Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN 4

UJI AKTIVITAS ENZIM

DI SUSUN OLEH :

Dini Rahmawati

190106012

Dosen Pengampu :

Dr. Rahmad Rizki Fazli, S.Pd., M.Si

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG


2020
I. Landasan Teori
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam
reaksi-reaksi biologis. Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang
dihasilkan oleh sel yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan
tersebut. Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan
laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja dengan menurunkan energi yang aktifasi
sehingga laju reaksi meningkat. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu
substrat tertentu. Oleh karena itu, enzim merupakan elemen penting dalam tubuh
yang sangat banyak membantu dalam reaksi enzimatik seperti dalam proses
sintesis dan reparasi DNA, pemesanan energi, dan sintesis protein (Poedjiadi
2006).
Fungsi penting dari enzim adalah sebagai biokatalisator, reaksi kimia secara
kolektif membentuk metabolisme sel, suatu bagian yang sangat kecil dari suatu
molekul besar protein enzim sangat berperan untuk katalis reaksi. Bagian yang
kecil ini dinamakan bagian aktif enzim. Aktivitas katalik enzim dapat ditentukan
juga melalui struktur tiga dimensi molekul enzim tersebut. Enzim disini
mempunyai peran bisnis dalam menurunkan aktivitas dari reaksi energi. Aktivasi
dapat diartikan sebagai sejumlah energi atau kalori yang diturunkan oleh suatu
mol zat pada temperatur tertentu untuk membawa molekul ke dalam aktifnya atau
keadaan aktifnya (Sumardjo, 2009).
Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim bersifat sangat spesifik, meskipun
jumlah enzim ribuan didalam sel-sel dan substratnya pun sangat banyak, tidak
akan terjadi kekeliruan. Apoenzim merupakan bagian enzim yang merupakan
protein, mempunyai struktur tiga dimensi. Bagian yang bukan protein disebut
koenzim. Kompleks apoenzim dengan koenzim disebut haloenzi. Struktur tiga
dimensi pada enzim tersebut sangat penting untuk aktivitas katalis oleh karena itu
perubahan konformasi yang sedikit saja pada struktur enzim akan mempengaruhi
aktivitasnya. Untuk melihat lebih lanjut tentang enzim, sifat warna, dan reaksi-
reaksinya (Page, 2006).
Enzim memiliki tenaga katalik yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari
katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya tanpa
pemesanan produk samping enzim merupakan unit fungsional untuk metabolisme
sel. Bekerja menurut urutan yang teratur, sistem terkoordinasi dengan baik,
menghasilkan suatu hubungan yang harmonis dalam sejumlah aktivitas metabolik
yang berbeda (Cartono, 2004).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu,
keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimal yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat
mengalami perubahan béntuk jika suhu dan keasaman berubah, di luar suhu atau
pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau struktur akan
mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya
sekali. Kerja enzim juga memanfaatkan oleh molekul lain. Inhibitor adalah
molekul yang menurunkan ativasi enzim, sedangkan activator adalah yang
meningkatkan aktifitas enzim (Soewoto, 2000).
II. Prosedur Kerja
II.1Pengaruh Suhu
Sebanyak empat tabung reaksi disiapkan untuk dilakukan pada empat
percobaan yaitu pada suhu 5 oC, 25 oC, 30 oC dan 100 oC. Kemudian masing-
masing tabung diisi oleh 2 ml saliva yang ditambahkan 2 ml amilum, 3 tetes
iodin dan 6 ml aquadest lalu ditutup dengan alumunium foil. Selanjutnya
dilakukan 4 percobaan yaitu tabung pertama diletakkan pada es batu dengan
suhu 5 oC, tabung kedua diletakkan pada suhu ruang dengan suhu 25 oC,
tabung ketiga diletakkan pada inkubator dengan suhu 30 oC, dan tabung
keempat diletakkan pada air mendidih dengan suhu 100 oC. setelah itu
ditunggu hingga 2 menit, lalu diamati hasilnya.

II.2Pengaruh pH
Sebanyak empat tabung reaksi disiapkan lalu ditambahkan 2 ml saliva
dan 2 ml amilum pada masing-masing tabung. Selanjutnya pada tabung
pertama untuk pH 3 ditambahkan 2 tetes HCl, tabung kedua untuk pH 5
ditambahkan 1 tetes HCl, tabung ketiga untuk pH 7 langsung dicelupkan
kertas indikator, dan tabung keempat untuk pH 9 ditambahkan 1 tetes NaOH.
Kemudian masing-masing tabung diukur pH nya dengan kertas indikator dan
dilihat hasilnya. Selanjutnya setiap tabung diinkubasi selama 5-10 menit
dalam suhu 37 oC, kemudian ditambahkan iod 2% sebanyak 3 tetes dan 6 ml
akuades sambil ditutup dengan alumunium foil dan dihomogenkan, lalu
diamati hasilnya.

II.3Pengaruh konsentrasi
Sebanyak tiga tabung reaksi disipakan untuk masing-masing
konsentrasi yaitu tabung pertama 10-1, tabung kedua 10-2, dan tabung ketiga
10-3. Kemudian pada tabung pertama ditambahkan 2 ml saliva dan 6 ml
aquadest lalu dihomogenkan. Selanjutnya ambil 2 ml larutan dari tabung
pertama kemudian dimasukkan ke tabung kedua lalu ditambahkan 6 ml
aquadest dan dihomogenkan. Kemudian ambil 2 ml larutan dari tabung kedua
kemudian dimasukkan ke tabung ketiga lalu ditambahkan 6 ml aquadest dan
dihomogenkan. Selanjutnya masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 ml
amilum dan dihomogenkan, lalu ditambahnkan 3 tetes iod sambil ditutup
dengan alumunium foil dan dihomogenkan kembali, lalu diamati hasilnya.

II.4Pengaruh aktivitas enzim urease


Sebanyak tiga tabung reaksi disiapkan, lalu pada tabung pertama dan
kedua ditambahkan 1 ml urea 1%, pada tabung ketiga ditambahkan 1 ml
aquadest. Selanjutnya setiap tabung ditambahkan 1 ml urine, lalu pada tabung
pertama ditambahkan HgCl2 1 ml. Kemudian setiap tabung ditambahkan 3
tetes fenolftalein sambil ditutup alumunium foil dan dihomogenkan, lalu
diamati hasilnya.
III. Pembahasan dan Reaksi-reaksi
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai uji aktivitas enzim
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu, pengaruh pH, pengaruh
konsentrasi dan pengaruh aktivitas enzim urease terhadap aktivitas enzim. Enzim
merupakan sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-
reaksi biologis. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di
dalam tubuh mahluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Pada uji
aktivitas enzim ini dilakukan sebanyak empat kali percobaan.
Percobaan pertama yaitu pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dimana
terdapat empat tabung reaksi yang setiap tabung berisi 2 ml saliva yang
ditambahkan 2 ml amilum, 3 tetes iodin dan 6 ml aquadest. Lalu setiap tabung
didiamkan selama 2 menit pada suhu yang berbeda diantarnya 5 oC, 25 oC, 30 oC,
dan 100 oC. Berdasarkan percobaan tersebut semua tabung rekasi menghasilkan
warna bening hal tersebut menunjukkan reaksi yang positif. Enzim terdiri dari
protein, maka enzim sangat peka terhadap suhu. Pengaruh suhu terhadap aktivitas
enzim yaitu pada suhu rendah aktivitas enzim kecil karena tumbukan antar
partikel rendah, sedangkan dengan adanya peningkatan suhu reaksi enzim yang
dikatalis akan meningkat pula. Pada suhu terlalu rendah enzim tidak akan bekerja
optimal, sedangkan pada suhu terlalu tinggi enzim akan terdenaturasi yang
menyebabkan fungsi katalisatirnya hilang. Semakin tinggi suhu yang diberikan
maka kecepatan reaksi semakin cepat sampai pada titik optimum suhu tersebut.
Percobaan kedua yaitu pengaruh pH terhadap aktivitas enzim dimana terdapat
empat tabung reaksi yang setiap tabungnya berisi 2 ml saliva dan ditambahkan 2
ml amilum, lalu tabung pertama ditambahkan 2 tetes HCl, tabung kedua 1 tetes
HCl, tabung ketiga tidak diberi tambahan, dan tabung keempat 1 tetes NaOH.
Kemudian diukur pH setiap tabungnya, hasil pH pada tabung pertama yaitu pH 3,
pada tabung kedua yaitu pH 5, pada tabung ketiga yaitu pH 7, dan pada tabung
keempat yaitu pH 9, lalu setiap tabung diinkubasi selama 5-10 menit dalam suhu
37 oC, kemudian ditambahkan iod 2% sebanyak 3 tetes dan 6 ml akuades.
Berdasarkan percobaan tersebut semua tabung rekasi menghasilkan warna bening
hal tersebut menunjukkan reaksi yang positif. pH berpengaruh terhadap kecepatan
aktivitas enzim dalam mengjatalis suatu reaksi. Hal ini disebabkan konsentrasi ion
hidrogen mempengaruhi struktur dimensi enzim dan aktivitasnya. Setiap enzim
memiliki pH optimum dimana pada pH tersebut struktur tiga dimensinya paling
kondusif dalam mengikat substrat. Enzim tidak dapat berkerja pada pH yang
terlalu rendah (asam) atau pH yang terlalu tinggi (basa). Pada pH yang terlalu
asam atau basa enzim akan terdenaturasi sehingga sisi aktif enzim akan terganggu.
Percobaan ketiga yaitu pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas enzim dimana
terdapat tiga tabung reaksi, pada tabung pertama bersisi 2 ml saliva dan 6 ml
aquadest, tabung kedua berisi 2 ml larutan dari tabung pertama dan 6 ml aquadest,
tabung ketiga berisi 2 ml larutan dari tabung kedua dan 6 ml aquadest. Kemudian
setiap tabung reaksi ditambahkan 2 ml amilum dan 3 tetes iod. Berdasarkan
percobaan tersebut semua tabung rekasi menghasilkan warna bening hal tersebut
menunjukkan reaksi yang positif. Peningkatan konsentrasi enzim akan
meningkatkan reaksi enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi
enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. Sekamin besar konsentrasi
enzim maka semkin tinggi pula aktivitas enzim dalam memecah substrat yang
dikatalis.
Percobaan keempat yaitu pengaruh aktivitas enzim urease terhadap aktivitas
enzim. urease merupakan enzim yang berperan penting sebagai katalis hidrolisis
urea menjadi amoniak dan asam karbamat kemudian mengalami reaksi hidrolisis
secara spontan membentuk amoniak dan asam karbonat. Pada percobaan ini
terdapat tiga tabung reaksi yang pada tabung pertama dan kedua berisi 1 ml urea
1%, sedangkan pada tabung ketiga berisi 1 ml aquadest, kemuidan setiap
tabungnya ditambahkan 1 ml urine, lalu tabung pertama ditambahkan HgCl 2 1 ml,
setelah itu ditambahkan 3 tetes fenolftalein pada masing-masing tabung serta
ditutup dengan alumunium foil agar tidak tercium bau yang tidak sedap.
Penambahan fenolftalein pada urea bertujuan untuk membuat suasana urea
menjadi basa, karena urea bekerja pada pH basa atau di atas 7. Selain itu juga
karena ekstrak urea pada umumnya berwarna putih yang sulit diamati maka
fenolftalein digunakan sebagai indikator terbentuknya warna yang menandakan
substrat tersebut cocok dengan enzim. Berdasarkan percobaan tersebut didapat
warna larutan yang bening menunjukkan reaksi yang negative. Hasil yang didapat
tidak sesuai dengan teori, dimana reaksi positif ditunjukkan dengan perubahan
larutan menjadi warna ungu. Hal ini bisa terjadi dikarenakan kesalahan saat
pembuatan bahan maupun saat melakukan praktikum.
Reaksi hidrolisis urea oleh urase dituliskan pada reaksi (1) dan (2).

IV. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aktivitas
enzim berlangsung pada suhu optimum yaitu sekitar 37-40 oC, saat suhu rendah
maka aktivitas enzim kecil bagitu juga saat suhu tinggi rekasi enzim akan
meningkat. Enzim juga menujukkan aktivitas maksimal pada pH optimum yaitu
pH sekitar 6-8, pada pH yang terlalu asam atau basa enzim akan terdenaturasi
sehingga sisi aktif enzim akan terganggu.
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin meningkat kecepatan reaksi
enzimatis dalam memecah substrat. Konsentrasi substrat menaikan kecepatan
reaksi enzim sampai mencapai kecepatan maksimum yang tetap, setelah itu
konsentrasi substrat tidak berpengaruh lagi.
V. Daftar Pustaka
Cartono, M.Pd. 2004. Biologi Umum. Bandung: Prima Press.
Page, S. D. 2006. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Poedjiadi A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Soewoto H. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya Medika.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai