Anda di halaman 1dari 6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan percobaan mengenai Osmotic Fragility Test. Tujuan dari


praktikum kali ini adalah mempelajari pengaruh berbagai macam konsentrasi
larutan NaCl, larutan saponin, dan larutan ureum terhadap sel darah merah.
Berbagai macam larutan NaCl yang digunakan adalah konsentarsi 0.9%, 0.65%,
0.45%, 0.25%, 3%, 0% (aquadest). Sedangkan larutan saponin dan ureum yang
digunakan adalah 1%. NaCl 0.9% digunakan sebagai acuan atau kontrol karena
sesuai dengan hewan coba yang digunakan, yaitu darah tikus, sehingga larutan
dapat bersifat isotonic, yaitu keadaan seimbang antara dua laritan yang dipisahkan
oleh membran. Saponin adalah senyawa kimia berupa glikosida yang bersifat
hemolisis terhadap eritrosit. Ureum adalah hasil akhir dari metabolisme protein
menjadi asam amino di dalam hati kemudian di lepas ke darah. Ureum bersifat
racun yang mengurangi umur eritrosit, sehingga dapat memecah atau
menghemolisis sel darah merah.
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah dengan
memasukan berbagai macam konsentrasi larutan NaCl ke dalam tabung reaksi
yang telah diberi label 1-6 masing-masing sebanyak 5 ml. Kemudian tabung ke-7
dimasukan larutan saponin dengan NaCl 0.9%, tabung ke-8 dimasukan larutan
saponin dengan aquadest, tabung ke-9 dimasukan larutan ureum dengan NaCl
0.9% dan yang terakhir pada tabung ke-10 dimasukan larutan ureum dengan
aquadest. Setelah itu dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah terisi dengan
larutan-larutan tersebut darah tikus sebanyak tiga tetes dan dihomogenkan. Hasil
yang didapatkan adalah sebagai berikut :

Larutan Makroskopis Mikroskopis


Warna Derajat Bentuk Sel Ukuran Sel Banyak Sel
Hemolisis
NaCl 0.9 % merah cerah 2 konkaf Normal Normal
NaCl 0.65% merah keruh 6 bulat gerigi < <
NaCl 0.45% merah cerah 10 bulat licin > =
NaCl 0.25% merah keruh 7 bulat licin > <
NaCl 3% merah keruh 8 bulat gerigi < >
NaCl 0% merah cerah 4 bulat licin < <
S + NaCl 0.9% merah gelap 3 bulat licin < =
S+A merah gelap 5 bulat gerigi > =
U + NaCl 0.9% merah keruh 1 bulat gerigi < <
U+ A merah cerah 9 bulat licin > <

No Hasil dan Pembahasan Foto


.
1 Pada percobaan ke-1 ditambahkan
ditambahkan larutan NaCl 0.9%. Hasilnya
warna menjadi merah cerah, ukuran sel normal
dan banyaknya normal. Sel memiliki bentuk
yang konkaf. Hal ini terjadi karena Larutan
0.9% NaCl tesebut digunakan untuk mamalia,
karena pada praktikum kali ini darah yang
digunakan adalah darah tikus maka hasilnya
Netral dan menjadi patokan ukuran dalam
praktikum ini.
2 Pada percobaan ke-2 ditambahkan larutan
NaCl 0.65 %. Hasilnya warna menjadi merah
keruh , ukuran sel lebih besar dan banyaknya
normal. Sel memiliki bentuk bulat bergerigi
karena sel mengalami krenasi. Krenasi bisa
terjadi apabila sel darah merah berada medium
yang lebih tinggi tekanan osmotiknya sehingga
air akan keluar dari sel, dan sel akan
mengkerut. Hasil warna menjadi merah keruh
karena cairan sitoplasma keluar melewati
membrane semi-permeable tanpa merusak
eritrosit yang memiliki warna dominan merah
dari pada sitoplasma.
3 Pada percobaan ke-3 kali ini ditambahkan 5 ml
larutan nacl 0,45% kedalam tabung reaksi lalu
dimasukan 3 tetes darah tikus kedalam tabung
reaksi dan dihomogenkan, sesudah
dihomogenkan menghasilkan warna cerah atau
dimana kondisi darah mengalami hemolisis dan
bentuk sel bulat licin dengan ukuran sel yang
besar. Darah mengalami hemolisis disebabkan
karna adanya larutan hipotonis disekitar daerah
darah.biasanya pada konsentrasi larutan nacl
0.40% - 0,70% hemolisis pada darah masih bisa
dibilang tinggi(pratiwi dewi, 2017). Darah lisis
atau disebut dengan hemolisis merupakan
hancurnya sel darah disebabkan karena
preparasi sampel yang salah (Dasgupta and
Sepulveda, 2013), sehingga masuk nya NaCl
hipotonis kedalam sel eritrosit dan
menyebabkan sel eritrosit mengembung karena
membran yang dilalui bersifat semipermiabel.

4 Pada percobaan ke-4 kali ini ditambahkan 5 ml


larutan NaCl 0,25% kedalam tabung reaksi lalu
dimasukkan 3 tetes darah tikus kedalam tabung
reaksi lalu dihomogenkan dengan cara
menggoyang - goyangkan tabung dengan
perlahan, menghasilkan warna merah keruh
kecerahan dan dimana darah mengalami
hemolisis dan bentuk sel yang bulat licin dan
ukuran yang besar. Warna merah cerah terjadi
disebabkan sel yang mengalami hemolisis lebih
banyak dibandingkan yang tidak mengalami
hemolisis sehingga campuran darah dan medium
akan berwarna merah cerah. Larutan NaCl
0,25% termasuk larutan hipotenis yang dimana
air pada larutan tersebut masuk kedalam eritrosit
dan menyebabkan eritrosit tersebut
mengembang sehingga bentuknya menjadi bulat
licin.

6
7 Pada percobaan ke-7 ditambahkan Saponin dan
NaCl 0.9%. Hasilnya warna menjadi merah
cerah dan berbuih, ukuran sel kecil dan
banyaknya sedang. Bentuk sel bulat licin
karena mengalami hemolisis. Larutan NaCl
0.9% yang ditambahkan bersifat isotonis
terhadap air dalam sel darah tikus sehingga
terjadi hemolisis sebagian.
Saponin adalah senyawa aktif permukaan
(surfaktan). Saponin juga mempunyai sifat
hemolisis, dan jika diinjeksikan langsung ke
dalam aliran darah akan sangat toksik, namun
akan tidak berbahaya jika digunakan melalui
mulut, karena itu saponin biasa dipakai untuk
bahan tambahan dalam minuman non-
alkohol/beverages (Evans, 2002).
Ditemukan bahwa kekuatan ionik larutan
memiliki efek besar pada proses hemolisis,
tergantung pada sifat dan konsentrasi surfaktan.
Saponin memiliki glikosida pelarut lemak
sehingga menyebabkan membran sel eritrosit
akan rusak dan mengalami hemolisis. Saponin
mempunyai sifat dapat menurunkan tegangan
permukaan air dalam membran sel dan
meningkatkan permeabilitas lipid bilayer.
Seperti sabun, saponin mempunyai molekul
besar yang mengandung gugus hidrofilik dan
lipofilik. Dalam air, molekul saponin
mensejajarkan diri secara vertikal pada
permukaannya, dengan gugus lipofilik
menjauhi air. Adsorpsi molekul saponin pada
permukaan air dapat mengakibatkan penurunan
tegangan permukaan air yang dapat
menimbulkan buih.
8 Pada percobaan ke-8 ditambahkan Saponin dan
aquadest. Hasilnya warna menjadi merah gelap
bening dan berbuih, ukuran sel besar dan
banyaknya sedang. Bentuk sel bulat gerigi
karena mengalami hemolisis. Larutan Aquadest
yang ditambahkan bersifat hipotonis terhadap
air dalam sel darah tikus ditambah saponin
yang juga memiliki sifat hemolisis
menyebabkan terjadinya hemolisis total.
Saponin (surfaktan) memiliki kemiripan struktur
dengan lipid membran sel. Surfaktan juga
merupakan molekul amfifile yang dapat
berinteraksi dan mengganggu membran sel
dengan memodifikasi organisasi lipid dalam sel,
susunan protein integral bahkan equilibrium
dalam sel. Semua perubahan sel tersebut dapat
menyebabkan terganggunya membran sel atau
lisis pada sel. (Catin et al., 2015)
9 Pada percobaan ke-9, ditambahkan ureum dan
Nacl 0,9%. Hasilnya warna menjadi merah
keruh, bentuk sel bulat gerigi, dan ukuran sel
lebih kecil. Ureum bersifat hipertonis dan NaCl
bersifat isotonis atau seimbang. Warna merah
keruh dikarenakan sehingga sitoplasma akan
bergerak ke luar melalui membran
semipermeabel, sehingga sel mengalami krenasi
atau mengkerut, sehingga bentuk sel menjadi
bulat gerigi dan ukuran sel lebih kecil dari sel
eritrosit normal.
10 Pada percobaan ke-10, ditambahkan ureum dan
aquades. Hasilnya warna menjadi merah cerah,
bentuk sel bulat licin, dan ukuran sel lebih besar.
Warna merah cerah diakibatkan karena cairan
sitoplasma tidak keluar melainkan cairan yang
diluar membran sel yang masuk. Hal ini
dikarenakan tekanan di luar membran lebih
rendah (hipotonis) dan di dalam membran lebih
tinggi (hipertonis). Ureum bersifat hipertonis
dan aquades bersifat hipotonis. Aquades dapat
mengembalikan bentuk sel ke bentuk normal,
sehingga hasil percobaan didapatkan eritrosit
mengalami krenasi dan hemolisis, namun yang
lebih dominan adalah hemolisis, sehingga
bentuk sel menjadi bulat licin dan ukuran sel
lebih besar dari ukuran eritrosit normal.

DAFTAR PUSTAKA
Evans, W.C., 2002, Pharmacognosy, ed.XV, 289, W.B.Saunders, London.

Manaargadoo-Catin, Magalie & Ali-Cherif, Anaïs & Pougnas, Jean-Luc & Perrin,
Catherine. (2015). Hemolysis by surfactants - A review. Advances in Colloid and
Interface Science. 228. 10.1016/j.cis.2015.10.011.

Anda mungkin juga menyukai