PERCOBAAN 1
DI SUSUN OLEH :
Dini Rahmawati
190106012
Dosen Pengampu :
Percobaan kedua yaitu uji ninhidrin, larutan protein yang ditambahkan dengan
pereaksi ninhidrin kemudian dipanaskan menghasilkan warna biru keunguan.
Perubahan warna ini terjadi karena adanya reaksi antara asam amino bebas dengan
pereaksi ninhidrin disertai pemanasan sehingga menghasilkan senyawa kompleks
berwarna biru keunguan. Reaksi ini sering digunakan dalam deteksi sidik jari.
Reaksi yang terjadi yaitu:
Percobaan ketiga yaitu uji xantoprotein, larutan protein yang ditambahkan
dengan HNO3 terbentuk endapan berwarna putih, kemudian dipanaskan berubah
warna menjadi kuning. Penambahan HNO3 pada uji ini berfungsi sebagai pereaksi
agar terjadi nitrasi pada inti benzena yang terdapat dalam molekul protein
sehingga terjadi endapan putih yang berubah menjadi kuning apabila dipanaskan.
Reaksi yang terjadi yaitu:
Selanjutnya larutan yang ada dalam tabung reaksi dibagi dua bagian, lalu
pada tabung yang satunya lagi ditambahkan NaOH sampai larutan berubah
menjadi basa dan terjadi perubahan larutan menjadi warna jingga. Untuk
membuktikan larutan sudah menjadi basa digunakan lakmus merah lalu
dicelupkan ke dalam larutan tersebut dan hasilnya lakmus tersebut akan berubah
menjadi biru. Warna kuning yang terbentuk pada awalnya disebabkan oleh
pembentukan nitro turunan dari sistem cincin benzena yang mengandung asam
amino yaitu asam amino tirosin, aromatik dan triptofan serta warnanya berubah
menjadi jingga.
Percobaan keempat yaitu uji millon, larutan protein yang ditambahkan dengan
merkuri nitrat kemudian dipanaskan, lalu ditambah natrium nitrit menghasilkan
warna merah. Perekasi millon mengandung merkuri dan ion merkuro dalam asam
nitrit dan asam nitrat. Gugus fenol pada tirosin ini akan ternitrasi membentuk
garam merkuri dengan pereaksi millon yang akan membentuk kompleks berwarna
merah. Uji milon digunakan untuk mendeteksi keberadaan tirosin, warna yang
terbentuk disebabkan oleh pembentukan besi fenolat merkuri nitrat. Reaksi yang
terjadi yaitu:
Percobaan kelima yaitu uji Sakaguci, larutan protein yang ditambahkan
dengan NaOH, larutan alfa naftol dan air brom menghasilkan warna merah.
Dalam kondisi basa, alfa naftol akan beraksi dengan gugus guanidine dalam
arginine yang teroksidasi natrium hipoklorit, menghasilkan senyawa berwarna
merah. Percobaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kandungan asam amino
arginin. Reaksi yang terjadi yaitu:
Percobaan keenam yaitu uji sulfur, larutan protein yang ditambahkan dengan
NaOH kemudian dipanaskan, lalu ditambah larutan timbal asetat menghasilkan
endapan berwarna coklat kehitaman. Penambahan NaOH dalam percobaaan ini
adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang menghubungkan
atom S dapat terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS berwarna coklat kehitaman.
Percobaan ini bertujuan untuk menguji adanya gugus sulfur seperti sistin dan
metionin dalam asam amino. Reaksi yang terjadi yaitu:
Percobaan ketujuh yaitu uji pauly, asam sulfonat ditambahkan natrium nitrit,
lalu dimasukan larutan protein dan natrum karbonat menghasilkan warna merah
gelap. Asam sulfonat akan terdiazotisasi dengan penambahan natrium nitrit dan
natrum karbonat. Asam sulfonat yang telah terdiazotisasi akan membentuk
komponen diazonium. Komponen diazonium akan bereaksi dengan cincin
imidazole dari histidin dan gugus fenol dari tirosin membentuk senyawa berwarna
merah. Uji ini digunakan untuk mendeteksi asam amino histidin dan tirosin. Raksi
yang terjadi yaitu:
IV. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa protein
mengandung asam amino yang dapat terlihat keberadannya melalui metode uji.
warna (kualitatif). Pada uji biuret ditunjukkan dengan warna ungu, uji ninhidrin
ditunjukkan dengan warna biru keunguan, uji xantoprotein ditunjukkan dengan
warna kuning, uji millon ditunjukkan dengan warna merah, uji sakaguchi
ditunjukkan dengan warna merah, uji sulfur ditunjukkan dengan warna coklat
kehitaman, uji pauly ditunjukkan dengan warna merah gelap, dan uji aldehid
ditunjukkan dengan adanya cincin ungu.
V. Daftar Pustaka
Adisendjaja, dkk. (2016). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia