Hematotoksik
Anggota kelompok:
1
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................3
Dasar Teori........................................................................................................3
Tujuan...............................................................................................................3
METODE................................................................................................................3
Alat dan Bahan..................................................................................................4
Langkah Kerja...................................................................................................4
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................4
SIMPULAN............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................7
2
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Hematotoksik merupakan suatu keadaan dimana seyawa tertentu dapat
mengakibatkan keracunan pada darah ataupun pembentukan pada darah. Darah
merupakan suatu alat transportasi di dalam tubuh yang dapat menghantarkan
berbagai macam komponen (nutrisi, oksigen, karbon dioksida, dan sebagainya)
yang penting untuk proses fisiologis tubuh. Tedapat banyak jenis cairan kompleks
didalam darah, salah satunya eritrosit (sel darah merah) atau lebih dikenal
haemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen didalam darah (Fitriyadi
dan Sutikno 2016). Tentunya dalam hal ini, status darah yang baik, penting untuk
menunjang proses metabolisme untuk menunjang proses fisiologis tubuh
(Setiawan et al. 2017). Apabila darah mengalami kadar haemoglobin yang rendah,
maka kemungkinan akan mengalami anemia. Menurut Proverawati tahun (2011),
kadar normal haemoglobin tentunya berbeda pada dewasa dan anak-anak, untuk
pria dewasa 13,5 gram %, g dewasa perempuan 12 gram %, dan pada anak-anak
11 gram %. Berkurangnya produksi, meningkatnya destruksi atau kehilangan sel
darah merah merupakan penyebab terjadinya anemia dengan gejala kurangnya
pasokan oksigen ke jaringan (Oehadian 2012). Membran sel eritrosit memiliki
sifat permeable terhadap air diluar lingkungannya. Reaksi membran eritrosit untuk
melawan tekanan osmosis media di sekelilingnya disebut fragilitas eritrosit
(Damanik et al. 2014).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengevaluasi efek sodium nitrit terhadap
fragilitas sel darah merah.
METODE
LangkahKerja
Persiapkan tabung untuk percobaan yang telah ditempatkan di rak. Beri
masing-masing tabung dengan label sesuai konsentrasi masing-masing. Untuk
percobaan Nacl, masukkan 3,6 ml Nacl dengan konsentrasi yang berbeda-beda di
setiap tabungnya (10 tabung). Kemudian masukkan darah yang telah dipersiapkan
sebanyak 400 mikro pada setiap tabungnya. Setelah itu, masukkan nitrit sebanyak
1 ml pada setiap tabungnya. Homogenkan masing-masing tabung tersebut. Selain
itu, kontrol positif dibuat menggunakan darah dan aquanidest dengan
perbandingan 1 : 1. Semua campuran dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30
menit, campuran disentrifugasi selama lima menit. Supernatan yang terbentuk
dihitung absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
3
450 nm dan data yang tertera pada spektrofotometer dicatat dan dihitung
menggunakan rumus. Untuk percobaan menggunakan saponin juga sama langkah-
langkahnya seperti pada NaCl dengan konsentrasi-konsentrasi yang telah
ditentukan.
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙
Presentase hemolisis = 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 ℎ𝑒𝑚𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 𝑥 100%
4
0,4 Tidak terbaca
0,5 Tidak terbaca
0,6 Tidak terbaca
0,7 Tidak terbaca
0,8 Tidak terbaca
0,9 Tidak terbaca
2,0 Tidak terbaca
3,0 Tidak terbaca
5
eritrosit yang semakin berkurang karena sel akan semakin menggembung dan
kemudian lisis. Hemolisis terjadi akibat mekanisme saponin yang merusak dengan
cara meningkatkan permeabilitas lipid bilayer sel darah merah. Sejalan denga
Baumann et al. (2000) yang menyatakan bahwa saponin menyebabkan
peningkatan permeabilitas lipid bilayer sel terhadap makromolekul yang nantinya
akan menyebabkan kerusakan ireversibel. Hemolisis akibat saponin juga
mempengaruhi interaksi antara protein transmembran dan sitoskeleton,
permeabilitas akibat saponin akan memudahkan akses antibodi ke permukaan
sitoplasma dan merusak sitoskeleton sehingga morfologi sel menjadi rusak
(Baumann et al. 2000).
SIMPULAN
6
DAFTAR PUSTAKA