6
7 Pada percobaan ke-7 ditambahkan Saponin dan
NaCl 0.9%. Hasilnya warna menjadi merah
cerah dan berbuih, ukuran sel kecil dan
banyaknya sedang. Bentuk sel bulat licin
karena mengalami hemolisis. Larutan NaCl
0.9% yang ditambahkan bersifat isotonis
terhadap air dalam sel darah tikus sehingga
terjadi hemolisis sebagian.
Saponin adalah senyawa aktif permukaan
(surfaktan). Saponin juga mempunyai sifat
hemolisis, dan jika diinjeksikan langsung ke
dalam aliran darah akan sangat toksik, namun
akan tidak berbahaya jika digunakan melalui
mulut, karena itu saponin biasa dipakai untuk
bahan tambahan dalam minuman non-
alkohol/beverages (Evans, 2002).
Ditemukan bahwa kekuatan ionik larutan
memiliki efek besar pada proses hemolisis,
tergantung pada sifat dan konsentrasi surfaktan.
Saponin memiliki glikosida pelarut lemak
sehingga menyebabkan membran sel eritrosit
akan rusak dan mengalami hemolisis. Saponin
mempunyai sifat dapat menurunkan tegangan
permukaan air dalam membran sel dan
meningkatkan permeabilitas lipid bilayer.
Seperti sabun, saponin mempunyai molekul
besar yang mengandung gugus hidrofilik dan
lipofilik. Dalam air, molekul saponin
mensejajarkan diri secara vertikal pada
permukaannya, dengan gugus lipofilik
menjauhi air. Adsorpsi molekul saponin pada
permukaan air dapat mengakibatkan penurunan
tegangan permukaan air yang dapat
menimbulkan buih.
8 Pada percobaan ke-8 ditambahkan Saponin dan
aquadest. Hasilnya warna menjadi merah gelap
bening dan berbuih, ukuran sel besar dan
banyaknya sedang. Bentuk sel bulat gerigi
karena mengalami hemolisis. Larutan Aquadest
yang ditambahkan bersifat hipotonis terhadap
air dalam sel darah tikus ditambah saponin
yang juga memiliki sifat hemolisis
menyebabkan terjadinya hemolisis total.
Saponin (surfaktan) memiliki kemiripan struktur
dengan lipid membran sel. Surfaktan juga
merupakan molekul amfifile yang dapat
berinteraksi dan mengganggu membran sel
dengan memodifikasi organisasi lipid dalam sel,
susunan protein integral bahkan equilibrium
dalam sel. Semua perubahan sel tersebut dapat
menyebabkan terganggunya membran sel atau
lisis pada sel. (Catin et al., 2015)
9 Pada percobaan ke-9, ditambahkan ureum dan
Nacl 0,9%. Hasilnya warna menjadi merah
keruh, bentuk sel bulat gerigi, dan ukuran sel
lebih kecil. Ureum bersifat hipertonis dan NaCl
bersifat isotonis atau seimbang. Warna merah
keruh dikarenakan sehingga sitoplasma akan
bergerak ke luar melalui membran
semipermeabel, sehingga sel mengalami krenasi
atau mengkerut, sehingga bentuk sel menjadi
bulat gerigi dan ukuran sel lebih kecil dari sel
eritrosit normal.
10 Pada percobaan ke-10, ditambahkan ureum dan
aquades. Hasilnya warna menjadi merah cerah,
bentuk sel bulat licin, dan ukuran sel lebih besar.
Warna merah cerah diakibatkan karena cairan
sitoplasma tidak keluar melainkan cairan yang
diluar membran sel yang masuk. Hal ini
dikarenakan tekanan di luar membran lebih
rendah (hipotonis) dan di dalam membran lebih
tinggi (hipertonis). Ureum bersifat hipertonis
dan aquades bersifat hipotonis. Aquades dapat
mengembalikan bentuk sel ke bentuk normal,
sehingga hasil percobaan didapatkan eritrosit
mengalami krenasi dan hemolisis, namun yang
lebih dominan adalah hemolisis, sehingga
bentuk sel menjadi bulat licin dan ukuran sel
lebih besar dari ukuran eritrosit normal.
DAFTAR PUSTAKA
Evans, W.C., 2002, Pharmacognosy, ed.XV, 289, W.B.Saunders, London.
Manaargadoo-Catin, Magalie & Ali-Cherif, Anaïs & Pougnas, Jean-Luc & Perrin,
Catherine. (2015). Hemolysis by surfactants - A review. Advances in Colloid and
Interface Science. 228. 10.1016/j.cis.2015.10.011.