Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Praktikum Fisiologi Hewan

Fisiologi Sistem Sirkulasi

Azka Nurina1 (3415136416), Daryanti Wahyu Lestari3 (3415140751), Fika Juliani2


(3415140727),Fresti Maulidyah Rokhmah3 (3415140742)
e-mail : azkanurina.an@gmail.com, daryanti.wahyulestari@gmail.com, fikajulia@gmail.com,
frestimaulidyah@gmail.com
Biology department, State University of Jakarta, 2016
Abstract

Practicum aimed to understand the mechanism of action of the circulation organs in


animals, understand prosesterjadinya tissue oxidation and determine the level of lung
permeability to gases amphibians. Practical implementation this time on October28 , 2016 in a
physiology laboratory campus B, UNJ. The equipment used in this lab is a knife, surgical,
boards, surgical scissors, beakers, tweezers, and stationery. The materials used are, tadpole and
Fejervarya sp. Microcirculation in the mesentery of the frog is shown by the cooperation between the
capillaries, arterioles and venules. Arterioles, capillaries and venules are collectively referred to as
microcirculation. on mesentrium frog intestine to the blood flow velocity of frogs. It turned out that the
blood flow velocity slows frogs from normal circumstances. This is due to vasoconstriction. warm water
in the intestine mesentrium frog to the speed of blood flow. It turned out that the blood flow velocity
becomes faster. This is caused due to vasodilation.
Keywords: circulation organ, Microcirculation, vasoconstriction, vasodilation.

A. LATAR BELAKANG
Sistem sirkulasi darah terdiri dari
sistem
pembuluh
darah
(blood
vascularsystem) dan sistem pembuluh limfa
atau getah bening (lymph vascular system).
Sistem pembuluh darah terdiri atas jantung
yang memompa darah, arteri yang
membawa darah ke organ-organ dan
jaringan-jaringan, kapiler, saluran kecil yang
bernastosome dan membelah diri untuk
pertukaran sebagai zat antara darah dan
jaringan, dan vena yang mengembalikan
darah ke jantung (Barvelender dan Judith,
1988).

Dalam ventrikel tunggal pada


jantung katak, terdapat pencampuran darah
kaya oksigen yang telah kembali dari paruparu dengan darah yang kurang oksigen
yang telah kembali dari bagian tubuh yang
lain. Akan tetapi, suatu abungan (ridge) di
dalam ventrikel akan mengalihkan sebagian
besar dari darah yang kaya oksigen itu dari
atrium kiri ke dalam sirkuit sistemik dan
sebagian besar darah yang miskin oksigen
itu dari atrium kanan ke dalam sirkuit
pulmokutaneus (Campbell, 2004, h. 65).
Mikrosirkulasi merupakan tempat
terjadinya kontak dan pertukaran zat antara
darah dan jaringan tubuh. Tempat terjadinya
pertukaran tersebut persisnya adalah pada
kapiler, yang merupakan pembuluh darah
sangat halus dan hanya dapat diamati pada
jaringan yang sangat tipis dan tembus
cahaya (Susanto, 2012).

Sistem sirkulasi terdiri atas dua


macam, yaitu sistem sirkulasi tertutup dan
sistem sirkulasi terbuka. Sistem sirkulasi
tertutup yaitu darah senantiasa berada dalam
tabung kapiler, arteri dan vena. Sedangkan
sirkulasi terbuka yaitu sebagian besar
darahnya dipompa dari jantung ke dalam
saluran darah tetapi saluran darah tersebut
kontak dengan region terbuka atau sinuses
dan darah mengalir secara bebas diantara
jaringan sebelum akhirnya kembali ke
jantung (Yuwono, 2011). Sistem sirkulasi
melakukan fungsi peredaran materi (bahan
bahan yang diperlukan oleh tubuh),
hormone,
oksigen,
dan
sisa-sisa
metabolisme.

Resistensi terhadap aliran darah


bergantung pada tiga faktor yaitu; viskositas
(kekentalan) darah; panjang pembuluh; dan
jari-jari pembuluh. Viskositas mengacu pada
fraksi yang timbul antara molekul suatu
cairan sewaktu mereka bergesekan satu
sama lain selama cairan mengalir. Semakin
besar viskositas, semakin besar resistensi
terhadap aliran. Viskositas dipengaruhi dua
faktor yaitu konsentrasi protein plasma dan
jumlah sel darah merah yang beredar. Darah
menggesek lapisan dalam pembuluh
sewaktu mengalir, semakin besar luas
permukaan yang berkontrak dalam darah,
semakin besar resistensi terhadap aliran.
Luas permukaan ditentukan oleh panjang
dan jari-jari pembuluh. Pada jari-jari
konstan, semakin panjang pembuluh maka
semakin besar luas permukaan dan semakin

Jantung
amfibi
sedikit
lebih
kompleks yakni memiliki dua atrium, salah
satu menerima darah teraksigenasi dari
seluruh tubuh, dua macam darah ini
tercampur dalam satu ventrikel, sehingga
sistem ini tidak begitu efisien, akan tetapi
bagi hewan berdarah dingin dapat dikatakan
cukup efektif bila mengalirkan melalui
ventrikel tersebut (Jasin, 1992: h. 86).
2

besar resistensi terhadap


(Adnan, 2008: h. 84).

aliran

darah

Alat dan Bahan Kegiatan 2 dan 3


Katak, alat bedah, gelas objek, ijuk/rambut,
larutan ringer, asam cuka encer, papan
fiksasi, pipet, jarum pentul, dan mikroskop

Diameter pembuluh darah halus


(arteriole, kapiler dan venula) dapat dikenali
dari jumlah sel darah merah yang berbaris di
dalamnya, dan juga kecepatan aliran
darahnya. Pembuluh darah yang paling
kecil, yaitu kapiler hanya dapat dilewati sel
darah merah apabila sel darah merah

Cara Kerja Kegiatan 1. Mikrosirkulasi


Pada Ekor Kecebong
Memasukkan 2-3 kecebong
ke dalam gelas arloji dan
memberikan air secukupnya

berbaris satu per satu. Bila pembuluh darah


halus hanya dapat dilewati sel darah merah
dengan berbaris-baris dua-dua, maka
pembuluh darah tersebut adalah arteriole
atau venula. Pembuluh darah yang lebih
besar dapat dilewati sel darah merah dengan
berbaris lebih banyak lagi. Dengan
mengamati arah aliran darah di dalamnya,
dapat dibedakan antara arteriole dengan
venula (Susanto, 2012).

Membius kecebong dengan


urethan 2%

Memindahkan kecebong
yang sudah dibius ke dalam
gelas arloji lain dan
mengamati mikrosirkulasi
pada ekor kecebong dengan
mikroskop

B. METODOLOGI
a. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan Kegiatan 1
2-3 kecebong, urethan 2%, air, gelas arloji
dan mikroskop

Menggambar dan
menyebutkan tipe/jenis
pembuluh darah dan ciri-ciri
aliran darahnya

Cara Kerja Kegiatan 2. Pengamatan


Hemodinamika Mikrosirkulasi Pada
Katak
Mikroskop disiapkan

Jaringan diusap dengan


rambut kasar/ijuk

perut katak dibedah dan


ditarik ususnya namun
mesentrium ususnya tidak
dipotong

Pengaruhnya dipelajari
terhadap kecepatan aliran
darah

Cara Kerja Kegiatan 3. Pengaruh


usus dilettakkan
di atas
gelas
kegiatan
3. Rangsang
Kimia
Terhadap
objek dan
diamati
dengan
Kecepatan
Aliran
Darah
mikroskop lalu diamati
pembuluh darah di
penggantung usus
(mesentrium) dengan
mikroskop

b. Pengaruh Rangsang Suhu Terhadap


Kecepatan Aliran Darah
a. diberikan 5 tetes air es (5
C) dan mengamati
pengaruhnya terhadap
kecepatan aliran darah
b. diberikan 5 tetes air hangat
(40 C) dan mengamati

Mikroskop dibersihkan
dengan alkohol setelah
dipakai

pengaruhnya terhadap
kecepatan aliran darah
Pengaruh Rangsang Kimia Terhadap
Kecepatan Aliran Darah
diberikan 1 tetes asam cuka
encer pada jaringan

diberikan kecepatan aliran


darah

C. HASIL
a. Pengamatan Kegiatan 1

Kelompok

Gambar 1. Sirkulasi pada ekor kecebong

Gambar 2. Sirkulasi pada ekor kecebong


Kecepatan
aliran
darah
berbanding terbalik dengan luas
potongan
melintang
semua
pembuluh. Meskipun luas potongan
melintang setiap kapiler sangat kecil
dibandingkan dengan arteriol namun
luas penampang potongan melintang
total semua kapiler adalah sekitar
1300 kali dibandingkan dengan luas
potongan melintang arteriol karena
jumlah kapiler yang sedemikian
banyaknya (Sherwood, 2001).
Aliran darah dalam seluruh
tubuh menjamin lingkungan yang
tetap, agar semua sel serta jaringan
mampu
melaksanakan
fungsi
berbagai bentuk sel darah berasal
dari sel induk (stem cell) dalam
sumsum tulang dan memasuki aliran
darah untuk memenuhi kebutuhan
tertentu pada hewan (Armadi, 2008).
Sistem peredaran darah pada
kecebong berupa sistem peredaran
tertutup karena berada di dalam
pembuluh darah. Selain itu, sistem
peredaran nya pun berupa peredaran
darah tunggal, yaitu peredaran darah
yang hanya melalui jantung satu kali.
Hal ini di karenakan tidak di
temukan paru-paru. Organ sirkulasi
pada hewan yang memiliki sistem
tertutup terdiri atas jantung dan
pembuluh
darah,
mulai
dari
pembuluh arteri, vena, arteriol,
venula, hingga jaringan kapiler
(Isnaeni, 2006)
Saat pengamatan, pembuluh darah
yang mengalirkan darah lebihcepat
serta berasal dari arah kepala atau

a. Kegiatan 1Mikrosirkulasi Pada


Ekor Kecebong
Mikrosirkulasi adalah sistem
peredaran kecil yang dimulai dari
arteriol dan berakhir di venula yang
hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop
(Sherwood,2001). Tempat terjadinya
pertukaran tersebut persisnya adalah
pada kapiler, yaitu pembuluh darah
sangat halus dan hanya dapat diamati
pada jaringan yang sangat tipis dan
tembus cahaya (Isnaeni, 2006).
Masing-masing ciri dari ketiga jenis
pembuluh darah tersebut adalah :
kapiler, arteriol dan venula.
Pada kapiler memiliki warna
merah, diameternya paling kecil,
aliran darah dari arteri, kecepatan
aliran darahnya paling cepat dengan
arah aliran darah dari arteriol ke
venula serta memiliki percabangan
yang luas. Pada arteriol memiliki
warna merah muda, diameter lebih
besar dibanding kapiler, kecepatan
aliran
darah
lebih
cepat
dibandingkan venula dan arah aliran
darahnya dari jantung. Sedangkan
pada venula memiliki warna merah
tua, diameter paling besar, kecepatan
aliran darah yang lambat dengan
arah aliran menuju jantung.
Kapiler merupakan pembuluh
ideal untuk difusi sesuai dengan
hukum fick yakni kapiler meminimalkan jarak difusi, memaksimalkan luas permukaan dan
waktu
yang
tersedia
untuk
pertukaran (Sherwood,2001).
6

jantung berada di pembuluh darah


yang kecil, sedangkan aliran darah
yang berjalan lambat serta aliran
darahnya berasaldari ekor berada di
pembuluh yang lebih besar. Dengan
demikian, pembuluh darah arteri
mempunyai diameter yang lebih
kecil
dibandingkan
dengan
pembuluh vena.
Menurut Sherwood (2001), aliran
darah yang berasal dari arah kepala
dalam hal ini berasal dari jantung
merupakan pembuluh darah arteri.
Aliran darah yang berasal dari ekor
atau seluruh tubuh merupakan
pembuluh vena. Aliran darah pada
pembuluh
arteri
lebih
cepat
dikarenakan ventrikel kiri pada
jantung mempunyai kontraksi yang
terkuat, ia harus mendorong darah
keseluruh
tubuh
untuk
mempertahankan tekanan darah
arteri
sistemik.
Sedangkan,
pembuluh vena alirannya lebih

lambat di karenakan arah alirannya


berlawanandengan gaya gravitasi,
faktor lainnya juga dikarenakan
adanya pompa jantung,ada tekanan
tertentu dipindahkan melalui kapilerkapiler dari arteri.

Kegiatan 2. Pengamatan Hemodinamika


Mikrosirkulasi pada Katak

venula. Arteriole, kapiler dan venula secara


kolektif disebut sebagai mikrosirkulasi.

Pada kegiatan ini, mikrosirkulasi di


mesenterium katak ditunjukkan oleh adanya
kerja sama antara kapiler, arteriol dan

Menurut Susanto (2012), kapiler


merupakan pembuluh darah sangat halus
dan hanya dapat diamati pada jaringan yang
sangat tipis dan tembus cahaya.
Arteriole merupakan arteri yang
terkecil dimana arteriole lebih banyak
mengandung serat elastik yang sifatnya
recoil atau dapat kembali pada posisi
tersebut jika pembuluh tersebut melebar
(Ganong, 2003). Arteriole berperan dalam
7

mengubah pergeseran tekanan sistolik ke


diastolic yang fluktuatif menjadi tekanan
non-fluktuatif di kapiler.

menggunakan ijuk aliran darah menjadi


terhenti tetapi setelah dilepaskan ijuk
tersebut maka lairan darah menjadi lebih
cepat dari sebelumnya. Pada saat pasokan
darah ke suatu daerah tersumbat total,
arteriol di daerah itu akan mengalami
dilatasi karena relaksasi miogenik yang
terjadi sebagai respon terhadap hilangnya
peregangan karena tidak ada aliram darah
dan perubahan komposisi kimia lokal.
Apabila pasokan darah ke suatu jaringan
tersumbat, kadar O2 menurun di jaringan
itu. Jaringan terus mengkonsumsi O2, tetapi
tidak mendapatkan pasokan O2 segar
(Sherwood, 2001). Selain itu juga
disebabkan oleh perbedaan tekanan yang
ada pada pembuluh darah ketika ditekan
oleh ijuk. Ketika tersumbat aliran darah
menjadi kecil sehingga tekanan menjadi
tinggi. Dan saat ijuk tersebut dilepaskan
maka tekanan pada aliran darah yang tinggi
tadi akan mendorong aliran darah menjadi
lebih cepat.
Setelah tekanan ijuk dilepaskan, aliran darah
terlihat mengalir lebih cepat dari aliran
normalnya, karena saat ijuk menghambat
aliran pasokan darah, maka arteriol-arteriol
di daerah itu akan mengalami dilatasi, yang
disebabkan oleh :

Relaksasi miogenik(otot), yang


terjadi karena respons terhadap hilangnya
peregangan karena tidak ada aliran darah

Perubahan komposisi kimia lokal.


Apabila pasokan darah ke suatu jaringan
tersumbat, kadar O2 menurun di jaringan
itu; jaringan terus mengkonsumsi O2, tetapi
tidak mendapat pasokan O2 segar.
Sementara itu, konsentrasi CO2, asam, dan
metabolit lain meningkat. Walaupun
produksi mereka tidak meningkat jika suatu
jaringan lebih aktif secara metabolis, zat-zat

Venula (sistem vena) memiliki jarijari besar sehingga resistensi mereka


terhadap aliran darah rendah. Vena berfungsi
untuk mengembalikan darah ke jantung dan
berfungsi sebagai reservoir darah (Ganong,
2001).
Kecepatan
aliran
darah
saat
pengamatan adalah normal, hal ini
disebabkan
oleh
tidak
diberikannya
perlakuan saat pengamatan hemodinamika
mikrosirkulasi pada katak.
Namun,
jika
dibandingkan,
kecepatan antara ketiga pembuluh (kapiler,
arteriole, dan venula), pada pengamatan
terlihat darah mengalir paling cepat terjadi
di pembuluh arteriole. Karena semakin
panjang pembuluh maka semakin besar luas
permukaan dan semakin besar resistensi
terhadap aliran darah.
gambar 3. Mikrosirkulasi pada
Katak
Kegiatan
3.
Pengaruh
Rangsang
Mekanik, Suhu dan Kimia terhadap
Kecepatan Aliran Darah
a.
Perlakuan
dengan Ijuk

Rangsang

Mekanik

Pada percobaan pengaruh rangsang


terhadap kecepatan aliran darah dan
diameter pembuluh darah diberikan empat
macam perlakuan, yaitu ditekan dengan ijuk,
ditetesi air es, ditetesi air panas, dan
pemberian asam cuka. Saat pembuluh darah
diberikan perlakuan dengan ditekan
8

ini akan tertimbun di jaringan apabila tidak


dibersihkan oleh darah.
Setelah tekanan dilepaskan, aliran darah ke
jaringan yang sebelumnya kekurangan darah
tersebut secara sementara akan lebih besar
dari normal karena pembuluh yang
berdilatasi. Peningkatan aliran darah karena
dilatasi pembuluh darah ini disebut
hiperemia reaktif. Respons ini bermanfaat
untuk secara cepat memulihkan komposisi
kimiawi lokal ke normal.
Peristiwa
hiperemia
reaktif
tersebut
disebabkan oleh adanya pengaruh fisik lokal
oleh tekanan ijuk. Pengaruh fisik lokal
merupakan bagian dari kontrol lokal
(intrinsik), yaitu perubahan-perubahan di
dalam suatu jaringan yang mengubah jarijari pembuluh, sehingga aliran darah ke
jaringan tersebut berubah melalui efek
terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol
lokal atas jari-jari arteriol penting untuk
menentukan ditribusi curah jantung,
sehingga aliran darah sesuai dengan
kebutuhan metabolik jaringan.
Selain
peristiwa
hyperemia
reaktif,
penyebab utama terdilatasinya pembuluh
darah setelah tersumbat oleh ijuk ialah
karena naiknya gradien tekanan antara
lokasi penyumbatan dengan pembuluh darah
setelahnya yang kekurangan aliran darah.
Seiring dengan bertambahnya tekanan di
area penyumbatan, maka gradien tekanan
antara daerah penyumbatan dan daerah
setelahnya menyebabkan laju aliran darah
bertambah, hal itu disebabkan karena laju
aliran darah(F) berbanding lurus dengan
gradien tekanan(P) (lihat persamaan reaksi
sebelumnya, F= P/R).
b.

1)
Air dingin
Pada percobaan pemberian 1 tetes air es
pada mesentrium usus katak terhadap
kecepatan aliran darah katak. Ternyata
kecepatan aliran darah katak melambat dari
keadaan normal. Hal ini disebabkan
terjadinya vasokonstriksi. Vasokonstriksi
mengacu pada peningkatan kontraksi otot
polos sirkuler di dinding arteriol dan
menyebabkan diameter lingkaran pembuluh
menjadi lebih kecil, dengan demikian
resistensi arteriol meningkat dan terjadilah
penurunan aliran darah. (Sherwood, 2001).
Suhu dingin dapat menyebabkan otot polos
dinding
pembuluh
darah
berkontraksi/mengerut, sehingga jari-jari
pembuluh menjadi lebih kecil. Mengecilnya
pembuluh darah meyebabkan resistensi
semakin tinggi dan aliran melalui pembuluh
bekurang.
Perisrita
ini
disebut
vasokonstriksi(penyempitan
pembuluh
darah) akibat pengaruh fisik lokal pada
pembuluh.
2)
Air panas
Pada percobaan pemberian 3 tetes air hangat
pada mesentrium usus katak terhadap
kecepatan aliran darah. Ternyata kecepatan
aliran darah menjadi semakin cepat. Hal ini
disebabkan karena terjadi vasodilatasi.
Vasodilatasi mengacu pada pembesaran
diameter lingkaran pada arteriol dan jarijari
pembuluh akibat melemasnya lapisan otot
polos (penurunan kontraksi otot polos
sirkuler di dinding arteriol). Vasodilatasi
juga menyebabkan penurunan resistensi
arteriol, sehingga akan lebih banyak darah
yang mengalir ke daerahdaerah dengan
resistensi arteriol rendah. (Sherwood, 2001).
Pengaruh fisik lokal berupa suhu
tinggi/panas juga berpengaruh terhadap

Perlakuan Rangsang Suhu

besar/kecilnya pembuluh darah, khususnya


arteriol. Suhu tinggi menyebabkan otot
polos
dinding
pembuluh
berelaksasi/melemas. Hal ini menyebabkan
pembesaran jari-jari pembuluh darah,
resistensi pun menurun, sehingga aliran
darah melalui pembuluh yang bersangkutan
pun meningkat.
c.
Perlakuan Rangsang
dengan Asam cuka

dikarenakan medapat merangsang potensial


aksi otot polos dan meningkatkan produksi
Ca2+. Suatu kenaikan dalam konsentrasi ion
kalsium menyebabkan konstriksi. Ini
disebabkan efek umum kalsium untuk
merangsang kontraksi otot polos (Guyton,
1990). Vasokonstriksi mengacu pada
peningkatan kontraksi otot polos sirkuler di
dinding arteriol dan menyebabkan diameter
lingkaran pembuluh menjadi lebih kecil,
dengan
demikian
resistensi
arteriol
meningkat dan terjadilah penurunan aliran
darah. (Sherwood, 2001).
Pada pengamatan aliran darah di
mesenterium katak ketika ditetesi asam
cuka, aliran darahnya lama kelamaan
berhenti. Hal ini dikarenakan mesenterium
yang digunakan merupakan mesenterium
yang sebelumnya telah diberi perlakuan
ditekan dengan ijuk, diberi air panas dan
diberi air dingin. Berhentinya aliran darah
juga dapat dikarenakan jaringan yang
mengalami kematian akibat lamanya waktu
penglihatan (mesenterium katak tersebut
sudah tidak segar lagi.

Kimiawi

Pada penetesan Asam asetat/asam


cuka di bagaian mesenterium katak, didapat
hasil bahwa aliran darah pada bagian arteri,
venula dan kapiler melambat, bahkan
berhenti.
Jika suatu area otot polos, khususnya otot
polos unit tunggal/viseral(ditemukan di
dinding organ berongga/ visera, seperti
saluran pencernaan, kemih, dan pembuluh
darah kecil) diteteskan dengan asam lemah,
maka asam lemah tersebut akan merangsang
timbulnya potensial aksi. Ketika timbul
potensial aksi di bagian manapun pada
lembaran otot polos unit-tunggal, potensial
aksi tersebut merambat dengan cepat
melalui
gap
junction
yang
menghubungkannya. Kelompok sel-sel otot
yang saling berhubungan itu pun kemudian
berkontraksi sebagai satu unit yang
terkoordinasi. (Sherwood, 2001).
Arteriol memiliki lapisan otot polos yang
tebal dan peka terhadap banyak perubahan
kimiawi. Apabila terjadi kontraksi, maka
lapisan otot polos akan berjalan sirkuler
mengelilingi
arteriol
menyebabkan
lingkaran pembuluhnya mengecil. Dengan
demikian resistensinya meningkat dan aliran
melalui pembuluh berkurang (Sherwood,
2001).
Melambatnya
aliran
darah

D. KESIMPULAN
Mikrosirkulasi di mesenterium katak
ditunjukkan oleh adanya kerja sama antara
kapiler, arteriol dan venula. Arteriole,
kapiler dan venula secara kolektif disebut
sebagai mikrosirkulasi.
Pada percobaan pengaruh rangsang
terhadap kecepatan aliran darah dan
diameter pembuluh darah diberikan empat
macam perlakuan, yaitu ditekan dengan ijuk,
ditetesi air es, ditetesi air panas, dan
pemberian asam cuka.
Saat pembuluh darah diberikan
perlakuan dengan ditekan menggunakan ijuk
aliran darah menjadi terhenti tetapi setelah
10

dilepaskan ijuk tersebut maka lairan darah


menjadi lebih cepat dari sebelumnya.
Karena disebabkan oleh perbedaan tekanan
yang ada pada pembuluh darah ketika
ditekan oleh ijuk.
Pada percobaan pemberian 1 tetes air
es pada mesentrium usus katak terhadap
kecepatan aliran darah katak. Ternyata
kecepatan aliran darah katak melambat dari
keadaan normal. Hal ini disebabkan
terjadinya vasokonstriksi.
Pada percobaan pemberian 3 tetes air
hangat pada mesentrium usus katak terhadap
kecepatan aliran darah. Ternyata kecepatan
aliran darah menjadi semakin cepat. Hal ini
disebabkan karena terjadi vasodilatasi.
Pada pengamatan aliran darah di
mesenterium katak ketika ditetesi asam
cuka, aliran darahnya lama kelamaan
berhenti. Hal ini dikarenakan mesenterium
yang digunakan merupakan mesenterium
yang sebelumnya telah diberi perlakuan
ditekan dengan ijuk, diberi air panas dan
diberi air dingin. Berhentinya aliran darah
juga dapat dikarenakan jaringan yang
mengalami kematian akibat lamanya waktu
penglihatan (mesenterium katak tersebut
sudah tidak segar lagi.

darah dan jaringan. Kecepatan aliran


darah (velocity of flow) yang
berbeda-beda
mengalir
melalui
berbagai segmen pohon vaskuler dan
kecepatan aliran berbanding terbalik
dengan luas potongan melintang total
semua pembuluh di tingkat sistem
sirkulasi tertentu. Walaupun luas
potongan melintang tiap kapiler
sangat kecil dibandingkan dengan
pembuluh lainnya, jumlah luas
potongan melintang semua kapiler
jauh lebih besar dibandingkan las
penampang pembuluh lain, terutama
aorta. karena jumlah kapiler yang
sangat banyak. Dengan demikian,
kecepatan aliran darah melambat
ketika melalui kapiler. Kecepatan
aliran darah akan bertambah ketika
darah mengalir ke system vena,
karena aliran darah ke jantung
dibantu oleh bebarapa faktor
fisiologis, salah satunya ialah
kontraksi katup vena.
Tekanan darah terbesar terjadi di
aorta dan cabang arteri besar.
Tekanan darah semakin menurun
hingga ke vena, karena tekanan yang
diberikan oleh kontraksi ventrikel
sinister semakin melemah ketika
darah semakin jauh dari arah
denyutan jantung.

SOAL
2.
Jelaskan
dengan
grafik
hubungan antara luas total pembuluh
darah, kecepatan aliran darah dan
tekanan darah dari aorta sampai ke
vena cava!
Pembuluh darah yang
2.
Pembuluh
darah
yang
memiliki luas total terbesar ialah
kapiler,
yang
merupakan
percabangan terhalus dan tempat
pertukaran gas dan nutrisi dalam
11

dan Lawrence G. Mitchell.


2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid
3. Jakarta: Erlangga.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi
Invertebrata. Jakarta: Sinar
Wijaya.
Susanto, Hendra. 2012. Otot
Jantung. Jakarta: Graha Cipta.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I.
Purwokerto:Fakultas
Biologi UNSOED,
A.
Daftar Pustaka
DAFTAR

Bray, J.J., Cragg, P. A., Mackninght,


A. D., & Mills, R. G. (2003). Human
Phsiology Fourth Edition. Tokyo:
Blackwell Printing.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2008. Fisiologi Hewan.
Makassar: Universitas Negeri
Makassar.
Press, 2008.
Barvelender, G., and Judith A. R.
1988. Dasar-Dasar Histologi.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Campbell, Neil A. Jane B. Reece,

Campbell, Neil A. dkk. (2002).


Biologi: Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan
Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC
Sherwood,
Lauralee.
(2001).
Fisiologi Manusia:
dari Sel ke
Sistem. Jakarta: EGC

12

Anda mungkin juga menyukai