Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

HEMATOLOGI DAN SISTEM PEREDARAN DARAH

Disusun Oleh:

Nama : Rifki Muhammad Iqbal

NIM : 1211702067

Kelompok : IV (Empat)

Semester/ Kelas : IV B

Tanggal Praktikum : 11 Maret


2013

Tanggal Pengumpulan : 18
Maret 2013

Dosen : Risda Arba Ulfa, S.Si.

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2013

HEMATOLOGI DAN SISTEM PEREDARAN DARAH


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
- Mengklasifikasi jenis-jenis darah
- Menentukan nilai dari parameter hematologi dari darah sampel.
- Mempelajari sistem peredaran darah katak

1.2. Dasar Teori

Hematologi adalah cabang ilmu fisiologi yang mempelajari struktur,


fungsi dan penyakit darah, serta mempelajari jaringan tubuh dan organ
yang membentuk bagian-bagian darah   (Rifai, 2002).

Menurut Weiss dan Tcedten (2004), Metode membuat ulas darah


pada slide adalah darah yang telah ditetes ke slide disentuh menggunakan
slide pelebar dengan cara menarik pelan-pelan kebelakang. Setelah
kontak terjadi, slide pelebar tadi digerakan ke depan dengan gerakan yang
lembut. Ulas darah yang sudah terbentuk dikeringkan terlebih dahulu,
kemudian direndam kedalam metil alkohol selama 3-5 menit dan
dikeringkan. Ulas darah yang sudah kering kemudian dimasukkan ke
dalam larutan giemsa 10% selama 30 menit. Setelah 30 menit, cuci slide
menggunakan air kran yang mengalir selama 30 detik dan dikeringkan
dari air. Untuk pemeriksaan ulas darah dilakukan dibawah mikroskop
cahaya dengan pembesaran 1000x dengan bantuan minyak imersi dengan
arah mengamatan zigzag dan xylol sebagai larutan pembersih.
Penghitungan differensiasi leukosit dilakukan dengan menghitung setiap
jenis sel leukosit (Limfosit, monosit, netrofil band, netrofil adult, basofil,
eosinofil, limfoblas, dan mieloblas) hingga mencapai jumlah sel 100
leukosit. (M. Abd. Anshoril, 2011).

Pada darah terdapat hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein


yang terdapat dalam sel darah atau eritrosit, yang memberi warna merah
pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa
oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara
lain metode Sahli, Oksihemoglobin, atau Sianmethhemoglobin. Metode
Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak
dapat distandarisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur,
seperti sulfhemoglobin, methemoglobin, dan karboksihemoglobin. Dua
metode yang lain (Oksihemoglobin dan Sianmethhemoglobin) dapat
diterima dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari kedua metode
tersebut, metode Sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) sebab
selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang stabil dan hampir
semua hemoglobin dapat terukur, kecuali sulfhemoglobin. (Subowo, 1992).

Darah merupakan cairan yang terdiri atas dua bagian yaitu selah
darah dan plasma. Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan
sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah
dan dalam jaringan. Plasma darah terdiri atas : air (91 %), mineral (0,9 %),
protein (8 %), dan sisanya diisi oleh bahan organik yaitu : glukosa, lemak,
urea, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino. Selain itu plasma
juga berisi gas (COdarah 2), hormon, enzim dan antigen. Darah berfungsi
sebagai sistem transpor dari tubuh, menghantarkan oksigen ke jaringan,
melindungi tubuh terhadap serangan bakteri, pembentukan jaringan,
menyegarkan cairan jaringan, dll. (Evelyn, 2005).

Jumlah sel darah merah lebih banyak di dalam tubuh. Pada orang
dewasa sel darah dibentuk dalam sum-sum tulang belakang
(bonemarrow). Pada waktu mula- mula dibentuk sel darah merah
mempunyai nucleus dan hemoglobin tidak begitu banyak. Jangka hidup sel
darah adalah 120 hari, apabila terjadi pendarahan sum-sum tulang
belakang secara cepat mengembalikan jumlah sel darah merah secara
cepat. (Berelander dan Ramaley, 1979).

Ada beberapa fungsi darah adalah membawa nutrien yang telah


disiapkan oleh saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh, membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan, membawa karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru, membawa produk buangan dari berbagai jaringan
menuju ke ginjal untuk diekskresikan, membawa hormon dari kelenjar
endokrin ke organ-organ lain didalam tubuh, berperan penting dalam
pengendalian suhu tubuh dengan cara mengangkut panas dari struktur
yang lebih dalam menuju ke permukaan tubuh, ikut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan air, berperan dalam sistem buffer,
seperti bicarbonat di dalam darah membantu mempertahankan pH yang
konstan pada jaringan dan cairan tubuh, pembekuan darah pada luka
mencegah terjadinya kehilangan darah yang berlebihan pada waktu luka,
serta mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap
penyakit. (Evelyn, 2005).

Sistem peredaran darah pada katak terdiri dari, jantung beruang


tiga, arteri, vena, sinus, venosus, kelenjar limfa, dan cairan limfa.darah
katak tersusun dari plasma darah yang terang (cerah) dan berisi sel – sel
darah (korpuskula), yakni sel – sel darah merah , sel darah putih dan
keeping sel darah. (R. Swasono, 1970 ).

Untuk mencegah berbaliknya, aliran darah, di antara serambi dan


bilik terdapat katup (valve), sedangkan antara serambi kanan dan kiri
terdapat sekat (septum). Di dalam trunkus arteriosus terdapat katup
spiralis. Darah yang mengandung CO2, dari seluruh tubuh masuk ke
jantung melalui vena kava (pembuluh balik tubuh). Darah ini mula – mula
berkumpul di sinus venosus, dan kemudian karena adanya kontraksi maka
darah akan masuk serambi kanan. pada saat itu, darah yang mengandung
O2, yang berasal dari paru-paru masuk ke serambi kiri. Bila kedua serambi
berkontraksi maka darah akan terdorong ke dalam bilik. Dalam bilik terjadi
sedikit percampuran darah yang kaya O2 dan miskin O2. Untuk
selanjutnya, darah yang kaya O2 dalam bilik dipompa melalui trunkus
arteriosus menuju arteri hingga akhirnya sampai di arteri yang sangat
kecil (kapiler) diseluruh jaringan tubuh. Dari seluruh jaringan tubuh, darah
akan kembali kejantung melewati pembuluh balik yang kecil (venula) dan
kemudian ke vena dan akhirnya ke jantung, sementara itu, darah yang
miskin dipompa keluar melewati arteri konus tubular. Pada katak dikenal
adanya sistem porta , yaitu suatu sistem yang dibentuk oleh pembuluh
balik (vena ) saja. (R. Swasono, 1970 ).

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1. Alat dan Bahan Masing-masing Sub Topik


1. Pengamatan Tipe Sel Darah

Alat Bahan

Mikroskop Darah Segar

Blood lancet Alkohol

Object glass Giemsa

Cover glass Aquadest

Kapas

2. Mengukur Kadar Hb

Alat Bahan

Hb- meter Salhli Darah Segar Manusia

Blood lancet Alkohol

Pipet Aquadest

Larutan HCl 0,1 N

Kapas

3. Pengamatan Aliran Darah

Alat Bahan

Mikroskop Larutan Chloroform

Cawan petri Kecebong

Beker glass Aquadest

Kaca Objek

2.2. Prosedur Kerja Masing-maisng Sub Topik

1. Pengamatan Tipe Sel Darah

Darah

Diambil dari ujung jari dengan menggunakan Blood lancet


Dibuat apusan darah, sehingga tampak degradasi pada kaca objek, lalu amati dibawah
mikroskop.

Diklasifikasikan tipe-tipe sel darah yang ditemukan.

Hasil Pengamatan

2. Menghitung Kadar Hb Darah

Larutan HCl 0,1 N

Dimasukkan kedalam tabung Sahli hingga batas skala 5

Ujung jari

Dibasahi dengan alkohol dan lalu ditusuk dengan Blood lancet.

Darah Yang Keluar

Diisap dengan pipet sahli skala 20, lalu darah dimasukkan kedalam tabung yang telah berisi larutan
HCl 0.1 N. Kemudian sisa datah yang berada didalam pipet dibersihkan dengan menghisap larutan
dalam tabung kemudian ditiupkan ke dalam tabung
Tabung yang berisi cairan

Ditempatkan pada statifnya, sehingga berdampingan dengan tabung standar. Kemudian dibiarkan
selama 1 menit. Ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit hingga diperoleh warna dalam tabung
sahli sama dengan larutan standar.

Dibaca ketinggian permukaan miniskus, angka yang ditunjukkan pada tabung merupakan nilai % atau
gr Hb per 100 mL darah.

Hasil Pengamatan

3. Pengamatan Aliran Darah Pada Kecebong

2-3 ekor kecebong

Dimasukkan kedalam cawan petri yang berisi larutan Chloroform, lalu ditunggu beberapa saat hingga
kecebong terbius

Seekor kecebong yang sudah terbius


Dipindahkan ke objek glass, lalu diamati dibawah mikroskop pembuluh-pembuluh darah yang tampak
transparan, diperhatikan aliran jalannya darah yang diamati. Lalu bedakan antara arteri, vena, dan
kapiler

Hasil Pengamatan

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

1. Pengamatan Tipe Sel Darah

Gambar Literatur Gambar Hasil Pengamatan

Eritrosit Eritrosit

Sumber : http:// www.blog-
anatomi-com

2. Pengamatan Aliran Darah

Gambar Hasil Pengamatan

vena

arteri

kapiler
3. Pengukuran Kadar Hb Darah dari masing-masing anggota kelompok

No Nama Kadar Hb (%) Keterangan

1 Mimi Muyasharoh 17 Tidak Normal

2 Rifki Muhammad Iqbal 21 Tidak Normal

3 Risca Lovita B.I.P 13 Normal

4 Tsamrotul Fuadah 12.1 Normal

3.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan mengenai


Hematologi dan sistem peredaran darah pada katak (kecebong). Pada
perlakuan praktikum pertama yaitu pengamatan tipe sel darah dengan
metode apusan darah. Apusan darah harus dibuat setipis mungkin dan
terbentuk degradasi warna darah, itu dilakukan untuk mempermudah
ketika pengamatan dibawah mikroskop (agar terlihat lebih jelas), tidak
bertumpuknya darah. Untuk perlakuan pertama ini kamu mengambil
terlebih dahulu sampel darahnya lalu dibuat apusan dan diberi larutan
giemsa. Pemberian larutan giemsa pun tidak boleh terlalu banyak karena
jika terlalu banyak akan memberikan kesulitan saat melihat tipe sel darah
dibawah mikroskop, sehingga tidak dapat dibedakan sesuai dengan jenis
darahnya. Setelah diamati dibawah mikroskop, didapatkan gambar
eritrosit dengan bentuk hanya bulatan saja. Menurut Fujaya (2004), bahwa
eritrosit berdiameter 6,6-7,5 pM dan berbentuk seperti cakram. Jika
eritrosit tidak berbentuk cakram maka itu dapat diindikasikan terkena
penyakit atau proses saat pewarnaan dengan larutan giemsa yang kurang
baik.

Pada perlakuan yang kedua, yaitu pengukuran kadar Hb dalam


darah dengan menggunakan metode sahli. Hemoglobin adalah molekul air
dalam eritrosit (sel darah merah) yang bertugas untuk mengangkut
oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh
kadar Hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam
sel darah merah atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah.
Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen.

Pada perlakuan kedua ini, kami mengukur kadar Hb dari setiap


anggota kelompok. Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa kadar
hemoglobin setiap orang berbeda-beda. Untuk itu kami menampilkan
kadar Hb setiap orangnya : Mimi Muyasharoh 17 %, Rifki Muhammad Iqbal
21 %, Risca Lovita B.I.P 13 %, dan Tsamrotul Fuadah 12.1 %, dari situ kami
dapat membandingkan dengan kadar Hb normal pada pria dan wanita
dewasa untuk mengetahui kadar Hb yang kami ukur termasuk normal atau
tidak.

Nilai Hb Normal :

Bayi baru lahir 12-24 gr/dL

Anak-anak 10-16 gr/dL

Wanita Dewasa 12-16 gr/dL

Pria Dewasa 14-18 gr/dL

Dilihat dari perbandingan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa


kadar Hb yang tinggi adalah Hb Rifki dengan nilai Hb 21 % dan Mimy
dengan nilai Hb 17%, sedangkan kadar Hb Tsamrotul (12.1 %) dan Risca
(13 %) dikatakan normal karena masuk kedalam range kadar Hb normal.
Kadar Hb yang tinggi pada kedua orang diatas, bisa disebabkan oleh pola
hidup yang kurang baik atau mungkin terdapat kesalahan pada saat
pengecekan Hb dengan metode Sahli ini.

Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin


asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian
diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan
mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar.
Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat
untuk menghitung indeks eritrosit.  Kelemahan cara ini berdasarkan
kenyataan bahwa asam hematin itu bukanlah merupakan larutan sejati
dan juga alat hemoglobimeter itu sukar distandarkan, selain itu tidak
semua macam hemoglobin dapat diubah hematin misalnya ;
karboxyhemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin. (Subowo, 1992).

Meningkatnya kekentalan darah akibat kelebihan Hb dan eritrosit


dibarengi dengan peningkatan resiko penggumpalan (koalgulasi) darah.
Akibatnya, penderita darah kental lebih rentan mengalami serangan
jantung, stroke dan resiko fatal lainnya yang berhubungan dengan
penyumbatan pembuluh darah. Menurut Dr. Johan, darah kental juga tidak
disebabkan oleh makanan secara langsung. Namun, bagi yang sudaj
mengalami kondisi tersebut, kebiasaan makan makanan berlemak dan
kurang minum bisa mengingkatkan resiko penggumpalan darah yang
berakibat fatal. (Fujaya, 2004).

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakuakan dalam praktikum


mengenai hematologi dan sistem peredaran darah ini dapat diambil
kesimpulan bahwa jenis-jenis darah yang terlihat yaitu eritrosit (sel darah
merah) dengan bentuk bulat, dan tidak terlihat leukosit dan trombositnya.
Nilai kadar Hb setiap orang berbeda-beda yaitu Mimi Muyasharoh 17 %,
Rifki Muhammad Iqbal 21 %, Risca Lovita B.I.P 13 %, dan Tsamrotul Fuadah
12.1 %. Perbedaan setiap kadar Hb, ada yang rendah itu bisa disebabkan
oleh banyak faktor salah satunya pola hidup. Dan pada sistem peredaran
darah yang diamati dengan objek kecebong terlihat pembuluh vena,
kapiler dan arterinya walaupun tidak begitu terlihat jelas arah aliran
darahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Berelander, G dan J.A, Ramaley. 1979. Dasar- Dasar Histologi. Erlangga.


Jakarta.

Evelyn, C Pearce. 2005. Anatomi Dan Visiologi Untuk Paramedis.


Gamedia : Jakarta.

Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. PT. Rineka Cipta : Jakarta.


M. Abd. Anshoril, Waluyo2, Wasis Sifullah3. 2011. Sistem Informasi dan
Alat Pengujian Golongan Darah Sistem ABO via SMS. Jurusan
Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi POLINEMA.

Rifa’i, A.M. 2002. Kamus Biologi. Balai Pustaka : Jakarta.

Soewasono, R.1970. Zoology Anatomy Comparative. Houghton Miffin


Company : USA.

Subowo. 1992. Histologi Umum. PT. Bumi Aksara : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai