Anda di halaman 1dari 17

RESPIRASI

Laporan Praktikum

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan dan Manusia

Yang Dibina Oleh bapak Hendra Susanto, M.Kes., Ph.D. dan bapak Wira Eka
Putra, S.Si., M.Med.Sc.

Disusun oleh:

Kelompok 5, Offering H 2018

1. Adinda Permatasari (180342618050)

2. Aghits Laily Rizqiyah (180342618021)

3. Erina Nur Amalia (180342618072)

4. Nadila Sekar Zahida (180342618074)

5. Neila Salma Kumala (180342618090)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

September 2019
A. Dasar Teori

Respirasi merupakan proses pertukaran oksigen dan karbondioksida.


Udara masuk ke dalam paru-paru melalui inspirasi dan dikeluarkan melalui
ekspirasi, seorang dewasa normal melakukan 14-18 kali respirasi setiap menit
dalam keadaan istirahat sebanyak 12-15 kali. Selama ini paru-Paru
mempertukarkan udara didalamnya dengan atmosfer. Untuk mengukur
volume udara yang dipertukarkan, dipergunakan spirometer.

Proses bernapas normal, kira-kira 500 ml udara bergerak ke saluran


napas dalam setiap inspirasi dan jumlah yang sama bergerak keluar dalam
setiap ekspirasi. Hanya kira-kira 350 ml volume tidal benar-benar mencapai
alveoli, sedangkan yang 150ml tetap berada di hidung, faring, trakhea, dan
bronkhi, yang disebut sebagai volume udara mati (Soewolo, 2003). Dengan
bernapas sangat kuat, kita dapat menghisap lebih dari 500 ml udara.
Kelebihan udara yang dihirup ini, yang disebut volume udara cadangan
inspiratori, rata-rata 3.100 ml. Dengan demikian sistem pernapasan dapat
menarik 3.100 ml (volume cadangan respiratori) + 500 ml (volume udara
tidal) = 3.600 ml (Soewolo, 2003).

Volume cadangan ekspiratori dapat diperoleh dari ekspirasi sekuat-


kuatnya setelah melakukan inspirasi normal. Sesudah volume udara cadangan
ekspiratori dihembuskan, sejumlah udara masih tetap berada dalam paru-paru.
Hal ini dikarenakan tekanan intrapleural lebih rendah sehingga udara yang
tinggal ini digunakan untuk mempertahankan alveoli agar tetap sedikit
menggembung, beberapa udara juga masih tetap ada pada saluran udara
pernapasan. Udara ini disebut udara residu dengan jumlah kira-kira 1.200 ml
(Soewolo, 2003).

Pada rongga dada yang terbuka, tekanan intrapleural seimbang


dengan atmosfer yang mendorong keluar volume residu. Paru masih tetap
berisi sejumlah kecil udara yang disebut volume minimal. Volume ini dapat
ditunjukkan dengan meletakkan sepotong paru di air yang nampak
mengapung (Gofur, A. Dkk. 2016).
Kapasitas paru dapat dihitung dengan menjumlahkan beberapa
volume paru. Kapasitas inspirasi paru merupakan kemampuan total inspirasi
paru, yaitu jumlah volume tidal dengan volume cadangan inspirasi (3600 ml).
Sedangkan kapasitas fungsional residu merupakan jumlah residu, volume
residu, volume cadangan inspirasi, volume tidal dan volume cadangan
ekspirasi (4800 ml). Kapasitas total paru adalah jumlah volume (6000 ml).

Frekuensi pernapasan merupakan intensitas masuk dan keluar udara


per menit. Intensitas pernapasan pada manusia antara 16 - 18 kali. Frekuensi
respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: jenis kelamin, usia,
aktifitas, kondisi fisik, suhu tubuh dan posisi tubuh. Selain itu, terdapat
faktor-faktor dominan yang mempengaruhi frekuensi pernapasan, seperti:

1. Emosi seseorang
2. Perasaan seseorang
3. Kejiwaan seseorang.
4. Energi dan aura seseorang
5. Latihan dan kebatinan seseorang

B. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

- Spirometer - Alkohol 70%

- Pipa tiup - Aquades

- Kantung plastik - Phenolpthalen

- Buret - NaOH 0,1 M

- Labu erlenmeyer 125 ml

- Tutup labu erlenmeyer

- Statis

- Pipa kaca
C. Prosedur Kerja

1. Mengukur volume pernapasan


Dihirup udara dengan inspirasi normal, kemudian
hempuskan sekuat mungkin pada spirometer yang terbaca
menunjukkan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi.
(diulangi sebanyak 3 kali dan ambil rata-rata)

Dihembuskan udara dengan ekspirasi normal, kemudian


hembuskan lagi udara sekuat mungkin “volume cadangan
ekspirasi”. (diulangi sebanyak 3 kali dan ambil rata-rata)

Dikurangi hasil langkah pertama terhadap langkah kedua


“volume tidal”

Dihembuskan udara sebanyak mungkin setelah bernapas


dalam-dalam “kapasitas vital” (diulangi sebanyak 3 kali
dan ambil rata-rata)

Dikurangi hasil langkah pertama terhadap langkan keempat


“volume cadangan inspirasi”

2. Irama pernapasan
Dihitung frekuensi pernapasan dalam 1 menit pada posisi
duduk santai.

Diminta pelaku bernapas cepat selama 1 menit, setelah itu


diminta bernapas normal. Dihitung frekuensi pernapasan
setelah bernapas normal per menit.
Diminta pelaku memegang kantong plastik sedemikian
rupa sehingga mulut dan hidung berada di dalam kantong.
Diminta pelaku bernapas selama 2 menit. Kemudian,
bernapas normal diluar kantong plastik. Dihitung frekuensi
pernapasan permenit.

Diminta pelaku lari ditempat 60 langkah, setelah itu duduk


dikursi. Dihitung frekuensi pernapasannya permenit.

Diulangi langkah pertama sampai ke-4 setiap kali selesai


melakukan kegiatan pelaku menarik napas panjang,
menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku
harus bernapas lagi. Dicatat waktunya

Diulangi perlakuan 5, tetapi pelaku menghembuskan napas


panjang. Dicatat hasilnya

3. Kandungan CO2 dalam udara ekspirasi

Diisi dua tabung Erlenmeyer dengan 100 mL aquades

Ditambahkan tiap labu 3-5 tetes phenoptalein dan


kemudian 5 tetes 0,1 M NaOH, larutan menjadi berwarna
merah delima, ditutup rapat-rapat kedua labunya

Dimasukkan pipa kaca pada salah satu labu, ditiupkan


udara pernapasan ke dalam labu melalui pipa kaca sampai
warna merah hilang. Dicatat waktu yang diperlukan
Diminta pelaku lari ditempat 60 langkah, menghembuskan
udara ke dalam labu sampai warna hilang. Dicatat waktu
yang diperlukan

Dilakukan titrasi sebagai berikut:

 Diisi buret dengan larutan 0,1 M NaOH, dicatat


batas volume larutan.
 Diletakkan labu Erlenmeyer berisi larutan tepat
dibawah ujung bawah buret dengan memberi
landasan kertas putih.
 Diteteskan larutan dalam buret ke dalam labu
setetes demi setetes dengan perlahan-lahan, setiap
tetes digoyang labunya.
 Ditetesi dan digoyang terus sambil dengan cermat
mengamati bila terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah.
 Dihentikan penetesan bla sudah nampak ada
perubahan warna. Ini berarti titik ekivalen sudah
terlewati. Dicatat angka batas volume pada buret.
 Ditentukan titik ekivalensi terletak pada
pertengahan antara angka volume NaOH saat mulai
nampak terjadi perubahan warna dengan satu angka
sebelumnya..
 Dihitung volume zat pentiter (NaOH) yang terpakai
sehingga tercapai titik ekivalen tadi.
 Dengan pedoman 1 mL 0,1 M NaOH setara dengan
D. Data Pengamatan

1. Tabel Hasil Pengukuran Volume Pernapasan


Nama : Aghits Laily R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun

Perlakuan Ulangan Rata-rata


1 2 3
IN = VT + VCE 1700 ml 1700 ml 1700 ml 1700 ml

b. EN 1000 ml 900 ml 900 ml 933,3 ml

c. VT 766,7 ml
(Langkah a-b)
d. KV 1500 ml 1700 ml 2000 ml 1733,3 ml

e. CI 33,3 ml
(Langkah a-d)

2. Tabel Hasil Pengukuran Irama Pernapasan


Nama : Nadila Sekar Zahida
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 18 tahun

Perlakuan Frekuensi Menarik nafas Menghembuskan


pernapasan/ Panjang, napas panjang
menit menutup hidung, (waktu)
menahan selama
mungkin
(waktu)
Duduk santai 1 13 58, 39 s O4, 12 s
menit
Bernapas cepat 16 1. 32, 74 s 05, 19 s
kemudian
bernapas normal
dalam 1 menit
Memasukkan 28 1. 48, 40 s 07, 00 s
hidung dan mulut
kedalam kantong
plastik dalam 2
menit kemudian
bernapas normal
diluar kantong
plastik dalam 1
menit
Lari ditempat 60 23 38, 06 s 05, 75 s
langkah kemudian
duduk dikursi

3. Ta
3. Tabel Hasil Pengukuran Kandungan CO2 dalam Udara Ekpirasi
Nama : Adinda Permatasari
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 18 tahun
Keterangan Labu yang dikenai Labu yang dikenai udara
udara pernapasan pernapasan pelaku lari
normal ditempat

Lama waktu yang 23, 8 s 19, 6 s


dibutuhkan

Jumlah Volume 0,45 ml 0,35 ml


NaOH yang
digunakan untuk
titrasi

Perhitungan hasil 1 ml NaOH 0,1m = 10 1 ml NaOH 0,1m = 10 mol


titrasi mol CO2 CO2
0,45 ml NaOH 0,1m = 0,30 ml NaOH 0,1m=30 mol
4,5 mol CO2 CO2

E. Analisis Data

1. Pengukuran Volume Pernapasan


Pada perlakuan yang pertama, dilakukan penghirupan udara dengan
inspirasi normal, kemudian dihembuskan sekuat mungkin pada spirometer.
Pada spirometer skala yang terbaca menunjukkan volume tidal sekaligus
volume cadangan ekspirasi. Langkah tersebut diulangi sebanyak 3 kali dan
diambil rata-rata. Sehingga diperoleh data: 1700 ml, 1700 ml, 1700ml
dengan total rata-rata inspirasi normal sebanyak 1700 ml.
Kemudian dilakukan pengembusan udara dengan ekspirasi normal,
kemudian dihembuskan lagi udara dengan volume cadangan ekspirasi.
Langkah tersebut diulangi sebanyak 3 kali dan diambil rata-rata. Sehingga
diperoleh data: 1000 ml, 900 ml, 900ml dengan total rata-rata ekspirasi
normal sebanyak 933,3 ml.
Selanjutnya menentukan volume tidal dengan cara melakukan
pengurangan hasil inspirasi normal terhadap ekspirasi normal.

IN – EN = VT
Sehingga diperoleh data: 1700 ml – 933.3 ml = 766,7 ml. Jadi, total
volume tidal sebanyak 766,7 ml.
Kemudian menentukan kapasitas vital dengan pengembusan udara
setelah bernapas dalam-dalam Langkah tersebut diulangi sebanyak 3 kali
dan diambil rata-rata. Sehingga diperoleh data: 1500 ml, 1700 ml, 2000ml
dengan total rata-rata kapasitas vital sebanyak 1733,3 ml.
Terakhir menentukan volume cadangan inspirasi dengan cara
melakukan pengurangan hasil inspirasi normal terhadap kapasitas vital.

IN – KV = VCI

Sehingga diperoleh data: 1700 ml – 1733,3 ml = 33,3 ml. jadi, total


kapasitas vital sebanyak 33,3 ml.

2. Pengukuran Irama Pernapasan


Pada perlakuan kedua, yaitu dilakukan perhitungan frekuensi
pernapasan dalam 1 menit pada posisi duduk santai, diperoleh 13 frekuensi
pernapasan. Dilanjutkan menarik napas panjang, menutup hidung,
menahan selama mungkin, diperoleh lama waktu hingga 58,39 sekon.
Kemudian mengembuskan napas panjang, diperoleh lama waktu hingga
04,12 sekon.
Kemudian dilakukan perhitungan frekuensi setelah bernapas cepat
kemudian bernapas normal dalam 1 menit, diperoleh 16 frekuensi
pernapasan. Dilanjutkan menarik napas panjang, menutup hidung,
menahan selama mungkin, diperoleh lama waktu hingga 01,32,74 sekon.
Kemudian mengembuskan napas panjang, diperoleh lama waktu hingga
05,19 sekon.
Kemudian dilakukan perhitungan frekuensi setelah memasukkan
hidung dan mulut ke dalam kantong plastik dalam 2 menit kemudian
bernapas normal diluar kantong plastik dalam 1 menit, diperoleh 28
frekuensi pernapasan. Dilanjutkan menarik napas panjang, menutup
hidung, menahan selama mungkin, diperoleh lama waktu hingga 01,41, 40
sekon. Kemudian mengembuskan napas panjang, diperoleh lama waktu
hingga 07,00 sekon.
Terakhir dilakukan perhitungan frekuensi setelah lari ditempat 60
langkah kemudian duduk dikursi, diperoleh 23 frekuensi pernapasan.
Dilanjutkan menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama
mungkin, diperoleh lama waktu hingga 38,06 sekon. Kemudian
mengembuskan napas panjang, diperoleh lama waktu hingga 05,75 sekon.

3. Pengukuran Kandungan CO2 pada Udara Ekspirasi


Pada perlakuan ketiga, yaitu melakukan perbandingan titrasi pada
udara ekspirasi dengan pernapasan pelaku normal dengan pernapasan
pelaku setelah lari. Pada pernapasan pelaku normal dibutuhkan waktu 23,8
sekon dengan jumlah volume NaOH yang digunakan untuk titrasi
sebanyak 0,45 ml dengan perolehan perhitungan titrasi sebanyak 4,5 mol
CO2. Sedangkan, pada pernapasan pelaku setelah lari dibutuhkan waktu
19,6 sekon dengan jumlah volume NaOH yang digunakan untuk titrasi
sebanyak 0,35 ml dengan perolehan perhitungan titrasi sebanyak 3,5 mol
CO2.

F. Pembahasan

1. Mengukur Volume Pernapasan

Pada perlakuan pertama, pelaku menghirup udara dengan inspirasi


normal dan dihembuskan sekuat mungkin pada spirometer diperoleh
volume tidal dan volume cadangan ekspirasi, ulangan pertama hingga
ketiga memperoleh hasil yang sama yaitu 1700 mL, sehingga rata-rata
yang diperoleh adalah 1700 mL. Menurut Basoeki (2000), setelah
menghirup udara dengan inspirasi normal dan udara dihembuskan sekuat
mungkin akan diperoleh volume tidal dan volume cadangan ekspirasi.
Pernyataan ini sesuai dengan hasil data yang diperoleh pada saat
percobaan.
Menurut Soewolo, dkk (2005), bila kita melakukan inspirasi normal
dan kemudian melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya maka akan diperoleh
volume cadangan ekspirasi. Pada volume cadangan ekspirasi, jarum
spirometer menunjukkan hasil 1000 mL pada ulangan pertama, ulangan
kedua 900 mL, dan ulangan ketiga 900 mL dengan rata-rata ulangan 933,3
mL. Volume cadangan ekspirasi sebesar 1,200 mL (Soewolo, dkk., 2005).
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa volume cadangan
ekspirasi pelaku mendekati batas normal, yaitu 933,3 mL.
Volume tidal diperoleh dari selisih hasil volume tidal dan volume
cadangan ekspirasi dikurangi dengan volume cadangan ekspirasi (Gofur,
A. Dkk, 2019). Dari hasil pengurangan tersebut, diperoleh data pada
ulangan pertama 700 mL, ulangan kedua 800 mL, dan ulangan ketiga 800
mL dengan rata-rata volume tidal 766,7 mL. Volume tidal yang didapat
saat percobaan kurang sesuai dengan pernyataan Soewolo, dkk (2005)
yang menyatakan bahwa selama proses bernapas normal, kira-kira 500 mL
udara bergerak ke saluran napas dalam setiap inspirasi, dan jumlah yang
sama bergerak keluar dalam setiap ekspirasi dan jumlah volume tidal kira-
kira 500 mL. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa volume tidal
pelaku berada dikisaran tidak normal, yaitu 766,7 mL dan melebihi
kapasitas normal. Hal ini dimungkinkan karena adanya ketidak telitian
pengamat saat mengatur skala awal dan saat melihat skala akhir dari
spirometer sehingga data yang diperoleh kurang valid.
Perlakuan selanjutnya untuk mengetahui kapasitas vital pelaku
bernapas dalam-dalam dan dihembuskan sebanyak-banyaknya. Pada
ulangan pertama diperoleh 1.500 mL, ulangan kedua 1.700 mL, dan
ulangan ketiga 2.000 mL dengan rata-rata ulangan 1.733,3 mL. Hal ini
tidak sesuai dengan pernyataan Soewolo, dkk (2005) bahwa kapasitas vital
adalah penjumlahan dari volume cadangan inspirasi dengan volume tidal
dan volume cadangan ekspirasi yaitu sebanyak 4.800 mL. Dari data
pengamatan dapat diketahui bahwa kapasitas vital pelaku berada jauh
dibawah batas normal. Hal ini dimungkinkan karena ketidak telitian
pengamat saat mengatur skala awal dan melihat skala akhir dari spirometer
sehingga data yang didapat kurang valid.
Cadangan inspirasi diperoleh dari selisih hasil volume tidal dan
volume cadangan ekspirasi dikurangi dengan kapasitas vital (Gofur, A.
Dkk, 2019). Hasil pengurangan tersebut didapat -33,3 mL. Menurut
Soewolo, dkk (2005), saat bernapas sangat kuat dapat menghisap lebih dari
500 mL udara dengan rata-rata 3.100 mL. Dari data pengamatan yang
didapat sangat melenceng dengan teori yang ada karena pada data
pengamatan didapat hingga angka minus. Hal ini dimungkinkan karena
ketidak telitian pengamat saat mengatur skala awal dan melihat skala akhir
dari spirometer sehingga data yang didapat kurang valid.

2. Pengukuran Irama Pernapasan

Pada pengukuran irama pernapasan, yaitu posisi tubuh sedang


santai diperoleh 13 frekuensi pernapasan. Frekuensi pernapasan akan lebih
lambat apabila tubuh sedang melakukan istirahat. Dilanjutkan menarik
napas panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin, diperoleh
lama waktu hingga 58,39 sekon. Penahanan napas lebih singkat pada
posisi istirahat. Kemudian mengembuskan napas panjang, diperoleh lama
waktu hingga 04,12 sekon. Lama waktu pengembusan napas yang
berlangsung pada kondisi tubuh istirahat lebih singkat dari kondisi tubuh
normal.
Kemudian setelah bernapas cepat, bernapas normal dalam 1 menit,
diperoleh 16 frekuensi pernapasan. Frekuensi pernapasan normal apabila
tubuh sedang melakukan pernapasan normal. Dilanjutkan menarik napas
panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin, diperoleh lama
waktu hingga 01,32,74 sekon. Lama waktu penahanan napas pada posisi
tubuh normal. Kemudian mengembuskan napas panjang, diperoleh lama
waktu hingga 05,19 sekon. Lama waktu pengembusan napas pada kondisi
tubuh normal.
Kemudian setelah memasukkan hidung dan mulut ke dalam
kantong plastik dalam 2 menit kemudian bernapas normal diluar kantong
plastik dalam 1 menit, diperoleh 28 frekuensi pernapasan. Frekuensi
pernapasan akan jauh semakin cepat setelah tubuh kekurangan O2.
Dilanjutkan menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama
mungkin, diperoleh lama waktu hingga 01,41,40 sekon. Penahanan napas
pada kondisi tubuh kekurangan O2 lebih lama daripada kondisi tubuh
normal. Kemudian mengembuskan napas panjang, diperoleh lama waktu
hingga 07,00 sekon. Lama waktu pengembusan napas yang berlangsung
pada kondisi tubuh kekurangan O2 lebih lama dari kondisi tubuh normal.
Kandungan CO2 lebih banyak ditemukan saat ekspirasi.
Terakhir setelah lari ditempat 60 langkah kemudian duduk dikursi,
diperoleh 23 frekuensi pernapasan. Frekuensi pernapasan lebih lambat
setelah tubuh melakukan lari. Dilanjutkan menarik napas panjang,
menutup hidung, menahan selama mungkin, diperoleh lama waktu hingga
38, 06 sekon. Penahanan napas pada kondisi tubuh setelah lari lebih
singkat daripada saat kondisi tubuh normal maupun istirahat. Kemudian
mengembuskan napas panjang, diperoleh lama waktu hingga 05,75 sekon.
Lama waktu pengembusan napas yang berlangsung pada kondisi tubuh
setelah lari semakin lama dari kondisi tubuh normal.
Irama pernapasan pada kondisi manusia normal sedang-sedang saja
(beraturan) lain halnya ketika kondisi tubuh sedang beristirahat akan lebih
lambat, sedangkan ketika kondisi tubuh sedang beraktivitas irama akan
lebih kencang tidak beraturan. Seorang dewasa normal melakukan 14-18
kali respirasi setiap menit dalam keadaan istirahat sebanyak 12-15 kali
(Gofur, A. Dkk. 2019). Kekuatan kenahanan napas setiap individu
berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh aktivitas keseharian yang
dijalankan oleh individu tersebut.

3. Kandungan CO2 dalam Udara Ekspirasi

Respirasi eksternal adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida


antara paru-paru dan kapiler darah paru-paru. Akibat perubahan darah
yang terdeoksigenasi (CO2 lebih banyak daripada O2) dari jantung menjadi
darah teroksigenasi (O2 lebih banyak daripada CO2) kembali menuju ke
jantung (Soewolo, dkk., 2005).
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa peniupan udara
pernapasan berpengaruh terhadap perubahan warna pada larutan di dalam
labu Erlenmeyer yang semula berwarna merah delima menjadi bening
yang disebabkan perubahan kondisi larutan basa menjadi asam. Hal ini
terjadi karena dalam udara pernapasan mengandung CO2 yang akan
bereaksi dengan H2O (aquades) yang akan membentuk asam karbonat
sehingga larutan berubah menjadi asam.

Dari hasil pratikum dapat diketahui bahwa lama waktu peniupan


udara pernapasan pada saat pelaku duduk santai lebih lama daripada saat
pelaku lari ditempat 60 langkah, yaitu 23,8 detik dibanding dengan 19,6
detik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin banyak
aktivitas semakin tinggi metabolisme maka semakin banyak CO2 yang
dihasilkan. Saat beraktivitas, frekuensi pernapasan akan semakin
meningkat. Semakin banyak O2 yang dihirup saat inspirasi maka jumlah
CO2 yang di ekspirasikan akan semakin meningkat (Soewolo, dkk., 2005).

G. Kesimpulan

1. Volume tidal adalah ketika inspirasi normal volume udara yang masuk ke
dalam saluran napas kira-kira 500 ml sama dengan volume udara saat
dikeluarkan pada ekspirasi normal. Volume tidal hanya sekitar 350 ml
yang dapat mencapai alveoli, sedangkan sisanya yaitu 150 ml tertinggal di
saluran pernapasan udara ini disebut volume udara mati. Volume cadangan
ekpirasi adalah volume udara yang dikeluarkan dengan kuat pada saat
ekspirasi tidak normal. Besar volume cadangan ekspirasi sekitar 1.200 ml.
Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ektra yang dapat masuk
dengan inspirasi maksimum melebihi volume tidal. Besar volume
cadangan inpirasi sekitar 3.100 ml. Kapasitas vital adalah penjumlahan
dari volume tidal, volume cadangan ekspirasi dan volume cadangan
inspirasi. Kapasitas vital juga merupakan jumlah udara yang dikeluarkan
dengan kuat ketika mengalami inpirasi maksimum. Besar kapasitas vital
yaitu sekitas 4.500 ml.

2. Frekuensi pernapasan adalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi irama


pernapasan antara lain adalah usia, jenis kelamin, suhu tubuh dan aktivitas.
Bertambah usia akan mempengaruhi frekuensi pernapasan yaitu akan
semakin lambat. Jenis kelamin laki-laki akan membutuhkan oksigen lebih
banyak sehingga frekuensi pernapasannya lebih besar. Suhu tubuh akan
mengatur laju metabolisme, sehingga ketika suhu tubuh meningkat
metabolisme akan memerlukan banyak oksigen dan memperbesar
frekuensi pernapasan. Aktivitas dan posisi tubuh akan mempengaruhi laju
pernapasan, aktifitas yang membutuhkan banyak energi akan
membutuhkan kadar oksigen yang dibutuhkan sehingga memperbesar
frekuensi pernapasan.

3. Kandungan CO2 dalam udara ekpirasi yang dilakukan dalam praktikum


menunjukkan adanya kandungan CO2 pada pengujian larutan aquades yang
diberi tetesan indikator fenolftalein dan larutan NaOH yang ditiup hingga
menjadi warna bening kembali, kemudian dititrasi menggunakan larutan
NaOH dan hasil titrasi tersebut merupakan pembuktian adanya kandungan
CO2 dalam udara ekspirasi.

H. Daftar Pustaka

Basoeki, Soedjono,dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi


Manusia. Malang: IMSTEP JICA.

Gofur, A. Dkk. 2016. Petunjuk praktikum Fisiologi Hewan dan Manusia.


Malang: Universitas Negeri Malang.

Gofur, A. Dkk. 2019. Petunjuk praktikum Fisiologi Hewan dan Manusia.


Malang: Universitas Negeri Malang.

Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.


Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang (UM Press).

Anda mungkin juga menyukai