Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Tanggal praktikum 

  : 1 September 2022
Fisiologi Veteriner 1 Dosen Pembimbing   : Dr. drh. Koekoeh Santoso
Minggu ke- 3 (Siang) Asisten           : Abimanyu Wiguna
(B0401201045)
Kelompok Praktikum :  P8.1
 

SEL DAN KOMUNIKASI SEL 1

( OSMOTIC FRAGILITY TEST )


Disusun oleh:

1.     Isa Ilamfaagna                    B0401211050         (…....……………..)

2.     Dhafa Arya Raihandy         B0401211059         (..............................)

3.     Nur Aisah Hanum *             B0401211061         (..............................)

4.     Nadita Ambiya Tri Tanti  B0401211064       (........................…...)

5.   Rahmi Syarafina Hakim     B0401201844 (................................)

DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI FARMAKOLOGI

SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS

IPB UNIVERSITY

2022
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Sel hewan adalah nama umum untuk sel eukariotik yang menyusun
jaringan hewan. Sel hewan berbeda dari sel eukariotik lain, seperti sel tumbuhan,
karena sel hewan tidak memiliki dinding sel, dan kloroplas dan sel hewan
memiliki vakuola yang lebih kecil, bahkan tidak ada. Membran sel hewan eukariot
bersifat semipermiabel dan merupakan struktur sel yang memisahkan sitoplasma
dengan lingkungan luarnya. Membran ini berperan sebagai pembatas pergerakan
bahan masuk dan ke luar sel. Molekul hidrofobik dapat melewati membran ini
dengan mudah sedangkan molekul hidrofilik akan cenderung lebih sulit. Membran
sel hewan eukariotik disusun atas dua lapisan lipid dimana bagian kepala besifat
hidrofilik dan bagian kaki yang bersifat hidrofobik, protein yang tersusun seperti
mosaik pada lapisan lipid serta kolestrol.
Darah  merupakan kombinasi plasma darah dan sel-sel darah yang beredar
di seluruh tubuh. Perdaran darah sendiri diatur oleh tekanan osmotik koloid dari
protein yang terkandung dalam plasma dan jaringan. Secara makroskopis, darah
adalah cairan yang homogen dengan warna merah sedikit kental karena adanya
kandungan eritrosit dan berbagai macam substansi penyusun lainnya (Siswanto
2017). Eritosit sendiri merupakan sel darah merah yang tidak berinti yang
berbentu bulat agak oval. Eritrosit sangat berperan penting dalam tubuh yaitu
untuk mengangkut O2 keseluruh tubuh (Linda dan Tureni 2014). Pada sel darah
terjadi alur transportasi zat baik berupa masuknya suatu zat ke dalam suatu sel
ataupun keluarnya suatu zat dari dalam sel ke lingkungannya. Proses transportasi
sel ini tak lepas dari peran membran semipermiable yang ada pada struktur darah.
Pada mekanisme yang terjadi air akan bergerak mengikuti gradien osmotik
melewati membran sel. Bila sel eritrosit berada pada medium yang lebih rendah
tekanan osmotiknya, air akan masuk ke dalam sel. Membran sel eritrosit akan
pecah (hemolisis) saat penambahan volume cairan sel, melewati ambang batas
yang dapat ditahan membran sel, hemoglobin akan tersebar pada medium. Bila sel
yang mengalami hemolisis lebih banyak dari yang tidak mengalami hemolisis,
campuran darah dan medium akan bewarna merah cerah. Sebaliknya bila sel yang
mengalami hemolisis lebih sedikit dari yang tidak mengalami hemolisis,
campuran darah dan medium bewarna merah keruh. Bila sel darah merah berada
pada mebium yang lebih tinggi tekanan osmotiknya, air akan ke luar dari sel, sel
akan mengkerut (krenasi). Medium yang berisi sel eritrosit yang mengalami
krenasi akan bewarna merah keruh. Bila sel berada pada medium yang
mengandung bahan pelarut lemak, membran sel akan rusak, sel eritrosit juga akan
mengalami hemolisis.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam
konsentrasi larutan NaCl, larutan saponin dan larutan ureum terhadap sel darah
merah.
METODE
Alat dan Bahan
Bahan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu larutan NaCl 0,9%,
0,65%, 0,45%, 0,25%, 0% (aquadest), 1% ureum dalam larutan NaCl 0,9%, 1%
ureum dalam aquadest, 1% saponin dalam larutan NaCl 0,9%, 1% saponin dalam
larutan aquadest, dan larutan NaCl 3%. Alat yang digunakan pada praktikum ini
yaitu tabung reaksi 10 buah dalam rak, pipet 5 ml sebanyak 11 buah, 1 buah gelas
objek dengan 2 buah kaca penutup, mikroskop, kertas tissue/ lap bersih yang halus
dan darah yang tersedia serta sudah ditambahkan dengan antikoagulan.

Prosedur Kerja
Pertama tama tabung reaksi diberi nomor dari 1 hingga 10, setelah itu pada
masing masing tabung diberikan perlakuan khusus. Tabung 1 diisi dengan larutan
NaCl 0,9% yang merupakan larutan isotonis dengan darah sebagai kontrol.
Tabung 2 diisi dengan larutan NaCL 0,65%. Tabung 3 diisi dengan larutan NaCL
0,45%. Tabung 4 diisi dengan larutan NaCL 0,25%. Tabung 5 diisi dengan larutan
NaCL 0% (aquadest), Tabung 6 diisi dengan 1% ureum dalam larutan NaCl 0,9%.
Tabung 7 diisi dengan 1% ureum dalam aquadest. Tabung 8 diisi dengan 1%
saponin dalam larutan NaCl 0,9%. Tabung 9 diisi dengan 1% saponin dalam
aquadest. Tabung 10 diisi dengan larutan NaCl 3%. Seluruh tabung tersebut
masing masing diisi sebanyak 5 ml.
Perlakuan yang selanjutnya yaitu pada setiap tabung ditambahkan 3 tetes
darah dan dihomogenkan dengan rak tabung reaksi yang digoyangkan. Warna dan
kekeruhan larutan di dalam tabung kemudian diamati dan diperiksa. Hasil
percobaan memiliki level warna yang menunjukkan perbedaan. Warna merah
cerah ditunjukkan sebagai hemolisis. Sedangkan warna merah keruh
menunjukkan belum tentu tidak terjadi perubahan. Untuk memastikan sebagian
sel eritrosit mengalami hemolisis atau perubahan lainnya perlu dilakukan
pemeriksaan secara mikroskopis.
Untuk tata cara pemeriksaan dengan mikroskop terdapat beberapa langkah
yang perlu dilakukan. Pertama pada tabung gelas objek ditempatkan dibagian kiri
satu tetes larutan dari tabung 1 sebagai kontrol dan disebelah kanan di tempatkan
satu tetes larutan dari tabung 2, kemudian masing masing ditutup dengan gelas
penutup. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop dengan lensa
objektif 10× dan okuler 10× .Selanjutnya diamati dan dibandingkan bentuk sel,
besar dan banyaknya sel eritrosit antara sampel yang terletak di sebelah kanan dan
sampel kontrol yang berada di sebalah kiri. Pemeriksaan tersebut dilakukan
dengan menggunakan semua sampel dengan tabung 1 sebagai control atau
pembanding. Hasil pengamatan tersebut kemudian dicatat pada kolom kolom
yang tersedia.
Pada kolom pemeriksaan maroskopis tanda +¿ digunakan apabila terlihat
jelas adanya hemolisis (warna merah cerah) dan ditambahkan derajat hemolisis
sempurna bila tidak ditemukan eritrosit pada pemeriksaan mikroskopis dan tidak
sempurna bila pada pemeriksaan mikroskopis masih ditemukan sel eritrosit dan
bila belum terlihat adanya hemolisis (warna merah keruh). Pada kolom
pemeriksaan mikroskopis untuk bentuk, dituliskan bulat licin, bulan berigi-rigi,
atau gambaran lainnya; untuk besar, dibandingkan dengan kontrol (dari tabung
no.1), dituliskan = (sama dengan kontrol), > (lebih besar) dan < (lebih kecil) dan
untuk relatif banyaknya sel eritrosit dibandingkan dengan kontrol, tanda = (sama),
> (lebih banyak), dan < (lebih sedikit) dari kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Larutan Makroskopis Mikroskopis
Warna Derajat Bentuk sel Ukuran sel Banyak sel
Hemolisis
NaCl 0,9% Merah keruh −−¿ Bulat licin + +++

NaCl 0,65% Merah keruh −−−¿ Bulat licin + ++

NaCl 0,45% Merah keruh −−¿ Bulat licin + +

NaCl 0,25% Merah cerah +++ Bergerigi ++ −−−¿

NaCl 0 % Merah cerah ++ Bergerigi −¿ −−¿

1% ureum −−−¿ Bulat licin + +++


dalam NaCl Merah keruh
0,9%

1% ureum Merah cerah +++ - −−¿ 0


dalam
Aquadest
Merah cerah +++ Bergerigi −¿ −−¿
1% saponin
dalam NaCl
0,9%
Merah cerah + Bergerigi −−¿ −¿
1% saponin
dalam
Aquadest

Merah keruh −−−¿ Bulat licin −−¿ +++


NaCl 3%

Ket ukuran sel: Ket banyak sel:

+ :Sama +++ :Sangat banyak −−¿ :Lebih sedikit

++ :Lebih besar ++ :Lebih banyak −¿


:Sedikit

− :Kecil + :Banyak 0 :Tidak aea

−−¿ :Lebih kecil −−−¿ : Sangat sedikit


Eritrosit atau sel darah merah adalah sel darah berwarna merah berbentuk
bikonkap (cekung). Warna merah darah pada sel ini disebabkan oleh warna
eritrosit itu sendiri. Sel eritrosit membawa 280 molekul hemoglobin dan setiap
hemoglobin membawa empat molekul oksigen (Pranata 2018). Sel darah tersebut
dihasilkan melalui proses hematopoiesis dalam sumsum tulang. Retikulosit, yang
merupakan bentuk prematur dari eritrosit, akan mengalami maturasi dan
membentuk sel darah merah berdiameter 8 µm yang berbentuk diskus bikonkaf
dengan usia sel 120 hari (Wiwanitkit 2009).

Membran plasma dari eritrosit bersifat permeable. Hal ini disebabkan oleh
adanya transport protein. Sel darah merah yang dimasukkan dalam larutan
hipertonis akan mengalami krenasi (pengkerutan) sel karena lebih banyak air yang
keluar sel daripada yang masuk. Demikian sebaliknya, apabila eritrosit berada
dalam lingkungan yang hipotonis, maka osmosis akan terjadi dari luar ke dalam
sel yang akan menyebabkan sel akan menggembung. Apabila membran plasma
tidak dapat menahan tekanan tinggi intrasel tersebut oleh sebab tercapainya
critical volume, maka sel akan pecah dan hemoglobin akan dilepaskan ( Chalid
2013 ).

Pada percobaan yang telah dilakukan terdapat dua jenis golongan warna
larutan yang didapatkan yaitu merah cerah dan merah keruh. Pada tabung
percobaan yang larutannya berwarna merah cerah menandakan bahwa banyak sel
eritrosit yang mengalami hemolisis. Sedangkan pada tabung percobaan yang
larutannya berwarna merah keruh menandakan bahwa sel eritrosit sedikit
mengalami hemolisis atau malah tidak mengalaminya sama sekali. Pada tabung 1
larutan yang dihasilkan berwarna merah sangat keruh, hal ini karna pada tabung
tersebut tidak terjadi reaksi apapun. Larutan yang digunakan pada tabung tersebut
adalah NaCl 0,9%, dimana larutan ini merupakan larutan isotonis yang
osmolalitasnya sama dengan dengan cairan fifiologis dalam tubuh hewan. Hal ini
membuat eritrosit tidak mengalami reaksi apapun sehingga bentuknya tetap
normal seperti awal.

Pada tabung 2,3,4,5,6,7,8,9 dan 10, terjadi perubahan bentuk pada sel
eritrosit. Hal ini terjadi karna pada tabung–tabung tersebut terjadi peristiwa masuk
atau keluarnya air dalam sel. Pada tabung yang terjadi proses hemolisis maka air
masuk dalam sel sehingga sel akan cenderung lebih besar dari bentuk awal. Proses
hemolysis ini terjadi karna larutan yang digunakan bersifat hipotonis. Darah yang
diberikan larutan hipotonis menyebabkan kehilangan keseimbangan sehingga air
masuk ke dalam sel darah. Apabila hal tersebut terus berlangsung akan
menyebabkan terjadi pembengkakan yang dilanjutkan dengan kebocoran dan sel
tersebut pecah (Paleari dan Mosca 2008). Hal ini lah juga yang menyebabkan
terjadinya perubahan warna larutan menjadi merah cerah.
Pada beberapa tabung, sel eritrosit terlihat lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran awal. Hal ini terjadi karna pada tabung tabung tersebut terjadi raksi
krenasi. Pada tabung 10 larutan yang digunakan adalah larutan NaCl 3% yang
merupakan larutan hipertonik. Bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis,
maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma),
akibatnya eritrosit akan keriput atau krenasi (Noradiana et al. 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Linda RA, Tureni D. 2014. Pengaruh ekstrak biji pala (Myristica fragrans)
terhadap jumlah eritrosit dan leukosit pada tikus putih (Rattus
norvegicus). E-Jipbiol. 3(1): 1-8.
Siswanto. 2017. Darah dan Cairan Tubuh. Denpasar: Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai