Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nevy Aurelia Kharenindha Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020

NIM : B04190059 Asisten : Pinkan Widowati


Kelompok :3 PJP : Rini Kurniasih S.Si, M.Si

BIOFISIK II

Tujuan : Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat menunjukkan


aspek biofisik yang terkait dengan proses biokimia :
 Mengamati perbedaan sifat berbagai jenis koloid
 Membuat berbagai jenis larutan penyangga
 Mengamati pengaruh tekanan osmotic pada larutan

Hasil Pengamatan

Tabel 1 Sifat dan jenis koloid


Sampel Sifat koloid Jenis koloid berdasarkan
Pengendapan oleh garam Difusi/Perembesan hasil pengamatan
NaCl MgSO4
Gelatin 2% Tidak Ya Koloid liofil
Pati 2% Tidak Ya Koloid liofil
Ferihidroksida Ya Ya Koloid liofob
Biru berlin Ya Ya Tidak Koloid liofob
CuSO4 5% Difusi Koloid liofil
Eosin Difusi Koloid liofil
Giemsa Difusi Koloid liofil

Tabel 2 Larutan buffer standar

Buffer Standar Asetat (Walpole)


mL 0.1 N asam asetat mL 0.1 N Na-asetat Nilai pH terukur Kapasitas Buffer
9.25 0.75 4 0,77
8.20 1.80 4 0,86
6.30 3.70 5 0,95
4.00 6.00 3 1,04
2.10 7.90 5 1,12
Buffer Standar Fosfat (Sorensen)
mL 1/5 M Na2HPO4 mL 1/5 M NaH2PO4 Nilai pH terukur Kapasitas Buffer
0.50 9.50 5 1,18
1.20 8.80 6 1,12
2.65 7.35 6 1,06
5.00 5.00 6,5 1,00
7.15 2.85 7 0,95

Contoh perhitungan:
a) Buffer Standar Asetat
Ka = 10-pKa
1,76 × 10-5 = 10-pKa
pKa = 4,75
[H+] = 1,76 × 10-5 × 9,25 = 21,7 × 10-5
0,75
pH teori = -log [H+] = -log (21,7 × 10-5) = 3,66
Nama : Nevy Aurelia Kharenindha Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190059 Asisten : Pinkan Widowati
Kelompok :3 PJP : Rini Kurniasih S.Si, M.Si

ᵦ = pH teori = 3,66 = 0,77


pKa 4,75
b) Buffer Standar Fosfat
Kb = 10-pKb
6,23 × 10-8 = 10-pKb
pKb = 7,2
[OH-] = 6,23 × 10-8 × 0,50 = 3,28 × 10-9
9,50
pH teori = -log [OH-] = -log (3,28 × 10-9) = 8,48
ᵦ = pH teori = 8,48 = 1,18
pKb 7,2
Tabel 3 Tekanan osmotik cairan sel darah merah

Sampel Pengendapan (+/-) Kondisi Sel darah merah


(Lisis/Kerut/Normal)
Darah + NaCl 0.3% + Lisis
Darah + NaCl 0.9% - Normal
Darah + NaCl 5% - Krenasi

Keterangan Gambar Sel Darah Merah :

Sel darah
merah lisis

Gambar 1 Sel darah merah dalam larutan


NaCl 0,3% perbesaran 10x

Sel darah
merah normal

Gambar 2 Sel darah merah dalam larutan


NaCl 0,5% perbesaran 10x
Nama : Nevy Aurelia Kharenindha Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190059 Asisten : Pinkan Widowati
Kelompok :3 PJP : Rini Kurniasih S.Si, M.Si

Sel darah
merah krenasi

Gambar 3 Sel darah merah dalam larutan


NaCl 5% perbesaran 10x

Diskusi (tuliskan dalam bentuk paragraf dan sertakan referensi!)


Koloid dapat didefinisikan sebagai campuran dari dua atau lebih zat yang salah satu fasenya
tersuspensi sebagai sejumlah kecil dalam fase kedua (Oxtoby et al. 2001). Koloid yang memiliki
medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil ialah koloid sol
dengan partikel koloid sebagai fase terdispersi suka menarik medium pendispersinya. Koloid liofob
yaitu koloid sol dengan partikel koloid tidak suka menarik medium pendispersinya. Medium
pendispersinya air koloid liofil disebut juga sebagai koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut
hidrofob (Sumardjo 2009). Hasil pengamatan meunjukkan gelatin 2% dan pari 2% tidak mengendap
saat diberi larutan NaCl dan baru mengendap setelah diberi MgSO4 sebanyak dua sudip, sedangkan
ferihidroksida dan biru berlin langsung mengendap setelah diberi larutan NaCl. Dengan demikian,
gelatin 2% dan pati 2% termasuk ke dalam koloid liofil, sedangkan ferihidroksida dan biru berlin
termasuk ke dalam koloid liofob. Hasil percobaan ini sesuai dengan teori, yaitu NaCl lebih mudah
dalam mengkoagulasikan koloid liofob karena memiliki muatan positif dan muatan negatif. Muatan
tersebut kemudian akan mengikat muatan yang berlawanan pada koagulan sehingga apabila
konsentrasi elektrolit cukup besar tidak akan terjadi tolak menolak dan larutan akan terendapkan
(Atkins 1999).
Hasil pengamatan juga menunjukkan CuSO4, eosin, dan giemsa mengalami difusi, sedangkan
biru berlin tidak mengalami difusi. Partikel zat terlarut akan mendifusi larutan yang konsentrasinya
tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Dengan demikian, CuSO4, eosin, dan giemsa
termasuk ke dalam koloid liofil, sedangkan biru berlin termasuk ke dalam koloid liofob. Hal ini telah
sesuai dengan teori yang ada. Difusi erat kaitannya dengan gerak Brown, sehingga dapat dianggap
molekul-molekul atau partikel koloid mendifusi karena adanya gerak Brown. Koloid liofil memiliki
ciri berdifusi dengan ditandai adanya gradien warna. Gradasi warna koloid dapat terlihat apabila
tabung reaksi dibalik. Sedangkan untuk koloid liofob tidak mengalami difusi, terlihat dari tabung
reaksi yang jika dibalik terjadi perembesan yang tampak dari tercampurnya warna (Alberts et al.
2004).
Larutan bufer merupakan campuran dari asam lemah dan basa konjugasinya maupun sebaliknya.
Buffer dapat mempertahankan larutan dari perubahan pH (Sinaga et al. 2019). Kapasitas bufer adalah
suat ukuran kemampuan larutan penyangga dalam mempertahankan pH-nya dan tergantung dari
konsentrasi komponen-komponen yang ada dilarutan tersebut baik secara absolut maupun relatif
(Riyanto 2009). Hasil pengamatan menunjukkan pH buffer standar asetat berada di rentang 3 – 5 dan
pH buffer standar fosfat di rentang 5 – 7. Lehninger (2004) mengemukakan kisaran pH nilai kapasitas
buffer fosfat adalah 6,1 – 7,7 dan buffer asetat pada 4,2 – 5,6. Buffer standar asetat 2,10 mL asam
asetat 0,1 N dengan 7,90 mL Na-asetat 0,1 N dan buffer standar fosfat 0,50 mL NaH2PO4 1/5 M dan
Nama : Nevy Aurelia Kharenindha Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190059 Asisten : Pinkan Widowati
Kelompok :3 PJP : Rini Kurniasih S.Si, M.Si
9,50 NaH2PO4 1/5M memiliki kapasitas buffer terbesar, yakni sebesar 0,77 dan 0,18.

Tekanan osmotik larutan adalah tekanan yang harus diberikan kepada larutan untuk mencegah masuknya
aliran air ke dalam (Voet et al. 2006). Hasil perhitungan menunjukkan tekanan osmotik larutan NaCl 0,3%
sebesar 2,615 atm, larutan NaCl 0,9% 7,885 atm, dan NaCl 5% 45,784 atm. Tekanan osmotik sel darah merah
pada manusia adalah 7,7 atm (Sutresna 2006). Jadi, suspensi NaCl 0,3% memiliki tekanan osmotik hipotonik,
NaCl 0,9% memiliki tekanan osmotik isotonik, dan NaCl 5% memiliki tekanan osmotik hipertonik. Hasil
pengamatan menunjukkan sel darah yang berada dalam larutan NaCl 0,3% menyerap air lalu mengembang
dan mengalami lisis. Sel darah merah yang berada dalam larutan NaCl 0,9% cenderung bulat dan
mempertahankan bentuknya. Sel darah merah yang berada dalam larutan NaCl 5% mengalami kehilangan air
dan krenasi. Krenasi terjadi akibat adanya perpindahan cairan sel keluar sel, sehingga sel mengkerut dan hanya
tampak ukuran sel mengecil dari luar yang mengalami plasmolisis. Kondisi hipotonik, sel darah merah pecah
akibat pembesaran sel karena rendahnya konsentrasi di luar dibanding di dalam sehingga larutan masuk ke
dalam sel mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan turgor (Alberts et al. 2004). Krenasi adalah
keadaan sel yang mengkerut dan akhirnya tidak berfungsi lagi (Chang 2005). Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pengendapan hanya terjadi pada sel darah merah dalam larutan NaCl 0,3%,
sedangkan dalam larutan lain tidak mengendap. Hal tersebut terjadi karena sel darah merah
mengkerut dalam larutan hipotonik.
Gunakan pertanyaan di bawah ini sebagai petunjuk untuk pembahasan hasil praktikum !

Koloid
1. Jelaskan hasil pada Tabel 1. Mengapa pengendapan koloid liofil memerlukan penambahan NaCl dan
MgSO4 sedangkan pengendapan koloid liofob cukup dengan penambahan NaCl ? (kaitkan dengan
sifat koloid liofil dan liofob)
Pengendapan koloid liofil memerlukan penambahan NaCl dan MgSO4 sedangkan pengendapan
koloid liofob cukup dengan penambahan NaCl karena koloid liofob lebih mudah mengendap.
Larutan NaCl lebih mudah mengkoagulasikan koloid liofob karena memiliki muatan postif dan
muatan negatif. Muatan tersebut kemudian akan mengikat muatan yang berlawanan pada koagulan
sehingga apabila konsentrasi elektrolit cukup besar tidak akan terjadi tolak-menolak dan larutan akan
terendapkan (Atkins 1999). Koloid liofil memiliki gaya tarik-menarik yang kuat, sedangkan koloid
liofob memiliki gaya tarik-menarik yang lemah. Selain garam, MgSO4 juga digunakan dalam
mengendapkan koloid jika pengendapan dengan garam tidak dapat dilakukan karena MgSO4
memiliki kekuatan ionik tinggi yang berasal dari ion Mg2+ dan SO42-. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan semakin tinggi muatan ion, maka semakin efektif dalam mengendapkan koloid
(Pettrucci 1985).
2. Berdasarkan referensi dan hasil pada Tabel 1, koloid manakah yang stabil terhadap pengendapan oleh
garam?
Koloid liofil stabil terhadap pengendapan oleh garam. Garam lebih mudah dalam mengkoagulasikan
koloid liofob karena memiliki muatan positif dan muatan negatif. Muatan tersebut kemudian akan
mengikat muatan yang berlawanan pada koagulan sehingga apabila konsentrasi elektrolit cukup besar
tidak akan terjadi tolak menolak dan larutan akan terendapkan (Atkins 1999).
3. Jelaskan mengapa garam dapat mengendapkan partikel koloid?
Pada dasarnya garam dapat mengendapkan koloid karena dapat mengurangi gugus elektrostatik
di antara partikel yang tersuspensi sehingga menyebabkan agregasi dan pengendapan (Oxtoby et
al. 2001).
4. Bagaimanakah perbedaan sifat garam NaCl dan MgSO4 dalam pengendapan koloid !
MgSO4 memiliki keelektronegatifan yang tinggi supaya koloid liofil dapat mengendap. MgSO4
digunakan dalam mengendapkan koloid jika pengendapan dengan garam NaCl tidak dapat dilakukan.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi muatan kation semakin efektif
Nama : Nevy Aurelia Kharenindha Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190059 Asisten : Pinkan Widowati
Kelompok :3 PJP : Rini Kurniasih S.Si, M.Si
dalam mengendapkan koloid (Pettrucci 1985).
5. Jelaskan hasil pada Tabel 1. Koloid manakah yang mengalami difusi? Bagaimana difusi dapat terjadi
pada koloid?
Koloid liofil mengalami difusi. Partikel zat terlarut akan mendifusi larutan yang konsentrasinya tinggi
ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerak Brown, sehingga
dapat dianggap molekul-molekul atau partikel koloid mendifusi karena adanya gerak Brown. Koloid
liofil memiliki ciri berdifusi dengan ditandai adanya gradien warna. Gradasi warna koloid dapat
terlihat apabila tabung reaksi dibalik, Sedangkan untuk koloid liofob tidak mengalami difusi, terlihat
dari tabung reaksi yang jika dibalik terjadi perembesan yang tampak dari tercampurnya warna
(Alberts et al. 2004).
6. Berdasarkan referensi dan hasil pada Tabel 1. Jelaskan manakah yang termasuk koloid liofil dan
koloid liofob?
Gelatin 2% dan pati 2% termasuk koloid liofil karena tidak dapat mengendap saat ditambahkan NaCl
dan baru mengendap saat ditambahkan MgSO4, sedangkan ferihidroksida dan biru berlin termasuk
koloid liofob karena dapat mengendap saat ditambahkan NaCl. NaCl lebih mudah dalam
mengkoagulasikan koloid liofob karena memiliki muatan positif dan muatan negatif (Atkins 1999).
Selain itu, CuSO4, eosin, dan giemsa termasuk koloid liofil karena dapat terjadi difusi. Koloid liofil
memiliki ciri berdifusi dengan ditandaiadanya gradien warna (Alberts et al. 2004).
7. Sebutkan contoh koloid lainnya dan manfaat koloid dalam kehidupan !
Contoh koloid lainnya antara lain mayonais, susu, santan, gem stone, dan sebagainya (Novilia et al.
2016). Manfaat koloid dalam kehidupan di antaranya:
a) Mengurangi polusi asap pabrik
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan
menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat
muatan (elektroforesis) dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara
telah bebas dari asap dan partikel berbahaya.
b) Penggumpalan lateks
Pada prinsipnya, penggumpalan terjadi akibat terganggunya faktor penunjang kestabilan
sistem koloid lateks, misalnya penurunan pH. Pada saat mulai keluar dari pohon hingga
beberapa jam lateks masih berupa cairan, tetapi setelah kira-kira 8 jam lateks mulai mengental
dan selanjutnya membentuk gumpalan karet. Di dalam proses penggumpalan lateks, terjadi
perubahan solke gel dengan pertolongan zat penggumpal. Penggumpalan dapat terjadi dengan
penambahan asam (menurunkan pH), sehingga koloid karet mencapai titik isoelektrik dan
terjadilah penggumpalan, sehingga peranan pH sangat menentukan mutu karet.
Penggumpalan pada pH yang sangat rendah mengakibatkan warna karet semakin gelap dan
nilai modulus karet semakin rendah. Penggumpalan sengaja yang lazim dilakukan saat ini
adalah dengan penambahan asam, seperti asam format dan asetat untuk menurunkan pH
lateks. Sedangkan lateks dapat menggumpal secara alami akibat terbentuknya senyawa-
senyawa asam hasil perombakan karbohidrat dan lipid yang terdapat di dalam lateks oleh
mikroorganisme (Nazaruddin, 1998).
c) Penjernihan air
Air mengandung kotoran koloid. Pengolahan air bersih secara lengkap didasarkan pada sifat-
sifat koloid, yaitu adsorpsi dan koagulasi.
d) Hemodialisis
Hemodialisis adalah proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses
penyaringan di luar tubuh.
Nama : Nevy Aurelia Kharenindha Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190059 Asisten : Pinkan Widowati
Kelompok :3 PJP : Rini Kurniasih S.Si, M.Si
e) Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif,
sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika
air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir
dan tanah liat, sehingga terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

Buffer
1. Berdasarkan prosedur praktikum yang telah dilakukan. Jelaskan perbedaan pembuatan buffer dengan
metode Walpole dan Sorensen !
A. Pembuatan bufer standar asetat (Walpole)
Larutan 0.1 N asam asetat dan Na-asetat dengan perbandingan sesuai data yang tercantum
pada tabel 2. Setelah larutan tercampur secara homogen, ukur pH masing –masing campuran
tersebut.
B. Pembuatan bufer fosfat standar (Sorensen)
Larutan 1/5 M Na2HPO4 dan KH2PO4 dengan perbandingan sesuai data yang tercantum pada
tabel 2. Setelah larutan tercampur secara homogen, ukur pH masing –masing campuran
tersebut.
2. Berdasarkan hasil nilai pH pada Tabel 2. Jelaskan buffer manakah yang dapat mempertahankan
kondisi keasaman pada pH <7 dan pH >7 !
Buffer standar asetat mempertahankan kondisi keasamannya pada pH <7 dan buffer standar fosfat
mempertahankan kondisi keasaman pada pH >7. Buffer standar asett termasuk buffer asam. Larutan
ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah
(HA) dengan basa konjugasinya (A-) (Nirwana 2015). Buffer standar fosfat merupakan buffer basa. Larutan ini
akan mempertahankan pH pada daerah basa (pH >7).
3. Diantara nilai pH yang diperoleh, buffer manakah yang memiliki kapasitas buffer terbesar ?
Buffer standar asetat 2,10 mL asam asetat 0,1 N dengan 7,90 mL Na-asetat 0,1 N dan buffer standar
fosfat 0,50 mL NaH2PO4 1/5 M dan 9,50 NaH2PO4 1/5M memiliki kapasitas buffer terbesar, yakni
sebesar 0,77 dan 0,18.
4. Sebutkan penggunaan/pemanfaatan Buffer dalam kehidupan !
Pemanfaatan buffer dalam kehidupan antara lain pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat
warna. Selain itu, penerapan buffer ini dapat kita temui dalam tubub manusia seperti pada cairan
tubuh (Anthara & Suartha 2011).

Tekanan Osmosis
1. Definisi osmosis dan tekanan osmosis !
Osmosis adalah perpindahan ion atau molekul zat dari kerapatan rendah ke kerapatan tinggi melalui suatu
membran (Yahya 2015).
Tekanan osmotik larutan adalah tekanan yang harus diberikan kepada larutan untuk mencegah masuknya
aliran air ke dalam (Voet et al. 2006)
2. Berdasarkan hasil pada Tabel 3. Suspensi manakah yang menunjukkan terbentuknya endapan sel darah merah
secara jelas? Bandingkan dengan suspensi lainnya !
Suspensi yang menunjukkan terbentuknya endapan sel darah merah adalah larutan NaCl 0,3%, sedangkan sel
darah merah dalam larutan lain tidak terbentuk endapan.
3. Hitung tekanan osmosis (Pos) dari ketiga suspensi tersebut berdasarkan konsentrasi molar. Berapakah Pos
cairan sel darah merah? Suspensi manakah yang memiliki tekanan osmosis hipotonis, isotonis, dan hipertonis
terhadap Pos sel darah merah normal ?
 NaCl 0,3%
Massa NaCl = 0,3% × 100 gram = 0,3 gram
Massa pelarut = (100 – 0,3)% = 99,7% × 100 gram = 99,7 gram = 99,7 mL
Nama : Nevy Aurelia Kharenindha Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190059 Asisten : Pinkan Widowati
Kelompok :3 PJP : Rini Kurniasih S.Si, M.Si
Mol NaCl = 0,3 = 0,005128 mol
58,5
[NaCl] = 0,005128 = 0,0514 M
0,0997
Π = MRTi = 0,0514 × 0,08205 × 310 × 2 = 2,615 atm
 NaCl 0,9%
Massa NaCl = 0,9% × 100 gram = 0,9 gram
Massa pelarut = (100 – 0,9)% = 99,1% × 100 gram = 99,1 gram = 99,1 mL
Mol NaCl = 0,9 = 0,0154 mol
58,5
[NaCl] = 0,0154 = 0,155 M
0,0991
Π = MRTi = 0,154 × 0,08205 × 310 × 2 = 7,885 atm
 NaCl 5%
Massa NaCl = 5% × 100 gram = 5 gram
Massa pelarut = (100 – 5)% = 95% × 100 gram = 95 gram = 95 mL
Mol NaCl = 5 = 0,0855 mol
58,5
[NaCl] = 0,0855 = 0,9 M
0,095
Π = MRTi = 0,9 × 0,08205 × 310 × 2 = 45,784 atm
Tekanan osmotik sel darah merah pada manusia adalah 7,7 atm (Sutresna 2006). Jadi, suspensi NaCl 0,3%
memiliki tekanan osmotik hipotonik, NaCl 0,9% memiliki tekanan osmotik isotonik, dan NaCl 5% memiliki
tekanan osmotik hipertonik.

Simpulan

Sistem koloid yang bersifat liofob membentuk endapan lebih cepat dibandingkan dengan koloid
liofil ketika ditambahkan NaCl. Koloid liofil cenderung tidak membentuk endapan ketika ditambahkan
NaCl, namun dapat mengalami difusi. Buffer terbaik dapat diketahui dengan mengetahui nilai kapasitas
buffer terbesar yang dihasilkan saat volume asam lemah atau basa lemah terendah. Peristiwa tekanan
osmotik seperti hipotonik, isotonik dan hipertonik dapat terlihat pada sel darah merah yang ditambahkan
larutan NaCl 5% (hipertonik), NaCl 0.3% (hipotonik), dan NaCl 0.9% (isotonik). Sel darah merah lisis
saat ditambahkan larutan hipotonik, normal saat ditambahkan larutan isotonik, dan krenasi saat
ditambahkan larutan hipertonik.

Daftar Pustaka

Alberts B, Bray D, Hopkin K, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2003. Essential Cell
Biology 2nd Edition. New York (USA): Garland Science.
Anthara IMS, Suartha IN. 2011. Homeostasis cairan tubuh pada anjing dan kucing. Buletin Veteriner
Udayana. 3(1): 23-37.
Atkins P. 1999. Kimia Fisika. Kartohadiprodjo II, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari:
Physical Chemistry.
Chang R. 2005. Kimia Dasar. Sinarmata L, editor. Achmadi SS, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
Terjemahan dari: General Chemistry.
Lakitan B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.
Nazaruddin, Paimin FB. 1998. Karet. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Nama : Nevy Aurelia Kharenindha Hari, Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
NIM : B04190059 Asisten : Pinkan Widowati
Kelompok :3 PJP : Rini Kurniasih S.Si, M.Si
Nirwana HD. 2015. Penerapan praktikum berbasis masalah pada materi larutan penyangga untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA [skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Negeri Semarang.
Novilia L, Iskandar SM, Fajaroh F. Pengembangan modul pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
terbimbing pada materi koloid di SMA. Jurnal Pendidikan Sains. 4(3): 95-101.
Oxtoby DW, Gillis HP, Nachtrieb NH. 2001. Kimia Modern Edisi ke-4 Jilid I. Achmadi SS,
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Modern Cheistry.
Pettrucci RH. 1985. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Sumisar SA,penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: General Chemistry: Principles and Modern
Applications.
Riyanto A. 2009 Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta (ID): Nuha Medika.
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program
Strata I Fakultas Biosekta. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sutresna N. 2006. Kimia. Bandung (ID): Grafindo Media Pratama.
Voet D, Voet JG, Pratt CW. 2006. Fundamental of Biochemistry. New York (US): John Willey and
Sons.
Yahya. 2015. Perbedaan tingkat laju osmosis antara umbi Solonum tuberosum dan Doucus carota.
Jurnal Biology Education. 4(1): 196-206.

Anda mungkin juga menyukai