Anda di halaman 1dari 13

HEMATOLOGI II

Oleh :
Nama : Siti Nurlatifah
NIM : B1A017066
Rombongan :I
Kelompok :3
Asisten : Nur Oktavianie

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai
unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari
eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau
sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh
dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1992).
Eritrosit mempunyai peran sebagai media transport. Sedangkan leukosit
berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat menembus
jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce, 1979). Darah terdiri atas sel-
sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang
bersifat cair yang disebut plasma darah (Kimball, 1988). Darah sangat penting
bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak
normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu
penyakit (Pearce, 1979).
Terdapat berbagai respon darah ketika berada pada lingkungan eksternal
yang berbeda. Ketika darah berada pada konsentrasi lingkungan yang lebih
rendah konsentrasinya maka darah akan mengalami pembengkakan. Saat darah
berada pada lingkungan yang lebih tinggi konsentrasinya maka sel darah akan
mengalami pengkerutan, dikarenakan aliran materi dari dalam ke luar sel. Saat
lingkungan eksternal konsentrasinya sama dengan lingkungan internal maka
darah akan mengalami kondisi isotonik sehingga tidak terjadi perubahan
struktur sel (Isnaeni, 2006).
Katak sawah (Fejervarya cancrivora) digunakan sebagai hewan uji pada
praktikum kali ini karena keberadaannya mudah didapat. Sebagai komparasi
juga diwakilkan dari praktikan sebagai probandus. Alasan digunakannya katak
yaitu karena hewan ini memiliki bentuk dan struktur sel darah yang berbeda
dengan manusia sehingga lebih mudah diamati dan digunakan sebagai
komparator.

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk :


1. Memahami respon sel darah merah terhadap berbagai macam media yang
mempunyai konsentrasi osmosis berbeda dan mengetahui konsentrasi
internal sel darah merah
2. Memahami dan membandingkan bentuk dan struktur sel darah merah katak
dan manusia
3. Memahami proses pembekuan darah dan menentukan lamanya waktu
pembekuan darah pada manusia
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum hematologi II adalah


darah probandus dan katak sawah (Fejervarya cancrivora), larutan NaCl (0,2 ,
0,4 , 0,6 , 0,9 dan 1 %), alkohol 70%, EDTA, dan kapas.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum hematologi II adalah
mikroskop, object glass, cover glass, pipa kapiler, gunting, pipet tetes,
dissection kit, lancet, syringe, beaker glass, dan stopwatch.

B. Cara Kerja

1. Konsentrasi sel darah


1. Darah diambil dari katak menggunakan spuit injeksi kemudian
diteteskan pada object glass, larutan NaCl (0,2 , 0,4 , 0,6 , 0,9 atau 1
%) ditambahkan kemudian ditutup dengan cover glass dan diamati
dibawah mikroskop
2. Darah diambil dari probandus dengan cara menusuk ujung jari dengan
lanset yang steril, darah yang keluar diteteskan pada object glass
kemudian ditetesi dengan larutan NaCl (0,2 , 0,4 , 0,6 , 0,9 atau 1 %)
dan ditutup dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop.
3. Bentuk sel darah probandus dan katak diamati.

2. Struktur Sel Darah Merah


1. Darah diambil dari katak menggunakan spuit injeksi kemudian
diteteskan pada object glass, larutan NaCl 0,6 % ditambahkan
kemudian ditutup dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop
2. Darah diambil dari probandus dengan cara menusuk ujung jari dengan
lanset yang steril, darah yang keluar diteteskan pada object glass
kemudian ditetesi dengan larutan NaCl 0,9 % dan ditutup dengan
cover glass dan diamati dibawah mikroskop.
3. Perbedaan struktur sel darah merah dari probandus dan katak diamati.

3. Waktu Pembekuan Darah


1. Jari dibersihkan dengan alkohol 70 %.
2. Jari ditusuk menggunakan lancet yang steril.
3. Darah diambil menggunakan pipa kapiler.
4. Pipa kapiler dipatahkan dengan menggunakan gunting per 1 menit.
5. Waktu ketika benang fibrin terbentuk dicatat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Pengamatan Konsentrasi Sel Darah Merah Katak


Kalkulasi Keterangan
Kelompok Konsentrasi
Katak Manusia Katak Manusia
1 21,78 11,88 0,2 % Lisis Lisis
2 6,10 5,48 0,4 % Krenasi Krenasi
3 21,45 13,20 0,6 % Normal Lisis
4 18,88 11,55 0,9 % Krenasi Normal
5 2,8 4,62 1% Krenasi Krenasi

Tabel 3.2 Waktu Pembekuan Darah Rombongan I


Kelompok Waktu Pembekuan
1 > 7 menit
2 > 7 menit
3 > 7 menit
4 2 menit 27 detik
5 2 menit 11 detik

Perhitungan :
Nilai Kalibrasi = Ob x 10 µm
Ok
100X = 2 µm
400X = 3,3 µm
Struktur darah katak dengan NaCl 0,6 % (perbesaran 400X)
D1 + D2 x Kalibrasi
2
= 8 + 5 x 3,3 µm
2
= 21,45 µm
Struktur darah manusia dengan NaCl 0,6 % (perbesaran 400X)
D x Kalibrasi
= 4 x 3,3 µm
= 13,2 µm
Gambar 3. 1 Sel Darah Merah Katak Gambar 3.2 Sel Darah Merah
pada Konsentrasi 0,2 % Manusia pada Konsentrasi 0,2 %

Gambar 3. 3 Sel Darah Merah Katak Gambar 3.4 Sel Darah Merah
pada Konsentrasi 0,4 % Manusia pada Konsentrasi 0,4 %

Gambar 3. 5 Sel Darah Merah Katak Gambar 3.6 Sel Darah Merah
pada Konsentrasi 0,6 % Manusia pada Konsentrasi 0,6 %
Gambar 3.7 Sel Darah Merah Katak Gambar 3.8 Sel Darah Merah
pada Konsentrasi 0,9 % Manusia pada Konsentrasi 0,9 %

Gambar 3. 9 Sel Darah Merah Katak Gambar 3.10 Sel Darah Merah
pada Konsentrasi 1 % Manusia pada Konsentrasi 1 %

Gambar 3. 9 Struktur Sel Darah Gambar 3.10 Struktur Sel Darah


Katak pada Konsentrasi Merah Manusia pada Konsentrasi
0,6% 0,9 %
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengukuran sel darah manusia pada konsentrasi NaCl


yang berbeda diperoleh hasil pada konsentrasi NaCl 0,2% yaitu 11,88 mm,
konsentrasi NaCl 0,4% sebesar 5,48 mm, konsentrasi NaCl 0,6% sebesar 13,20
mm, konsentrasi NaCl 0,9% sebesar 11,55 mm, dan konsentrasi NaCl 1%
sebesar 4,62 mm. Berdasarkan hasil pengukuran sel darah katak sawah pada
konsentrasi NaCl yang berbeda diperoleh hasil pada konsentrasi NaCl 0,2%
yaitu 21,78 mm, konsentrasi NaCl 0,4% sebesar 6,10 mm, konsentrasi NaCl
0,6% sebesar 21,45 mm, konsentrasi NaCl 0,9% sebesar 18,88 mm, dan
konsentrasi NaCl 1% sebesar 2,80 mm. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan
(Yuwono, 2001). Struktur sel darah merah memang dapat berubah jika
konsentrasi internal darah berbeda dengan konsentrasi eksternal di lingkungan.
Hal ini terjadi karena adanya aliran materi dari atau ke lingkungan ke dalam
atau keluar sel. Namun seharusnya, semakin tinggi konsentrasi lingkungan
ekstraseluler sel maka semakin ukuran sel akan semakin mengecil. Hal ini dapat
terjadi karena cairan di dalam sel keluar dari sel. Sebaliknya, semakin rendah
konsentrasi lingkungan ekstraseluler maka ukuran sel akan semakin membesar.
Hal ini dapat terjadi karena cairan di luar sel masuk ke dalam sel. Selama
menjalankan fungsi utamanya sebagai pengangkut oksigen ke jaringan tubuh,
sel darah merah harus menyerap tekanan mekanik secara terus menerus
selamanya tanpa kerusakan pada strukturnya (Risbano et al., 2015).
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 3 rombongan I, menunjukkan
pembekuan darah terjadi selama lebih dari 7 menit. Menurut Hajjairan et al.
(2015), yang menyatakan bahwa kisaran waktu terjadinya koagulasi darah
adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir dalam waktu 5
menit. Menurut Soebowo (2002), adanya gangguan pada faktor koagulasi
terutama yang membentuk tromboplastin, maka akan memperpanjang waktu
yang dibutuhkan darah untuk membeku.
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki
konsentrasi rendah atau pelarut murni melalui membran semipermeabel menuju
larutan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi hingga tercapai kesetimbangan
laju pelarut (Sherwood, 1996). Proses osmosis ditandai dengan migrasi
molekul-molekul pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat hingga
dicapai keadaan kesetimbangan laju perpindahan pelarut di antara kedua
medium itu. Keadaan dimana konsentrasi larutan di luar sel lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi larutan di dalam sel dikatakan sebagai
keadaan hipotonis, sedangkan jika larutan diluar sel konsentrasinya sama
dengan larutan di dalam sel disebut keadaan isotonis. Jika konsentrasi larutan
yang terdapat di luar lebih tinggi daripada di dalam sel maka dikatakan sebagai
keadaan hipertonis (Isnaeni, 2006). Keadaan hipertonis suatu sel menyebabkan
pelepasan senyawa intraseluler ke ekstraseluler termasuk produk dari
metabolisme dan enzim, yang secara tidak langsung dapat mengubah fungsi dari
produk metabolisme tersebut dari sampel darah dan dalam keadaan hipotonis
suau larutan akan meningkatkan konsentrasi dari produk dari metabolisme yang
berada di luar sel, misalnya tryptophan dan fosfolipid, yang berasal dari
membran sel untuk masuk ke dalam sel (Yin et al., 2015)
Menurut Setiawan et al. (2015), struktur sel darah merah pada manusia
normal selalu berbentuk bikonkaf, tidak memiliki inti, dan mengandung
hemoglobin yang merupakan representasi warna merah dalam darah, dimana
katak lebih berbentuk lonjong, dan berinti. Sel darah katak mempunyai inti
dengan jumlah sel yang lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah
manusia. Eritrosit katak memiliki bentuk pipih dan lonjong. Struktur sel darah
merah terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa haemoglobin
(HB). Haemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi, yang mempunyai
afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen tersebut
membentuk oxihaemoglobin di dalam sel darah merah, melalui fungsi ini maka
oksigen di bawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan lain (Ryan et al., 2016).
Menurut Soedjono (1998) adanya inti dan regenerasi pada inti sel darah merah
di amfibi terjadi ketika aktivitas hidupnya lebih tinggi dan hidup di daerah yang
paparan oksigennya sedikit sehingga sel darah merah yang besar dan berinti
mampu secara efisien menahan lebih banyak oksigen yang dibutuhkan saat
berada di dalam air.
Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Mekanisme pembekuan
darah menurut Adhyapak & Kachole (2016), sebagai berikut; jika trombosit
pecah, enzim tromboplastin yang dikandungnya akan keluar bercampur dengan
plasma darah. Selain trombosit, di plasma darah terdapat protombin. Protombin
akan diubah menjadi trombin oleh enzim tromboplastin. Perubahan protombin
menjadi trombin dipicu oleh ion kalsium (Ca2+). Trombin akan berfungsi
sebagai enzim yang dapat mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Benang-benang
fibrin yang terbentuk akan saling bertautan sehingga sel-sel darah merah beserta
plasma tertutup kembali. Adanya keberadaan kalsium dan tromboplastin pada
proses koagulasi darah memicu protrombin diubah menjadi trombin. Trombin
akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin, yang menyebabkan pembentukan
sumbatan fibrin (Bryon & Doroth, 1973).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan darah adalah fibrinogen
yaitu sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan
diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini
menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia/hypofibrinogenemia.
Prothrombin yaitu sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan
diubah menjadi bentuk aktif trombin oleh pembelahan dengan mengaktifkan
faktor di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong
ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor ini menyebabkan
hypoprothrombinemia (Adhyapak & Kachole, 2016). Jaringan tromboplastin
adalah koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam
tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan tromboplastin penting dalam
pembentukan protrombin ekstrinsik, yang disebut juga faktor jaringan.
Tromboplastin plasma, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur
intrinsik dari koagulasi (Zhangjin & Gopinath, 2016)
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan


bahwa :
1. Hasil pengukuran sel darah manusia pada konsentrasi NaCl yang berbeda
diperoleh hasil pada konsentrasi NaCl 0,2% sel mengalami lisis,
konsentrasi NaCl 0,4% sel mengalami krenasi, konsentrasi NaCl 0,6% sel
mengalami lisis, konsentrasi NaCl 0,9% sel berada pada bentuk normal,
dan konsentrasi NaCl 1% sel mengalami krenasi. Berdasarkan hasil
pengukuran sel darah katak sawah pada konsentrasi NaCl yang berbeda
diperoleh hasil pada konsentrasi NaCl 0,2% sel mengalami lisis,
konsentrasi NaCl 0,4% sel mengalami krenasi, konsentrasi NaCl 0,6% sel
berada pada bentuk normal, konsentrasi NaCl 0,9% sel mengalami krenasi,
dan konsentrasi NaCl 1% sel mengalami krenasi.
2. Sel darah merah pada katak berbentuk lonjong, memiliki inti sel dan selnya
lebih besar dibandingkan sel darah merah pada manusia, sedangkan
struktur sel darah merah pada manusia berbentuk bikonkaf, tidak memiliki
inti, lebih kecil ukurannya dibanding sel darah merah katak, dan
mengandung hemoglobin lebih tinggi yang merupakan representasi warna
merah dalam darah.
3. Proses pembekuan darah pada manusia yaitu jika trombosit pecah, enzim
tromboplastin yang dikandungnya akan keluar bercampur dengan plasma
darah dan akan mengubah protombin menjadi trombin yang dipicu oleh ion
kalsium (Ca2+). Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Benang-benang fibrin yang terbentuk akan saling bertautan sehingga sel-sel
darah merah beserta plasma tertutup kembali. Hasil percobaan pembekuan
darah didapatkan hasil lebih dari 7 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Adhyapak, M. S. & Kachole, M. S., 2016. Investigation of Adverse Effects of


Interactions between Herbal Drugs and Natural Blood Clotting Mechanism.
Journal of Thrombosis and Thrombolysis, 41(4), pp.644–647.
Bryon, A. S. & Doroth, S., 1973. Text Book of Physiology. Japan: St Burst The
Moshy Co. Toppon Co. Ltd.
Hajjarian, Z., Tripathi, M. M., & Nadkarni, S. K., 2014. Optical
Thromboelastography to Evaluate Whole Blood Coagulation. Journal of
Biophotonics, 8(5), pp.372–381.
Isnaeni, 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Kimball, J. W., 1988. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Pearce, E. C., 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Risbano, M. G., Kanias, T., Triulzi, D., Donadee, C., Barge, S., Badlam, J., Jain, S.,
Belanger, A. M., Kim-Shapiro, D. B., & Gladwin, M. T., 2015. Effects of
Aged Stored Autologous Red Blood Cells on Human Endothelial Function.
American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 192(10),
pp.1223–1233.
Ryan, B. J., Goodrich, J. A., Schmidt, W. F., Stothard, E. R., Wright, K. P., &
Byrnes, W. C., 2016. Haemoglobin Mass Alterations in Healthy Humans
Following Four-Day Head-Down Tilt Bed Rest. Experimental Physiology,
101(5), pp.628–640.
Setiawan, A., Suryani, E. & Wiharto, 2015. Segmentasi Citra Sel Darah Merah
Berdasarkan Morfologi Sel untuk Mendeteksi Anemia Defisiensi
Besi. ITSMART: Jurnal Teknologi dan Informasi, 3(1), pp.1-8.
Sherwood, L., 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG.
Soebowo, 2002. Histologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Soedjono, B., 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Depdikbud.
Yin, P., Lehmann, R., & Xu, G., 2015. Effects of Pre-Analytical Processes on Blood
Samples used in Metabolomics Studies. Analytical and Bioanalytical
Chemistry, 407(17), pp.4879–4892.
Yuwono, E., 2001. Fisiologi Hewan I. Purwokerto: Fakultas Biologi UNSOED.
ZhangJin, N. & Gopinath, S. C. B., 2016. Potential Blood Clotting Factors and
Anticoagulants. Biomedicine & Pharmacotherapy, 84(10), pp.356-365.

Anda mungkin juga menyukai