Anda di halaman 1dari 11

Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020

NIM : B04190167 Asisten : Susilawati


Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

BIOFISIK II

Tujuan : Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat menunjukkan


aspek biofisik yang terkait dengan proses biokimia :
 Mengamati perbedaan sifat berbagai jenis koloid
 Membuat berbagai jenis larutan penyangga
 Mengamati pengaruh tekanan osmotic pada larutan

Hasil Pengamatan

Tabel 1 Sifat dan jenis koloid


Sampel Sifat koloid Jenis koloid berdasarkan
Pengendapan oleh garam Difusi/Perembesan hasil pengamatan
NaCl MgSO4
Gelatin 2% X ✓ Liofil
Pati 2% X ✓ Liofil
Ferihidroksida ✓ X Liofob
Biru berlin ✓ X Perembesan Liofob
CuSO4 5% Difusi Liofil
Eosin Difusi Liofil
Giemsa Difusi Liofil

Tabel 2 Larutan buffer standar

Buffer Standar Asetat (Walpole)


mL 0.1 N asam asetat mL 0.1 N Na-asetat Nilai pH terukur Kapasitas Buffer
9.25 0.75 3 0,772
8.20 1.80 4 0,844
6.30 3.70 4 0,952
4.00 6.00 5 1,037
2.10 7.90 5 1,122
Buffer Standar Fosfat (Sorensen)
mL 1/5 M Na2HPO4 mL 1/5 M NaH2PO4 Nilai pH terukur Kapasitas Buffer
0.50 9.50 5,5 0,767
1.20 8.80 5,5 0,823
2.65 7.35 6 0,881
5.00 5.00 7 0,944
7.15 2.85 7 1
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190167 Asisten : Susilawati
Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

Contoh Perhitungan Kapasitas Buffer

[H+] = ka asam x V asam (CH3COOH)


V garam
= 1,76 x 10ˉ⁵ x 9,25
0,75
= 21,7 x 10ˉ⁵

PH Teori = -log [H+]


= -log [21,7 x 10ˉ⁵]
= 5 – log 21,7
=3,67

Kapasitas Buffer = PH Teori


pka asam
= 3,67
5 – log 1,76
= 3,67
4,75
= 0,772

[OHˉ] = kb Na2HPO4 x V Na2HPO4


V KH2PO4
= 6,23 x 10ˉ⁸ x 0,50
9,50
= 3,28 x 10ˉ⁹

POH Teori = -log [OHˉ]


= -log [3,28 x 10ˉ⁹]
= 9 – log 3,28
= 8,48

PH Teori = 14 – POH
= 14 – 8,48
= 5,52

Kapasitas Buffer = PH Teori


pkb basa
= 5,52
8 - log 6,23
= 5,52
7,2
= 0,767
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190167 Asisten : Susilawati
Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

Tabel 3 Tekanan osmotic cairan sel darah merah

Sampel Pengendapan (+/-) Kondisi Sel darah merah


(Lisis/Kerut/Normal)
Darah + NaCl 0.3% - Lisis
Darah + NaCl 0.9% + Normal
Darah + NaCl 5% + Kerut

Keterangan Gambar Sel Darah Merah :

NaCl 0,9% NaCl 5%


NaCl 0,3%

Contoh Perhitungan Pos

NaCl 0,92% (isotonik)


Π NaCl = Π darah (kondisi stabil)

Massa NaCl = 0,92% x 100 gram


= 0,92 gram

Massa pelarut (air) = 100% - 0,92%


= 99,08%

Volume pelarut (air) = 99,08% x 100 gram


= 99,08 mL
= 0,09908 L
Mol = Massa
Mr
= 0,92 gram
58,5
= 0,0157 mol

[NaCl] = Mol
V Pelarut (air)
= 0,0157 mol
0,09908 L
= 0,1585 M
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190167 Asisten : Susilawati
Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

Tekanan Osmotik = M.R.T.i


= 0,1585 x 0,08205 x 310 x (1+ (2-1) 1)
= 8,06 atm

Pembahasan

Hasil pengamatan pada tabel 1 menunjukan bahwa ketika gelatin 2% dan pati 2% ditambahkan
dengan NaCl dan didiamkan dalam waktu yang lama, tidak terbentuk endapan. Hal ini menunjukan
bahwa gelatin 2% dan pati 2% bersifat liofil (suka air) sehingga larutan keduanya cenderung berikatan
dengan air dan tidak menghasilkan endapan. Koloid liofil adalah koloid yang partikel-partikel
terdispersinya menarik medium pendispersinya, yang disebabkan gaya tarik antara partikel-partikel
terdispersi dengan medium pendispersinya kuat (Putri 2015). Gelatin 2% dan pati 2% dapat mengendap
dengan tambahan MgSO4. Koloid liofil membutuhkan penambahan NaCl dan MgSO4 untuk
membentuk suatu endapan karena daya tarik-menarik antara partikel terdispersi dan medium pendispersi
koloid ini sangat kuat sehingga membutuhkan banyak elektrolit agar terbentuk endapan. Pada koloid ini,
tidak akan terjadi koagulasi jika elektrolit yang ditambahkan sedikit (Putri 2015). Pengendapan koloid
menggunakan garam NaCl dan MgSO4 memiliki perbedaan. Koloid liofil dapat mengendap ketika
ditambahkan garam NaCl dan MgSO4. Keelektronegatifan ion SO4²ˉ lebih tinggi dari Clˉ sehingga
SO4²ˉ dapat mengikat air dan koloid akan mengendap (Giriarso dan Rahayu 2011).

Larutan Biru berlin dan ferihidroksida yang dicampurkan dengan larutan NaCl, masing-masing
membentuk endapan setelah lama didiamkan. Larutan biru berlin maupun Ferihidroksia cenderung
mengendap pada dasar tabung dan tidak bercampur dengan larutan NaCl. Larutan biru berlin maupun
Ferihidroksia tidak saling menarik dengan molekul air. Hal ini menunjukan bahwa larutan tersebut
bersifat liofob yang menyebabkan terbentuknya endapan dalam waktu yang relatif lama setelah
ditambahkan garam. Koloid liofob adalah koloid yang partikel-partikel terdispersinya tidak menarik
medium pendispersinya (Setyono 2011). Koloid liofob stabil pada konsentrasi rendah sehingga akan
mengalami koagulasi jika diberi sedikit larutan elektrolit (garam) (Putri 2015).

Koloid yang stabil terhadap pemgendapan oleh garam adalah koloid liofob karena endapan yang
terbentuk pada koloid tersebut tidak dapat membentuk sol kembali jika diberi medium pendispersinya.
Hal ini juga disebabkan karena koloid liofob tidak dapat mengabsorpsi medium pendispersinya (Putri
2015).

Sifat yang diamati dari pengamatan tersebut adalah sifat difusi pada suatu larutan koloid liofob dan
koloid liofil. Berdasarkan hasil pengamatan, gelatin dan giemsa merupakan koloid liofil maka terjadi
proses difusi antara keduanya ditandai dengan adanya gradien yang terbentuk. Gelatin dan larutan
CuSO4 yang merupakan koloid liofil juga menunjukan terbentuknya gradien dan bersifat difusi. Gelatin
dan eosin yang merupakan koloid liofil menunjukan terbentuknya gradien dan bersifat difusi. Gelatin
dan biru berlin yang merupakan koloid liofob tidak menunjukan terbentuknya gradien, yang terbentuk
adalah perembesan saja karena tidak dapat berdifusi melalui gel.

Manfaat koloid bagi kehidupan diantaranya dalam proses dialisis (proses penghilangan ion-ion yang
mengganggu kestabilan koloid) yaitu hemodialisis, koloid pelindung (menstabilkan sistem koloid yang
perlu dijaga kestabilannya) yaitu gelatin senagai koloid pelindung es krim, dan pengolahan air
(koagulasi dan absorpsi) yaitu pada tawas sebagai penggumpal lumpur koloid dan juga dapat
membentuk Al(OH)3 yang dapat menyerap zat pewarna dan pencemar (Sundari FS 2017).
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190167 Asisten : Susilawati
Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

Buffer dibuat dari campuran asam lemah dengan garam/basa konjugasinya atau basa lemah dengan
garam/asam konjugasinya (Sihaloho 2013). Proses pembuatan buffer standar pada praktikum teridiri
dari metode Walpole dan Sorensen. Merujuk pada prosedur praktikum, perbedaan antara metode
pembuatan buffer Walpole dan Sorensen terletak pada bahan dasar yang digunakan untuk membuat
larutan buffer. Pembuatan buffer menggunakan metode Walpole menggunakan bahan dasar larutan
asam asetat dan natrium asetat sedangkan pembuatan buffer dengan metode Sorensen menggunakan
bahan dasar campuran Na2HP4 dan NaH2PO4.

Sistem buffer Walpole dan Sorensen adalah larutan penyangga yang ada di dalam tubuh. Kedua
buffer tersebut memiliki fungsi yang sama dan yang membedakan hanyalah kisaran pH daya kerjanya.
Buffer asetat memiliki kisaran pH asam (pH<7) sedangkan buffer fosfat memiliki kisaran pH basa
(pH>7). Kapasitas buffer yang nilainya semakin besar maka buffer tersebut semakin baik untuk
digunakan (Padmono 2007). Berdasarkan tabel 2, buffer yang memiliki kapasitas buffer terbesar pada
buffer standar asetat adalah campuran 2,10 mL asam asetat 0,1 N dan 7,90 Na-asetat 0,1 N sedangkan
pada buffer fosfat standar adalah campuran antara 7,15 mL 1/5 M Na2HPO4 dan 2,85mL NaH2PO4.

Pemanfaatan larutan buffer dalam kehidupan sehari-hari diantaranya ; (1) industri pengalengan buah,
buah-buahan yang dimasukan dalam kaleng perlu dibubuhi asam sitrat dan natrium sitratuntuk menjaga
pH agar tidak mudah rusak oleh bakteri ; (2) pengolahan limbah berbagai industri, limbah yang akan
diolah diatur pHnya sedemikian rupa sehingga bila dibuang tidak menimbulkan dampak negatif ; (3)
penggunaan obat tetes mata, suasana pH pada obat tetes mata harus disesuaikan dengan kondisi pH
manusia agar tidak menimbulkan bahaya; (4) dalam bidang farmasi diperlukan keadaan pH yang stabil
agar khasiat zat aktif dalam obat tidak berkurang atau hilang (Salirawati et al. 2017).

Dinding sel darah merupakan lapisan semipermiabel. Tekanan sel darah harus tetap dijaga
supaya sel darah tidak rusak yaitu dengan cara menjaga aliran sel darah dengan lingkungannya. Tekanan
osmotik sel darah manusia sekitar 6.6 atm pada suhu 0oC. Penambahan larutan yang tekanan
osmotiknya lebih kecil ataupun lebih besar akan mempengaruhi sel-sel darah merah tersebut.

Hasil percobaan menggunakan sel darah merah sapi dengan menambahkan NaCl 0.3%
mengasilkan suatu sel darah yang bersifat hipotonik terlihat dari bentuk sel darah merah yang cembung.
Larutan atau cairan hipotonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih kecil daeipada
konsentrasi plasma. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan difusi konsentrasi larutan plasma dan
mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel sehingga
sel darah merah menjadi mengembang dan dapat pecah atau lisis (Rohani 2016)

Sel darah merah yang ditambahkan NaCl 0.9% bersifat isotonik. Hal ini terlihat dari bentuknya
yang tidak mengalami perubahan. Larutan isotonik adalah suatu cairan/larutan yang memiliki
konsentrasi zat terlarut sama atau mendekati sama dengan konsentrasi plasma (Rohani 2016).

Sel darah merah yang ditambahkan NaCl 5% mengalami pengkerutan karena sifat larutannya
adalah hipertonik. Larutan hipertonik adalah suatu larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi dari pada konsentrasi plasma. Pemberian larutan hipertonik dapat menyebabkan kelebihan dalam
sirkulasi dan dehidrasi di dalam sel sehingga terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke ekstrasel
(intravaskuler) yang menyebabkan penyusutan sel darah merah yang disebut krenasi (Rohani 2016).
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190167 Asisten : Susilawati
Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

Selain itu, pada percobaan ini diamati pula mengenai proses osmosis dan tekanan osmotik pada
setiap suspensi. Osmosis adalah peristiwa perpindahan molekul air (pelarut) melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi rendah ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (Karmana
2008). Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalu membran semi permeable (proses
osmosis) (Hadiwijaya dan Manatar 2012).

Suspensi NaCl 0,9% yang isotonik terhadap Pos sel darah merah memiliki tekanan osmotik
sebesar 0,86 atm, suspensi NaCl 0,3% yang hipotonik terhadap Pos sel darah merah memiliki tekanan
osmotik sebesar 2,59 atm, dan suspensi NaCl 5% yang hipertonik terhadap Pos sel darah merah
memiliki tekanan osmotik sebesar 45,72 atm.

Beberapa gangguan fisiologis dan klinis yangdapat terjadi apabila tekanan osmosis darah
menjadi hipertonik dan hipotonik adalah kolesterol tinggi, diabetes, penyakit parkinson, penyakit
jantung, sleep apnea, dan penyakit ginjal. Pada manusia, hipertonik terjadi bila tekanan osmotik yang
lebih besar daripada sel darh merah dan konsentrasinya lebih tinggi dari larutan isotonik sedangkan
kondisi hipotonik, sel darah merah pecah akibat pembesaran sel karena rendahnya konsentrasi di luar
dibanding di dalam sehingga larutan masuk ke dalam sel mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan
turgor (Alberts et al. 2004)
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190167 Asisten : Susilawati
Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

Diskusi (tuliskan dalam bentuk paragraf dan sertakan referensi!)


Gunakan pertanyaan di bawah ini sebagai petunjuk untuk pembahasan hasil praktikum !

Koloid
1. Jelaskan hasil pada Tabel 1. Mengapa pengendapan koloid liofil memerlukan penambahan NaCl dan
MgSO4 sedangkan pengendapan koloid liofob cukup dengan penambahan NaCl ? (kaitkan dengan
sifat koloid liofil dan liofob)
2. Berdasarkan referensi dan hasil pada Tabel 1, koloid manakah yang stabil terhadap pengendapan oleh
garam?
3. Jelaskan mengapa garam dapat mengendapkan partikel koloid?
4. Bagaimanakah perbedaan sifat garam NaCl dan MgSO4 dalam pengendapan koloid !
5. Jelaskan hasil pada Tabel 1. Koloid manakah yang mengalami difusi? Bagaimana difusi dapat terjadi
pada koloid?
6. Berdasarkan referensi dan hasil pada Tabel 1. Jelaskan manakah yang termasuk koloid liofil dan
koloid liofob?
7. Sebutkan contoh koloid lainnya dan manfaat koloid dalam kehidupan !

Buffer
1. Berdasarkan prosedur praktikum yang telah dilakukan. Jelaskan perbedaan pembuatan buffer dengan
metode Walpole dan Sorensen !
2. Berdasarkan hasil nilai pH pada Tabel 2. Jelaskan buffer manakah yang dapat mempertahankan
kondisi keasaman pada pH <7 dan pH >7 !
3. Diantara nilai Ph yang diperoleh, buffer manakah yang memiliki kapasitas buffer terbesar ?
4. Sebutkan penggunaan/pemanfaatan Buffer dalam kehidupan !

Tekanan Osmosis
1. Definisi osmosis dan tekanan osmosis !
2. Berdasarkan hasil pada Tabel 3. Suspensi manakah yang menunjukkan terbentuknya endapan sel darah merah
secara jelas? Bandingkan dengan suspensi lainnya !
3. Hitung tekanan osmosis (Pos) dari ketiga suspensi tersebut berdasarkan konsentrasi molar. Berapakah Pos
cairan sel darah merah? Suspensi manakah yang memiliki tekanan osmosis hipotonis, isotonis, dan hipertonis
terhadap Pos sel darah merah normal ?
4. Sebutkan factor-faktor yang menyebabkan tekanan osmosis darah manusia menjadi :
a. Hipertonik
b. Hipotonik
5. Sebutkan gangguan fisiologis dan klinis yang diakibatkan jika tekanan osmosis darah menjadi
hipertonik dan hipotonik !
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190167 Asisten : Susilawati
Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

Jawaban Koloid

1. Koloid liofil membutuhkan penambahan NaCl dan MgSO4 untuk membentuk suatu endapan
karena daya tarik-menarik antara partikel terdispersi dan medium pendispersi koloid ini sangat
kuat sehingga membutuhkan banyak elektrolit agar terbentuk endapan. Pada koloid ini, tidak
akan terjadi koagulasi jika elektrolit yang ditambahkan sedikit. Koloid liofob stabil pada
konsentrasi rendah sehingga akan mengalami koagulasi jika diberi sedikit larutan elektrolit
(garam) (Putri 2015).
2. Koloid yang stabil terhadap pemgendapan oleh garam adalah koloid liofob karena endapan yang
terbentuk pada koloid tersebut tidak dapat membentuk sol kembali jika diberi medium
pendispersinya. Hal ini juga disebabkan karena koloid liofob tidak dapat mengabsorpsi medium
pendispersinya (Putri 2015).
3. Garam dapat mengendapkan partikel koloid karena garam dapat mengurangi elektrostatik di
antara partikel yang terdispersi sehingga menyebabkan agregasi dan pengendapan (Hendrawati
et al. 2017)
4. Pengendapan koloid menggunakan garam NaCl dan MgSO4 memiliki perbedaan. Koloid liofil
dapat mengendap ketika ditambahkan garam NaCl dan MgSO4. Keelektronegatifan ion SO4²ˉ
lebih tinggi dari Clˉ sehingga SO4²ˉ dapat mengikat air dan koloid akan mengendap (Giriarso
dan Rahayu 2011).
5. Berdasarkan Tabel 1, koloid yang mengalami difusi adalah CuSO4 5%, eosin, dan giemsa.
Larutan tersebut dapat berdifusi karena memiliki sifat liofil-liofil dan gaya tarik menarik larutan
yang kuat. Campuran koloid liofil-liofob tidak dapat mengalami difusi karena gaya tarik menarik
antar larutan tersebut rendah
6. Berdasarkan Tabel 1, gelatin 2%, pati 2 %, CuSO 5%, eosin, dan giemsa termasuk ke dalam
liofil sedangkan ferihidroksida dan biru berlin termasuk ke dalama liofob.
7. Manfaat koloid bagi kehidupan diantaranya dalam proses dialisis (proses penghilangan ion-ion
yang mengganggu kestabilan koloid) yaitu hemodialisis, koloid pelindung (menstabilkan sistem
koloid yang perlu dijaga kestabilannya) yaitu gelatin senagai koloid pelindung es krim, dan
pengolahan air (koagulasi dan absorpsi) yaitu pada tawas sebagai penggumpal lumpur koloid
dan juga dapat membentuk Al(OH)3 yang dapat menyerap zat pewarna dan pencemar (Sundari
FS 2017).

Jawaban Buffer

1. Merujuk pada prosedur praktikum, perbedaan antara metode Walpole dan Sorensen terletak pada
bahan dasar yang digunakan untuk membuat larutan buffer. Pembuatan buffer menggunakan
metode Walpole menggunakan bahan dasar larutan asam asetat dan natrium asetat sedangkan
pembuatan buffer dengan metode Sorensen menggunakan bahan dasar campuran Na2HP4 dan
NaH2PO4.
2. Berdasarkan hasil nilai pH pada Tabel 2, buffer standar asetat (Walpole) dapat mempertahankan
kondisi keasaman pada pH <7 sedangkan buffer fosfat standar (Sorensen) dapat
mempertahankan kondisi pada pH>7
3. Buffer yang memiliki kapasitas buffer terbesar pada buffer standar asetat adalah campuran 2,10
mL asam asetat 0,1 N dan 7,90 Na-asetat 0,1 N sedangkan pada buffer fosfat standar adalah
campuran antara 7,15 mL 1/5 M Na2HPO4 dan 2,85mL NaH2PO4
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190167 Asisten : Susilawati
Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

4. Ada beberapa pemanfaatan larutan buffer dalam kehidupan sehari-hari diantaranya ; (1) industri
pengalengan buah, buah-buahan yang dimasukan dalam kaleng perlu dibubuhi asam sitrat dan
natrium sitratuntuk menjaga pH agar tidak mudah rusak oleh bakteri ; (2) pengolahan limbah
berbagai industri, limbah yang akan diolah diatur pHnya sedemikian rupa sehingga bila dibuang
tidak menimbulkan dampak negatif ; (3) penggunaan obat tetes mata, suasana pH pada obat tetes
mata harus disesuaikan dengan kondisi pH manusia agar tidak menimbulkan bahaya; (4) dalam
bidang farmasi diperlukan keadaan pH yang stabil agar khasiat zat aktif dalam obat tidak
berkurang atau hilang (Salirawati et al. 2017)

Jawaban Tekanan Osmosis

1. Osmosis adalah peristiwa perpindahan molekul air (pelarut) melalui membran semipermeabel
dari larutan yang berkonsentrasi rendah ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (Karmana 2008).
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalu membran semi permeable (proses
osmosis) (Hadiwijaya dan Manatar 2012).
2. Suspensi yang menunjukkan terbentuknya endapan sel darah merah yang jelas adalah darah +
NaCl 0,9% dan darah + NaCl 5%. Suspensi darah + NaCl 0,3% tidak menunjukkan terbentuknya
endapan.
3. Suspensi NaCl 0,9% yang isotonik terhadap Pos sel darah merah memiliki tekanan osmotik
sebesar 0,86 atm, suspensi NaCl 0,3% yang hipotonik terhadap Pos sel darah merah memiliki
tekanan osmotik sebesar 2,59 atm, dan suspensi NaCl 5% yang hipertonik terhadap Pos sel darah
merah memiliki tekanan osmotik sebesar 45,72 atm.
4. Tekanan osmotik bisa berubah menjadi hipertonik dan hipotonik. Adapun faktor yang
menyebabkan perubahan tersebut adalah konsentrasi zat terlarut dari larutan tersebut.
Penambahan zat ke dalam larutan akan meningkatkan konsentrasi sehingga air akan keluar dari
sel maka permeabilitas membran plasma akan mengalami plasmolisis (Kartika dan Nisa 2015) .
5. Beberapa gangguan fisiologis dan klinis yangdapat terjadi apabila tekanan osmosis darah
menjadi hipertonik dan hipotonik adalah kolesterol tinggi, diabetes, penyakit parkinson, penyakit
jantung, sleep apnea, dan penyakit ginjal. Pada manusia, hipertonik terjadi bila tekanan osmotik
yang lebih besar daripada sel darh merah dan konsentrasinya lebih tinggi dari larutan isotonik
sedangkan kondisi hipotonik, sel darah merah pecah akibat pembesaran sel karena rendahnya
konsentrasi di luar dibanding di dalam sehingga larutan masuk ke dalam sel mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan turgor (Alberts et al. 2004)

Simpulan

Koloid terbagi ke dalam dua bagian, yaitu koloid liofil yang tingkat kestabilannya tinggi dan
mengikat air serta koloid liofob yang tingkat kestabilanya rendah dan tidak mengikat air. Proses
pengendapan oleh garam pada koloid terjadi karena garam mampu mengurangi gugus elektrostatik
diantara partikel yang tersuspensi sehingga menyebabkan agregasi dan pengendapan. Buffer dibuat
menggunakan campuran asam lemah dengan garam/basa konjugasinya atau basa lemah dengan
garam/asam konjugasinya.
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190167 Asisten : Susilawati
Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

Daftar Pustaka

Alberts B, Bray D, Hopkin K, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2004. Essential Cell
Biology 2nd. New York (US) : Garland Science.
Giriarso JP, Rahayu N. 2011. Kamus Kimia SMA. Jakarta Selatan (ID) : Gagas Media.
Hadiwijaya R, Manatar A. 2014. Potensi micro-Chinese medicine osmotherapy sebagai terapi alternatif
penyakit ginjal kronik. Isains Medis. 2(3) : 10-11.
Hendrawati N, Prasetyo BA, Prayogi ZA. 2017. Penurunan kadar pencemaran dengan penambahan
Ca(OH)2 menggunakan metode aerasi dan prestisipasi pada air buangan sulfur recovery unit
(SRU). Seminar Nasional Rekayasa Proses Industri Kimia. 8-19.
Karmana, Oman. 2010. Biologi : Buku Pelajaran untuk Kelas XI Semester 1 Sekolah Menengah Atas.
Bandung (ID) : Grafindo Media Pratama.
Kartika NP, Nisa FC. 2015. Strudi pembuatan osmodehidrat buah nanas (Ananas comosus L. Merr) :
kajian konsentrasi gula dalam larutan osmosis dan lama perendaman. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 3(4) : 1345-1355.
Padmono D. 2007. Kemampuan alkalinitas kapasitas penyangga (buffer capacity) dalam sistem
anaerobik fixed bed. Jurnal Teknik Lingkungan. 8(2) :119-127.
Putri, Devina. 2015. Fresh Update Buku Pintar Kimia SMA/MA Ke-1,2 dan 3. Jakarta Selatan (ID) :
Bintang Wahyu.
Rohani. 2016. Hubungan lama pemasangan infus dengan terjadinya plebitis di RS Husada Jakarta tahun
2015. Jurnal Ilmiah Widya. 4(2) : 1-8.
Salirawati D, Meilina FK, Suprihatiningrum J. 2010. Belajar Kimia Secara Menarik. Jakarta (ID) :
Grasindo.
Setyono, Budhi. 2011. Bahas Total Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia SMA IPA Kelas XI.
Yogyakarta (ID) : Indonesia Tera.
Sihaloho M. 2013. Analis kesalahn siswa dalam memahami konsep larutan buffer pada tingkat
makroskopis dan mikroskopis. Jurnal Entropi. 3(1) : 488-499.
Sundari FS. 2017. Top Update Big Bank Kimia SMA/MA 1,2, dan 3. Jakarta Selatan (ID) : Bintang
Wahyu.
Nama : Brilianti Vidita Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190167 Asisten : Susilawati
Kelompok : 16 PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si,

Anda mungkin juga menyukai