Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS FARMASI

“TITRASI ASAM BASA”

Dosen Pengampu : 1. Dra. Eka Herlina, M.Si.

2. Dra. Trirakhma Sofihidayati, M.Si.

3. Cantika Zaddana. S.GZ., M.Si.

4. Rikkit. S.Farm.

Asisten Dosen : Anissa Fitriani

Nama Penyusun : Nanda Salsabila (066121139)

Kelas : 1D

Kelompok :4

Anggota Kelompok : 1. Rosalina Dwi Murniwati (066121126)

2. Gusti Putri Ekanugraha (066121145)

3. Puutri Nurul Sakila (066121158

4. Nanda Salsabila (066121139)

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan

1. Mengetahui proses titrasi dengan baik


2. Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam

1.2. Dasar Teori


Titrasi asam basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (pH) suatu
larutan asam/basa berdasarkan reaksi asam basa. Kadar larutan asam dapat
ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya,
dan sebaliknya kadar larutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan larutan
asam yang sudah diketahui kadarnya. Titrasi yang menyandarkan pada jumlah
volum larutan disebut titrasi volumetri. Pengukuran volum diusahakan setepat
mungkin dengan menggunakan alat-alat, seperti buret dan pipet volumetri.

Larutan yang akan dicari kadarnya dimasukkan ke dalam labu erlemeyer,


sementara larutan yang sudah diketahui kadarnya dimasukkan ke dalam buret.
Sebelum memulai titrasi, larutan yang akan dititrasi ditetesi larutan indikator.
Jenis indikator yang digunakan disesuaikan dengan titrasi yang dilakukan,
misalnya Fenolftalein untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat.

Secara teknis, titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit
larutan penitrasi melalui buret, ke dalam larutan yang akan dititrasi dalam labu
erlemeyer. Penambahan dilakukan terus menerus sampai kedua larutan tepat
habis bereaksi yang ditandai dengan berubahnya warna indikator. Kondisi pada
saat terjadi perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam
habis bereaksi dengan larutan basa. Pendekatan antara titik akhir titrasi dan titik
ekuivalen titrasi bergantung pada pH perubahan warna dari larutan indikator. Jika
perubahan warna indikator terletak pada pH titik ekuivalen, maka titik akhir
titrasi sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna terjadi
setelah penambahan larutan penitrasi yang berlebih, maka titik akhir titrasi
berbeda dengan titik ekuivalen. Perbedaan antara titik akhir titrasi dengan titik
ekuivalen disebut kesalahan titrasi. Besar kecilnya kesalahan titrasi ditentukan
oleh pemilihan indikator. Jika indikator yang digunakan tepat, maka kesalahan
titrasinya kecil.

Dalam titrasi, ada saat dimana terjadi perubahan pH secara drastis. Kondisi ini
terjadi saat titrasi mendekati titik ekuivalen. Perubahan ini akan tetap terjadi
meskipun larutan penitrasi yang ditambahkan sangat sedikit. Titik ekuivalen
dalam titrasi berbeda-beda tergantung jenis titrasinya. Titrasi asam kuat oleh basa
kuat dan sebaliknya mempunyai titik ekuivalen pada pH 7. Titik ekuivalen titrasi
asam lemah oleh basa kuat terjadi pada pH basa, antara 8 dan 9. Sementara titik
ekuivalen titrasi basa lemah oleh asam kuat berada pada pH asam.
BAB II

METODE KERJA

2.1. Bahan dan Alat


a) Bahan
1. Larutan NaOH stok
2. Laruan HCl yang akan diuji
3. Larutan CH3COOH yang akan diuji
4. Indikator fenorcallen
5. Aquadest
6. Kertas tissue

b) Alat
1. Buret
2. Statip
3. Botol semprot
4. Corong
5. Gelas kimia
6. Gelas ukur
7. Gelas erlenmeyer
8. Pipet gondok

2.2. Cara Kerja


a) Titrasi basa kuat dengan asam kuat
1. Dibuat 100 ml larutan NaOH 0,1 M, 50 ml Larutan HCL 0,1 M
2. Siapkan peralatan titrasi. Buret dibersihkandibilas oleh NaOH 0,1 N.
kemudian dimasukan larutan NaOH 0,1 M (sebagai larutan penitar) kedalam
buret, tetapkan titik nol
3. Dimasukan 10 ml larutan asam klorida dengan pipet gondok kemudian
masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml, beri 3 tetes indikator fenolftarei,
campur hingga rata
4. Tempatkan larutan asam klorida dalam erlenmeyer tersebut dibawah buret
5. Titrasi larutan HCl dengan NaOH yang berada di buret hingga titik akhir
titrasi (berwarna merah muda)
6. Catat mL NaOH 0,1 M yang dibutuhkan hingga mencapai titik akhir titrasi
7. Lakukan 3 kali pengulangan
8. Hitung kemolaran dan pH dri HCl

b) Titrasi basa kuat dengan asam lemah


1. Dibuat 100 mL larutan NaOH 0,1 M, 50 ml CH3COOH 0,1 M
2. Siapkan peralatan titrasi. Buret dibersihkan dibilas oleh NaOH 0,1 N.
kemudian dimasukan larutan NaOH 0,1 M ( sebagai larutan penitar) kedalam
buret, tetapkan titik nol
3. Dimasukan 10 ml larutan asam asetat dengan pipet gondok kemudian
masukkan kedalam erlenmeyer 100 ml, beri 3 tetes indikator fenolftarein,
campur hingga rata
4. Tempatkan larutan asam asetat dalam erlenmeyer tersebut dibawah buret
5. Titrasi larutan asetat dengan NaOH yang berada diburet hingga titik akhir
titrasi (berwarna merah muda)
6. Catat ml NaOH 0,1 M yang dibutuhkan hingga mencapai titik akhir titrasi
7. Lakukan 3 kali pengulangan
8. Hitung kemolaran dan pH dan HCl
BAB III
DATA PENGAMATAN

3.1. Data Pengamatan


- Pembakuan NaOH

Volume NaOH (mL)


Bobot asam Ad Pipet
KEL
oksalat (g) (mL) (mL)
Simplo Duplo Triplo

4 0,6578 100 10 13,7 13,6 13,6

- Normalitas HCl
Volume NaOH (mL)
Kelompok Pipet (mL)
Simplo Duplo Triplo
4 10 13,6 13,4 13,2

3.2. Perhitungan
- Pembakuan NaOH
Dik : mg Asam Oksalat : 0,6578 g 657,8 mg
V penitar : 13,7 + 13,6 + 13,6
3
: 13,6
BST Asam Oksalat : 63
Faktor Pengali : 10

Dit : N NaOH : .......?


Jawaban :
N NaOH = mg Asam Oksalat
V Penitar x BST asam oksalat x FP
= 0,6578
13,6 x 63 x 10
= 0,6578
8,568
= 0,0767 N
- Normalitas HCl
Dik : V2 = 10
V1 = 13,6 + 13,4 + 13,2
3
= 13,4
N1 = 0,0767 N
Dit : N2 = ......?
Jawaban :
N2 = V1 x N1
V2
= 13,4 x 0,0767
10
= 0,1027 N
3.3. Reaksi

 HCl(aq) + NaOH (aq) NaCl(aq) + H2O


 NaOH(aq) + C2H2O4 (aq) Na2C2O4(aq) + H2O

3.4. Grafik
_
3.5. Pembahasan
Prinsip dasar titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang diperoleh dengan cara
mereaksikan sejumlah volume tertentu dari buret larutan standar yang sudah
diketahui konsentrasinya dengan pasti. Yang diperlukan untuk bereaksi secara
sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya.

Secara umum, prinsip dasar metode titrasi didasarkan pada suatu reaksi
dari suatu larutan standar dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya
seperti digambarkan sebagai berikut :
xA + yB -> hasil reaksi dimana A adalah larutan titran (penitrasi), B senyawa
dititrasi, dan x dan y adalah jumlah mol dari larutan A dan B. Pada titrasi, untuk
mengetahui bahwa suatu reaksi telah tercapai sempurna, digunakan suatu larutan
yang disebut dengan larutan indikator untuk mengetahui titik akhir titrasi.
Larutan indikator tersebut ditambahkan kedalam larutan yang dititrasi. Larutan
indikator akan memberikan warna apabila reaksi antara titran dan titer telah
mencapai titik akhir titrasi.

Dalam praktikum kali ini larutan HCl yang menjadi titrat dan sedangkan
yang menjadi titran nya adalah larutan NaOH

Fungsi penambahan indikator phenolflafain yaitu untuk mengetahui titik


ekivalen pada proses penitrasian,dengan perbandingan perubahan warna yang
terjadi di dalam larutan.
Pembakuan terhadap HCl dilakukan karena larutan ini sangat berperan
penting dalam proses analisa volumetrik dengan mereaksikan larutan baku
(standart) 3. Pembakuan dilakukan untuk membuktikan HCl 0,1N dan hasil
pembakuan HCl yang dilakukan di peroleh normalitas HCl sebesar 0,1 N.

Titik akhir titrasi merupakan signal dimana memberitahukan kita untuk


memberhentikan penambahan larutan standar.Titik akhir titrasi ini dapat diamati
dengan menggunakan indikator, dan mengalami perubahan warna yaitu warna
pink seulas.

Titrasi dilakukan dengan bantuan indikator asam-basa. Indikator


asambasa merupakan zat yang dapat berubah warna dalam suasana asam dan
basa. Saat titrat tepat habis bereaksi dengan titran, indikator asam-basa akan
menunjukkan perubahan warna dengan kelebihan titran sedikit saja. Keadaan
secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi disebut titik ekuivalen.
saat titik ekuivalen, jumlah mol ekuivalen basa sama dengan mol ekuivalen asam.
Perubahan warna yang terjadi saat proses titrasi menandakan bahwa titrasi harus
dihentikan. Saat titrasi dihentikan, keadaan ini disebut titik akhir titrasi. Titik
akhir titrasi harus sedekat mungkin dengan titik ekuivalen agar ketepatan hasil
titrasi diperoleh dengan baik.

Asam kuat adalah molekul yang benar-benar terdisosiasi menjadi ion mereka
ketika berada di dalam air. Dengan kata lain, asam melepaskan ion H + ke dalam
larutan dengan ionisasi lengkapnya. Kekuatan asam dicirikan oleh nilai konstanta
disosiasi asam (K a).Biasanya, asam kuat memiliki nilai K yang sangat besar.

Basa kuat sepenuhnya berdisosiasi untuk memberikan ion dalam larutan.


Basa kuat memiliki pH antara 10 dan 14. Basa kuat bersifat kaustik untuk
jaringan hidup dan dapat menyebabkan dampak serius. Contoh umum basa kuat
adalah hidroksida logam alkali dan logam alkali tanah. Basa yang sangat kuat
dapat mendeprotonasi gugus C-H asam lemah meskipun tanpa air.

Larutan baku primer Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara
tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung
melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi
tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, NaCl, asam
oksalat, asam benzoat.

Asidimetri dan alkalimetri merupakan reaksi netralisasi yakni reaksi


antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Bila kita mengukur berapa
ml larutan asam yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang belum
diketahui kadarnya.

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap


senyawasenyawa yang bersifat basa dengan menggunakan penitran asam. Bila
kita mengukur berapa ml larutan asam yang diperlukan untuk menetralkan
larutan basa yang belum diketahui kadarnya.
Contoh titrasi asidimetri secara langsung yaitu penentuan kadar larutan
amonium hidroksida (NH4OH) yang merupakan suatu basa lemah dengan
larutan asam klorida (HCl) yang merupakan asam kuat. Dalam titrasi
asidimetri tersebut, HCl yang telah kita ketahui konsentrasinya dapat
diteteskan secara langsung ke dalam larutan NH4OH.

Contoh titrasi asidimetri tidak langsung yaitu pada penentuan kadar aspirin
atau asam asetilsalisilat. Metode dilakukan dengan titrasi balik karena
aspirin tidak dapat diuji secara titrasi langsung dikarenakan reaksi yang
lambat sehingga akan mengganggu penentuan titik akhir titrasi.

Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam


dengan menggunakan penitran basa. Bila kita mengukur berapa ml larutan basa
yang diperlukan untuk menetralkan larutan asam yang belum diketahui kadarnya.
Contoh titrasi langsung yaitu saat kita akan menentukan kadar asam asetat
(CH3COOH) atau cuka dengan menggunakan larutan standar kalium
hidroksida sebagai titran.
Contoh titrasi alkalimetri tidak langsung yaitu pada penentuan kadar zink
oksida.

Pemilihan indikator dapat menggunakan acuan tersebut. Jika larutan akhir


bersifat basa, maka kita pilih indikator dengan trayek pH dalam area basa.
Sebagai contoh indikator yang paling umum digunakan dalam titrasi alkalimetri
adalah fenolftalein (PP). Indikator PP memiliki trayek pH yakni
8.3-10 dengan perubahan warna bening ke merah muda.

Dalam titrasi asidimetri, titran yang digunakan merupakan larutan


asam sedangkan larutan analit yang diuji merupakan larutan basa. Hal itu
berarti setelah melalui titik ekivalen titrasi, maka larutan asam akan berlebih
sehingga membuat larutan sampel menjadi bersifat asam.
Hal ini dapat menjadi acuan kita dalam memilih indikator titrasi dimana yang
kita pilih adalah indikator dengan trayek pH asam atau memiliki trayek pH
dibawah 7.

Indikator yang umum digunakan dalam titrasi asidimetri yaitu seperti


indikator metil oranye yang memiliki trayek pH 3.2-4.4 dengan perubahan
warna merah ke kuning. Hal itu berarti ketika titik ekivalen telah tercapai dan
mengalami kelebihan asam, maka larutan yang tadinya berwarna bening akan
berubah warnanya dari kuning menjadi merah sesuai dengan penurunan pH.
Contoh lain indikator yang dapat digunakan dalam titrasi asidimetri yaitu
metil merah, timol biru, atau metil violet.

Kenapa BST asam oksalat 63 sedangkan nilai Mr asam oksalat adalah 126
karena BST asam oksalat setengahnya dari Mr asam oksalat (126/2=63)
Perbedaan kedua istilah tersebut adalah :
• Titik ekuivalen ( TE ) adalah titik saat asam basa tepat habis bereaksi
• Titik Akhir ( TA ) adalah titik saat indikator asam basa mengalami
perubahan warna.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Titrasi asam basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (pH) suatu larutan
asam/basa berdasarkan reaksi asam basa. Kadar larutan asam dapat ditentukan
dengan menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya, dan sebaliknya
kadar larutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah
diketahui kadarnya. Titrasi yang menyandarkan pada jumlah volum larutan disebut
titrasi volumetri. Pengukuran volum diusahakan setepat mungkin dengan
menggunakan alat-alat, seperti buret dan pipet volumetri.

2. Hasil dari data pengamatan diatas untuk kelompok 4 adalah : pembakuan NaOH
adalah 0,0767 N dan Normalitas HCl adalah 0,1027 N

DAFTAR PUSAKA

 Ika, Dani, 2009, Alat otomarisasi pengukur kadar vitamin c dengan metode
titrasi asam basa. Jurnal neutrino, vol, 1.
 Buku penuntun Kimia Analisis Farmasi, Bogor : Unpak
 Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo.
 Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia XI. Surakarta: PHiBETA.

Anda mungkin juga menyukai