Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

HEMOLISIS DAN KREANSI

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan dan Manusia

Yang Dibina Oleh bapak Hendra Susanto, M.Kes., Ph.D. dan bapak Wira Eka Putra,
S.Si., M.Med.Sc.

Disusun oleh:

Kelompok 5, Offering H 2018

1. Adinda Permatasari (180342618050)


2. Aghits Laily Rizqiyah (180342618021)
3. Erina Nur Amalia (180342618072)
4. Nadila Sekar Zahida (180342618074)
5. Neila Salma Kumala (180342618090)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2019
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi
eritrosit dan mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi
larutan.

B. DASAR TEORI

Darah merupakan cairan yang terdapat di dalam tubuh hewan tingkat tinggi
dan manusia. Darah memiliki peran yang sangat penting, yaitu sebagai alat
transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolism tubuh, sebagai sistem
pertahanan tubuh, dan lain sebagainya. Darah terdiri dari bahan yang cair atau
plasma dan bahan intraseluler. Volume darah dalah tubuh sekitar 5-8% dari total
bobot badan (Sonjaya, 2012). Darah dapat mengalami hemolisis dan krenasi.

Hemolisis merupakan sel darah yang mengalami kehancuran akibar dari


preparasi sampel yang salah (Dasgupta dan Sepulveda, 2013). Hemolisis merupakan
terpecahnya sel darah merah yang kemudian akan mengisi plasma darah atau
medium sekelilingnya. Membran eritrosit mengalami hemolisis ketika terjadi
penambahan larutan hipertonis atau hipotonis dalam darah, penurunan tekanan
permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan
pendinginan. Apabila medium di sekitar eritrosit mengalami hipotonis, medium
tersebut akan masuk kedalam eritrosit melalui membran semipermiable dan
menyebabkan eritrosit mengembung, misalnya medium tersebut di beri
penambahan NaCl yang memiliki sifat hipotonis daripada eritrosit (Masters, 2002).

Krenasi adalah pengerutan yang terjadi pada eritrosit akibat dari medium yang
bersifat hipertonis (Ramdhini, 2013). Eritrosit akan mengalami pengerutan apabila
medium di sekitarnya memiliki konsentrasi lebih tinggi sehingga cairan didalam sel
eritrosit akan keluar dan menyebabkan sel mengkerut. Penambahan larutan yang
bersifat hipertonis akan menyebabkan krenasi pada eritrosit.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : - Mikroskop cahaya Bahan :
- Kaca benda
- Sampel darah mencit
- Kaca penutup
- Aquadest
- Mikropipet
- Larutan NaCl dengan
- Pipet tetes
berbagai konsentrasi 0,1%,
- Papan
0,3%, 0,5%, 0,7% dan 0,9%
- Alat seksi
- Antikoagulan (heparin atau
- Syringe
campuran kalium oksalat
- Tabung 1,5 mL
dengan ammonium oksalat)
- Dietil ether

D. PROSEDUR KERJA

Diletakkan mencit ke dalam penyungkup

Dibius dengan menguunakan dietil ether

Dibuka bagian abdomen mencit,


digunting diafragma mencit

Dibuka bagian abdomen mencit, digunting diafragma mencit

- digunting diafragma mencit


Ditusuk jantung
- Dibuka mencit
bagian denganmencit,
abdomen menggunakan syringe,
digunting ditarik
diafragma
secara
mencitperlahan hingga darah tersedot dalam syringe

- digunting diafragma
digunting mencit
diafragma mencit
- Ditampung darah ke dalam
Dibuka bagian abdomen mencit, tabung 1,5
digunting diafragma
mencit ml

digunting diafragma mencit


Dibagi darah dengan volume yang sama dalam dua tabung 1,5
ml. Tabung pertama tidak diberi anti koagulan dan tabung kedua
diberi anti koagulan

ml
Didiamkan dan dimiringkan darah ± 30 menit pada tabung pertama

Dimasukkan dalam sentrifuge pada kecepatan 2500 rpm selama 15 menit

ml
Disiapkan kaca benda dan kaca penutup

Diteteskan darah pada masing-masing kaca benda dengan aquades,


NaCl 0,1%, NaCl 0,3%, NaCl 0,5%, NaCl 0,7%, NaCl 0,9%

Diamati waktu terjadinya krenasi pada mikroskop

Diberikan anti koagulan pada tabung kedua

Dibagi darah dalam 6 tabung 1,5 ml dengan menggunakan mikropipet

Ditetesi masing-masing tabung darah dengan aquades, NaCl 0,1%,


NaCl 0,3%, NaCl 0,5%, NaCl 0,7%, NaCl 0,9% hingga volumenya
1,5 ml
Didiamkan selama 10 menit

Dimasukkan dalam sentifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit

Diamati terjadinya hemolisis dengan diamati warna, volume, supernatan,


dan endapan eritrosit
E. DATA PENGAMATAN
1. Pengambilan darah

No. Organ yang diambil darahnya Volume


1. Jantung 0,8 mL

2. Memisahkan komponen darah

No. Komponen Volume


1. Supernatan 25 mL
2. Pelet 3 mL

3. Mengetahui kecepatan hemolysis dan krenasi (kompilasi data kelompok 1)

No. Konsentrasi larutan (%) waktu Keterangan


1. NaCl 0,1% 3 menit 56 detik Hemolysis
2. NaCl 0,3% 1 menit 32 detik Hemolisis
3. NaCl 0,5% 28 detik Hemolysis
4. NaCl 0,7% 18 detik Hemolysis
5. NaCl 0,9% 08 detik Hemolysis dan
krenasi
6. NaCl 1% 1 menit 25 detik Krenasi
7. NaCl 2% 29 detik Krenasi
8. NaCl 3% 15 detik Krenasi
9. Aquades - tidak terjadi
hemolysis maupun
krenasi

4. Menghitung presentase hemolysis

No. Konsentrasi Larutan (%) Warna Volume Warna


supernatant endapan endapan
1. NaCl 0,1% + 0,30 mm +
2. NaCl 0,3% + 0,35 mm ++
3. NaCl 0,5% +++ 0,55 mm +++
4. NaCl 0,7% + 0,55 mm +++
5. NaCl 0,9% + 0,45 mm +++
6. Aquades ++ - -

Keterangan :
 +++ = sangat berwarna merah
 ++ = berwarna merah sedang
 + = berwarna merah biasa
 - = tidak berwarna atau bening
F. ANALISIS DATA
Darah yang diambil pada saat praktikum merupakan darah dari jantung
mencit yang disedot menggunakan jarum suntik dan didapatkan sebanyak 0.8 mL
darah. Darah dibagi menjadi dua dan dimasukkan ke dalam tabung yang berbeda,
tabung pertama di tambahkan zat antikoagulan sedangkan tabung kedua tanpa
diberikan antikoagulan. Tabung kedua di miringkan selama 30 menit dan
disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 2500. Hasilnya terdapat dua bagian
lapisan yaitu supernatan dibagian atas dan endapan dibagian bawah tabung. Volume
dari supernatan sebanyak 25 ml sedangkan volume endapan sebanyak 3 ml.
1. Mengetahui kecepatan hemolysis dan krenasi
Kecepatan hemolysis dan krenasi darah dapat dilihat dengan cara
mencampurkan darah dengan NaCl. Konsentrasi NaCl dibuat dengan
bermacam-macam guna membandingkan kecepatan hemolysis dan krenasi sel
darah pada berbagai macam krenasi. Konsentrasi NaCl yang digunakan ialah
NaCl 0% (aquades), NaCl 0,1%, NaCl 0,3%, NaCl 0,5%, NaCl 0,7%, NaCl
0,9%, NaCl 1%, NaCl 2% dan NaCl 3%. Pada perlakuan darah yang diberikan
tetesan aquades saat dilihat dengan menggunakan mikroskop tidak terjadi
hemolysis maupun krenasi. Darah yang ditetesi larutan NaCl 0,1%, 0,3%, 0,5%
dan 0,7% mengalami hemolysis dengan kecepatan yang berbeda. darah yang
ditetesi larutan NaCl 0,1% sel darah mulai mengalami hemolysis pada waktu 3
menit 56 detik sedangkan darah yang ditetesi larutan NaCl 0,3% mulai
hemolysis saat 1 menit 32 detik. Darah yang dicampur dengan NaCl 0,5% mulai
hemolysis pada waktu 28 detik, NaCl 0,7% mengalami hemolysis saat detik ke
18. Darah yang dicampurkan dengan NaCl 0,9% beberapa sel mengalami
krenasi namun sebagian besar mengalami hemolysis pada detik ke 8. Eritrosit
mulai mengalami krenasi saat dicampurkan dengan NaCl 1%, NaCl 2% dan
NaCl 3% dengan waktu yang berbeda-beda. Eritrosit mengalami krenasi pada
waktu 1 menit 25 detik saat dicampurkan dengan NaCl 1% sedangkan dengan
NaCl 2% mulai krenasi detik ke 29 dan dengan NaCl 3% mulai krenasi detik
ke 15.
2. Menghitung presentasi hemolysis
Darah yang telah diberikan antikoagulan dibagi menjadi 6 kedalam
tabung yang berbeda dan dicampukan dengan konsentrasi NaCl yang berbeda.
Konsentrasi NaCl yang digunakan adalah 0% (aquades), 0,1%, 0,3%, 0,5%,
0,7% dan 0,9%. Darah yang telah dicampurkan NaCl didiamkan selama 10
menit dan disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Darah yang
dicampur dengan aquades memiliki supernatant berbawma merah sedang tanpa
adanya endapan, darah yang dicampur dengan NaCl 0,1% memiliki supernatant
yang berwarna merah biasa dengan volume endapan setinggi 0,30 mm dan
berwarna merah biasa. NaCl 0,3% dicampurkan dengan darah memiliki
supernatant yang berwarna merah biasa dan memiliki endapan berwarna merah
sedang setinggi 0,35 mm. NaCl 0,5% yang dicampurkan dengan darah setelah
disentrifuge memiliki supernatant yang berwarna merah pekat dengan tinggi
endapan 0,55 mm berwarna merah pekat. darah dicampurkan dengan NaCl
0,7% memiliki supernatant berwarna merah biasa dengan endapan setinggi 0,55
mm dan berwarna merah pekat sedangkan yang dicampurkan dengan NaCl
0,9% memiliki supernatant berwarna merah biasa dengan tinggi endapan 0,45
mm dan berwarna merah pekat.

G. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum hemolisis dan krenasi,


didapatkan volume darah sebanyak 0,8 ml dari organ jantung mencit. Darah
ditampung ke dalam tabung 1,5 mL dan dibagi ke dalam 2 tabung 1,5 mL
(digunakan dalam pengamatan hemolisis dan krenasi). Tabung pertama tidak diberi
antikoagulan, sedangkan tabung kedua diberi antikoagulan. Pada tabung pertama,
darah dimiringkan dan didiamkan selama kurang lebih 30 menit, kemudian
dimasukkan dalam sentifuge pada kecepatan 2500 rpm selama 15 menit. Didapatkan
volume pellet sebanyak 0,7 mm dan supernatan 0,5 mm.

Disiapkan kaca dan diteteskan masing-masing darah, aquadest dan larutan


NaCl dengan berbagai konsentrasi 0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7%, 0,9%, kemudian
diamati waktu terjadinya krenasi. Pada konsentrasi NaCl 0,1% diidapatkan sel darah
mengalami hemolisis pada waktu 3 menit 56 detik, konsentrasi NaCl 0,3%
didapatkan sel darah mengalami hemolisis pada waktu 1 menit 32 detik, konsentrasi
NaCl 0,5% didapatkan sel darah mengalami hemolisis pada waktu 28 detik,
konsentrasi NaCl 0,7% didapatkan sel darah mengalami hemolisis pada waktu 18
detik, konsentrasi NaCl 0,9% didapatkan sel darah mengalami hemolisis dan krenasi
pada waktu 8 detik. Pada konsentrasi NaCl 1% didapatkan sel darah mengalami
krenasi pada waktu 1 menit 25 detik, konsentrasi NaCl 2% didapatkan sel darah
mengalami krenasi pada waktu 29 detik, konsentrasi NaCl 3% didapatkan sel darah
mengalami krenasi pada waktu 15 detik, sedangkan pada aquades sel darah tidak
mengalami krenasi dan hemolisis. Marra (2012) menyatakan, hemolisis dapat
terjadi jika sel diletakkan dalam medium yang hipotonis. Adapun krenasi terjadi bila
eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar
menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput. Larutan
NaCl 0,1% - 0,9% adalah larutan hipotonis, sehingga larutan masuk ke dalam sel
dan menyebabkan pemecahan karena kapasitas cairan tak sebanding dengan
elastisitas dinding sel. Larutan NaCl 1% - 3% adalah larutan hipertonis, sehingga
cairan yang berada di dalam sel keluar dan menyebabkan penyusutan karena cairan
didalam setelah habis. Larutan aquadest adalah larutan isotonis bersifat netral,
sehingga sel tidak mengalami hemolisis dan krenasi.

Pada tabung kedua, penghitungan persentase hemolisis dilakukan dengan


pengujian masing-masing tabung reaksi yang berjumlah 6 tabung. Tabung pertama
diisi dengan larutan NaCl 0,1%, tabung kedua diisi larutan NaCl 0,3%,tabung ketiga
diisi larutan NaCl 0,5%. tabung keempat diisi larutan NaCl 0,7%, tabung kelima
diisi larutan NaCl 0,9% dan tabung keenam diisi aquadest. Masing-masing pada
tabung uji tersebut diisi dengan 60 mikro darah lalu dihomogenkan. Tabung
kemudian didiamkan selama 10 menit. Dimasukkan dalam sentifuge pada kecepatan
3000 rpm selama 5 menit. Tabung pertama diisi dengan larutan NaCl 0,1%,
didapatkan hasil supernatan berwarna merah sedang dengan volume endapan 0,1
mm berwarna merah biasa. Tabung kedua diisi larutan NaCl 0,3%, didapatkan hasil
supernatan berwarna merah biasa dengan volume endapan 0,3 mm berwarna merah
biasa. Tabung ketiga diisi larutan NaCl 0,5%, didapatkan hasil supernatan berwarna
bening dengan volume endapan 0,5 mm berwarna merah sedang. Tabung keempat
diisi larutan NaCl 0,7%, didapatkan hasil supernatan tidak berwarna dengan volume
endapan 0,6 mm berwarna merah sedang. Tabung kelima diisi larutan NaCl 0,9%,
didapatkan hasil supernatan tidak berwarna dengan volume endapan 0,7 mm
berwarna sangat merah dan tabung keenam diisi aquadest didapatkan hasil
supernatan berwarna sangat merah serta tidak terdapat endapan. Masing-masing
pada tabung uji tersebut diisi dengan 60 mikro darah lalu dihomogenkan. Semakin
tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin cepat darah mengalami hemolisis
sehingga menyebabkan endapan semakin banyak. Kerusakan yang terjadi pada sel
darah dapat disebabkan oleh adanya larutan-larutan tertentu yang masuk ke dalam
sel darah dan adanya senyawa-senyawa kimia. Larutan-larutan tersebut bersifat
isotonik, hipotonik, dan hipertonik (Marra, 2012)

H. KESIMPULAN
1. Hemolisis terjadi jika sel diletakkan dalam medium yang hipotonis sedangkan
krenasi terjadi bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis. Hemolisis
terlama terjadi pada waktu 3 menit 56 detik dengan konsentrasi NaCl 0,1%
sedangkan hemolisis tercepat terjadi pada waktu 8 detik dengan konsentrasi NaCl
0,9%. Krenasi terlama terjadi pada waktu 1 menit 25 detik dengan konsentrasi
NaCl 1% sedangkan krenasi tercepat terjadi pada waktu 8 detik dengan
konsentrasi NaCl 0,9%. Pada aquades sel darah tidak mengalami hemolisis dan
krenasi.
2. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin cepat darah mengalami
hemolisis sehingga menyebabkan endapan semakin banyak. Volume endapan
paling sedikit pada tabung pertama yang diisi dengan larutan NaCl 0,1% dengan
volume endapan 0,1 mm sedangkan volume endapan paling banyak pada tabung
kelima yang diisi larutan NaCl 0,9% dengan volume endapan 0,7 mm dan tabung
keenam yang diisi aquadest tidak terdapat endapan.

I. DAFTAR PUSTAKA

Dasgupta, A. dan Sapulveda , J.L. 2013. Accurate Result in the Clinical Laboratory
: A Guide to Error Detection and Correction.

Marra, J. B., dan Hamsah, 2012, Hemolisa Dan Krenasi, Golongan Darah, Dan Tekanan
Darah, Universitas Hasanudin, Makasar.

Master, S.B. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Katzung: Alkohol. Jakarta :
Salemba Medika.
Sonjaya, Herry. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Ternak Dasar. Laboratorium
Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai