Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

1.1 TUJUAN
Mempelajari pengaruh berbagai macam kosentrasi larutan NaCl, larutan saponin dan
larutan ureum terhadap sel darah merah.
BAB 2

2.1 ALAT DAN BAHAN

1. Larutan NaCl 0.9%, 0.65%, 0.45%, 0.25%, 0%, (aquadest)


2. 1% ureum dalam larutan NaCl 0.9%
3. 1% ureum dalam aquadest
4. 1% saponin dalam larutan NaCl 0.9%
5. 1% saponin dalam aquadest
6. Larutan NaCl 3%
7. Tabung reaksi 10 buah dalam rak
8. Pipet 5 ml 11 buah
9. Gelas objek 1 buah dengan 2 buah kaca penutup
10. Mikroskop
11. Kertas tissue/lap bersih dan halus
12. Darah yang tersedia (di tambah dengan antikoagulan)

2.2 LANGKAH KERJA

Tabung reaksi

Diberi nomor 1-10


Diisi masing-masing larutan NaCl 0,9%, larutan NaCl 0,65%, larutan NaCl
0,45%, larutan NaCl 0,25%, Larutan NaCl 0% (aquades), 1% ureum dalam
larutan NaCl 0,9%, 1% ureum dalam aquades, 1% saponin dalam larutan NaCl
0,9%, 1% saponin dalam aquades dan larutan NaCl 3%
Ditambahkan 3 tetes darah ke dalam tiap tabung dan homogenkan
Diperiksa warna dan kekeruhan larutan paada tiap tabung
Diperiksa di mikroskop untuk memastikan

Hasil
BAB 3

3.1 HASIL PRAKTIKUM

No. Gambar Larutan Sifat Morfologi Reaksi


larutan eritrosit
1. NaCl 0,9% Isotonis Sel oval Tidak terjadi
dengan tepian lisis ataupun
licin krenasi

2. NaCl 0,65% Hipotonik Menggembung, Hemolisis


ada yang lisis
ada yang
sedikit lebih
besar dari
ukuran
normalnya
3. NaCl 0,45% Hipotonik Menggembung Hemolisis
dan cukup
banyak yang
lisis

4. NaCl 0,25% Hioptonik Menggembung, Hemolisis


banyak yang
lisis,
permukaan
tidak beraturan

5. NaCl 0% Hipotonik Menggembung Hemolisis


dan cukup
banyak yang
lisis, tepian
irregular
karena lisis

6. 1% ureum + Hipotonik Menggembung Hemolisis


NaCl 0,9% sedang dengan tepian Parsial
licin dan ada
yang lisis
dengan tepian
irregular
7. 1% ureum + Hipotonik Banyak yang Hemolisis
aquades kuat lisis dengan Total
tepian irregular

8. 1% sponin + Hipotonik Ada yang lisis Hemolisis


NaCl 0,9% lemah dgn tepian Parsial
irregular,
menggembung
dengan tepian
licin

9. 1% sponin + Hipotonik Hampir Hemolisis


aquades kuat semuanya lisis Total
dengan tepian
irregular

10. NaCl 3% Hipertonik Bentuk sel Krenasi


keriput dan
tepian bergerigi
seperti duri
duri
BAB 4

4.1 PEMBAHASAN

Dari praktikum dapat dilihat bahwa eritrosit yang diberi larutan NaCl 0,9% tidak
mengalami lisis maupun krenasi karena larutan bersifat isotonis, sedangkan eritrosit yang
diberi larutan NaCl 0,65%, NaCl 0,45%, NaCl 0,25% dan NaCl 0% (aquadezt) mengalami
hemolisis.Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Damanik, dkk (2014) bahwa
hemolisis awal terjadi pada rata–rata 0,70% NaCl, Standart deviasi ± 0,035 dengan rentang
0,65%-0,75% NaCl. Sedangkan hemolisis total terjadi pada rata–rata 0,45% NaCl, Standart
deviasi ± 0,031 dengan rentang 0,45%- 0,55% NaCl.

Selanjutnya pada eritrosit yang diberi larutan 1% saponin + aquadest mengalami


hemolisis total. Menurut Fajriyani (2017), hal ini terjadi karena saponin berpengaruh pada
lisisnya sel darah, sehingga total eritrosit akan menurun.

Pada eritrosit yang diberi larutan NaCl 3% mengalami krenasi. Ciri dari eritrosit yang
mengalami krenasi adalah bentuk sel keriput dan tepian bergerigi seperti duri. Menurut
Muslim (2015) hal tersebut dikarenakan penurunan tegangan permukaan membran eritrosit
sehingga membran eritrosit menjadi lemah dan tidak stabil.

4.2 MENJAWAB PERTANYAAN

1. Jelaskan sel beserta struktur dan organelnya


Menurut Subagiartha (2018) Sel merupakan kumpulan materi paling
sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup.
Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara struktur
berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan berdasarkan
posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota terselubung membran
organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan prokariota tidak memiliki
nukleus. Organel pada sel antara lain:
a) Membran
Membran sel berupa lapisan sangat tipis yang terbentuk dari molekul lipid dan
protein
b) Nukleus
Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariota
(sebagian lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas).
c) Ribosom
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein.
d) Retikulum endoplasma
Terdapat dua bentuk retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma kasar
dan retikulum endoplasma halus.
 Retikulum endoplasma kasar disebut demikian karena permukaannya
ditempeli banyak ribosom.
 Retikulum endoplasma halus tidak memiliki ribosom pada
permukaannya. Retikulum endoplasma halus berfungsi, misalnya, dalam
sintesis lipid komponen membran sel
e) Badan golgi
Badan golgi tersusun atas setumpuk kantong pipih dari membran yang disebut
sisterna. Badan Golgi mengatur pergerakan berbagai jenis protein; ada yang
disekresikan ke luar sel, ada yang digabungkan ke membran plasma sebagai
protein transmembran, dan ada pula yang ditempatkan di dalam lisosom
f) Lisosom
Lisosom menguraikan molekul makanan yang masuk ke dalam sel melalui
endositosis ketika suatu vesikel endositosis bergabung dengan lisosom.
g) Vakuola
Vakuola juga berperan penting dalam mempertahankan tekanan turgor
tumbuhan.
h) Mitokondria
Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler, yaitu suatu proses
kimiawi yang memberi energi pada sel.
i) Kloroplas
Kloroplas merupakan salah satu jenis organel yang disebut plastid pada
tumbuhan dan alga. Kloroplas mengandung klorofil, pigmen hijau yang
menangkap energi cahaya untuk fotosintesis, yaitu serangkaian reaksi yang
mengubah energi cahaya menjadi energi kimiawi yang disimpan dalam molekul
karbohidrat dan senyawa organik lain.
j) Peroksisom
Salah satu tugas peroksisom adalah mengoksidasi asam lemak panjang menjadi
lebih pendek yang kemudian dibawa ke mitokondria untuk oksidasi sempurna
k) Sitoskeleton
Sitoskeleton eukariota terdiri dari tiga jenis serat protein, yaitu mikrotubulus,
filamen intermediat, dan mikrofilamen.
 Mikrotubulus berupa silinder berongga yang memberi bentuk sel,
menuntun gerakan organel, dan membantu pergerakan kromosom pada
saat pembelahan sel. Silia dan flagela eukariota, yang merupakan alat
bantu pergerakan, juga berisi mikrotubulus.
 Filamen intermediat mendukung bentuk sel dan membuat organel tetap
berada di tempatnya.
 Mikrofilamen, yang berupa batang tipis dari protein aktin, berfungsi
antara lain dalam kontraksi otot pada hewan, pembentukan pseudopodia
untuk pergerakan sel ameba, dan aliran bahan di dalam sitoplasma sel
tumbuhan.
2. Jelaskan apa yang dimaksud larutan isotonik, hipotonik, dan hipertonik
Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki osmolalitas total sebesar 280–
310 mOsm/L, larutan yang memiliki osmolalitas kurang dari itu disebut hipotonik,
sedangkan yang melebihi disebut larutan hipertonik (Fitriyanti, Sepvi. 2015)
3. Jelaskan transportasi seluler secara pasif dan aktif beserta contohnya
Transport Pasif, merupakan mekanisme perpindahan molekul atau zat yang
tidak melewati selaput membran semipermeable dan tidak membutuhkan energi.
Transpor pasif dapat berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi antar
membran larutan, transpor pasif bersifat spontan dan tidak memerlukan energi
metanolik dalam proses kerjanya. Transpor pasif dibagi menjadi dua jenis yaitu difusi
dan osmosis. Difusi adalah proses berpindahnya zat dalam pelarut yang
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah tanpa melewati membran
semipermeabel. Sedangkan osmosis adalah proses difusi air melalui membran
semipermeabel dari pelarut yang berkonsentrasi tinggi (memiliki banyak air)
kepelarut yang berkonsentrasi rendah (sedikit air ) proses osmosis akan berhenti jika
konsentrasi didalam dan diluar sel telah seimbang (Suharsono, 2017).
Transpor aktif merupakan transpor partikel- partikel melalui membran
semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi
dalam bentuk ATP. Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi
rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai
keseimbangan di dalam sel. Transpor aktif Merupakan kebalikan dari transpor pasif
dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien
konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Transport
aktif terbagi atas transport aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder juga
terdiri atas co-transport dan counter transport (exchange). Transport aktif primer
memakai energi langsung dari ATP, misalnya pada Na-K pump dan Ca pump. Pada
Na-K pump, 3 Na akan dipompa keluar sel sedang 2 K akan dipompa kedalam sel.
Pada Ca pump, ca akan dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca dalam sel rendah
(Suharsono, 2017.
4. Jelaskan perbedaan krenasi dan hemolisis
Krenasi adalah bentuk eritrosit yang mengkerut dan timbul tonjolantonjolan
pada permukaannya. Krenasi biasanya terbentuk pada darah yang dibiarkan pada suhu
kamar dalam waktu yang lama yang berarti juga semakin lama terpapar dengan
EDTA (Muslim, Azhari. 2015).
Darah lisis atau disebut dengan hemolisis merupakan hancurnya sel darah
disebabkan karena preparasi sampel yang salah. Darah lisis sebagian besar disebabkan
oleh pemecahan sel darah merah diserum atau plasma (Faruq, Zulfikar H. 2018).
5. Jelaskan perbedaan hemolisis parsial dan total
Menurut Hikmawati, dkk (2019) Beta hemolisis merupakan lisis lengkap sel
darah merah dan hemoglobin. Hasil beta hemolisis ditandai dengan adanya koloni
dengan area zona bening di sekelilingnya. Terbentuknya zona bening lisis,
menunjukkan bahwa isolat tersebut dapat melisiskan sel darah merah. Proses lisis
darah yang sempurna terlihat dari zona yang benar-benar jernih. Sedangkan alfa
hemolisis mengacu pada lisis parsial/lisis sebagian dari sel darah merah dan
hemoglobin. Proses hemolisis yang tidak sempurna memperlihatkan media berwarna
kehijauan, proses lisis yang tidak sempurna atau tidak nyata menyebabkan tidak akan
terjadinya perubahan warna pada media.
BAB 5

5.1 KESIMPULAN
Larutan NaCl, larutan saponin dan larutan ureum dapat mempengaruhi sel
eritrosit. Pengaruhnya antara lain, tidak terjadi lisis ataupun krenasi pada NaCl 0,9%
karena bersifat isotonis, terjadi hemolisis pada larutan NaCl 0,65%, larutan NaCl
0,45%, larutan NaCl 0,25% dan NaCl 0& (aquadest) karena larutan bersifat hipotonik,
terjadi hemolisis parsial pada larutan ureum dan saponin yang ditambah NaCl 0,9%
karena larutan bersifat hipotonik sedang dan lemah, terjadi hemilisis total pada ureum
dan saponin yang ditambah aquades karena larutan bersifat hipotonik kuat, dan terjadi
krenasi pada larutan NaCl 3% karena larutan bersifat hipertonik.

5.2 SARAN
Semoga kedepannya lebih dijelaskan lagi khususnya pada gambar dan semoga
praktikum berjalan dengan lebih lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, M., Siswanto., I Nyoman. 2014. Hemolisis Eritrosit Babi Landrace Jantan yang
Dipotong di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran Denpasar. Jurnal Indonesia
Medicus Veterinus. Vol (3). No: 3.

Fajriyani, A., Sri, H. 2017. Pengaruh Serbuk Jahe Pada Pakan Terhadap Profil Darah,
Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Patin. Jurnal of Aquaculture Management and
Technology. Vol 6. No : 4.

Faruq, Zulfikar H. 2018. Analisis Darah Lisis Terhadap Nilai Trombosit Menggunakan
Metode Electrical Impedance. Jurnal Labora Medika Vol .2(1): 11-13.

Fitriyanti, Sepvi. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Phlebitis Di Rumah Sakit
Bhayangkara Tk Ii. H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi.
Vol.3(2): 217–229.

Hikmawati, dkk. 2019. Deteksi jumlah dan uji patogenitas Vibrio spp. pada kerang hijau
(Perna viridis) dikawasan wisata Pantai Yogyakarta. PROS SEM NAS MASY
BIODIV INDON 5 (2): 334-339.

Muslim, Azhari. 2015. Pengaruh Waktu Simpan Darah K2EDTA dan Na2EDTA Pada Suhu
Kamar Terhadap Kadar Hemoglobin. Jurnal Analis Kesehatan Vol.4(2): 392-396.

Subagiartha, I. 2018. Sel Struktur, Fungsi dan Regulasi. Bali : Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.

Suharsono, Hamong. 2017. Transport Transmembran. Bali : Universitas. Udayana.


SS KEHADIRAN
SS LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai