Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK I

NAMA : MUTMAINNAH SUBAKIR

NIM : C031181306

ASISTEN : NURUL ISTIANA ALNI

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Mutmainnah Subakir

NIM : C031181306

Nama Asisten : Nurul Istiana Alni

Waktu Asistensi

No. Jadwal Asistensi Saran Perbaikan Paraf Asisten

Makassar,02 November 2018

Asisten Praktikan

Nama Asisten Mutmainnah Subakir


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap organisme melakukan metabolisme, baik organisme uniseluler maupun
multiseluler. Metabolisme berlangsung di dalam setiap sel makluk hidup dan untuk itu
diperlukan bahan-bahan untuk berlangsungnya proses metabolisme dengan lancar. Sel-sel
mendapat suplai makanan atau bahan-bahan dari luar tubuh dan dihantarkan ke setiap sel
melalui sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi melakukan fungsi peredaran materi (bahan-bahan
yang diperlukan oleh tubuh), hormon, oksigen, dan sisa-sisa metabolisme. Sistem sirkulasi
atau sistem peredaran darah pada umumnya untuk organisasi tingkat rendah belum memiliki
sistem sirkulasi secara khusus. Misalnya pada amoeba dan paramecium, sirkulasi bahan-
bahan metabolisme dan sisa-sisa metabolisme dilakukan dengan aliran sitoplasma. Akan
tetapi, proses difusi berlangsung sangat lambat sehingga cara tersebut tidak mungkin dapat
memenuhi semua kebutuhan hewan berukuran besar (dengan ketebalan tubuh lebih dari
beberapa milimeter) dan atau hewan yang memiliki aktivitas metabolisme tinggi. Oleh karena
itu, pada hewan tingkat tinggi diperlukan sistem sirkulasi khusus yang menjamin adanya
pergerakan cairan ke seluruh tubuh secara cepat. Adapun sistem sirkulasi tersebut dilakukan
oleh seperangkat organ-organ sirkulasi darah terbuka dan sistem peredaran tertutup
(Purnamasari dan Risa, 2017).
Semua jenis hewan yang mempunyai sistem peredaran yang memiliki suatu bentuk
pompa berotot yang mendorong darah atau limfa. Bentuk yang paling sederhana adalah
pembuluh yang berdenyut dimana darah didorong oleh gelombang kontraksi peristaltik, tidak
terdapat katup – katup dan biasanya terdapat beberapa cacing primitive. Bentuk lain adalah
jantung berkamar dengan dinding berotot dan katup – katup diantara kamar – kamar yang
menyebabkan darah mengalir hanya dalam satu arah. Jantung terletak dalam satu rongga,
seperti sinus pericardial pada athropoda atau selom pericardial pada mollusca dan vertebrata
yang memudahkan kontraksi dan ekspansi (Sonjaya, 2013).
Menurut Campbell et al., (2010) struktur dan fungsi pembuluh darah memiliki kapiler
darah yang diameternya sempit dan dinding tipis yang memfasilitasi pertukaran zat. Arteri
memiliki dinding-dinding elastis tebal yang mempertahankan tekanan darah. Vena memiliki
katup searah yang berkontibusi terhadap pengembalian darah ke jantung. Kecepatan aliran
darah bervariasi didalam sistem sirkulasi, paling rendah di bantalan-bantalan kapiler sebagai
akibat dari area irisan melintang. Sistem sirkulasi vertebrata memungkinkan darah
menghantarkan oksigen dan nutrien-nutrien serta menyingkirkan zat-zat buangan di seluruh
tubuh. Dalam melakukan hal itu, sistem sirkulasi mengandalkan pada jejaring pembuluh
bercabang-cabang yang lebih mirip sistem pipa yang mengantarkan air bersih ke kota dan
membuang limbah-limbahnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka akan dibahas mengenai sistem peredaran darah
atau sistem kardiovaskuler pada hewan, mekanisme peredaran darah pada beberapa jenis
hewan, tekanan darah pada beberapa jenis hewan, sistem peredaran darah pada beberapa jenis
hewan, serta penyakit yang menyerang sistem peredaran darah. Pembahasan kami lebih
merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan organ dari sistem peredaran darah
dibnadingkan dnegan darah itu sendiri, seperti yang kita ketahui secara umum sistem
peredaran darah berfungsi sebai sistem yang dapat mengalirkan darah agar memberikan
nutrisi dan oksigen bagi tubuh hewan.
1.2. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui dan mengukur tekanan darah


2. Untuk mengetahui tentang denyut jantung
3. Untuk mengetahui hubungan kardiovaskuler dengan tes Schenieder
4. Untuk mengetahui hubungan kardiovaskuler dengan tes Harvard

1.3. Ruang Lingkup Praktikum

1. Pada praktikum ini akan melakukan pemeriksaan tekanaan darah.


2. Melakukan pemeriksaan denyut jantung menggunakan stetoskop.
3. Melakukan tes Schenieder, kemudian dihitung denyut nadinya.
4. Melakukan tes Harvard, yaitu dengan cara naik turun bangku dengan waktu yang
ditentukan kemudian dihitung denyut nadinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Kardovaskuler
2.1.1 Pengertian SIstem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskukar barasal dasi kardio yang berarti jantung dan vaskuler yang
berarti pembuluh darah. Sistem kardovaskuler terdiri atas tiga komponen yaitu darah,
jantung, dan pembuluh darah. Darah sangatlah penting dalam mengangkut zat-zat bergizi,
kotoran, termoregulasi, daya tahan tubuh, dan keseimbangan asam. Jantung dan pembuluh
darah membantu mengantarkan darah ke seluruh tubuh (Akers dan Denbow, 2013).
Sistem kardiovaskular tediri dari jantung dan sebuh sistem pembuluh darah yang
mendistribusikan darah ke jaringan tubuh dan ke paru-paru agar terjadinya pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida (difusi). Pembuluh yang membawa darah meninggalkan jantung
disebut arteri sedangkan pembuluh ang membawa darah kembali ke jantung disebut vena.
Sirkulasi ke paru-paru secara fungsional terpisah dari peredaran darah ke seluruh tubuh
(peredaran sistematik). Secara konseptual, jantung terdiri dari dua pompa terpisah namun
ditempatkan di organ yang sama. Yang satu pompa yang bertekanan rendah yang
mengarahkan darah dari seluruh tubuh ke paru-paru dan yang satunya lagi adalah pompa
tekanan tinggi yang mendistribusikan darah ke peredaran sistemik (Frandson et al., 2009).
Sistem kardiovaskuler pada prinsipnya terdiri dari jantung, pembuluh darah dan saluran
limfe. Sistem ini berfungsi untuk mengangkut oksigen, nutrisi dan zat - zat lain untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh serta membawa bahan-bahan hasil akhir metabolisme untuk
dikeluarkani dari tubuh. Jantung terletak pada mediastinum, yaitu kompartemen pada bagian
tengah rongga toraks diantara dua rongga paru. Mediastinum merupakani struktur yang
dinamis, lunak yang digerakkan oleh struktur-struktur yang terdapat didalamnya (jantung)
dan mengelilinginya (diafragma dan gerakan lain pada pernafasan) serta efek gravitasi dan
posisi tubuh (Fikriana, 2018).
Sistem karviovaskuler disebut juga sebagai system sirkulasi. Sirkulasi paru tertutup
pembuluh-pembuluh yang mengangkut dara antara jantung dan paru. Sirkulasi sistemik
terdiri dari pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah antara jantung dan system organ.
Pada waktu aktivitas tubuh meningkat, terjadi tiga proses fisiologis dalam tubuh, yang
menimbulkan penyaluran darah ke arah otot-otot yang aktif. Pertama yaitu bahwa kenaikan
aliran meningkat karena keluaran darah dari jantung atau kenaikan volume darah tiap menit.
Kedua bahwa darah diarahkan ke daerah jaringan yang aktif dengan cara memperlebar
saluran dengan saluran yang disebut vasodilitas. Ketiga diarahkan darah ke daerah yang
kurang aktif. Selanjutnya terjadi kekentalan dan kekuatan kontraksi otot jantung, peningkatan
volume dan ukuran otot jantung serta penambahan volume dan jumlah pembuluh darah tentu
akan meningkatkan kapasitas kerja otot-otot jantung (Yulinar dan Kurniawan, 2018).
2.1.2 Mekanisme Sistem Kardiovaskuler
Menurut Aspinall dan Capello (2015), sistem peredaran darah terdiri dari jaringan
pembuluh darah yang fungsinya untuk mengangkut darah ke seluruh tubuh. Semua mamalia
memiliki sirkulasi ganda, yang terdiri dari:
1. Sirkulasi sistemik membawa darah dari jantung ke sekitar Mayoritas tubuh dan
kembali ke jantung.
2. Sirkulasi paru membawa darah dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung.
Darah terdeoksigenasi yang kembali dari seluruh tubuh dibawa ke sisi kanan jantung
oleh vena utama: vena cava cranial dan vena cava caudal. Darah memasuki atrium dexter,
yang, ketika penuh akan berkontraksi dan memaksa darah masuk ke dalam ventrikel dexter
melalui katup atrioventrikularis dexter. Ketika ventrikel dexter penuh itu berkontraksi dan
memompa darah keluar dari jantung dengan arteri pulmonalis melalui katup pulmonal. Darah
berada di dalam sirkulasi paru-paru dan dibawa ke paru-paru, di mana terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida dari udara inspirasi itu menjadi teroksigenasi. Dari paru-paru,
darah yang mengandung oksigen akan dibawa oleh vena pulmonalis kembali ke sisi kiri
jantung. Darah memasuki atrium sinister, yang berkontraksi ketika penuh, memaksa darah
masuk melalui katup atrioventrikularis sister ke ventrikel sinister. Ketika ventrikel sinister
penuh maka akan berkontraksi dan memompa darah ke arteri utama tubuh, aorta, melalui
katup aorta (Aspinall dan Capello, 2015).
2.2 Tekanan Darah
2.2.1 Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap dinding
arteri. Tekanan darah merupakan kekuatan pendorong bagi darah agar dapat beredar ke
seluruh tubuh untuk memberikan darah segar yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ-
organ tubuh. Tekanan darah bervariasi pada berbagai keadaan, salah satunya adalah
perubahan posisi. Tekanan darah sistolik terjadi ketika ventrikel berkontraksi dan
mengeluarkan darah ke arteri sedangkan tekanan darah diastolik terjadi ketika ventrikel
berelaksasi dan terisi dengan darah dari atrium. Tekanan darah penting karena merupakan
kekuatan pendorong bagi darah agar dapat beredar ke seluruh tubuh untuk memberikan darah
segar yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ-organ tubuh. Tekanan darah bervariasi
untuk berbagai alasan, seperti usia, aktivitas fisik, dan perubahan posisi (Amiruddin et al.,
2015).
2.2.2 Tekanan Darah Normal Hewan
1. Anjing
Tekanan darah di kelompokkan secara berbeda. Dengan cara ini, parameter untuk
klinisnya dapat dievaluasi: karakteristik normal diberikan sebagai tekanan darah sistolik
antara 110 dan 120 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 70 dan 80 mmHg. Pengukuran
tekanan darah pada anjing dalam rutin klinis sangat relevan, karena merupakan ujian
diagnostik untuk arteri sistemik hipertensi. Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan yang
diberikan oleh darah terhadap permukaan internal pembuluh arteri. Dari sudut pandang
hemodinamik, tekanan darah dapat didefinisikan sebagai produk dari debit jantung versus
resistensi pembuluh darah perifer (Chacar et al., 2015).
2. Kucing
Pengukuran tekanan darah sistemik dapat dilakukan langsung menggunakan penilaian
intraarterial, meskipun ini umumnya memerlukan anestesi atau sedasi, atau secara tidak
langsung menggunakan teknik oscillometric atau Doppler sphygmomanometry. Metode tidak
langsung adalah lebih umum digunakan dalam praktik klinis. Nilai normal untuk tekanan
darah sistolik (SBP) tampaknya kucing yang sehat telah dilaporkan sebagai 125,1 mmHg dan
126,0 mmHg menggunakan implan radiotelemetrik intra-arterial untuk penilaian langsung.
SBP normal diukur pada kucing menggunakan metode tidak langsung telah menunjukkan
lebih banyak variabilitas. Menggunakan teknik Doppler, Nilai normal SBP dari 118 10,6
mmHg, 162 38 mmHg, 131.9 mmHg, dan 131.6 (115–143.7) mmHg telah dilaporkan.
Dengan teknik osilometrik, nilai normal 139,4 mmHg dan 115,4 mmHg telah dilaporkan.
Namun, sebagian besar penelitian ini mengandung kurang dari 100 kucing. Bertambahnya
usia dapat memberikan efek terkait dengan peningkatan SBP pada kucing (Payne et al.,
2017).
3. Domba, kambing, dan Sapi
Perbedaan standar deviasi rata-rata (rentang) antara pengukuran SABP, DABP, dan
MABP pada domba dan kambing adalah 0+-16 (57-38) mmHg, 13+-16 (37 hingga 70)
mmHg, dan 8+-13 (34 hingga 54) mmHg, masing-masing. Perbedaan yang berarti antara
pengukuran SABP, DABP, dan MABP di sapi kecil adalah 0+-19 (37-37) mmHg, 6+-18 (77
hingga 48) mmHg, dan 4+- 16 (73 ke 48) mmHg, masing-masing. Perbedaan berarti antara
Pengukuran SABP, DABP, dan MABP dalam ukuran besar sapi adalah 18+-32 (107-71)
mmHg, 7+-29 (112 hingga 63) mmHg, dan 5+-28 (110 hingga 60) mmHg, masing-masing.
95% LOA untuk SABP, DABP, dan MABP adalah 31 hingga +31, 19 hingga +44, dan 19
hingga +34 mmHg, masing-masing pada domba dan kambing; adalah 37 hingga +37, 19
hingga +44, dan 19 hingga +34 mmHg, masing-masing pada sapi kecil; dan 81 hingga +45,
50 hingga +63, dan 59 hingga +50 mmHg, masing-masing pada sapi besar (Aarnes et al.,
2014).
4. Kelinci
Tekanan diastolik di bawah 85 mmHg dianggap normal; satu antara 85-89 mmHg
tinggi normal; salah satu dari 90-99 mmHg mewakili stadium 1 atau hipertensi ringan; salah
satu dari 100-109 mmHg merupakan stadium 2 atau hipertensi sedang; dan distolic tekanan
darah ≥ 110 mmHg mewakili stadium 3 atau parah hipertensi. Tekanan darah sistolik di
bawah 130 mmHg menunjukkan darah normal tekanan; satu antara 130-139 mmHg
menunjukkan normal tinggi; satu antara 140 - 159 mmHg menunjukkan stadium 1 atau
hipertensi ringan; satu antara 160-179 mmHg menunjukkan tahap 2 atau sedang hipertensi;
dan tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg menunjukkan stadium 3 atau hipertensi berat
(Adeleye dan Sofola, 2010).
Pada saat darah memasuki vena di bawahnya tekanan yang relatif rendah, dan sedikit
kekuatan pendorong induk untuk mengembalikan darah ke jantung. Dua jurusan pompa
membantu memindahkan darah kembali ke jantung: otot rangka dan pompa pernapasan.
Kapan otot rangka berkontraksi, mereka menekan pembuluh darah, meningkatkan tekanan di
dalam pembuluh darah ini. Berikut beberapa tekanan darah pada hewan (Moyes et al., 2014):
1) Kuda, sistolik 100 mmHg dan diastolik 60 mmHg
2) Pinguin, sistolik 135 mmHg dan diastolik 100 mmHg
3) Tikus, sistolik 130 mmHg dan diastolik 90 mmHg
4) Gajah, sistolik 120 mmHg dan diastolik 70 mmHg
5) Burung murai, sistolik 118 mmHg dan diastolik 80 mmHg
6) Ikan salem, sistolik 45 mmHg dan diastolik 33 mmHg
7) Gurita, sistolik 31 mmHg dan diastolik 25 mmHg
8) Kura – kura, sistolik 100 mmHg dan diastolik 60 mmHg

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Faktor yang mempengarhi tekanan darah menurut Dinata (2015):
1. Usia
Pengaruh usia terhadap tekanan darah dapat dilihat dari aspek pembuluh darah
yaitu semakin bertambah usia akan menurunkan elastisitas pembuluh darah arteri
perifer sehingga meningkatkan resistensi atau tahanan pembuluh darah perifer.
Peningkatan tahanan perifer akan meningkatkan tekanan darah
2. Stress
Rasa cemas, takut, nyeri, dan stres emosi meningkat stimulasi saraf otonom
simpatik yang meningkatkan volume darah, curah jantung, dan tekanan vascular
perifer. Efek stimulasi saraf bagian simpatik ini dapat meningkatkan tekanan
darah.
3. Medikasi
Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
tekanan darah, seperti antihipertensi, dan analgesik narkotik yang dapat
menurunkan tekanan darah
4. Variasi Diurnal
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari dan tidak ada orang yang
pola dan derajat variasinya sama. Tekanan darah paling tinggi di waktu pagi hari
dan paling rendah pada saat tidur malam hari yang dapat mencapai 80-90 mmHg
sistolik dan 40-60 mmHg diastolik..
5. Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak
laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi, sedangkan setelah menopause wanita cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria pada usia tersebut.
2.4 Sistem Peredaran Darah Hewan
A. Pisces
Menurut Zakariah et al., (2017) ikan memiliki sistem peredaran darah yang sederhana,
yang terdiri dari dua bilik jantung, darah dan pembuluh darah. Ikan memiliki sistem sirkulasi
tertutup dengan darah yang selalu terkandung dalam sirkuit darah. Ikan memiliki pola
sirkulasi tunggal, di mana dalam darah melewati jantung hanya sekali selama setiap
rangkaian lengkap. Darah yang kekurangan oksigen dari jaringan tubuh datang ke jantung,
dari tempat ia dipompa ke insang. Pertukaran gas terjadi dalam insang dan darah beroksigen
dari insang diedarkan ke seluruh tubuh. Jantung ikan adalah biasanya agak asimetris agak
melengkung ke kiri yang terdiri dari otot yang berstruktur yang terletak ekor ke insang. Itu
tertutup oleh membran pericardial atau selaput jantung. Jantung terdiri dari atrium, ventricle,
struktur berdinding tipis yang dikenal sebagai sinus venosus dan tabung yang disebut bulbus
arteriosus. Meskipun memiliki empat bagian, jantung seekor ikan dianggap dua bilik.
Pembuluh darah membawa darah terdeoksigenasi ke dalam sinus venosus, yang seperti ruang
pengumpulan kecil. Sinus venosus memiliki sel alat pacu jantung yang bertanggung jawab
untuk memulai kontraksi, sehingga darah dipindahkan ke atrium berdinding tipis, yang
memiliki sedikit otot. Atrium menghasilkan kontraksi yang lemah sehingga dapat mendorong
darah ke dalam ventricle, ventricle adalah struktur berdinding tebal dengan banyak otot
jantung, itu menghasilkan tekanan yang cukup untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Ventricle memompa darah ke bulbus arteriosus, ruang kecil dengan komponen elastis.
Struktur ini dikenal sebagai conus arteriosus pada ikan yang lain. Conus arteriosus memiliki
banyak katup dan otot, sedangkan bulbus arteriosus tidak memiliki katup. Fungsi utama
struktur ini adalah untuk mengurangi tekanan nadi dihasilkan oleh ventricle, untuk
menghindari kerusakan pada insang berdinding tipis. Jantung memompa darah di seluruh
tubuh memberikan oksigen dan nutrisi yang dicerna ke sel-sel berbagai organ. Ini
mengangkut produk limbah dari sel ke ginjal dan hati untuk eliminasi. Darah yang
direoksigenasi ini kemudian mengalir ke seluruh tubuh jaringan ikan dan organ
menghilangkan karbon dioksida dan menggantinya dengan oksigen. Darah akhirnya dipompa
kembali keruang atrium jantung tempat proses dimulai lagi.

Gambar 1. Sistem Kardiovaskuler (Campbell et al., 2010).

B. Aves
Menurut Aspinal dan Capello (2015) jantung pada aves memiliki empat bilik yang
terletak di bagian tengkorak rongga thoraco-abdominal dan sangat mirip dengan jantung
mamalia. Itu ditutupi kantung pericardial yang menempel pada beberapa dari permukaan
internal untuk menahan jantung di tempatnya. Atrioventricular kanan tidak memiliki chordae
tendinae dan hanya tebal otot myocardium. Pada sirkulasi susunan arteri, vena, dan kapiler
mirip dengan mamalia yang menjadi perbedaan antara lain:
a. Sistem portal ginjal dimana katup di persimpangan vena iliaca dengan caudal vena
cava dapat dialihkan darah dari ujung ekor tubuh balik ke ginjal
b. Ada suplai darah yang besar ke otot dan sayap terbang melalui arteri pectoral dan
brachialis.

Gambar 2. Sistem Kardiovaskuler (Aspinall dan Capello, 2015).


C. Amphibi
Menurut Campbell et al., (2010) katak dan amfibia yang lain memiliki jantung beruang
tiga, dua atrium dan satu ventricle. Di dalam ventricle darah miskin oksigen dari atrium
kanan ke dalam sirkuit pulmokutan dan sebagian besar darah kaya oksigen dari atrium kiri ke
sirkuit sistemik. Ketika berada didalam air katak mengubah sirkulasinya untuk sebagian besar
bagian menghentikan aliran darah ke paru – parunya yang tak efektif untuk sementara. Aliran
darah berlanjut ke kulit yang berperan sebagai satu – satunya tempat pertukaran gas sewaktu
katak menyelam.

Gambar 3. Sistem Kardiovaskuler Amphibi (Campbell et al., 2010).


D. Reptil
Menurut Aspinal dan Capello (2015) jantung pada reptil memiliki tiga ruang. Darah
terdeoksigenasi dari atrium dexter diarahkan ke arteri paru-paru, tetapi darah beroksigen
kembali dari paru ke ventricle sehingga dapat masuk ke lengkung aorta atau ke paru-paru dan
melakukan sirkulasi lagi. Wyneken (2009) jantung pada buaya memiliki dua atrium dan satu
ventricle yang secara fisik terbagi menjadi sirkuit paru dan sistemik. Struktur jantung ini
sangat mirip dengan burung dan mamalia, kecuali untuk kehadiran lengkungan aorta kiri dan
kanan. Atrium memiliki ukuran yang serupa; septum interventricular dikembangkan
sepenuhnya pada buaya, sehingga ventrikel secara struktural dan fungsional dibagi menjadi
dua ruang (ventrikel kanan dan kiri). Darah dari ventricle kanan mengalir ke dalam batang
paru-paru dan aorta kiri. Darah dari ventricle kiri mengalir ke kanan aorta. Kedua aorta saling
berhubungan di dekat jantung oleh foramen Panizza dan agak jauh ke jantung oleh arteri
penghubung dorsal, 1 yang merupakan rostral ke konvergensi dari dua aorta sistemik sebagai
aorta punggung tunggal.

Gambar 4. Sistem Kardiovaskuler Reptil (Campbell et al., 2010).


E. Mamalia
Menurut Aspinall dan Capello (2015) sistem peredaran darah terdiri dari jaringan
pembuluh darah yang fungsinya untuk mengangkut darah ke seluruh tubuh. Semua mamalia
memiliki sirkulasi ganda, yang terdiri dari sirkulasi sistemik membawa darah dari jantung ke
seluruh tubuh dan kembali ke jantung dan sirkulasi paru yang membawa darah dari jantung
ke paru-paru dan kembali ke jantung. Pembagian sirkulasi menjadi dua sirkuit terpisah
memungkinkan distribusi cepat darah teroksigenasi di bawah tekanan tinggi, yang sangat
penting dalam hewan endotermik aktif. Darah melewati jantung dua kali selama satu
rangkaian lengkap pada tubuh.
Sirkulasi mamalia dimulai dari kontraksi ventricle dexter memompa darah ke paru-paru
melalui arteri pulmoner. Saat mengalir melalui bantaln kapiler didalam paru paru-paru kiri
dan kanan, darah mengambil O2 dan melepaskan CO2. Darah kaya oksigen kembali dari
paru-paru melalui vena pulmoner ke atrium sinster jantung. Selanjutnya darah kaya oksigen
mengalir ke ventricle sinister yang memompa darah kaya oksigen keluar ke jaringan tubuh
memalui sikuit sistemik. Darah meninggalkan ventricle sinister melalui aorta yang
mengahantarkan darah ke arteri-arteri yang menuju ke seluruh tubuh. Cabang-cabang
pertama dari aorta adalah arteri coroner yang menyuplai darah ke otot jantung itu sendiri.
Cabang-cabang kemudian mengarah ke bantalan-bantalan kapiler didalam kepala dan lengan.
Aorta kemudian turun ke dalam abdomen, menyuplai darah kaya oksigen ke arteri -arteri
yang menuju bantalan kapiler didalam organ abdominal dan kaki. Didalam kapiler terjadi
neto O2 dari darah ke jaringan-jaringan dan CO2 yang dihasilkan oleh respirasi seluler ke
dalam darah. Kapiler-kapiler bergabung kembali membentuk venula menghantarkan darah ke
vena. Darah yang miskin oksigen dari kepala, leher, dan tungkai depan disalurkan ke dalam
suatu vena besar, vena cava superior. Sedangkan vena cava inferior mengalirkan darah
batang tubuh dan tungkai belakang. Kedua vena cava mengosongkan darahnya ke dalam
atrium dexter tempat darah miskin oksigen mengalir ke dalam ventricle dexter (Campbell et
al., 2010).

Gambar 5. Sistem Kardiovaskuler mamalia (Aspinal dan Capello, 2015).


2.5 Penyakit Sistem Kardiovaskuler pada Hewan
1. Endokardiosis
Endokardiosis yaitu penyakit degenerative katup jantung kronis sebagai akibat dari
degenerasi myxomatous yang ditandai adanya perubahan-perubahan pada sel-sel intertisial
katup. Endokardiosis umumnya menyerang anjing, dan ras pomeranian merupakan ras yang
sering terkena kasus ini. Penyakit endokardiosis yang sering diderita Pomeranian
menunjukkan terjadinya degenerasi katup mitral jantung, salah satu dari empat set katup
dalam jantung anjing. Katup mitral yang mengalami degenerasi myxomatous mengacu pada
melemahnya secara patologi jaringan ikat, menyebabkan katup tidak dapat sepenuhnya
menutup sempurna pada setiap aksi pemompaan, istilah ini sering digunakan dalam konteks
katup mitral yang prolapsus, sehingga menyebabkan darah mengalir balik, dari ventrikel kiri
kembali ke atrium kiri. Penyakit katup mitral endokardiosis merupakan penyebab umum dari
gagal jantung kiri karena pembendungan/left congestive heart failure (CHF), sehingga
penyakit ini penting untuk diketahui karakteristiknya (Noviana et al., 2013).
2. Pulmonic stenosis
Pulmonic stenosis (PS) adalah salah satu kelainan jantung bawaan bawaan atau
congenital heart defects (CHD) yang paling umum pada anjing, terhitung 11-21% dari total
CHD dalam berbagai survei epidemiologi. Pulmonic stenosis dapat diklasifikasikan sebagai
subvalvular, valvular atau supravalvular sesuai dengan lokalisasi luka. Tingkat keparahan
pulmonic stenosis dapat dinilai secara tidak langsung dengan mengukur gradien paru transvalvular
(DG) yang diturunkan dari Doppler. Pulmonic stenosis dianggap ringan ketika DG kurang dari 50
mmHg, sedang ketika DG terdiri antara 50 dan 80 mmHg dan parah ketika DG lebih besar dari 80
mmHg. Pulmonary balloon valvuloplasty (PBV) dianggap sebagai pengobatan pilihan untuk PS
parah dan sedang pada manusia. Dalam kedokteran hewan, ada kesepakatan umum bahwa PBV
memperpanjang kelangsungan hidup pada anjing dengan PS parah dan laporan terbaru menunjukkan
bahwa anjing dengan tingkat sedang PS mungkin juga mendapat manfaat dari intervensi karena
peningkatan risiko kematian terkait jantung dan pengembangan tanda-tanda klinis. Variabel
dilaporkan mempengaruhi kelangsungan hidup pada anjing dengan PS bersifat klinis (Locatelli et al.,
2013).
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Materi
3.1 Alat dan Bahan
3.1 Alat
1. Arloji tangan
2. Bangku setinggi 50 cm
3. Cuff
4. Sphygmomanometer
5. Stetoskop
6. Stopwatch
3.1.2 Bahan

1. Porbandus/praktikan
3.2 Metode
3.2.1 Pemeriksaan tekanan darah
1. Cuff dililitkan pada lengan atas.
2. Stetoskop ditempelkan di bagian cuff tepat pada pembuluh darah lengan.
3. Cuff dipompa sampai kira-kira di atas tekanan sistolik.
4. Tekanan pada cuff yang tinggi ini akan menyebabkan aliran pada arteri terhenti, kemudian
secara perlahan tekanan pada cuff dikurangi.
5. Dengan demikian, pada saatnya akan membuka aliran arteri. Pada saat ini aliran darah akan
mengalir cepat dan tiba-tiba, sehingga akan menghasilkan suatu getaran atau suara (disebut
tekanan sistolik darah) yang bisa didengarkan dengan stetoskop.
6. Pada penurunan tekanan cuff selanjutnya masih akan tetap terdengar getaran atau suara sampai
pada suatu saat akan berhenti sama sekali. Pada saat berhentinya suara tersebut disebut tekanan
distolik darah.
3.2.2 Pemeriksaan bunyi jantung
1. Letakkan stetoskop di dada bagian kiri.
2. Dengarkan menggunakan stetoskop dengarkan suara jantung teman saudara.
3.2.3 Tes schenieder
1. Metronom diatur sehingga memberikan irama 120x/per menit.
2. Probandus berdiri menghadap bangku Harvard dengan sikap tenang. Metronom mulai
dijalankan.
3. Probandus menempatkan salah satu kaki yang kanan ataupun yang terdiri kiri di atas bangku
tepat pada detikan pertama metronom.
4. Pada detikan kedua, kaki lainnya dinaikkan ke atas bangku, sehingga probandus berdiri tegak
di atas bangku.
5. Pada detikan ketiga, kaki yang pertama naik ke atas diturunkan.
6. Pada detikan keempat, kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula, sehingga probandus
berdiri di depan bangku.
7. Segera setelah itu probandus disuruh duduk dan denyut nadinya dihitung selama 30 detik,
sebanyak 3 kali.
3.2.4 Tes Harvard dengan cara lambat
1. Praktikan melakukan kegiatan naik turun bangku dalam 1 menit (satu kali naik turun bangku 2
detik). Percobaan ini tidak boleh lebih dari 5 menit (gunakan waktu maksimal 5 menit).
2. Sesudah latihan ini, praktikan duduk dan denyut nadinya dihitung berturut-turut selama 30
detik, yaitu dari 1 menit sampai 1 menit lebih 30 detik dan 3 menit sampai lebih 30 detik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pemeriksaan Tekanan Darah

Gambar 6. Pemeriksaan Tekanan Darah


Tekanan darah probandus = 100/70
4.1.2 Pemeriksaan Detak Jantung

Gambar 7. Pemeriksaan Detak Jantung


Denyut jantung probandus selama 15 detik = 22x4
4.1.3 Tes Schenieder

Gambar 8. Tes Schenieder Menggunakan Metronome


Gambar 9. Menghitung denyut nadi probandus /15 detik
1. Setelah lompat = 140/menit
2. Setelah istrahat 1 menit = 120/menit
3. Setelah istrahat 1 menit = 80/menit
4.1.4 Tes Harvard

Gambar 10. Tes Harvard

Gambar 11. Menghitung Denyut Nadi Setelah Istrahat


1. Setelah lompat = 88/menit
2. Setelah istrahat 1 menit = 76/menit
3. Setelah istrahat 1 menit = 60/menit
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemeriksaan Tekanan Darah
Pada pengukuran ini kita menggunakan cuff dan stetoskop, mengukur sistol dan
diastolnya dengan cara mendengarkan bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut
bunyi korotkoff bunyi dilakukan dengan cara menekan arteri pada tangan probandus. Bunyi
ini dapat didengar dengan menempelkan stetoskop pada denyut nadi dibagian tangan dari
probandus. Bunyi ini terjadi akibat dari munculnya aliran turbulen di dalam arteri yang
disebabkan oleh penekanan pada arteri tersebut.
4.2.2 Pemeriksaan Deuyut Jantung
Pada pemeriksaan denyut jantung ini digunakan stetoskop untuk mendengarkan denyut
jantung probandus dengan cara menempelkan stetoskop pada bagian dada probandus yang
terdengar denyut jantungnya. Adapun hasil yang didapatkan adalah 22 degupan jantung per
15 detik.
4.2.3 Tes Schenieder
Pada percobaan ini probandus melakukan kegiatan naik turun tangga selama 3 menit.
Setiap bunyi metronome kaki probandus naik lalu bunyi kedua diturunkan. Setelah 3 menit
maka denyut nadi probandus akan dihitung lalu probandus diistirahatkan selama 1 menit lalu
dihitung denyut nadinya dihutung kembali lalu probandus kembali diistirahatkan dan denyut
nadinya kembali dihitung untuk yang ketiga kalinya. Adapun hasil yang didapatkan dari tes
schenieder menunjukkan bahwa setelah probandus beristirahat, denyut jantung yang semula
berdegup dengan cepat, perlahan-lahan mulai melambat.
4.2.4 Tes Harvard
Pada praktikum ini probandus melakukan kegiatan aktivitas naik-turun tangga selama 3
menit. Hal yang dilakukan sama dengan tes scheneider. Hasil yang didapatkan dari tes
Harvard, yaitu setelah probandus beristirahat, denyut jantung yang semula berdegup dengan
cepat, perlahan-lahan mulai melambat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum mengenai sistem organ adalah:
1. Sistem kardiovaskular adalah sistem yang terdiri dari darah, jantung, dan pembuluh darah.
Darah berfungsi untuk transportasi nutrisi dan produk limbah, termoregulasi, kekebalan, dan
keseimbangan asam-basa, sedangkan jantung dan pembuluh darah berfungsi untuk
mengantarkan darah ke seluruh tubuh.
2. Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap dinding
arteri.
3. Tekanan darah dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Faktor lain
yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin,
dan suku, faktor genetik, serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stress, konsumsi
garam, merokok, konsumsi alkohol, dan sebagainya.
4. Sistem peredaran darah pada hewan berbeda tergantung dari spesiesnya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan ruang jantung antar berbagai hewan.
5. Penyakit jantung yang paling umum pada hewan adalah degenerative mitral valve disease
dan kardiomiopati.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Asisten
Untuk asisten, tolong kalau saat` praktikum, sekiranya selalu mendampingi praktikan
pada saat praktikum, karena walaupun metode praktikumnya sudah tertulis di penuntun,
tetapi akan lebih baik kalau asisten langsung mengarahkan praktikannya. Dan tolong pada
saat pemberian test jangan terlalu terburu-buru, karena hasil yang dibuat karena terburu-buru
akan tid
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya dibuatkan laboratorium khusus fisiologi yang disertai dengan alat-alat
laboratorium yang memadai sehingga praktikan tidak perlu membeli atau meminjam alat
sebelum praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Adeleye dan Sofola. 2010. Salt Instake and Mean Arterial Blood Pressure in Rabbits. Science
World Journal. 5(3) : 1-4.
Aspinall, V dan M. Capello. 2015. Introduction to Veterinary Anatomy and Physiology
Textbook Third Edition. Elsevier : Canada.
Campbell, N.A., J.B. Reece., L.A. Urry., M.L. Cain., S.A. Wasserman., P.V. Minorsky dan
R.B. Jackson. 2010. Biologi. Erlangga : Jakarta.
Chacar, F.C., A.J.D Almeida., L.A. Echardt., H.A Gumaraes dan A.B.F Rodrigues. 2015.
Blood Pressure in Dogs Acessed at Veterinary Hospital of Univesidade Estadual do
Norte Fluminense Darcy Ribeiro. Revista Electronica de Veterinaria. 16(8) : 1-16.
Colville, T dan J.M. Bassert. 2016. Clinical Anatomy and Histology for Veterinary
Technicians. Elsevier : Canada.
Dinata, W.W. 2015. Menurunkan tekanan darah pada lansia melalui sanam yoga. Jurnal
Olahraga Prestasi. 11(2): 77-90.
Frandson, R. D., W. L. Wilke dan A.D. Fails. 2009. Anatomy and Physiology of Farm
Animals. Wiley-Blackwell : USA.
Locatelli, C., I. Spalla, O. Domenech, E. Sala, P. G. Brambilla, dan C. Bussadori. 2013.
Pulmonic stenosis in dogs: survival and risk factors in a retrospective cohort of
patients. Journal of Small Animal Practice. 54(9): 445-452.
Masoudifard, M., V. R. Bidgoli., S. A. Madani., A. Vajhi., S. Davoodipoor dan Y. Vali.
2016. Normal Echocardiographic Findings in Healthy Pigeons. Iranian Journal of
Veterinary Surgery. 11(2) : 7-13.
Moyes, C.D dan P.M Schulte. 2014. Princpels of Animal Physiology. Pearson : America.
Noviana, Deni., R Wulandari, R Wulansari. 2013. Ekhokardiografi Endokardiosis Penyakit
Katup Mitral Jantung Anjing. Jurnal Veteriner. 14(1): 1-11.
Purnamasari, Risa dan Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi Hewan. Program Studi Arsitektur
UIN Sunan Ampel: Surabaya.
Sasmalinda, L., Syafriandi dan Helma. 2013. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perubahan
Tekanan Darah Pasien di Puskesmas Malalo Batipuh Selatan dengan menggunakan
Regresi Linier Berganda. UNP Journal of Mathematics. 2(1) : 36-42.
Sonjaya, H. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. IPB press : Bogor.
Stephenson, A., J.W . Adams dan M. Vaccarezza. 2017. The Vertebrate Heart : An
Evolunationary Perspective. Journal Of Anatomy. 1(1) : 1-11.
Wyneken, J. 2009. Normal Reptile Heart Morphology and Function. Vet Clin Exot Anim.
12(2009) : 51-63.
Zakariah, M., A. Yahya., PA. Mshelia., Y. Gazali dan HD Kwari. 2017. Gross Morphometry
of the heart of farmed African catfish (Clarias garieinus) in Maiduguri, Nigeria.
International Journal of Fisheries and Aquatic Studies. 5(2) : 687-690.

Anda mungkin juga menyukai