Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN 1
ANALISIS KATION GOLONGAN I, II, DAN III

Disusun Oleh :
Nama : Eufrosina Siun Tanti
NIM :201444013
Kelas :A

Dosen Pengampu:
Johnsen Harta, M.Pd

Asisten Dosen:
1. Yohanita Elfrida Nina Baluk
2. Sarah Sani Purwasih

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA
SEMESTER GENAP 2020/2021

PERCOBAAN 1
ANALISIS KATION GOLONGAN I, II, DAN III

A. Judul Praktikum
Analisis Kation Golongan I, II, dan III
B. Hari dan Tanggal Praktikum
Kamis, 29 Februari 2020
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang
melatarbelakangi prosedur pemisahan kation golongan I, II, dan III serta
mengidentifikasi jenis kation yang ada di dalam sampel.
D. Landasan Teori
Unsur radikal atau ion yang terdapat dalam zat tunggal atau campuran zat dapat
dikenal dengan menggunakan analisis kualitatif. Dengan dipisahkan secara sistematik,
kation-kation yang dianalisis terbagi dalam 5 golongan berdasarkan perbedaan sifat
kimianya sebagai pereaksi golongan [ CITATION Ach12 \l 1057 ] . Semua golongan kation
dapat ditetapkan dan dipisahkan melalui pemeriksaan dengan menggunakan reagensia
golongan. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation adalah asam
klorida, hidrogen sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini dilakukan atas dasar
apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia membentuk endapan atau tidak
[ CITATION Sve79 \l 1057 ]. Pemisahan ion logam harus mengikuti prosedur kerja yang
khas. Karena itu, zat yang akan diteliti adalah larutan, namun bila sampel dalam bentuk
padatan maka harus dilarutkan terlebih dahulu. Ion-ion pada golongan-golongan
diendapkan satu per satu, dipisahkan dari larutan dengan cara disaring atau diputar.
Endapan dicuci untuk dibersihkan dari larutan pokok atau filtrat [ CITATION Cok97 \l 1057
].
Kation-kation dalam golongan I – V dikelompokkan berdasarkan perbedaan
kelarutan dan suasana dalam pereaksi tertentu. Kation-kation golongan I dapat
membentuk endapan apabila ditambahkan asam klorida. Kation yang termasuk
golongan ini adalah Ag+, Pb2+, dan Hg2+ dan garam dari golongan ini adalah AgCl,
PbCl2, dan HgCl yang semuanya berwarna putih[ CITATION Sul17 \l 1057 ] . Garam klorida
dari golongan I tidak larut dalam suasana asam (pH 0,5 – 1) [CITATION Ayu14 \l 1057 ].
Kation golongan II dapat membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam
keadaan HCl 0,3 M, namun dalam suasana ini endapan tidak terbentuk dengan HCl
encer. Kation-kation dalam golongan ini adalah Cu2+, Hg2+, Bi+3, Cd2+,As3+, Sb3+, Sb5+,
Sn2+, dan Sn4+ [CITATION Pad10 \l 1057 ]. Apabila endapan sulfida dari kation golongan II
tidak larut dalam amonium polisulfida maka termasuk dalam kation golongan II A yaitu
merkurium (II), Tembaga (III), Bismut, Kadmium. Apabila endapan sulfida dari kation
golongan II larut maka termasuk dalam kation golongan II B yaitu Arsenik (III),
Arsenik (V), Stibium (III), Stibium (V),Timah (III), Timah (IV) [ CITATION Ken84 \l 1057
].
Kation golongan III dapat membentuk endapan bila direaksikan dengan amonium
sulfida dalam suasana netral. Kation-kation golongan ini adalah kobalt (II), Nikel (II),
Besi (II), Besi (III), Aluminium, Zink, dan Mangan (II) [ CITATION Ken84 \l 1057 ] . Kation
golongan IIIA jika hasil endapan kation golongan III ditambahkan larutan NaOH akan
menghasilkan camuran Fe(OH)3, Al(OH)3, dan Cr(OH)3. Bertambahnya ion hidroksida
dari NaOH akan melarutkan endapan Al(OH)3 dan Cr(OH)3 dengan membentuk ion
kompleks. Endapan sulifda suasana basa hasil pemisahan kation golongan IIIB yaitu
MnS, ZnS, NiS, dan CoS perlu dipisahkan menjadi ion-ionnya dengan menambahkan
asam untuk mengurangi ion sulfida yang ada dalam larutan. Endapan sulfida dengan
Ksp kesil (NiS dan CoS) akan tetap sebagai endapannya, sedangkan endapan sulfida
dengan Ksp besar (MnS dan ZnS) akan larut menjadi Mn 2+ dan Zn2+ [CITATION Sit12 \l
1057 ].
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Spatula g. Penjepit tabung reaksi
b. Batang pengaduk h. Kaca arloji
c. Gelas kimia i. Pembakar busen
d. Gelas ukur j. Kawat kasa
e. Labu ukur k. Tabung reaksi dan rak tabung
f. Pipet tetes l. Kaki tiga

2. Bahan
a. Sampel 1 (golongan I) dan d. Larutan KI 0,1 M
Sampel 2 (golongan II) e. Larutan H2SO4 0,1 M
b. Larutan HCl 1 M f. Larutan SnCl2 5 %
c. Larutan K2CrO4 g. Larutan NaF 0,1 M
h. Larutan NaOH 0,1 M s. Larutan DMG
i. Larutan KOH t. Larutan natrium karbonat
j. Larutan ammonium astetat u. Pereaksi SbCl2
k. Larutan KCN 0,1 M v. Larutan Ammonium Tiosianat
l. Larutan asam oksalat w. Kertas saring
m. Larutan aluminium sulfat x. Larutan anilin
n. Larutan CrCl3 dan Larutan FeCl3 y. Larutan ammonium sullfida
o. Larutan MnO z. Larutan HCl pekat
p. Larutan CdSO4 dan Larutan NiSO4
q. Larutan COCl2 dan Larutan ZnCl2
r. Pereaksi alizarin

F. Prosedur Kerja
1. Analisis Kation Golongan I

3 mL sampel 1 Perubahan yang Endapan


direaksikan terjadi diamati dipindahkan
dengan larutan hingga timbul ke kertas
3 mL HCl 1 M endapan saring

Hasil filtrat Setiap tabung ditetesi


Air panas dituang larutan KI, K2CrO4,
dipisahkan kedalam
secara perlahan dan
beberapa tabung H2SO4 dan tabung
perubahan diamati
reaksi terakhir didinginkan

Endapan yang tersisa


Perubahan kimia diletakkan di kertas Larutan NH4OH
yang terjadi diamati saring, sambil dituangkan hingga
dan dianalisis jenis dituangkan larutan filtrat terpisah dari
kationnya endapan
NH4OH panas

Filtrat dibagi kedalam 3


tabung reaksi yang Perubahan yang Endapan yang
masing-masing ditetesi terjadi dicatat dan tersisa dimasukkan
larutan KI (0,1 M), HNO3 kation didalam ke gelas kimia dan
filtrat ditentukan ditetesi aqua regia
(0,1 M) dan H2SO4

Filtrat yang 1 tetes larutan Perubahan


Perubahan
tersisa diteteskan SnCl2 5 % dan 1 diamati dan
yang terjadi
pada kertas tetes anilin kation tersebut
diamati
saring ditambahkan dianalisis
3 mL sampel kation gol. Endapan kation Kemudian dipanaskan
II direaksikan dengan 3 gol. IIA selama 2-3 menit,
mL ammonium sulfida ditambahkan 5 disaring dan cuci
menggunakan gelas mL-10 mL larutan dengan sedikit akuades
kimia dan diamati
HNO3 dan amati
perubahannya

Endapan hitam yang


terbentuk ditambahkan Larutan ammonium
Kation sisa dalam asetat 10%, asam asetat,
campuran NaF dan HCl filtrat ditambahkan
encer kemudian dan larutan K2CrO4
dipanaskan, lalu larutan H2SO4 dan ditambahkan untuk
diidentifikasikan dengan perubahan diamati identifikasi kation
NaOH dalam tabung reaksi
yang berbeda

Kation dalam filtrat Cara lain dengan


diasamkan dengan gol. Kation diidentifikasi ditambahkan larutan
IIA ditambahkan NH3 dengan NH3 ditambahkan HCl ke tabung yang
hingga muncul endapan larutan HCl berbeda yang berisi
putih kation dan diamati

2 kation terakhir di gol. IIA Endapan yang terbentuk


dipisahkan, ditambahkan dilarutkan dalam amonia
asam asetat encer pada dan ditambahkan larutan
sebagian filtrat dan larutan NaOH sampai terbentuk
K4[Fe(CN)6] endapan dan diamati

Larutan CdSO4
ditambahkan pada dua Endapan dari filtrat
Perubahan yang SbCl3 direaksikan
Filtrat tabung.
sisa ditetesi larutan
Tabung 1 dicampurkan HCl
terjadi pada Sebagian
dengan filtrat
larutan HCl
HCl encer lalu diamati
ditambahkan KCN dan 0,1 M dan kemudian
kedua tabung ditambah dengan
1 M dan diamati
perubahannya
tabung 2 ditambahkan KI dipanaskan dan
diamati asetat
perubahannya
0,1 M disaring
Larutan yang sudah diencerkan dengan 1 mL SnCl2
dicampurkan kemudian aquades dan direaksikan
ditambah dengan larutan ditambah ammonium dengan asam
HCl, lalu dipanaskan sulfida lalu oksalat, lalu
dan diamati endapannya disaring diamati
perubahannya

2. Analisis Golongan II
3. Analisis Kation Golongan III

Kation Al2(SO4)3 dianalisis pada 3 tabung reaksi dengan ditambahkan NH3,


larutan KOH, larutan HCl dan larutan natrium fosfat.

ditambahkan 1 mL NH3 pada CrCl3. kemudian, ditambahkan 1 mL NaOH


pada tabung kedua lalu diamati perubahannya

Larutan FeCl dibeberapa tabung reaksi ditambahkan larutan 0,1 M


NaOH, 1 mL HCl pekat, 1 mL CoCl2. Perubahan diamati

Al2(SO4)3 pada kaca arloji tambahkan 1 mL NaOH, 1 tetes pereaksi


Alizarin, beberapa tetes asetat, lalu perubahannya diamati.

Larutan MnO2 dibeberapa tabung reaksi ditambahkan larutan NH3, beberapa


tetes ammonium sulfida, 0,1 M NaOH, dan Na2CO3. Perubahan diamati.

Larutan Zn ditambahkan kle dalam tabung reaksi dan direaksikan dengan


beberapa tetes NaOH 0,1 M dan perubahan diamati.
Larutan COCl2 ditambahakan ke dalam tiga tabung rekasi yang berbeda
dan direaksikan dengan tiga jenis larutan secara berturut-turut yaitu NaOH,
NH3, ammonium tiosinat dan perubahan pada tiap campura diamati.

Siapkan larutan NaSO4 dan dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi yang


berbeda dengan ditambahkan 4 jenis larutan berbeda diantaranya NaOH,
ammonium sulfida, DMG, dan KCN, lalu perubahan pada tiap campuran
diamati

Larutan NH4OH ditambahkan pada gelas kimia yang berisi NaSO4


kemudian dipanaskan dengan menggunakan Hot Plate, lalu perubahan yang
terjadi diamati

G. Data Pengamatan
1. Analisis Kation Golongan I
No Prosedur Singkat Pengamatan Persamaan Reaksi
3 mL sampel
Pb2+(aq) + 2HCl(aq)→PbCl2(s) + 2H+
kation golongan
Endapan
1. I direaksikan Ag2+(aq) + 2HCl(aq)→AgCl2(s) + 2H+
berwarna putih
dengan 3 mL
Hg22+(aq) + 2HCl(aq)→Hg2Cl2(s) + 2H+
HCl 1 M
Filtat (Pb2+)
Endapan
ditetesi larutan PbCl2(aq) + KI(aq)→PbI4(s) + 2KCl(aq)
2. berwarna
KI
kuning pudar

Filtrat (Pb2+) Endapan


PbCl2(aq) + K2CrO4(aq)→PbCrO4(s) +
3. ditetesi larutan berwarna
2KCl(aq)
K2CrO4 kuning telur
Filtat (Pb2+) Endapan
PbCl2(aq) + H2SO4(aq)→PbSO4(s) +
4. ditetesi larutan berwarna putih
2HCl(aq)
H2SO4 keruh
5. Filtat (Ag+) Larutan AgCl2 + KI → AgI + 2KCl
ditetesi larutan berwarna
KI putih, ada
endapan
Filtat (Ag+)
Endapan
6. ditetesi larutan AgCl2 + HNO3 → AgNO3 + 2HCl
berwarna putih
HNO3
Filtat (Ag+) Endapan
AgCl2 + H2SO4 → Ag2SO4 + 2HCl
7. ditetesi larutan berwarna putih
H2SO4
Endapan yang Larutan
terjadi dicampur berwarna Hg2Cl2(s) + HNO3 + 3HCl → Hg2(NO3)2
8.
dengan aqua kuning + 4H+ + 5Cl-
regia keemasan
Warna kertas
Larutan ditetesi
saring yang
dengan SnCl2 Hg2(NO3)2 + SnCl2→Sn2+ + NO3 + 2Hg +
9. ditetesi larutan
5% dan 1 tetes 2Cl
berwarna
anilin
kuning pudar

2. Analisis Kation Golongan II


No Prosedur Singkat Pengamatan Persamaan Reaksi
Sampel golongan II Cd + (NH4)2S → CdS + 2NH4+
2+

ditambahkan Cu2+ + (NH4)2S → CuS + 2NH4+


Endapan
1 ammonium sulfida Hg2+ + (NH4)2S → HgS + 2NH4+
berwarna hitam
Bi3+ + (NH4)2S → Bi2S3 + 2NH4+
Pb2+ + (NH4)2S → PbS + 2NH4+
Residu golongan II
ditambah larutan
Endapan
2. HNO3 kemudian Hg2+ + HNO3 → Hg(NO3)2 + H+
berwarna hitam
dipanaskan dan
disaring
Filtrat I ditambahkan Larutan berwarna
3. Pb2+ + H2SO4 → PbSO4 + 2H+
larutan H2SO4 bening
Filtrat II
Larutan berwarna
4. ditambahkan larutan Cu2+ + NH3 → Cu(NH3)2
sedikit keruh
NH3
5. Filtrat II Larutan berwarna Cu2+ + HCl → CuCl2 + H+
ditambahkan larutan
sedikit keruh
HCl

3. Analisis Kation Golongan III (IIIA dan IIIB)


No Prosedur Singkat Pengamatan Persamaan Reaksi
Larutan Al2(SO4)3
ditambahkan Larutan berwarna Al2(SO4)3 + NH3 + H2O →
1.
larutan NH3 bening (NH4)2SO4 + 2Al(OH)3

Larutan Al2(SO4)3
Endapan berwarna Al2 (SO4)3 + KOH → 2Al(OH)3
2. ditambahkan
putih pudar + K2SO4
larutan KOH
Larutan Al2(SO4)3
Endapan berwarna Al2(SO4)3 + HCl → 2AlCl3 +
3. ditambahkan
putih pudar H2SO4
larutan HCl
Larutan CrCl3
CrCl3 + NH3 + H2O → Cr(OH)3
4. ditambahkna Larutan bening
+ NH4Cl
dengan 1 mL NH3
Larutan CrCl3
Larutan berwarna CrCl3 + NaOH + H2O →
5. ditambahkna
cikelat pudar Cr(OH)3 + NaCl
dengan 1 mL NaOH

Beberapa tetes
larutan Al2(SO4)3
ditambahkan ke
Al2(SO4)3 + NaOH → Al(OH)3
6. dalam kaca arloji Ungu muda
+ Na2SO4
direaksikan dengan
NaOH + 1 tetes
pereaksi alizilin +
asam asetat
Larutan FeCl3
Endapan berwarna FeCl3 + NaOH → Fe(OH)3 +
7. ditambahkan
merah gelap NaCl
larutan NaOH
Larutan FeCl3
8. ditambahkan FeCl3 + HCl → FeCl2 + HCl3
larutan HCl
1 mL larutan ZnCl2
ditambahkan
Larutan berwarna ZnCl2 + NaOH → Zn(OH)2 +
8. beberapa tetes
NaOH 0,1 M ke bening NaCl
dalam tabung reaksi

Larutan COCl2
Larutan cokelat COCl2 + NaOH → CO(OH)2 +
9. ditambahkan
pudar NaCl
larutan NaOH
Beberapa tetes
larutan NH4OH
10 ditambahkan pada Larutan berwarna NH4OH + NaSO4 → NH4SO4 +
. gelas kimia yang biru NaOH
berisi NaSO4

H. Pembahasan
a. Analisis kation golongan I
Dalam percobaan menganalisis kation golongan I, hal pertama yang dilakukan
adalah mencampurkan 3 mL sampel dengan 3 mL larutan HCl 1 M. Dalam kation
golongan I terdapat tiga kation yaitu Ag+, Hg22+, dan Pb2+. Setelah dicampurkan
dengan HCl terbentuk endapan klorida yaitu AgCl, Hg2Cl2, dan PbCl2 yang
berwarna putih. Ketiga kation ini di identifikasi masing-masing, endapan PbCl2 larut
dalam air panas, endapan AgCl larut dalam amonia, dan endapan Hg2Cl2 larut dalam
aqua regia [ CITATION Sul17 \l 1057 ].
Endapan berwarna putih yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring
yang merupakan hasil residu dari ketiga kation sampel tersebut. Setelah itu
ditambahkan air panas kedalam endapan yang masih berada dalam kertas saring
untuk memperoleh filtrat dari kation Pb2+. Hal ini dilakukan karena pada ketiga
kation golongan I, hanya kation Pb2+ yang dapat larut dalam air panas.
Adanya kation dalam filtrat diuji dengan menambahkan beberapa larutan
kedalam masing-masing 4 tabung reaksi yang telah berisi filtrat. Tabung 1
ditambahkan dengan larutan KI dan menghasilkan endapan berwarna kuning pudar
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
PbCl2 + 2KI → PbI2 + 2KCl
Pada filtrat ditabung 2 ditambahkan dengan larutan K2CrO4 dan terjadi perubahan
warna dengan timbul endapan berwarna kuning telur dengan persamaan reaksi
sebagai berikut :
PbCl2 + K2CrO4 → PbCrO4 + 2KCl

Pada filtrat ditabung 3 ditambahkan larutan H2SO4 dan menghasilkan endapan


berwarna putih serta larutan berwarna keruh dan persamaan reaksi anatara PbCl 2
dengan larutan H2SO4 sebagai berikut :
PbCl2(aq) + H2SO4(aq)→PbSO4(s) + 2HCl(aq)
Pada filtat ditabung 4 tidak terjadi perubahan warna dan tidak membentuk endapan
karena tidak ditambahkan reagen tertentu.

Gambar 1. Hasil identifikasi kation Pb2+


Pengujian kation Ag+ dilakukan dengan cara menambahkan larutan NH4OH
panas ke endapan yang tersisa, kemudian filtrat hasil penyaringan yang mengandung
kation Ag+ dibagi kedalam 3 tabung reaksi. Filtrat hasil penyaringan tidak memiliki
warna (bening). Pada filtrat ditabung reaksi 1 diteteskan dengan larutan KI 0,1 M
sehingga menghasilkan endapan berwarna putih dengan persamaan reaksi sebagai
berikut :
AgCl2 + KI → AgI + 2KCl
Pada filtrat terakhir ditetesi larutan HNO3 larutannya berwarna bening. Namun
menurut [ CITATION Sul17 \l 1057 ], bahwa Ag+ yang dditetesi larutan HNO3 akan
menghasilkan endapan berwarna putih sehingga persamaan reaksinya:
AgCl2 + HNO3 → AgNO3 + 2HCl
Pada filtrat didalam tabung reaksi ke-3 diteteskan dengan larutan H2SO4
menghasilkan endapan putih sehingga persamaan reaksinya adalah
AgCl2 + H2SO4 → Ag2SO4 + 2HCl
Gambar 2. Hasil Identifikasi kation Ag+
Pengujian kation Hg22+ dilakukan dengan menambahkan larutan aqua regia
kedalam sisa endapan pada tahap sebelumnya. Aqua regia merupakan larutan antara
HNO3 dan HCl dengan perbandingan 1 : 3 [CITATION Has16 \l 1057 ]. Filtrat yang
tersisa hasil campuran endapan sampel dengan aqua regia diteteskan pada kertas
saring, kemudian ditambahkan 1 tetes SnCl2 5% dan 1 tetes anilin. Setelah itu,
tunggu larutan hinga sampai kering. Pada percobaan warna yang dihasilkan ialah
kuning pudar. Namun, menurut [ CITATION Sul17 \l 1057 ] warna yang dihasilkan
adalah warna putih keabu-abuan dengan persamaan reaksi sebagai berikut
Hg2(NO3)2 + S2+ → Sn4+ + 2NO3- + 2Hg (abu-abu)

Gambar 3. Hasil identifikasi kation Hg22+

b. Analisis kation golongan II


Dalam analisis golongan II percobaan dimulai dengan menyampurkan 3 mL
sampel yang mengandung kation golongan II dengan 3 mL amonium sulfida. Setelah
direaksikan akan terbentuk endapan berwarna hitam dan larutan berwarna kuning.
Secara teoritis larutan zat yang mengandung sampel kation golongan II apabila
dicampurkan dengan H2S akan membentuk endapan sulfida yaitu CuS (hitam), CdS
(kuning), HgS(hitam), BI2S3(hitam), PbS (hitam), As2S3 (kuning), Sb2S3, dan
SnS2[ CITATION Sul17 \l 1057 ].
Gambar 4. Hasil identifikasi filtrat + ammonium sulfida
Untuk identifikasi kation golongan IIA, hal pertama yang dilakukan adalah
menambahkan larutan HNO3 kedalam endapan kemudian dipanaskan, disaring dan
dicuci dengan sedikit akuades. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ion sulfida dalam
larutan dengan membentuk H2S yang mudah menguap, sehingga hasil kali
konsentrasi sebagian ion-ion garam sulfida lebih kecil dari harga Ksp-nya. HgS tidak
larut, sedangkan endapan sulfida golongan IIA akan larut sebagai ion logamnya
(Cu2+, Cd2+, Bi3+, Pb2+). Filtrat yang berisi kation ini bila ditambahkan larutan NaF
dan HCl encer. Kemudian larutan tersebut dipanaskan dan filtrat yang telah
dipanaskan akan diidentifikasi dengan NaOH sehingga menghasilkan larutan bening.
Bila terdapat endapan putih, maka mengandung Pb sebagai PbSO4. Kemudian sisa
filtrat golongan IIA ditambahkan larutan H2SO4 jika terdapat. Bi3+ maka akan
terbentuk endapan yang berwarna putih, dalam percobaan filtrat yang dicampurkan
menghasilkan warna larutan yang sedikit keruh. Filtrat sisa berisi Cu2+ dan Cd2+.
Seperti yang dilakukan sebelumnya, filtrat dipindahkan dalam tiga tabung reaksi.
Pertama filtrat diidentifikasikan dengan menambah ammonium asetat 10% dan
menghasilkan larutan berwarna bening. Kemudian pada tabung kedua filtrat
diidentifikasikan dengan asam asetat menghasilkan larutan berwarna bening juga.
Filtrat pada tabung ketiga diidentifikasikan dengan K2CrO4 lalu menghasilkan
endapan berwarna kuning.

Gambar 5. Hasil identifikasi


Kemudian filtrat yang telah diasamkan ditambahkan dengan larutan NH 3 hingga
menghasilkan endapan putih dan campuran tersebut dapat menghasilkan endapan
berwarna putih. Larutan tersebut yang sudah dicampur dengan NH3 kemudian
ditambah dengan larutan HCl sehingga menghasilkan larutan bening (jernih).
Sebagai filtrat yang tersisa akan ditambah dengan larutan HCl encer yang
menghasilkan larutan agak keruh dan identifikasi lain, filtrat juga dicampur dengan
larutan HCl 0,1 M sehingga menghasilkan larutan bening. filtrat yang sudah
dicampur HCl disaring dan sebagian filtrat yang dipisahkan ditambah dengan asam
asetat dan tidak terjadi perubahan warna pada larutan tersebut.
Larutan CdSO4 ditambahkan pada dua tabung reaksi berbeda dengan larutan
KCN ditambahkan pada tabung pertama lalu mengasilkan endapan berwarna putih.
Kemudian pada tabung reaksi kedua ditambahkan larutan KI 0,1 M dan
menghasilkan larutan bening (jernih).

Gambar 6. Hasil identifikasi CdSO4.


Kemudian larutan SbCl3 direaksikan dengan HCl 1 M yang menghasilkan larutan
bening. Larutan yang sudah dicampurkan tersebut kemudian ditambahkan dengan
larutan HCl pekat dan setelah tercampur, larutan dipanaskan sehingga warna larutan
sedikit menguning, lalu diencerkan dengan akuades sehingga membentuk endapan
kuning pudar. Endapan yang terbentuk disaring sehingga mengakibatkan kertas
berwarna kuning.

Gambar 7. Identifikasi SbCl3


1 mL SnCl2 direaksikan dengan asam oksalat dan menghasilkan endapan putih
kekuningan. Filtrat ditambahkan HCl pekat untuk mengurangi ion sulfida yang ada
dalam larutan, sehingga mampu menguraikan ion kompleks sulfida menjadi ion-
ionnya (Sb2+ dan Sn2+) yang siap diidentifikasi.

c. Analisis kation golongan III


Dalam kation golongan III ada beberapa langkah yang dilakukan untuk
mengidentifikasi kation dari golongan IIIA dan golongan IIIB. Pertama menganalisis
kation Al3+ dengan menggunakan larutan Al2 (SO4)3 yang ditambahkan larutan KOH
dan larutan HCl, saat ditetesi kedua larutan tersebut timbul endapan yang berwarna
putih. Menurut [ CITATION Sul17 \l 1057 ] bila Al3+ ditambahkan dengan hidroksida
akan menghasilkan endapan berwarna putih. Al3+ dapat diidentifikasi dengan
penambahan senyawa lain sepeerti P. Aluminon yang menghasilkan senyawa
berwarna merah dan Alzarin S. Menghasilkan Al(C12H2O4)3 yang endapannya
berwarna merah. Kedua mengidentifikasi kation Cr3+ dengan menggunakan larutan
CrCl3 kemudian ditetesi larutan amonia, dalam larutan tersebut terdapan endapan
berwarna ungu dan larutan berwarna bening. Selain itu, Cr 3+ dapat diidentifikasi
dengan mencampurkan CrCl3 dengan beberapa tetes larutan NaOH, dalam larutan
tersebut ada endapan berwarna ungu dan larutan berwarna bening. Kation ketiga
yang diidentifikasi yaitu Fe3+ dengan menggunakan larutan FeCl3 ditambah beberapa
tetes larutan NaOH menghasilkan endapan merah gelap. Kemudian ditambah larutan
1 mL HCl pekat dan 1 mL larutan CoCl2 ditambah pada tabung reaksi ketiga.
Kemudian, larutan MnO2 ditambahkan pada beberapa tabung reaksi dua reaksi
yang berbeda. Kemudian larutan NH3 ditambah pada tabung pertama dan
menghasilkan larutan bening. Pada tabung kedua, larutan Na 2CO3 ditambah dan
menghasilkan larutan dengan warna yang sama yaitu bening. Selanjutnya, 1 mL
larutan ZnCl2 ditambahkan ke dalam tabung reaksi. Lalu 1 mL larutan ZnCl2
direaksikan dengan larutan NaOH 0,1 M dalam tabung reaksi pertama sehingga
menghasilkan perubahan warna pada larutan yakni bening. Kemudian larutan COCl2
ditambahkan ke dalam tiga tabung reaksi yang berbeda. Pada tabung pertama
direaksikan dengan larutan NaOH 0,1 M dan menghasilkan larutan berwarna cokelat
pudar. Pada tabung kedua, direaksikan dengan NH3 dan menghasilkan endapan
berwarna hijau gelap. Tabung ketiga, direaksikan dengan ammonium tiosinat dan
menghasilkan perubahan warna yaitu larutan menjadi warna merah muda.
Kemudian larutan NaSO4 ditambahkan ke dalam empat tabung rekasi berbeda
dan dirkasikan dengan lima jenis larutan dan menghasilkan perubahan secara
berturut-turut; larutan NaOH 0,1 M (hijau pudar), ammonium sulfida (hitam pekat),
larutan DMG (merah muda), dan larutan KCN (putih). Beberapa tetes larutan
NH4OH ditambahkan pada gelas kimia yang berisi NaSO4. Larutan yang dihasilkan
kemudian dipanaskan menggunakan Hot Plate sehingga larutan tersebut berwarna
biru.
Dalam kation golongan IIIB endapan sulfida susana basa hasil pemisahan
kation-kation yaitu MnS warna coklat, ZnS warna hitam, NiS warna hitam, dan CoS
warna hitam, dipisahkan menjadi ion-ionnya dengan menambahkan asam untuk
mengurangi ion sulfida dengan membentuk H2S yang mudah menguap.
[ CITATION Sul17 \l 1057 ]
I. Pertanyaan Pascapraktek
1. Bagaimana perbandingan kelarutan garam klorida kation golongan I ketika
ditambahkan air panas?
Kelarutan dari tiap sampel yang telah berikatan dengan Cl saat ditambahkan air
panas yaitu yang paling larut dalam air panas adalah PbCl2. Karena PbCl2 akan
terurai menjadi ion-ionnya dengan naiknya suhu sehingga ion-ion ini akan bergabung
dengan molekul air sehingga PbCl2 larut dalam air panas. Sedangkan kation yang
lainnya sangat sukar larut sehingga masih berupa endapan dan perlu direaksikan
dengan reagen yang cocok.
2. Jelaskan kelarutan saat identifikasi kation tembaga (golongan IIA) dan aluminium
(golongan IIIA) saat ditambahkan amonia!
Pada saat penambahan amonia ke dalam Cu tidak larut karena sulfida dari
golongan IIA tidak dapat larut dalam ammonnium polisulfida sehingga menghasilkan
endapan sulfida yang berupa Cu[ CITATION Sul17 \l 1057 ] . Identifikasi aluminium saat
ditambahkan amonia menghasilkan warna endapan berupa warna putih [CITATION
Has161 \l 1057 ].
J. Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, analisis kation golongan I, II, dan III
dapat dipahami dengan adanya beberapa prinsip dasar yang melatarbelakangi
pemisahan kation golongan I, II, dan III. Pada golongan I, kation golongan ini dapat
membentuk endapan setelah direaksikan dengan HCl. Pada golongan II, kation
golongan ini bereaksi dengan HCl teteapi membentuk endapan dengan H 2S dalam
suasana asam. Pada golongan III, kation golongan ini hanya mampu membentuk
endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral. Sehingga dapat diketahui
kation-kation yang terdapat dalam masing-maisng sampel.

K. Daftar Pustaka

Achmad, H. (2012). Kimia Anallitik Kualitatif: Analisis Kualitatif Konvensional.


PT Citra Aditya Bakti.
Ayuni, N., & Yuningrat, N. (2014). Kimia Analitik ; Analisis Kualitatif dan
Pemisahan Kimia. Singaraja: Graha Ilmu.
Cokrosarjiwanto. (1997). Kimia Analitik Kualitatif I. Yogyakarta: UNY Press.
Hasbi, M. Y., & dkk. (2016). Penggunaan Aqua Regia dan HCl sebagai Larutan
Pelindian Pada Proses Pemurnian Silikon Tingkat Metalurgi dengan Variasi pH. Jurnal
Seminar Nasional Sains dan Teknologi, 1.
Hasbi, M. Y., Yudanto, S. D., Nurhayati, I., Chandra, S. A., Effendi, & Adjiantoro,
B. (2016). Penggunaan Aqua Regia dan HCl sebagai larutan Pelindian pada proses
Pemurnian Silikon Tingkat Metalurgi dengan Variasi pH. Jurnal Seminar Nasional
Sains dan Teknologi, 1.
Kenan, C. (1984). Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Padmaningrum. (2010). Dasar-dasar Analisis Kimia. Makalah Kegiatan
Pembinaan Olimpiade Sains Nasional, 4.
Situmorang, M. (2012). Kimia Analitik I. Medan: Universitas Negeri Medan.
Sulistryarti, H. (2017). Kimia Analisa Dasar Untuk Analisis Kualitatif. Malang: UB
Press.
Svehla, G. (1979). Vogel's Textbook of Macro and Semimicro Qualitative
Inorganic Analysis (5th ed.). New York: Longman Inc.
Vogel. (1990). Buku Text Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi mikro
(Ke-5 ed.). Jakarta: PT Kalman Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai