Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Hari, tanggal : Rabu, 30 September 2020

Toksikologi Veteriner Dosen Pembimbing : Drh. Huda S Darusman, Msi, PhD


Kelompok Praktikum : 4

Hematotoksik

Anggota kelompok:

1. Tigrisia Faathira B04170086


2. Nadira Fadilah B04170087
3. Danny Bagus Wibowo B04170088
4. Lintang Wulandari B04170089
5. AdibSusiloAdi B04170090

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
IPB UNIVERSITY
2020

1
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................3
Dasar Teori........................................................................................................3
Tujuan...............................................................................................................3
METODE................................................................................................................3
Alat dan Bahan..................................................................................................4
Langkah Kerja...................................................................................................4
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................4
SIMPULAN............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................7

2
PENDAHULUAN

Dasar Teori
Hematotoksik merupakan suatu keadaan dimana seyawa tertentu dapat
mengakibatkan keracunan pada darah ataupun pembentukan pada darah. Darah
merupakan suatu alat transportasi di dalam tubuh yang dapat menghantarkan
berbagai macam komponen (nutrisi, oksigen, karbon dioksida, dan sebagainya)
yang penting untuk proses fisiologis tubuh. Tedapat banyak jenis cairan kompleks
didalam darah, salah satunya eritrosit (sel darah merah) atau lebih dikenal
haemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen didalam darah (Fitriyadi
dan Sutikno 2016). Tentunya dalam hal ini, status darah yang baik, penting untuk
menunjang proses metabolisme untuk menunjang proses fisiologis tubuh
(Setiawan et al. 2017). Apabila darah mengalami kadar haemoglobin yang rendah,
maka kemungkinan akan mengalami anemia. Menurut Proverawati tahun (2011),
kadar normal haemoglobin tentunya berbeda pada dewasa dan anak-anak, untuk
pria dewasa 13,5 gram %, g dewasa perempuan 12 gram %, dan pada anak-anak
11 gram %. Berkurangnya produksi, meningkatnya destruksi atau kehilangan sel
darah merah merupakan penyebab terjadinya anemia dengan gejala kurangnya
pasokan oksigen ke jaringan (Oehadian 2012). Membran sel eritrosit memiliki
sifat permeable terhadap air diluar lingkungannya. Reaksi membran eritrosit untuk
melawan tekanan osmosis media di sekelilingnya disebut fragilitas eritrosit
(Damanik et al. 2014).

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengevaluasi efek sodium nitrit terhadap
fragilitas sel darah merah.

METODE

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu tabung sebanyak 20 buah,
rak tabung, pipet, syringe, alat sentrifugasi, dan spektrofotometer. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu darah, heparin, sorium, nitrit, aquadest, NaCl
fisiologis, dan NaCl dengan konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5%, 0,6%,
0,7%, 0,8%, 0,9%, 1% dan saponin dengan konsentrasi 0,01%, 0,02%, 0,03%,
0,04%, 0,05%, 0,06%, 0,07%, 0,08%, dan 0,09%.

LangkahKerja
Persiapkan tabung untuk percobaan yang telah ditempatkan di rak. Beri
masing-masing tabung dengan label sesuai konsentrasi masing-masing. Untuk
percobaan Nacl, masukkan 3,6 ml Nacl dengan konsentrasi yang berbeda-beda di
setiap tabungnya (10 tabung). Kemudian masukkan darah yang telah dipersiapkan
sebanyak 400 mikro pada setiap tabungnya. Setelah itu, masukkan nitrit sebanyak
1 ml pada setiap tabungnya. Homogenkan masing-masing tabung tersebut. Selain
itu, kontrol positif dibuat menggunakan darah dan aquanidest dengan
perbandingan 1 : 1. Semua campuran dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30
menit, campuran disentrifugasi selama lima menit. Supernatan yang terbentuk
dihitung absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang

3
450 nm dan data yang tertera pada spektrofotometer dicatat dan dihitung
menggunakan rumus. Untuk percobaan menggunakan saponin juga sama langkah-
langkahnya seperti pada NaCl dengan konsentrasi-konsentrasi yang telah
ditentukan.
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙
Presentase hemolisis = 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 ℎ𝑒𝑚𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 𝑥 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.Data Hasil pengamatan terhadap NaCl


NaCL Prosen warna Hasil pemeriksaan Mikroskoipis
Prosen Kemerahan Jumlah Piknotik
0,1 100 0 (-)
0,2 100 0 (-)
0,3 70 30 (-)
0,4 50 50 (-)
0,5 30 70 (-)
0,6 20 80 (-)
0,7 10 90 (-)
0,8 5 95 (-)
0,9 0 100 (-)
1 1 99 (+)

Tabel 2. Data Hasil pengamatan terhadap Sabun


NaCL Prosen warna Hasil pemeriksaan Mikroskoipis
Prosen Kemerahan Jumlah Menggembung (+)
0,01 10 90 (+)
0,02 20 80 (+)
0,03 40 60 (++)
0,04 60 40 (+++)
0,05 90 10 (++++)
0,06 100 - -
0,07 100 - -
0,08 100 - -
0,09 100 - -

Tabel 3. Hasil percobaan Absorbansi pada NaCl dan darah


NaCl % Hasil Absorban
0 0
0,1 0
0,2 0,05
0,3 0,02

4
0,4 Tidak terbaca
0,5 Tidak terbaca
0,6 Tidak terbaca
0,7 Tidak terbaca
0,8 Tidak terbaca
0,9 Tidak terbaca
2,0 Tidak terbaca
3,0 Tidak terbaca

Osmosis merupakan difusi air melalui selaput semipermeable. Air akan


bergerak dari daerah yang mempunyai konsentrasi larutan rendah ke daerah yang
memiliki konsentrasi tinggi. Membran akan mengerut jika berada di lingkungan
dengan konsentrasi larutan yang lebih tinggi. Sebaliknya larutan akan masuk ke
dalam membrane bila berada pada lingkungan yang berkonsentrasi rendah (Roza
et al. 2013). Membran eritrosit bersifat permeabel selektif yang berarti dapat
ditembus oleh air dan zat- zat tertentu tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat
tertentu yang lain. NaCl dengan konsentrasi 0,9% merupakan larutan yang bersifat
isotonis dengan sel-sel hewan mamalia. Sifat ini berarti bahwa konsentrasi larutan
di dalam membrane sel sama dengan konsentrasi larutan diluar sel. Hal ini tidak
akan menimbulkan perpindahan larutan karena tidak ada perbedaan konsentrasi
larutan. Pada tabel satu dapat dilihat bahwa pada larutan isotonis tidak terjadi
perubahan apapun, persentasu warna kemerahan dan jumalh sel terlihat normal.
Hal berbeda ditunjukan pada konsentrasi yang lebih rendah dari sifat
isotonisnya atau biasa disebut larutan hipotonis. Pada tabel satu terlihat saat
persentase NaCl rendah, maka warna kemerahan larutan semakin tinggi atau pekat
dengan jumlah sel yang sudah tidak terhitung. Menurut Palaeri (2008) ketika
membrane sel plasma sudah tidak bisa menahan tekanan tinggi dalam intrasel
maka sel akan pecah atau lisis dan hemoglobin akan dilepaskan. Hal inilah yang
menyebabkan warna larutan menjadi semakin pekat karena isi sel keluar dari
membrane sel, banyaknya hemoglobin yang keluar membuat warna larutan
semakin pekat. Karena membrane sel lisis maka jumlah sel tidak dapat dihitung
melalui pengamatan mikroskopis. Terlihat pada Tabel 1 bahwa semakin tinggi
konsentrasi NaCl maka persentase warna kemerahan larutan akan semakin kecil,
artinya warna merah semakin memudar dan diikuti juga dengan terjadinya
piknosis atau pengerutan sel. Larutan NaCl dengan konsentrasi diatas 0,9% atau
larutan hipertonis akan membuat air dari dalam membrane sel keluar menuju
konsentrasi yang lebih tinggi. Krenasi atau piknosis merupakan kelainan bentuk
dari eritrosit yang mengalami pengerutan akibat cairan yang berada di dalam sel
keluar melalui membran (Warsita et al. 2019). Perlakuan berikutnya
menggunakan larutan saponin, saponin merupakan glikosida yang terdiri dari
glikon dan aglikon (Nurzaman 2018). Sifat saponin yaitu ampifilik dapat
menyebabkan penurunan tegangan permukaan. Penurunan tegangan permukaan
ini disebabkan adanya senyawa sabun yang berbeda sifat kepolarannya. Saponin
merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada
darah, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin. Saponin yang bersifat keras atau
racun biasa disebut sebagai sapotoksin (Prihatma, 2001). Hasil yang ditunjukan
pada Tabel 2 menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka
warna kemerahan yang muncul akan semakin besar atau pekat, dengan jumlah

5
eritrosit yang semakin berkurang karena sel akan semakin menggembung dan
kemudian lisis. Hemolisis terjadi akibat mekanisme saponin yang merusak dengan
cara meningkatkan permeabilitas lipid bilayer sel darah merah. Sejalan denga
Baumann et al. (2000) yang menyatakan bahwa saponin menyebabkan
peningkatan permeabilitas lipid bilayer sel terhadap makromolekul yang nantinya
akan menyebabkan kerusakan ireversibel. Hemolisis akibat saponin juga
mempengaruhi interaksi antara protein transmembran dan sitoskeleton,
permeabilitas akibat saponin akan memudahkan akses antibodi ke permukaan
sitoplasma dan merusak sitoskeleton sehingga morfologi sel menjadi rusak
(Baumann et al. 2000).

SIMPULAN

Osmosis merupakan difusi air melalui selaput semipermeable. Air akan


bergerak dari daerah yang mempunyai konsentrasi larutan rendah ke daerah yang
memiliki konsentrasi tinggi. Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan saat
persentase NaCl rendah, maka warna kemerahan larutan semakin tinggi atau pekat
dengan jumlah sel yang sudah tidak terhitung.Sebaliknya warna akan memudar
bila konsentrasi NaCl tinggi. Sabun dapat menyebabkan penurunan tekanan
permukaan, dan saponin dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas lipid
bilayer yang dapat menyebabkan darah hemolysis.

6
DAFTAR PUSTAKA

Baumann E, Stoya G, Völkner A, Richter W, Lemke C, Linss W. 2000.


Hemolysis Of Human Erythrocytes With Saponin Affects The
Membrane Structure. Institut Für Anatomie I, Klinikums Der
Friedrich-Schiller-Universität. Jena (DE): Friedrich-Schiller-
Universität Jena.
Damanik MNV, Siswanto, Sulabda IN. 2014. Hemolisis eritrosit babi
Landrace jantan yang dipotong di rumah pemotongan hewan
pesanggaran Denpasar Indonesia Medicus Veterinus. 3(3): 237-243.
Fitryadi K, Sutikno S. 2016. Pengenalan jenis golongan darah
menggunakan jaringan syaraf tiruan perceptron. Jurnal Masyarakat
Informatika, 7(1): 1-10.
Nurzaman F, Djajadisastra J, Elya B. 2018. Identifikasi kandungan
saponin dalam ekstrak kamboja merah (Prumeria rubra L.) dan daya
surfaktan dalam sediaan kosmetik. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 8
(2): 85-93.
Oehadian A. (2012). Pendekatan klinis dan diagnosis anemia. Continuing
Medical Education, 39(6), 407-412.
Paleari, Mosca R, Andien. 2008. Controversies on the Osmotic Fragility
Test. Milan (IT): University of Milano Press.
Prihatna K. 2001. Saponin untuk pembasmi hama udang. Penelitian
Perkebunan Gambung. Bandung.
Proverawati. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta (ID):
Nuha Medika.
Roza M, Gusnedi, Ratnawulan. 2013. Kajian sifat konduktansi membrane
kitosan pada berbagai variasi waktu perendaman dalama larutan Pb.
Pillar of Physics. 1(2): 60-67.
Setiawan P, Saraswati TR, Mardiati SM. 2017. Kadar hemoglobin dan
jumlah eritrosit puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica L.) setelah
pemberian tepung kunyit (Curcuma longa L.) dan tepung ikan dalam
pakan. Jurnal Pro-Live. 4(2): 339-346.
Warsita N, Fikri Z, Ariami P. 2019. Pengaruh lama penundaan pengecatan
setelah fiksasi apusan darah tepi terhadap morfologi eritrosit. Jurnal
Analis Medika Bio Sains. 6 (2): 125-129.

Anda mungkin juga menyukai