Oleh:
Dasar Teori
Sel darah merah atau eritrosit memiliki jumlah yang paling banyak di antara
sel darah yang lainnya. Sel darah merah ini mengandung hemoglobin sebagai
senyawa yang memberikan warna merah pada eritrosit. Eritrosit juga tidak
memiliki organel sel, seperti badan golgi, retikulum endoplasma, atau
mitokondria. Sel darah merah berbentuk bulat. Sel darah hewan ada yang berinti
(seperti eritrosit pada amfibi) dan ada yang tidak berinti (seperti eritrosit pada
primata). Sel darah merah membentuk ATP memalui glikolisis. ATP tersebut
berperan penting untuk mempertahankan bentuknya yang bikonkaf dan mengatur
transpor ion. Fungsi utama dari eritrosit adalah menyalurkan atau mengedarkan
oksigen ke seluruh tubuh (Murray, R 2010).
Eritrosit memiliki membran sel yang bersifat semi permeabel yang
memungkinkan senyawa dengan partikel yang kecil, seperti air dapat masuk ke
dalam eritrosit, menembus membran semi permeabel tersebut (Sherwood, L
2012). Sel darah merah dapat mengkerut jika kehilangan air terlalu banyak
melalui osmosis. Hal ini terjadi karena lingkungan di luar eritrosit bersifat
hipertonis. Sebaliknya, sel darah merah dapat pecah atau lisis jika air di dalamnya
terlalu banyak. Proses ini biasa disebut dengan hemolisis atau hemolisa, yaitu
peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah merah menuju ke cairan atau
lingkungan di sekelilingnya. Hal ini terjadi karena lingkungan di luar eritrosit
bersifat hipotonis (Kimball 2003).
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh berbagai macam
konsentrasi larutan NaCl, larutan saponin dan larutan ureum terhadap sel darah
merah.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet 5 ml,
gelas objek, kaca penutup, mikroskop, kertas tissue atau lap, sementara bahan
yang digunakan adalah larutan NaCl 0,9%, 0,65%, 0,45%, 0,25%,0%, 1% ureum
dalam larutan NaCl 0,9%, 1% ureum dalam aquadest, 1% saponin dalam larutan
NaCl 0,9%, 1% saponin dalam aquades, larutan NaCl 3%, dan darah.
Tata Kerja
Tabung reaksi yang akan digunakan diberi nomor dari 1-10. Masing-masing
tabung diisi dengan larutan sebanyak 5 ml. Tabung 1 diisi dengan larutan NaCl
0.9% (tabung kontrol). Tabung 2 diisi dengan larutan NaCl 0.65%. Tabung 3 diisi
dengan larutan NaCl 0.45%. Tabung 4 diisi dengan larutan NaCl 0.25%. Tabung 5
diisi dengan larutan NaCl 0% (akuades). Tabung 6 diisi dengan 1% ureum dalam
larutan NaCl 0.9%. Tabung 7 diisi dengan 1% ureum dalam akuades. Tabung 8
diisi dengan 1% saponin dalam larutan NaCl 0.9%. Tabung 9 diisi dengan saponin
dalam akuades. Tabung terakhir diisi dengan larutan NaCl 3%. Masing-masing
tabung ditambahkan 3 tetes darah dan dihomogenkan (tabung reaksi
digoyangkan). Warna dan kekeruhan di dalam tabung diperiksa. Warna merah
cerah ditunjukan darah yang mengalami hemolisis. Warna merah keruh belum
tentu tidak terjadi perubahan-perubahan, perlu dilakukan pemeriksaan secara
mikroskopis untuk memastikannya.
Cara pemeriksaan dengan mikroskop :
Satu tetes larutan dari tabung 1 diteteskan pada gelas objek di bagian kiri
sebagai kontrol dan satu tetes dari tabung 2 di bagian kanan gelas objek. Masing-
masing tetesan ditutup dengan kaca penutup. Gelas objek diperiksa di bawah
mikroskop cahaya dengan lensa objektif 10x. Bentuk sel, besar, dan banyaknya
sel eritrosit dari kedua sampel diperhatikan dan dibandingkan. Pemeriksaan
dilakukan dengan langkah yang sama untuk 8 tabung lainnya, dengan tabung 1
digunakan sebagai kontrol. Hasil pengamatan dicatat pada kolom-kolom yang
tersedia. Pada kolom pemeriksaan makroskopis, bila terlihat jelas adanya
hemolisis (warna merah cerah) dituliskan +, bila tidak ditemukan eritrosit pada
pemeriksaan mikroskopis ditambahkan derajat hemolisis sempurna, bila pada
pemeriksaan mikroskopis masih ditemukan sel eritrosit ditambahkan tidak
sempurna, dan bila belum terlihat adanya hemolisis (warna merah keruh)
dituliskan. Pada kolom pemeriksaan mikroskopis, dituliskan bulat licin, bulan
berigi-rigi, atau gambaran lainnya untuk bentuk, dibandingkan dengan kontrol
(dari tabung 1) untuk ukuran, tuliskan = (sama), > (lebih besar) dan < (lebih
kecil), dan dibandingkan dengan kontrol untuk relatif banyaknya sel eritrosit,
tanda = (sama), > (lebih banyak), dan < (lebih sedikit) dari kontrol.
SIMPULAN
Larutan NaCl, larutan saponin, dan larutan ureum memiliki pengaruh yang
berbeda pada sel darah merah. Pengaruh dari larutan tersebut bergantung pada
konsentrasi larutan itu sendiri. Jika larutan tersebut memiliki konsentrasi lebih
tinggi dari sel darah maka sel darah akan krenasi sedangkan jika larutan memiliki
konsentrasi lebih rendah dari sel darah maka sel darah akan lisis atau pecah.
Larutan yang isotonis dengan sel darah yaitu NaCl 0.9% dan larutan ureum 1%.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN