Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK

PENENTUAN KONSENTRASI NATRIUM DALAM URIN MENGGUNAKAN


FLAME ATOMIC-EMISSION SPECTROSCOPY

M. FIKRI SATRIA PRIANDANA


260110180134

LABORATORIUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2021
PENENTUAN KONSENTRASI NATRIUM DALAM URIN MENGGUNAKAN
FLAME ATOMIC-EMISSION SPECTROSCOPY

M. Fikri Satria Priandana134


Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadajaran, Jatinangor, Sumedang

Abstrak
Elektrolit merupakan zat-zat penting yang diperlukan oleh tubuh untuk menjaga
homeostatis cairan dan volume darah agar tubuh dapat berfungsi normal. Kandungan
natrium dalam tubuh juga mencerminkan keadaan ginjal, kadar natrium yang terlalu
renah atau tinggi dapat disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal dimana terjadi
ketidakseimbangan antara faktor penyerapan dan pengeluaran elektrolit. Kelebihan
kadar natrium disebut dengan hipernatremia dan kekurangan kadar natrium dalam tubuh
disebut hiponatremia. Pada penelitian ini metode yang digunakan pada praktikum ini
adalah Flame Atomic-Emission Spectroscopy yng merupakan salah satu metode analisis
atom dengan mudah, cepat, dan selektif walaupun dengan konsentrasi kecil sampel.
Pada pembuatan kurva baku didapatkan persamaan y = 0,5121x + 3,4163; R2 = 0,9991.
Didapatkan hasil pengukuran tiap sampel sebagai berikut 15,7063;
45,9882;47,9698;41,744;63,8176;23,0647;29,8577;60,4215. Hasil yang didapatkan
dalam praktikum ini adalah dari 8 sampel urin yang diuji, didapatkan sampel 1,6 dan 7
memiliki kadar natrium (Na) pada rentang kadar normal, sedangkan pada sampel
2;3;4;5 dan 8 didapatkan kadar natrium dalam urin yang normal.
Kata Kunci: Natirum, Urin, FA-ES.
PENDAHULUAN
Cairan dalam tubuh dibagi menjadi dua kelompok yaitu cairan intraselular dan
ekstraselular. Cairan intraselular adalah cairan yang berada di dalam tubuh sedangkan
ekstrasel adalah cairan yang berada diluar tubuh dan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
cairan intravascular (plasma), cairan interstitial, dan cairan traselular (Guyton, 2008).
Cairan intraselular banyak mengandung ion K+, Mg2+, dan HPO42- sedangkan cairan
ekstraselular banyak mengandung ion Na+, Cl-, HCO3-. Contoh cairan ekstrasel adalah
urin (Tangkin, et., al., 2016).
Natrium dapat ditemukan dalam garam. Terlalu banyak mengkonsumsi natrium
dan sedikit mengkonsumsi kalium dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko
gangguan kardiovaskular lain seperti penyakit jantung dan stroke (Centers for Disease
Control and Prevention, 2018) Dietary Guidelines for Americans merekomendasikan
pada tahun 2010 untuk membatasi konsumsi natrium sebanyak <2.30 g/hari pada usia
dewasa dan 1.50 g/hari pada usia di atas 50 tahun (Wang et al., 2013)
Natrium antara lain berfungsi di dalam pemeliharaan volume cairan eks-
traseluler dan keseimbangan air tubuh. Cairan ekstraselular mengandung sekitar
95% dari jumlah kandungan natrium tu-buh. Asupan natrium di Amerika Serikat,
Inggris dan Irlandia Utara sekitar 90% berasal dari garam (natrium klorida) yang
ditambahkan ke dalam makanan ataupun dari garam meja, sedangkan di negara-
negara Asia berasal dari garam yang ditambahkan saat memasak maupun dari
penyedap atau saus (Campbell et al). Demikian maka pengaruh dari asupan ga-ram
(natrium klorida) pada tekanan darah adalah yang terkait dengan asupan natri-um.
Anjuran pengurangan asupan natrium dalam prakteknya akan diterjemahkan
sebagai pengurangan konsumsi garam (Medical Research Council 6 gram).
Kadar Na dalam urin dapat digunakan untuk mengklasifikasikan gangguan
ginjal maupun hyponatremia ataupun hypernatremia. Kadar normal Na dalam urin
berada pada kisaran 40-220 mEq/hari atau 40-220 mmol/hari. Kandungan K dalam urin
di bawah 20 mEq/L merupakan penanda gangguan ginjal (Pagana et al., 2019)
Spektroskopi emisi api (FES) telah menjadi alat analisis luas untuk penelitian
dan pendidikan selama bertahun-tahun, dan desainnya yang relatif sederhana dan
sensitivitas yang menarik untuk banyak elemen telah menghasilkan adopsi yang lebih
luas dari metode emisi dibandingkan dengan spektrometri serapan atom dalam beberapa
tahun terakhir (Parret, et al., 2014).
Spektroskopi emisi atom merupakan metode analisis atom dalam konsentrasi
kecil dengan mudah, cepat, dan selektif dengan membaca ion dalam wujud teratomisasi
(bentuk ion gas) dan dieksitasi dalam Panjang gelombang khusus yang spesifik pada
tiap unsur yang ingin diuji (Skoog et al 2014) Elektron dalam posisi yang stabil, atau
dikenal dengan istilah ground state, memiliki sistem energi terendah. Stabilitas elektron
ini dapat berubah ke tingkat energi yang lebih tinggi, dikenal dengan istilah excited
state. Hal ini dapat terjadi apabila atom menyerap energi radiasi dari foton, dan
sebaliknya terjadi setelah elektron kembali ke tingkat energi yang stabil kembali
(Chang,2010)

METODE
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini di antaranya botol penyemprot,
instrumen flame photometer, labu ukur 100 mL, labu ukur 500 ml, pipet volume, dan
wadah kecil plastik.

Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini di antaranya air deionisasi dan
NaCl.

Prosedur
Pembuatan Larutan Stok Standar Natrium
Sebanyak 0,319 g NaCl ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25
ml. Setelah itu air deionisasi digunakan untuk membilas labu ukur secara perlahan.
Sebanyak 50 ml air deionisasi ditambahkan, dikocok, dan NaCl dilarutkan. Air
deionisasi pun ditambahkan hingga tanda batas. Sebanyak 1 mL larutan standar 1
dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Larutan diencerkan hingga tanda
batas.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Menyiapkan volume larutan stok dengan larutan standar 1 menggunakan larutan
stok sebanyak 0,2 mL; larutan standar 2 sebanyak 0,3 mL stok; larutan standar 3
sebanyak 0,7 mL stok; larutan standar 4 sebanyak 10 mL stok; larutan standar 5
sebanyak 20 mL stok. Masing-masing larutan yang telah dipipet dimasukkan ke dalam
labu ukur 20 mL. Larutan diencerkan hingga tanda batas dengan air deionisasi.
Preparasi Sampel
Disiapkan dan dipipet sampel urin sebanyak 1 mL. Kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 20 mL dan preparasi sampel dilakukan secara duplo.
Pengukuran Na menggunakan AES
Menyiapkan instrumen dan alat flame dinyalakan lalu dibiarkan selama 15 menit
agar nyala flame stabil. Alat dicuci terlebih dahulu menggunakan aquades dan air
deionisasi. Setelah itu vial polietilen (25 mL) diisi dengan blanko (air deionisasi), 5
larutan standar Na (1, 2, 4, 8, dan 16 ppm) dan sampel. Vial ditempatkan secara
berurutan dalam holder. Air deionisasi pun dialirkan hingga pembacaannya stabil (30-
90 detik).
Tombol blank digunakan untuk melakukan pengaturan meter reading menjadi 0,00.
Larutan standar diuji dengan konsentrasi tertinggi (16 ppm) hingga meter reading stabil.
Tombol fine sensitivity digunakan untuk mengatur meter reading menjadi 50. Prosedur
kalibrasi diulangi dengan air deinisasi dan standar 5 ppm hingga keduanya stabil (0,00
dan 50) Kemudian dialirkan larutan blanko, 5 larutan standar, dan sampel, pengukuran
dilakukan secara triplo.
Untuk kalibrasi ke-2 sampel ditempatkan di antara dua standar yang pembacaannya
tidak diketahui. Seluruh proses kalibrasi diulangi dan dilakukan pembacaan hingga 3
kali. Ketika percobaannya selesai, air deinisasi dialirkan untuk membersihkan asporator
kemudian instrumen dimatikan. Setelah itu semua alat gelas dan plastik dicuci dan
dibilas dengan air deionisasi.
Pengolahan Data
Data kurva kalibrasi antara intensitas emisi sebagai fungsi dari konsentrasi Na
disiapkan. Konsentrasi Na pada sampel ditentukan berdasarkan hasil kurva kalibrasi,
Kemudian dari 3 data yang diperoleh dirata-ratakan.

HASIL
Pengukuran Kurva Kalibrasi
Hasil pembacaan absorbansi natrium baku adalah sebagai berikut:

Vol Konsentrasi Pengukuran Emisi


Kurva Rata-rata
Standar Standar
Kalibrasi Emisi
2 (mL) (ppm)
I II III
Standar I 0,5 5,0128 6 5 5 5,333

Standar II 1 10,0256 9 9 8 8,666

Standar III 2 20,0512 15 14 14 14,333

Standar IV 4 40,1025 23 25 24 24

Standar V 8 80,2051 44 44 45 44,333

Kurva Kalibrasi

Data yang didapatkan digunakan untuk membuat kurva baku konsentrasi pada absis
terhadap nilai emisi yang dihasilkan pada ordinat. Kurva baku yang didapatkan adalah
sebagai berikut:
Grafik Emisi Kurva Kalibrasi
50
45 y = 0,5121x + 3,4163
40 R² = 0,9991
35
30
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Sehingga dari grafik tersebut didapatkan persamaan regresi antara absorbansi dan
konsentrasi : y = 0,5121x + 3,4163;R2 = 0,9991

Pengukuran Sampel

Nilai emisi sampel kemudian dimasukkan ke dalam persamaan garis untuk kemudian
mendapatkan nilai konsentrasi sebagai berikut:

Emisi Rata- Kadar Kadar Rata-


Sampel Replikasi rata Na Na rata
1 2 3
Emisi (ppm) (mEq/L) kadar
1 13 13 12 12,666 316,2458 15,7063
1 15,7063
2 12 13 13 12,666 316,2458 15,7063
1 30 31 31 30,666 1.064,23 46,271
2 45,9882
2 30 31 30 30,333 1.051,23 45,7055
1 31 31 31 31 1.077,28 46,8381
3 47,9698
2 32 33 32 32,333 1.129,34 49,1016
1 28 29 27 28 960,1132 41,744
4 41,744
2 28 28 28 28 960,1132 41,744
1 41 41 40 40,666 1.454,79 63,2514
5 63,8176
2 41 41 42 41,333 1.480,84 64,3839
1 17 16 17 16,666 517,4653 22,4984
6 23,0647
2 18 17 17 17,333 543,5149 23,631
1 21 20 21 20,667 673,7238 29,2923
7 29,8577
2 22 21 21 21,333 699,7344 30,4232
1 39 41 39 39,666 1.415,73 61,5533
8 60,4215
2 38 39 38 38,333 1.363,67 59,2898

PERHITUNGAN

Perhitungan Larutan Natrium Klorida


Larutan Standar I

mM = x

mM = x

mM = 217, 94871 mmol/L


= 217,9487 mmol/L x Ar Na+
= 217,9487 mmol/L x 23
= 5.012,8205 mg/L
= 5.012,8205 ppm

Larutan Standar II
V1 x N 1 = V2 x N 2
1 mL x 5.012,8205 ppm = 50 mL x N 2
N2 = 100,2564 ppm

Pengenceran Larutan Standar

Standar I
V1 x N 1 = V2 x N 2
0,5 mL x 100,2564 ppm = 10 mL x N 2
N2 = 5,0128 ppm
Standar II
V1 x N 1 = V2 x N 2
1 mL x 100,2564 ppm = 10 mL x N 2
N2 = 10,0256 ppm
Standar III
V1 x N 1 = V2 x N 2
2 mL x 100,2564 ppm = 10 mL x N 2
N2 = 20,0512 ppm
Standar IV
V1 x N 1 = V2 x N 2
4 mL x 100,2564 ppm = 10 mL x N 2
N2 = 40,1025 ppm
Standar V
V1 x N 1 = V2 x N 2
8 mL x 100,2564 ppm = 10 mL x N 2
N2 = 80,2051 ppm

Perhitungan Sampel

1. Sampel 1
a. Replikasi 1
 Emisi 1

 Emisi 2

 Emisi 3
 Kadar Na Replikasi 1

b. Replikasi 2
 Emisi 1

 Emisi 2
 Emisi 3

 Kadar Na Replikasi 2

c. Rata-rata kadar Na dalam sampel

2. Sampel 2
a. Replikasi 1
 Emisi 1
 Emisi 2

 Emisi 3

 Kadar Na Replikasi 1

b. Replikasi 2
 Emisi 1
 Emisi 2

 Emisi 3

 Kadar Na Replikasi 2

c. Rata-rata kadar Na dalam sampel


3. Sampel 3
a. Replikasi 1
 Emisi 1

 Emisi 2

 Emisi 3
 Kadar Na Replikasi 1

b. Replikasi 2
 Emisi 1

 Emisi 2

 Emisi 3
 Kadar Na Replikasi 2

c. Rata-rata kadar Na dalam sampel

4. Sampel 4
a. Replikasi 1
 Emisi 1

 Emisi 2
 Emisi 3

 Kadar Na Replikasi 1

b. Replikasi 2
 Emisi 1

 Emisi 2
 Emisi 3

 Kadar Na Replikasi 2

c. Rata-rata kadar Na dalam sampel

5. Sampel 5
a. Replikasi 1
 Emisi 1
 Emisi 2

 Emisi 3

 Kadar Na Replikasi 1

b. Replikasi 2
 Emisi 1
 Emisi 2

 Emisi 3

 Kadar Na Replikasi 2
c. Rata-rata kadar Na dalam sampel

6. Sampel 6
a. Replikasi 1
 Emisi 1

 Emisi 2

 Emisi 3
 Kadar Na Replikasi 1

b. Replikasi 2
 Emisi 1

 Emisi 2

 Emisi 3
 Kadar Na Replikasi 2

c. Rata-rata kadar Na dalam sampel

7. Sampel 7
a. Replikasi 1
 Emisi 1

 Emisi 2
 Emisi 3

 Kadar Na Replikasi 1

b. Replikasi 2
 Emisi 1
 Emisi 2

 Emisi 3

 Kadar Na Replikasi 2

c. Rata-rata kadar Na dalam sampel

8. Sampel 8
a. Replikasi 1
 Emisi 1
 Emisi 2

 Emisi 3

 Kadar Na Replikasi 1
b. Replikasi 2
 Emisi 1

 Emisi 2

 Emisi 3
 Kadar Na Replikasi 2

c. Rata-rata kadar Na dalam sampel

PEMBAHASAN
Natrium (Na) merupakan suatu atom yang berperan penting bagi tubuh. Natrium
dan elektrolit lainnya larut dalam air dan membantu membawa muatan listrik. Sel-sel
dalam tubuh membutuhkan elektrolit untuk mengangkut dan memelihara impuls listrik.
Pompa natrium-kalium menjelaskan mekanisme di mana ion natrium dan kalium masuk
dan keluar dari sel. Setiap kali ini terjadi, muatan listrik diproduksi. Pompa natrium-
kalium juga merespons permintaan daya dari sistem saraf. Keseimbangan elektrolit
yang tepat penting untuk darah, hidrasi dan membantu menjaga fungsi vital tubuh
lainnya.
Pengukuran elektrolit ini berdasarkan fungsi elektrolit sebagai sarana
metabolisme tubuh, menyeimbangkan asam-basa dalam tubuh dengan menjaga
stabilitas tekanan osmotik maupun distribusi elektrolit tersebut dalam kompartemen
pada tubuh. ion natrium umumnya mempengaruhi blood pressure dan proses difusi
membrane menggunakan natrium ion pump.
Analisis kadar elektrolit dalam urin dapat dilakukan dengan flame photometer,
atomic absorption spectrophotometer, dan ion-selective electrode. Pada Flame atomic-
emission spectroscopy, sampel kemudian akan dinebulasi dimana sampel dalam bentuk
larutan akan diberikan tekanan sehingga membentuk droplet halus dan membantu
proses atomisasi. Kemudian, gas inert akan diarahkan pada nyala api dan menyebabkan
pelarut dapat menguap dan memutuskan ikatan molekul sehingga terjadi proses
atomisasi dimana elektron paling luar dari atom sampel akan mengalami eksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyerap energi yang ada dari api, dan
kemudian mengalami de-eksitasi ke kondisi semula dan memancarkan energi dalam
bentuk foton yang dapat dibaca oleh detektor. Emisi ini secara spesifik berbeda dari
atom ke atom sehingga dapat dijadikan dasar analisis kualitatif. Pada atomic absorption
spectroscopy, yang dibaca adalah ketika atom mengabsorpsi atau menyerap energi,
berbeda dengan atomic emission spectroscopy yang membaca hasil emisi.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran kadar natrium dalam urin dengan
menggunakan metode Flame atomic-emission spectroscopy. Karena menggunakan
spektroskopi perlu dibuat terlebih dahulu larutan standar dengan pembanding natrium
klorida dengan konsentrasi bertingkat dengan membuat larutan dengan konsentrasi
tertentu kemudian diencerkan secara bertingkat sehingga didapatkan variasi konsentrasi,
kemudia diukur menggunakan Flame atomic-emission spectroscopy dan didapatkan
kurva baku emisi terhadap konsentrasi dan didapatkan persaman regresi linear yang
digunakan untuk menetnukan konsentrasi Na dalam urin setelahnya.
AES digunakan karena pemakaiannya lebih mudah dan simple dan prosesnya yang
cepat serta terjangkau karena hanya membutuhkan sedikit bahan pereaksi. Metode ini
hanya dapat dilakukan pada sampel berbentuk larutan dan hanya untuk logam alkali
maupun alkali tanah yang dapat mengemisikan foton dalam panjang gelombang visual.
Keterbatasan AES antara lain sampel perlu disesuaikan dengan batas deteksi tingkat
sinyal emisi sehingga dapat dibaca dan tidak efektif digunakan untuk mengukur banyak
sampel.
Pelarut yang digunakan untuk membuat larutan standar merupakan air
deionisaasi. Tujuan penggunaan air deionisasi ialah karena tingkat kemurniannya yang
sangat tinggi, dimana tidak terdapat mineral lain karena telah melewati proses
demineralisasi. Larutan standar natrium dibuat dengan 5 variasi ppm yaitu 2 ppm, 4
ppm, 6 ppm, 10 ppm dan 20 ppm, yang dilarutkan dengan air deionisasi.
Setelah dilakukan semua pembacaan, dibuatlah kurva kalibrasi natrium dan
kalium. Berdasarkan hasil pembacaan emisi larutan standar, didapatkan kurva baku
dengan linieritas yang baik dan dapat digunakan untuk perhitungan kadar sebagai
berikut: Persamaan kurva kalibrasi natrium: y = 0,5121x + 3,4163; R2 = 0,9991. Hasil
yang didapat dari proses pengukurang menggunakan FAES adalah nilai absorbansi.
Semakin besar nilai absorbansinya maka semakin besar pula konsentrasinya. Nilai
absorbansi dimasukkan ke dalam persamaan sebagai nilai y dan setelahnya mencari
nilai x sebagai konsentrasinya. Satuan dari nilai x sebagai kadar konsentrasi natrium
adalah ppm. Sementara untuk membandingkan dengan kadar normalnya, satuannya
perlu dikonversi ke dalam satuan mEq/L.
Konsentrasi natrium dan kalium pada urin adalah 40 – 220 mEq/L/hari dan 25 –
125 mEq/L/hari. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari 8 sampel urin, sampel 1,6 dan
7 berada dibawah normal, sedangkan sampel 2;3;4;5 dan 8 berada pada rentang normal.
Natrium merupakan elektrolit paling banyak yang berperan dalam keseimbangan air,
fungsi saraf, dan kontraksi otot. Kekurangan natrium dapat mengganggu keseimbangan
cairan dalam tubuh yang dapat mengindikasikan kekurangan cairan tubuh atau
dehidrasi. Ketidakseimbangan elektrolit juga dapat memengaruhi metabolisme dan
kebugaran tubuh.

KESIMPULAN
Telah dilakukan praktikum analisis kadar natrium (Na) dalam sampel urin
menggunakan metode flame atomic-emission spectroscopy dengan NaCl sebagai larutan
standar. Didapatkan persamaan kurva kalibrasi natrium: y = 0,5121x + 3,4163; R2 =
0,9991.. Berdasarkan hasil praktikum pada 8 sampel urin, sampel 1,6 dan 7 berada
dibawah normal, sedangkan sampel 2;3;4;5 dan 8 berada pada rentang normal.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton A.C and Hall J.E, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran .Edisi ke-11.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Perret, D., Bakker, E., Crespo, G. A., Néel, B., & Cherubini, T. 2014. Camping Burner-
Based Flame Emission Spectrometer for Classroom Demonstrations.
10.1021/ed4008149.
Tangkin CP, Mongan AE, Wowor MF. 2016. Gambaran urin pada pasientuberkolosis
paru dewasa di RSUP Prof Dr R D Kandou Manado. Jurnale-Biomedik
(eBM) 4(2): 1-7.
Pagana, K., Pagana, T., & Pagana, T. 2019. Mosby’s Diagnostic & Laboratory Test
Reference (14th ed). Elsevier, Inc.
Skoog, D., West, D., Holler, F., & Crouch, S. 2014. Fundamentals of Analytical
Chemistry (9th ed.). Brooks/Cole.
Wang, C.-Y., Cogswell, M. E., Loria, C. M., Chen, T.-C., Pfeiffer, C. M., Swanson, C.
A., Caldwell, K. L., Perrine, C. G., Carriquiry, A. L., Liu, K., Sempos, C. T.,
Gillespie, C. D., & Burt, V. L. 2013. Urinary Excretion of Sodium,
Potassium, and Chloride, but Not Iodine, Varies by Timing of Collection in a
24-Hour Calibration Study. The Journal of Nutrition, 143(8), 1276–1282.

Anda mungkin juga menyukai