan
komunikasi yang baik antar peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan selama dua siklus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengembangkan dan meningkatkan keterampilan proses sains dasar melalui penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided-Inquiry). Subjek penelitian yaitu siswa
kelas X2 SMA Negeri 2 Sengkang. Pengumpulan data dilaksanakan pada semester genap
tahun pelajaran 2014/2015. Data penelitian yang dikumpulkan adalah aktivitas
keterampilan proses sains dasar dengan menggunakan lembar observasi. Data yang
diperoleh dianalisis dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
keterampilan proses sains dasar pada siklus I sebesar 44%, sedangkan pada siklus II sebesar
71%, sehingga selisih peningkatannya sebesar 27%. Dengan demikian disimpulkan bahwa
bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses
sains dasar.

Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Proses Sains Dasar


1

1. PENDAHULUAN
Hasil observasi di kelas X2 SMA Negeri 2 Sengkang menunjukkan bahwa
metode pembelajaran yang digunakan guru pada umumnya adalah metode diskusi
dan tanya-jawab. Pada penerapan metode tersebut, terlihat aktivitas siswa yang
monoton dan kurang bersemangat untuk mengikuti materi pembelajaran, kurangnya
motivasi mengajukan atau menjawab pertanyaan, kurangnya kemampuan
berkomunikasi. Demikian pula hasil obeservasi yang dilakukan pada sesi tanya
jawab, juga terlihat minat siswa untuk menjawab pertanyaan masih sangat kurang
dan tidak adanya siswa yang mengacungkan tangan pada saat guru mempersilahkan
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, melainkan harus disebut namanya satu
per satu..
Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas tersebut dapat dikategorikan
dalam keadaan pasif sebab guru yang lebih mendominasi setiap pembelajaran
sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Hasil observasi juga
menunjukkan hanya 2 dari 30 siswa yang memiliki keterampilan proses sains dasar
dalam kategori tinggi yang berarti kurang dari 7% total siswa dalam kelas,
selebihnya berada dalam kategori rendah. Untuk mengatasi persaoalan yang terjadi
di kelas salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran tersebut dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir atas fakta apa
yang mereka dapatkan dan bagaimana fakta itu bisa terjadi Selain itu, model
pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keterampilan proses sains di dalam kelas
pada saat pelajaran berlangsung. Belgin (2009) menyatakan bahwa dalam inkuiri
terbmbing siswa yang belajar secara kooperatif menunjukkan sikap yang positif .
Artinya dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa memiliki kesempatan
untuk dapat menunjukkan keterampil proses yang dimilikinya.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing sangat baik digunakan
untuk pembelajaran yang menuntut keaaktifan siswa dalam proses
pembelajarannya. Hal ini disebabkan, model pembelajaran inkuiri terbimbing,
menuntut adanya keterampilan proses dalam kegiatan belajar siswa seperti
mengobservasi, mengklasifikasi, menyimpulkan suatu masalah pembelajaran dan
komunikasi yang baik antar peserta didik. Terciptanya kegiatan siswa dalam
pembelajaran merupakan nilai utama dalam pembelajaran berbasis inkuiri
terbimbing sehingga siswa diharapkan memiliki keterampilan proses dalam
menemukan suatu fakta.
Penerapan model pembeleajaran inkuiri terbimbing dimaksudkan untuk
mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dasar siswa pada konsep materi
ekosistem di kelas X2 SMA Negeri 2 Sengkang Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Pada konsep Ekosistem sangat tepat diterapkan pendekatan keterampilan proses
karena materi ini membuat siswa aktif dalam pembelajaran seperti adanya kegiatan
mengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan dan
menarik kesimpulan. Keterampilan proses sains tersebut sesuai dengan Asosiasi
Amerika untuk Kemajuan Sains (AAAS, 1993) dalam Ongowo dan Indoshi (2013)
yang menyebutkan keterampilan proses sains dasar terdiri dari menyimpulkan,
mengamati, mengukur, berkomunikasi, mengklasifikasi, memprediksi. Demikian
juga yang diungkapkan oleh Osgelen (2012) bahwa pada keterampilan proses sains
terdapat keterampilan-keterampilan seperti prediksi, inferensi, hipotesis, dan
klasifikasi, dan observasi.
Terbentuknya aktivitas keterampilan proses dalam pembelajaran tersebut
akan membuat pembelajaran lebih bermakna dalam kehidupan anak. Hal ini
2

disebabkan karena (1) adanya keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat
perencanaan proses belajar mengajar, (2) adanya keterlibatan intelektual emosional
siswa melalui dorongan dan semangat yang dimilikinya, (3) adanya keikutsertaan
siswa secara kreatif dalam mendengarkan dan memerhatikan apa yang disajikan
guru. Sebagaiman disebutkan oleh Sudjana (2013) bahwa tinggi rendahnya kadar
kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan
guru. Hal inilah menjadikan model pembelajaran inkuiri sangat cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran ekosistem. Dengan penerapan model pembelajaran
berbasis inkuiri terbimbing ini diharapkan keterampilan proses sains dasar di kelas
X menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dasar Biologi Siswa Kelas X2 SMA
Negeri 2 Sengkang Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(Guided-Inquiry).

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan fokus
peningkatan keterampilan proses sains dasar. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Maret - April 2015. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sengkang,
Kabupaten Wajo dengan subjek siswa kelas X2 semester genap tahun ajaran 2014-
2015 yang berjumlah 30 orang.
Penelitian dilaksanakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri atas 2 kali
pertemuan penyampaian materi pembelajaran. Setiap pertemuan dilaksanakan
dengan durasi waktu 2 x 45 menit. Apabila pada siklus I belum mencapai indikator
keberhasilan maka siklus II dilaksanakan, dimana siklus II ini merupakan perbaikan
dari siklus I dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini hanya
dilaksanakan sampai pada Siklus II kerena indikator keberhasilan telah tercapai.
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada kedua siklus secara operasional
dijabarkan sebagai berikut:
Siklus I
Pada pertemuan pertama. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok
heterogen dimana setiap kelompok terdiri atas 6 orang siswa. Setelah itu, guru
membagikan LKPD. Kemudian, guru mengarahkan siswa untuk ke luar kelas dan
memulai pengamatan sesuai langkah kerja yang dituliskan pada LKPD. Setelah
pengamatan selesai, siswa kembali kedalam kelas untuk melakukan diskusi
kelompok sambil mengerjakan pertanyaan yang ada pada LKPD. Kemudian
dilanjutkan dengan diskusi kelas.
Setelah diskusi kelas selesai, guru memberikan kesimpulan terkait materi
yang telah dipelajari pada hari itu. Sebelum menutup pembelajaran guru meminta
siswa untuk mempelajari aliran energy dan daur biogeokimia. selanjutnya ketua
kelas memimpin doa lalu guru menutup pembelajaran dengan salam.
Pertemuan 2, Guru mengarahkan siswa untuk memulai pengamatan di luar
kelas dan melakukan pengamatan sesuai dengan langkah kegiatan yang ada pada
LKPD. Setelah melakukan pengamatan, siswa diarahkan kembali ke dalam ruangan,
dan melakukan diskusi kelompok sambil menjawab pertanyaan yang ada di dalam
LKPD kemudian dilanjutkan kedalam diskusi kelas. Setiap kelompok wajib
mempresentasikan hasil pengamatannya dan melakukan tanya jawab antar
kelompok. Sebelum menutup pembelajaran guru meminta siswa untuk mempelajari
komponen ekosistem, aliran energi dan daur biogeokimia sebab pada pertemuan
selanjutnya akan dilaksanakan evaluasi siklus I.
3

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati kegiatan


belajar mengajar yang terjadi dalam kelas, setiap observer mengamati 2 kelompok)
terkait keterampilan proses sains dasar siswa dengan menggunakan lembar
observasi.
Siklus II
Materi pembelajaran pada siklus II adalah pencemaran dan kerusakan
lingkungan serta daur ulang limbah,. Seluruh tahapannya sama dengan pertemuan-
pertemuan sebelumnya dengan beberapa perbaikan bersarkan hasil pada siklus 1.
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi teknik
kuantitatif dan teknik kualitatif. Adapun pengkategorian tingkat keterampilan
proses sains dasar ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengkategorian Tingkat Keterampilan Proses Sains Dasar

No Interval skor (%) Kriteria

1 81.26 - 100 Tinggi

2 62.51 - 81.25 Cukup

3 43.76 - 62.50 Rendah

4 25 - 43.75 Sangat Rendah

Indikator keberhasilan dari penelitian ini yaitu apabila peningkatan


keterampilan proses sains dasar berada dalam kategori cukup sebanyak 50% dari
total siswa

3. HASIL DAN PENELITIAN


Data keterampilan proses sains dasar diperoleh melalui lembar observasi
selama proses pembelajaran berlangsung setiap pertemuan ditunjkkan pada Tabel 2.
dan persentasi peningkatan keterampilan proses sains dasar siswa dapat dilihat pada
Gambar 1
4

Tabel 2. Persentase Keterampilan Proses Sains Dasar pada Setiap Siklus


Pembelajaran

SIKLUS 1 (%) SIKLUS 2 (%)


No Indikator
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Mengobservasi 58 55 58 -
2 Mengklasifikasikan 40 50 66 97
3 Memprediksi 30 48 - -
4 Mengkomunikasikan 33 42 58 80
5 Inferensif 33 49 47 75
Rata-rata 39 49 57 84

Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi


67%
60%
53%
jumlah siswa

43%

40%
37%
23%

23%
20%
10%

7%

7%

7%
4%
0%

0%

SIKLUS I SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS II


(PERTEMUAN 1) (PERTEMUAN 2) (PERTEMUAN 1) (PERTEMUAN 2)
Grafik 1. Kategori tingkat keterampilan proses sains dasar siswa
5

4. PEMBAHASAN
Pengamatan keterampilan proses sains dasar siswa kelas X2 SMA Negeri 2
Sengkang pada pembelajaran biologi melalui penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing terlihat terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I
persentasi rata-rata keterampilan proses sains dasar adalah 44% dan pada siklus II
menjadi 71%. Keterampilan proses sains dasar pada siklus I dapat dikategorikan ke
dalam kategori rendah dan pada siklus II kategorinya menjadi cukup. Selisih
persentasi aktivitas pada siklus I dan II adalah sebesar 25,7%. Berdasarkan data
tersebut, maka penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan berhasil
sebab keterampilan proses sains dasar meningkat dan telah mencapai indikator
keberhasilan.
Penjelasan terkait indikator keterampilan proses sains dasar yang diperoleh
dijelaskan lebih lanjut. Keterampilan mengobservasi pada siklus I untuk pertemuan
pertama adalah mencapai 58%, persentase ini tergolong rendah dan untuk
pertemuan kedua turun menjadi 55%. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama
persentasinya meningkat kembali ke 58%. Terjadinya penurunan keterampilan
mengobservasi siswa kelas X2 pada pertemuan kedua siklus I, karena perbedaan
kegiatan mengobservasi pada pertemuan pertama dan kedua. Kegiatan
mengobservasi pada pertemuan pertama lebih sederhana dibanding pada pertemuan
kedua, pada pertemuan pertama siswa mengamati komponen ekosistem sedangkan
pertemuan kedua siswa mengamati rantai makanan yang terjadi dalam lingkungan
sekolah. Pada saat melakukan pengamatan, objek pengamatan pada saat
pembelajaran tersebut tidak semuanya muncul seperti yang diharapkan pada saat
pra-penelitian, sehingga interaksi yang diharapkan terjadi tidak teramati oleh siswa.
Walaupun tidak terjadi peningkatan keterampilan mengobservasi, namun dengan
adanya kegiatan mengumpulkan data dalam tahapan model inkuiri terbimbing,
memungkinkan terjadi peningkatan keterampilan proses sains dasar karena dalam
kegiatan mengumpulkan data secara tidak langsung siswa melakukan kegiatan
observasi.
Pada siklus I, keterampilan mengklasifikasikan pada pertemuan pertama
adalah 40% dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 50%, sedangkan pada
siklus II menjadi 66% untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua meningkat
lagi menjadi 97%. Fakta ini menunjukkan bahwa model inkuiri terbimbing dapat
melatih keterampilan mengklasifikasikan, karena dalam tahapan model inkuiri
terbimbing terdapat kegiatan mengumpulkan data, dimana kegiatan ini melatih
siswa dalam mengkategorikan data dan membedakan data atau sesuatu yang
diperoleh dalam pengamatan.
Selanjutnya, keterampilan memprediksi pada pertemuan pertama siklus I
adalah 30% dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 48%. Hal ini disebabkan
karena terdapat kegiatan mengajukan hipotesis dalam tahapan model inkuiri
terbimbing yang melatih siswa untuk melakukan keterampilan memprediksi.
Namun, kegiatan memprediksi dalam keterampilan proses sains dasar bukan hanya
berarti menyusun hipotesis melainkan memprediksi sesuatu dengan pola yang
pernah dipelajari sebelumnya. Indikator memprediksi tidak muncul pada siklus II
baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua karena kegiatan
pembelajaran pada siklus II tidak memungkinkan untuk dimunculkannya indikator
memprediksi. Walaupun terjadi peningkatan, keterampilan memprediksi masih
dalam kategori rendah. Hal ini dikarenakan keterampilan prediksi merupakan salah
satu keterampilan yang butuh perencanaan untuk dimunculkan dalam suatu proses
6

pembelajaran. Sesuai yang dikemukakan Amnah (2013) bahwa keterampilan


memprediksi hanya dapat muncul ketika guru mengajukan pertanyaan bagi siswa
untuk memprediksi. Guru meminta siswa untuk memprediksi apa yang terjadi
ketika diberikan situasi tanpa menyadari bahwa itu adalah salah satu keterampilan
proses. Guru harus memberi kesempatan bagi siswa untuk membuat prediksi.
Kegiatan terseebut adalah proses dimana guru harus mengajukan pertanyaan atau
bentuk pertanyaan berupa pemecahan masalah untuk para siswa dalam membuat
prediksi.
Berbeda dengan keterampilan lainnya, keterampilan mengkomunikasikan
cukup memuaskan karena terjadi peningkatan pada setiap pertemuan baik pada
siklus I maupun pada siklus II. Pada pertemuan pertama siklus I sebanyak 33 % dan
pada pertemuan kedua menjadi 42%, sedangkan pada siklus II pertemuan pertama
58% dan pada pertemuan kedua siklus II mengalami peningkatan menjadi 80%. Hal
ini membuktikan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan terutama pada saat mengajukan
dan menjawab pertanyaan. Keterampilan mengkomunikasikan tidak hanya dalam
bentuk pertanyaan atau menjawab pertanyaan. Sebagaimana dikemukakan oleh
Yockey (2001) bahwa siswa dapat mengkomunikasikan hasil observasinya dengan
ucapan, tulisan atau dengan menggambar. Cara yang lain dalam
mengkomunikasikan dapat menggunakan grafik, charta, peta, diagram dan
demonstarsi.
Keterampilan proses sains dasar berikutnya yang juga mengalami
peningkatan adalah keterampilan inferensi. Keterampilan tersebut meningkat, dari
33% pada pertemuan pertama menjadi 47% pada pertemuan kedua siklus I dan pada
siklus II meningkat menjadi 49% pada pertemuan pertama dan menjadi 75% pada
pertemuan II. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing
dapat meningkatkan keterampilan inferensi karena dengan adanya kegiatan
menyimpulkan pada tahapan model inkuiri terbimbing maka memungkinkan
keterampilan inferensi dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan
oleh Staver dan Teluk dalam Colburn (1997) bahwa inkuiri terbimbing memberikan
suatu masalah untuk dipecahkan, bahan yang diperlukan, tetapi bukan hasil yang
diharapkan sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan generalisasi dari data
yang dikumpulkannya.
Keterampilan proses sains dasar yang terjadi pada siklus II secara umum
mengalami peningkatan dan penerapannya menjadi lebih baik dari siklus
sebelumnya. Pelaksanaan tindakan siklus II sebagai perbaikan dari pelaksanaan
siklus I memberikan dampak positif terhadap peningkatan keterampilan proses sains
dasar siswa. Namun demikian, khusus pada kemampuan mengobservasi berada
pada kategori rendah yaitu sebesar 58%. Akan tetapi, kemampuan
mengklasifikasikan meningkat pada siklus II yakni 97% termasuk ke dalam
kategori tinggi. Lain halnya dengan kemampuan memprediksi, kemampuan ini
tidak muncul karena materi pembelajaran pada siklus II tidak terseedia kegeiatan
yang membuat siswa melakukan prediksi. Selanjutnya, kemampuan
mengkomunikasikan dan inferesni masing-masing berada dalam kategori cukup
dengan persentase 80% dan 75%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
penggunaan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses
sains dasar. Hal ini sesuai yang dikemukan oleh Kubicek (2005) bahwa
pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran secara
aktif. Temuain ini juga sejalan yang dikemukakan oleh Meuler (2008) bahwa
pembelajaran inkuiri terbimbing akan memberikan pengalaman belajar yang lebih
7

bermakna dan keterampilan ini akan jauh lebih baik jika dikaitkan dengan kerja
laboratorium

5. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat


disimpulkan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains dasar siswa kelas X2
SMA Negeri 2 Sengkang.

6. DAFTAR PUSTAKA

Amnah , R. et.al. 2013. Inculcation of Science Process Skills in a Science


Classroom . Vol.9 pp. 47-48. Published by Canadian Center of Science and
Education.
Bilgin, I. 2009. The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating a
Cooperative Learning Approach on University Students’
Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided
Inquiry Instruction. Scientific Canadian Journal of Learning and
Technology. Vol 31(1): 1-5
Meuler, D. 2008. Using A Guided Inquiry Approach in The Traditional Vertebrate
Anatomy Laboratory. The American Biology Teacher. Vol. 70 (1): 35 – 38.
Ongowo, R. O., & Indoshi F. C. 2013. Science Process Skills in the Kenya
Certificate of Secondary Education Biology Practical
Examinations. Vol.4, 11, 713-717. SciRes
(http://www.scirp.org/journal/ce).
Osgelen, S. 2012. Student’s Science Process Skill Within a Cognitive Domain
Framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education. Vol. 8 (4): 283-292.
Sudjana, N. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit
Sinar Baru Algensindo.
Yockey, J. A. 2001. A Key to Science Learning. Science & Children. Vol 38 (7):
36-41.

Anda mungkin juga menyukai