Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler.
Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal
ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan
pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung,
yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-
100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh
tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler
kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena
Mekanisme pemeliharaan lingkungan internal sirkulasi darah digunakan
sebagai sistem transport oksigen, karbon dioksida, makanan, dan hormon serta
obat-obatan ke seluruh jaringan sesuai dengan kebutuhan metabolisme tiap-tiap sel
dalam tubuh. Dalam hal ini, faktor perubahan volume cairan tubuh dan hormon
dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskule baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dalam memahami sistem sirkulasi jantung, kita perlu memahami anatomi
fisiologi yang ada pada jantung tersebut sehingga kita mampu memahami berbagai
problematika berkaitan dengan sistem kardivaskuler tanpa ada kesalahan yang
membuat kita melakukan kelalaian. Oleh karena itu, sangat penting sekali
memahami anatomi fisiologi kardiovaskuler yang berfungsi langsung dalam
mengedarkan obat-obatan serta oksigenasi dalam tubuh dalam proses
kehidupan.Salah satu penyusun sel adalah membran sel. Membrane sel merupakan
batas kehidupan. Membran plasma atau membran sel memisahkan sel yang hidup
denagn lingkungan sekitarnya yang tidak hidup. Struktur dan fungsi dari
membran plasma tentunya memiliki karakteristik tersendiri. Untuk itu, penulis
membuat makalah yang berjudul Sel dan Membran Sel agar dapat memberikan
pengetahuan mengenai karakteristik dan mekanisme sel dan membran plasma,
terutama pada sel hewan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan latar belakang dari
permasalahan sebagai berikut:
a. Apa pengertian sistem sirkulasi?
b. Apa saja komponen sistem sirkulasi?
c. Bagaimana sistem sirkulasi pada Vertebrata?
d. Bagaimana sistem sirkulasi pada Invertebrata?
e. Apa pengertian sistem imun?
f. Bagaimana mekanisme pertahanan tubuh?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah yaitu:
a. Menjelaskan pengertian sistem sirkulasi.
b. Menjelaskan komponen penyusun sistem sirkulasi.
c. Menjelaskan sistem sirkulasi pada Vertebrata.
d. Menjelaskan sistem sirkulasi pada Invertebrata.
e. Menjelaskan pengertian sistem imun.
f. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca, bagi penulis
khususnya tentang sistem sirkulasi dan sistem imun pada hewan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SISTEM SIRKULASI


Sistem sirkulasi pada hewan bervariasi tergantung tingkat perkembangan
tubuh hewan. Pada hewan tingkat rendah, sistem sirkulasi masih sederhana
sedangkan pada hewan tingkat tinggi sudah lebih lengkap. Sistem sirkulasi ini
berfungsi untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sari makanan dan
oksigen, menjamin pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera,
berperan penting dalam penyebaran panas tubuh, dan menyebarkan
tekanan/kekuatan.
Terdapat 2 macam sistem sirkulasi pada hewan, yaitu sstem sirkulasi terbuka:
contoh Insecta dan sistem sirkulasi tertutup: contoh Vertebrata
A. Mekanisme Sistem Sirkulasi Terbuka
1. Relaksasi otot jantung (tekanan negatif dalam rongga jantung)
2. Terjadi kekuatan menghisap darah secara aktif
3. Terjadi gelombang peristaltik pada dinding aorta yang mendorong darah ke arah
kepala
4. Darah akan keluar dan mengalir bebas di antara sel jaringan
5. Cairan tubuh tersaring dan secara perlahan kembali ke jantung melalui ostia
(lubang pada jantung)
Sistem sirkulasi terbuka bekerja dengan tekanan rendah pada setiap
kontraksi jantung.volume darah yang dapat dikeluarkan hanya sedikit terdorong
rendah dan mengalir dengan lambat yang mengakibatkan sari makanan yang
dilepaskan ke sel terbatas sehingga aktivitas metabolisme terbatas.

B. Mekanisme Sistem Sirkulasi Tertutup


Jantung bekerja dengan melakukan gerakan memompa secara terus menerus.
tekanan dipertahankan tetap tinggi, mengakibatkan:
darah yang keluar dari pembuluh akan segera masuk kembali ke jantung
dengan cepat
Akibat selanjutnya:

3
Darah mengalir secara langsung ke setiap sel tubuh
Pasokan sari makanan dan oksigen dalam jumlah yang memadai ke tiap sel
Proses metabolisme dapat terselenggara dengan baik
Apabila terjadi peningkatan aktivitas metabolisme, hewan meningkatkan jumlah
pasokan darah ke organ yang aktif (misalnya otot) dan mengurangi penyebaran
darah ke daerah yang kurang/tidak aktif (misalnya organ gastrointestinal).

2.2 KOMPONEN SISTEM SIRKULASI


Sistem sirkulasi tersusun atas 3 komponen utama, yaitu:
1. Jantung, merupakan komponen penyusun sistem sirkulasi yang berfungsi
sebagai pompa penggerak cairan tubuh di sepanjang pembuluh. Terdapat 2 jenis
jantung, yaitu jantung tubuler (vaskuler) merupakan jantung yang terdapat pada
hewan Invertebrata, berbentuk sederhana dan tidak mempunyai klep, serta bekerja
secara kontraksi peristaltik, sehingga disebut juga jantung peristaltik,jantung
berongga merupakan jantung yang terdapat pada hewan vertebrata, merupakan
organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh dan mampu
mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep, gerakan memompa
jantung merupakan kekuatan utama yang menjamin kelancaran aliran darah, dan
kontraksi otot jantung terjadi secara periodik.
2. Pembuluh, merupakan saluran yang akan dilewati/dilalui oleh cairan yang
beredar ke seluruh tubuh. Terdapat 2 jenis pembuluh:
a) Pembuluh darah
Pembuluh darah merupakan saluran khusus untuk mengalirkan darah (pada
Vertebrata sistem pembuluh darah terdiri atas arteri, vena, dan kapiler). Arteri dan
Vena tersusun atas tiga lapisan jaringan melingkar dan membentuk saluran/lumen
di bagian tengahnya (lapisan dari arah dalam ke luar ialah Tunika
Intima/Endotelium, Tunika Media, dan Tunika Adventitia) sedangkan pembuluh
kapiler hanya tersusun atas Tunika Intima.
Arteri berfungsi untuk mengangkut darah yang keluar dari jantung.
Mekanisme kerja arteri dimulai dengan kontraksi jantung sehingga darah terdorong
keluar dan memasuki pembuluh arteri basar, dinding arteri meregang
dan disimpan (berasal dari peregangan serabut elastis), kemudian jantung

4
berelaksasi sehingga darah tidak masuk ke pembuluh besar arteri dan pembuluh
kembali mengkerut ke ukuran semula, dan melepaskan sebagian energi yang
tersimpan pada dindingnya. Tekanan pada arteri ketika jantung berkontraksi dan
berelaksasi disebut tekanan Sistolik dan Diastolik. Pada arteri terdapat bagian yang
disebut arterioles, yaitu pembuluh arteri kecil yang dindingnya mengandung
sejumlah besar otot polos. Proses kontraksinya tidak dikendalikan oleh pusat
kesadaran dan berfungsi mengendalikan aliran darah dengan cara mengubah derajat
kontraksi otot polos sehingga besarnya tekanan dapat diatur.
Pembuluh darah terkecil dalam sistem sirkulasi adalah kapiler yang berfungsi
sebagai ntempat terjadinya pertukaran gas dan zat lainnya antara pembuluh darah
dan sel jaringan.
Vena berfungsi untuk membawa darah dari jaringan kembali ke jantung. Pada
vena terdapat bagian yang disebut venula, yaitu pembuluh vena yang paling kecil
dan berhubungan langsung dengan kapiler. Sebagian besar vena dilengkapi dengan
klep. Klep ini berfungsi untuk mencegah aliran darah kembali ke arah jaringan dan
menjamin kelancaran aliran darah menuju jantung. Aliran darah dalam pembuluh
vena dibantu oleh kontraksi otot dinding pembuluh vena dan kontraksi otot lurik di
sekitar pembuluh.
b) Pembuluh limfe
Pada vertebrata tingkat tinggi, pembuluh limfe berupa saluran buntu dengan
ujung terbuka dan berfungsi mengangkut kelebihan cairan di ekstrasel ke sirkulasi
darah. Pada invertebrata, pembuluh limfe tidak ditemukan (kecuali pada Teleostei)
sedangkan pada hewan tingkat rendah ditemukan berbagai bentuk peralihan
(intermediet) yang menunjukkan adanya perkembangan sistem pembuluh limfe.
3) Cairan Tubuh
Caran tubuh pada hewan multiseluler mencapai 70% (cairan intrasel 45%
dan cairan ekstra sel 25%). Cairan eksrtasel ditemukan di berbagai tempat dengan
sebutan yang berbeda-beda, ada yang disebut cairan jaringan, cairan darah, cairan
limfe, dan ada pula yang disebut hemolimfe.
Cairan darah merupakan cairan dalam pembuluh darah yang beredar ke
seluruh tubuh mulai dari jantung dan segera kembali ke jantung. Cairan darah
tersusun atas sel darah dan plasma darah. Dimana sel darah itu sendiri terdiri atas

5
eritrosit, leukosit, dan trombosit sedangkan plasma darah mengandung sekitar 90%
air dan berbagai zat terlarut di dalamnya. Plasma darah memiliki komposisi sangat
berbeda dari cairan intrasel, yaitu mengandung protein penting dalam konsentrasi
relatif rendah, antara 1,0 hingga 100-150 mg/ml. Protein plasma pada Vertebrata
tingkat tinggi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fibrinogen yang berperan dalam
proses pembekuan darah, globulin yang berperan dalam reaksi imun dan transpor
molekul, serta albumin yabg berperan dalam mempertahankan volume plasma.
Secara umum darah berfungsi mempertahankan kondisi lingkungan dalam keadaan
relatif konstan, yang mana mekanismenya disebut Homeostatik sedangkan secara
khusus darah berfungsi untuk mensuplai zat-zat makanan dari saluran pencernaan
ke jaringan-jaringan, mensuplai oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan,
membawa dan membuang zat-zat yang tidak berguna dari jaringan-jaringan ke
organ organ ekskresi, mendistribusikan sekresi kelenjar endokrin dan zat lain yang
mengatur fungsi sel, dan membantu menyelenggarakan keseimbangan komposisi
air dalam berbagai organ tubuh.
Fungsi umum darah adalah untuk mempertahankan kondisi lingkungan
dalam keadaan relatif konstan, yang mana mekanismenya disebut Homeostatik.
Sedangkan fungsi khusus darah:
1. Mensuplai zat-zat makanan dari saluran pencernaan ke jaringan-jaringan
2. Mensuplai oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan
3. Membawa dan membuang zat-zat yang tidak berguna dari jaringan-jaringan
ke organ-organ ekskresi
4. Mendistribusikan sekresi kelenjar endokrin dan zat lain yang mengatur
fungsi sel
5. Membantu menyelenggarakan keseimbangan komposisi air dalam berbagai
organ tubuh
Cairan darah adalah cairan dalam pembuluh darah yang beredar ke seluruh
tubuh mulai dari jantung dan segera kembali ke jantung. Darah terdiri atas plasma
darah dan sel darah.
Plasma darah mengandung sekitar 90% air dan berbagai zat terlarut di
dalamnya. Kandungan zat terlarut di dalam Plasma darah:
Nutrien: glukosa, monosakarida, asam amino, dan lipid

6
Bahan untuk dibuang: urea dan senyawa nitrogen
Berbagai ion, misalnya natrium, kalium, dan sulfat
Bahan lain yang terdapat dalam darah, misalnya hormon, gas respiratori,
vitamin, dan enzim
Protein plasma: albumin, globulin, dan fibrinogen
Plasma darah memiliki komposisi sangat berbeda dari cairan intrasel,
mengandung protein penting dalam konsentrasi relatif rendah, antara 1,0 hingga
100-150 mg/ml. untuk menghasilkan tekanan osmotik koloid yang bekerja untuk
reabsorpsi. Protein plasma pada Vertebrata tingkat tinggi dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
a. Fibrinogen: proses pembekuan darah
b. Globulin: reaksi imun dan transpor molekul
c. Albumin: mempertahankan volume plasma
Sedangkan sel darah terdiri atas:
a. Eritrosit

Gambar 1 Eritrosit

Eritrosit adalah sel darah yang paling banyak terdapat dalam darah makluk
hidup sel darah merah bertambah merah jika di dalamnya mengandung banyak
oksigen dan warna merah ini berasal dari hemoglobin yang membentuk sel darah
merah,hemoglobin dibentuk oleh zat besi.sel darah merah yang memiliki fungsi
untuk mengangkut oksigen ke jaringan pada tubuh lewat darah, fungsi yang lain
penentu golongan darah karena ditentukan oleh ada atau tidaknya anti gen bernama

7
aglutinogen dalam sel darah merah ada dua anti gen yang telah dikenali dalam sel
darah merah yaitu anti gen A dan B.
b. Leukosit

Gambar 2. Leukosit
Sel darah putih memiliki fungsi menjaga sistem kekebalan tubuh yang
memiliki ciri khas yaitu tidak berwarna dan dapat bergerak secara amoebeit dan
dapat menenbus dinding kapiler.Selain itu sel darah putih tidah berasosiasi secara
ketat dengan organ tertentu,mereka bekerja secara independen seperti organisme
sel tunggal.Leukosit mampu bergerak secara bebas berinteraksi dan menangkap
serpihan seluler,partikel asing atau mikroorganisme penyusup.
Memiliki 5 jenis :Neutrofil,Linfosit,Monosit,Eosinofil,Basofil

Gambar 3 Proses pada Leukosit

8
c. Trombosit

Gambar 4 Trombosit

Trombosit adalah keping-keping darah yang berukuran lebih kecil


dibandingkan dengan eritrosit dan leukosit. Trombosit tidak berinti, bentuknya
kecil (2 m5 m), tidak teratur, dan berasal dari bagian megakariosit dalam
sumsum tulang. Jumlah trombosit dalam 1 milimeter kubik darah kurang lebih 200
ribu sampai 400 ribu sel trombosit. Trombosit berperan penting dalam proses
pembekuan darah jika tubuh mengalami luka. Trombosit adalah struktur yang
sangat aktif. Masa hidupnya dalam darah adalah 8 hari atau 10 hari. Trombosit
mudah pecah jika keluar dari pembuluh darah dan jika terkena benda keras.

Fungsi trombosit adalah menghentikan pendarahan jika terjadi luka dengan


cara membekukan darah disekitar daerah luka sehingga darah berhenti mengalir.
Jika terjadi luka, trombosit dalam darah pecah dan mengeluarkan enzim
trombokinase. Enzim trombokinase merangsang protrombin untuk membentuk
thrombin dengan bantukan vitamin K dan ion Ca. Trombin merangsang fibrinogen
dalam plasma darah untuk membentuk fibrin, yaitu berupa benang-benang yang
membentuk anyaman dan dapat menjaring darah supaya eritrosit dalam darah tidak
keluar lagi dan menutup luka.

2.3 SISTEM SIRKULASI VERTEBRATA

9
Pada vertebrata, darah adalah jaringan terspesialisasi yang mencakup cairan
kekuningan, disebut plasma darah yang di dalamnya terkandung sel-sel darah. Sel-
sel darah terdiri dari :
1. Sel darah merah (eritrosit)
2. Sel darah putih (leukosit)
3. Keping darah (trombosit).
Plasma darah vertebrata tak berwarna dan mengandung sel darah merah.Pada
umumnya, eritrosit vertebrata berbentuk oval dan berinti.Akan tetapi eritrosit pada
mamalia berbentuk bikonkaf dan tidak berinti.Sel darah putihnya ada beberapa
macam dan masing-masing mempunyai tugas khusus.Menurut jenis cairan yang
diedarkan, sistem peredaran darah pada vertebrata dibedakan menjadi dua macam,
yaitu peredaran darah dan sistem limfatik (peredaran getah bening). Berdasarkan
cara peredarannya, sistem sirkulasi pada vertebrata ada dua macam, yaitu sistem
peredaran darah terbuka pada limfa, dan sistem peredaran darah tertutup pada
darah.
Transpor internal pada manusia dan vertebrata lain dapat dilakukan melalui
sistem sirkulasi tertutup, yang disebut sebagai sistem kardiovaskuler. Komponen
sistem kardiovaskuler adalah jantung, pembuluh darah, dan darah.Jantung
mempunyai satu atrium atau dua antria (jamak), yaitu ruangan (bilik) yang
menerima darah yang kembali ke jantung, dan satu atau lebih ventrikel, ruangan
(bilik) yang memompakan darah keluar dari jantung.Arteri, vena, dan kapiler
adalah tiga jenis utama pembuluh darah. Arteri membawa darah meninggalkan
jantung menuju organ-organ di selutuh tubuh, Di dalam organ-organ ini arteri
bercabang menjadi arteriola, pembuluh kecil yang mengirimkan darah ke kapiler.
Kapiler (capillary) adalah pembuluh mikroskopis dengan dinding yang sangat tipis
dan berpori.Jaringan kerja pembuluh ini, yang disebut hamparan kapiler
(capillary bed), menginfiltrasikan setiap jaringan.Melalui dinding tipis kapiler
inilah zat-zat kimia, termasuk gas, dipertukarkan antara darah dan cairan interstisial
yang mengelilingi sel-sel tersebut.
Pada ujung muaranya, kapiler menyatu membentuk venula, dan venula
menyatu membentuk vena.Vena (vein) mengembalikan darah ke jantung.
Perhatikan bahwa arteri dan vena berbeda dalam hal arah aliran darah yang

10
dibawanya, bukan oleh karakteristik darah yang dikandungnya. Tidak semua arteri
membawa darah yang kaya akan oksigen, dan tidak semua vena membawa darah
dengan konsentrasi oksigen yang rendah. Akan tetapi, semua arteri memang
membawa darah dari jantung menuju kapiler, dan hanya vena yang mengembalikan
darah ke jantung dari kapiler.Pada hewan vertebrata vena yang membawa darah
meninggalkan lambung dan usus disebut vena porta karena membawa darah ke
susunan kapiler yang lain. Jika kapiler yang dituju adalah kapiler dalam hati (hepar)
maka vena ini disebut vena porta hepatika.Pada umumnya vertebrata tingkat rendah
memiliki vena portal renalis (ginjal).Sistem kardiovaskuler vertebrata merupakan
variasi dari skema sirkulasi umum yang baru saja dijelaskan. Adaptasi sistem
kardiovaskuler berkorelasi dengan pernapasan insang pada vertebrata akuatik dan
pernapasan paru-paru pada vertebrata terestrial

2.3.1 SISTEM SIRKULASI PADA PISCES


Sistem cardiovascular pada Pisces terdiri atas:
a) Jantung
b) Arteri dan arteriolae
c) Kapiler-kapiler
d) Venulae dan venae
e) Darah

Gambar 5. Skema peredaran darah pada ikan

11
Jantung atau cor terdapat di dalam cavum pericardii.Ia terdiri atas sinus
venosus, atrium, ventriculus, dan bulbus arteriousus. Dinding sinus venosus,
atrium, dan ventriculus ialah kontraktil, tetapi dinding bulbus arteriosus
tidak.Bulbus arteriosus merupakan pangkal dari aorta ventralis.Sistem peredaran
darah pada ikan terdiri dari jantung beruang dua, yaitu sebuah bilik (ventrikel) dan
sebuah seeambi (atrium).Jantung terletak di bawah faring di dalam rongga
perikardium, yaitu bagian dari rongga tubuh yang terletak di anterior (muka). Selain
itu, terdapat organ sinus venosus, yaitu struktur penghubung berupa rongga yang
menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung.
Darah ikan tampak pucat dan volumenya relatif sedikit jika dibandingkan
dengan vertebrata darat.Plasma darah mengandung sel darah merah yang berinti
dan sel darah putih dan lien (limpa) sebagai bagian dari sistem peredaran, terdapat
di dekat lambung dan dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh limpa.
Proses sirkulasi pada pisces:
Pada proses peredaran darah, darah dari seluruh tubuh mengandung CO2
kembali ke jantung melalui vena dari berkumpul di sinus venosus, kemudian masuk
ke serambi. Selanjutnya, darah dari serambi masuk ke bilik dan dipompa menuju
insang melewati konus arterious, aorta ventralis, dan empat pasang arteri aferen
brakialis. Pada arteri aferen brakialis, oksigen diikat oleh darah, selanjutnya menuju
arteri aferen brakialis dan melalui aorta dorsalis darah diedarkan ke seluruh tubuh.
Di jaringan tubuh darah mengikat CO2. Dengan adanya sistem vena, darah
dikembalikan dari bagian kepala dan badan menuju jantung.Beberapa vena yang
penting misalnya vena cardinalis anterior, dan vena cardinalis posterior (membawa
darah dari tubuh melewati hati) dan vena porta renalis (membawa darah dari tubuh
melewati ginjal). Peredaran darah pada ikan disebut peredaran darah tunggal karena
darah hanya satu kali melewati jantung.
Perhatikan bahwa pada ikan, darah harus mengalir melalui dua hamparan
kapiler selama masing-masing sirkuit (perputaran), satu dalam insang dan yang
kedua, yang disebut kapiler sistemik, dalam organ selain insang.Ketika darah
mengalir melalui hamparan kapiler, tekanan darah, tekanan hidrostatik yang
mendorong darah mengalir melalui pembuluhm menurun tajam. Dengan demikian

12
darah yang kaya oksigen dari insang mengalir ke organ-organ lain dengan sangat
lambat pada ikan, tetapi proses tersebut dibantu oleh pergerakan tubuh selama
berenang.

2.3.2 SISTEM SIRKULASI PADA AMPHIBI


Sistem peredaran darah katak terdiri dari jantung beruang tiga, arteri, vena,
sinus, venosus, kelenjar limfa, dan cairan limfa. Darah katak tersusun dari plasma
darah yang terang (cerah) dan berisi sel-sel darah (korpuskula) yakni sel-sel daran
merah, sel-sel darah putih, dan keping sel darah.Pengangkutan gas-gas pernapasan
dan material-aterial lainnya dilaksanakan oleh sistem kardiovaskuler yang terdiri
atas:
1. Jantung
2. Arteri
3. Kapiler
4. Vese
5. Pembuluh-pembuluh limpa
6. Cairan darah dan limpa
Jantung merupakan bangunan musculer yang terbagi menjadi lima rongga.
Ia terdapat di dalam suatu kantong yang berdinding rangkap. Dinding yang sebelah
dalam melekat pada cor, disebut epicardium dan dinding yang paling luar disebut
pericardium, di antara dinding itu terdapat rongga, cavum pericardii yang berisi
cairan sedikit.
Jantung katak terdiri dari:
1. Sebuah bilik yang berdinding tebal dan letaknya di sebelah posterior
2. Dua buah serambi yakni serambi kanan (atrium dekster) dan serambi kiri (atrium
sinister)
3. Sinus venosus yang berbentuk segitiga dan terletak di sebelah dorsal dari jantung
4. Trunkus arteriousus berupa pembuluh bulat yang keluar dari bagian dasar
anterior bilik
Untuk mencegah berbaliknya aliran darah, di antara serambi dan bilik terdapat
katup (valve) sedangkan antara serambi kanan dan kiri terdapat sekat
(septum).Didalam trunkus arteriosus terdapat katup spiralis.

13
Gambar 6 Skema peredaran darah pada katak

Proses sirkulasi pada Amphibi:


Ventrikel akan memompakan darah ke dalam sebuah arteri bercabang yang
mengarahkan darah melalui dua sirkuit: sirkuit pulmokutaneus dan sirkuit sistemik.
Sirkuit pulmokutaneus mengarah ke jarigan pertukaran gas (dalam paru-paru dan
kulit pada katak), dimana darah akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui
kapiler. Darah yang kaya oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian
sebagian besar di antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistemik.
Sirkuit sistemik membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh
dan kemudian mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium kanan melalui
vena. Skema ini, yang disebut sirkulasi ganda, menjamin aliran darah yang kuat ke
otak, otot, dan organ-organ lain karena darah itu dipompa untuk kedua kalinya
setelah kehilangan tekanannya dalam hamparan kapiler pada paru-paru dan kulit.
Keadaan ini sangat berbeda dari sirkulasi tunggal dalam ikan, dimana darah
mengalir secara langsung dari organ respirasi (insang) ke organ lain dengan tekanan
yang semakin berkurang.
Pada katak dikenal adanya sistem porta yaitu suatu sistem yang dibentuk oleh
pembuluh balik (vena) saja. Vena mengumpulkan darah dari pembuluh kapiler dari
suatu sistem porta yang terbagi menjadi anyaman-anyaman di dalam alat tubuh
yang lain sebelum kembali ke jantung. Barulah kemudian masuk ke dalam vena

14
yang menuju jantung.Sistem porta yang penting adalah sistem porta hepatika pada
hati dan sistem porta renalis pada ginjal

2.3.3 SISTEM SIRKULASI PADA REPTILIA


Sistem peredaran darah pada reptilia lebih maju jika dibandingkan dengan
sistem peredaran amfibi karena adanya pemisahan darah yang beroksigen dan tidak
beroksigen dalam jantung. Jantung reptilia terletak di rongga dada di bagian depan
ventral.Jantung reptilia terdiri atas tiga ruang yaitu 2 atria dan 1 ventrikulus, kecuali
pada crocodilia dan alligator.Tetapi ventrikulus cordis dari cor yang beruang tiga,
sebenarnya terbagi dua oleh suatu septum yang disebut septum interventricularis
yang membentang dari apex cordis sampai ke pusat cor, sehingga seolah-olah cor
semua reptilia beruang empat.Perlu diketahui bahwa septum interventricularis tadi
belum sempurna sehingga masih ada percampuran darah antara bagian dexter dan
sinister.
Antara kedua antria dipisahkan oleh septum intertrialis yang sudah sempurna,
sehingga tidak akan terjadi percampuran antara darah venosa dan darah
arteriel.Conus arteriosus pada reptilia telah menjadi sebagian dari venticulus. Dari
ventriculus ini akan keluar 3 pembuluh yang besar, yaitu aorta pulmonalis yang
menuju ke pulmo, kemudian arcus aorta dekster dan arcus aorta sinister yang akan
bercabang-cabang ke semua bagian tubuh. Arcus aorta sinister keluar dari ventrikel
dekster sedang arcus aorta dekster keluar dari ventrikel sinister.Pada crocodilia,
arcus aorta dekster dan arcus aorta sinister berssilangan dan bersinggungan dimana
tempat persinggungan ini akan berfusi sedemikian rupa sehingga timbul suatu
lubang yang disebut foramen panizzae.Pada crocodilia septum interventriculare
sempurna, sehingga cor betul-betul beruang 4.Namum demikian percampuran
darah masih terjadi karena adanya foramen panizzae, juga percampuran ini terjadi
pada titik di mana arcus aorta dekster dan sinister bersatu untuk membentuk aorta
dorsalis.
Reptilia mempunyai sirkulasi ganda yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi
pulmoner yang mengalirkan darah dari jantung ke jaringan pertukaran-gas dalam
paru-paru dan kembali ke jantung.Pada satu ordo reptilian, reptiliann, ventrikel
secara sempurna terbagi menjadi bilik kiri dan bilik kanan.

15
Gambar 7. Skema peredaran darah reptil

Proses sirkulasi pada reptilian:


Darah dari vena masuk ke jantung melalui sinus venosus menuju ke serambi
kanan, kemudian bilik kanan.Darah yang berasal dari paru-paru, melalui arteria
pulmonalis, masuk ke serambi kiri kemudian ke bilik kiri.Dari bilik kiri, darah
dipompa keluar melalui sepasang arkus aortikus, Dua arkus aortikus ini lalu
menghubungkan diri menjadi satu membentuk aorta dorsalis yang menyuplai darah
ke alat-alat dalam, ekor, dan alat gerak belakang. Dari seluruh jaringan tubuh,
darah menuju ke vena, kemudian menuju sinus venosus dan kembali ke jantung.

2.3.4 SISTEM SIRKULASI PADA AVES


Untuk mempelajari peredaran darah pada aves, diambil contoh peredaran
dari burung. Peredaran darah burung tersusun oleh jantung sebagai pusat peredaran
darah, darah, dan pembuluh-pembuluh darah.Darah pada burung tersusun oleh
eritrosit berbentuk oval dan berinti.Jantung burung berbentuk kerucut dan
terbungkus selaput perikardium.Jantung terdiri dari dua serambi yang berdinding
tipis serta dua bilik yang berdinding lebih tebal.
Pembuluh-pembuluh darah dibedakan atas arteri dan vena. Arteri yang keluar
dari bilik kiri dan tiga buah yaitu dua arteri anonim yang bercabang lagi menjadi
arteri-arteri yang memberi darah ke bagian kepala, otot terbang, dan anggota depan,
dan sebuah aorta merupakan sisa dari arkus aortikus yang menuju ke Kanan (arkus
aortikus yang menuju ke kiri mereduksi). Pembuluh nadi ini kemudian meligkari

16
bronkus sebelah kanan dan membelok ke arah ekor menjadi dorsalis (pembuluh
nadi puggung).Pembuluh nadi yang keluar dari bilik kanan hanya satu, yakni arteri
pulmonalis (pembuluh nadi paru-paru) yang kemudian bercabang menuju paru-
paru kiri dan kanan.
Pembuluh balik (vena) dibedakan atas:
1. Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior).Vena ini membawa darah
dari kepala, anggota depan, dan anggota otot-otot pektoralis menuju jantung.
2. Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior).Membawa darah dari
bagian bawah tubuh ke jantung.
3. Pembuluh balik yang datang dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru kiri
serta membawa darah menuju serambi kiri jantung.

Gambar 8 Sistem peredaran darah pada aves

2.3.5. SISTEM SIRKULASI PADA MAMALIA


Umumnya, sistem peredaran darah pada mammalia sama dengan manusia.
Peredaran darahnya paling kompleks dan sempurna dibandingkan hewan lain. Alat
peredaran darahnya terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Sistem peredaran
darahnya merupakan sistem peredaran darah tertutup. Jantung pada Mammalia
terbagi menjadi empat bagian, yaitu atrium dexter yang merupakan tempat
bermuaranya vena cava, atrium sinister yang merupakan tempat bermuaranya vena
pulmonalis, ventrikel sinister yang merupakan tempat keluarnya aorta, dan

17
ventrikel dexter yang merupakan tempat keluarnya arteri pulmonalis. Pembuluh
darah pada Mammalia terdiri atas pembuluh darah vena dan pembuluh darah balik.

Gambar 9 Sistem peredaran darah mammalia

Proses sirkulasi pada mamalia:


Ventrikel kanan memompa darah ke paru-paru melalui arteri
pulmoner.Ketika darah mengalir melalui hamparan kapiler paru-paru kanan dan
kiri, darah mengambil oksigen dan melepaskan karbondioksida. Darah yang kaya
oksigen akan kembali dari paru-paru melalui vena pulmoner ke atrium kiri jantung.
Kemudian, darah yang kaya oksigen mengalir ke dalam ventrikel kiri, ketika
ventrikel tersebut membuka dan atrium berkontraksi. Selanjutnya, ventrikel kiri
akan memompa darah yang kaya oksigen keluar ke jaringan tubuh melalui sirkuit
sistemik. Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta, yang mengirimkan darah
ke arteri yang menuju keseluruh tubuh.Cabang pertama dari aorta adalah arteri
koroner, yang mengirimkan darah ke otot jantung itu sendiri. Kemudian ada juga
cabang-cabang yang menuju ke hamparan kapiler di kepala dan lengan (atau
tungkai depan). Aorta terus memanjang ke arah posterior, sambil mengalirkan
darah yang kaya oksigen ke arteri yang menuju ke hamparan kapiler di organ
abdomen dan kaki (tungkai belakang).
Di dalam masing organ tersebut, arteri akan bercabang menjadi artriola, yang
selanjutnya akan bercabang menjadi kapiler, dimana darah melepaskan banyak

18
oksigennya dan mengambil karbondioksida yang dihasilkan oleh respirasi seluler.
Kapiler akan menyatu kembali membentuk venula, yang akan mengirimkan darah
ke vena. Darah yang miskin oksigen dari kepala, leher, tungkai depan disalurkan ke
dalam suatu vena besar yang disebut vena cava anterior (superior). Vena besar
lainnya yang disebut vena cava posterior (inferior) mengalirkan darah dari bagian
tubuh utama dan tungkai belakang.Kedua cava itu mengosongkan darahnya ke
dalam atrium kanan, sebelum kemudian darah yang miskin oksigen itu mengalir ke
dalam ventrikel kanan (Campbell, 2000:46).

2.4 Sistem Peredaran Darah Invertebrata


Hewan yang tidak bertulang belakang disebut sebagai invertebrata. Hewan
yang termasuk invertebrata antara lain : Porifera , Coelenterata, Platyhelminthes,
dan Annelida, serta Insecta
2.4.1 Porifera
Porifera memiliki sel-sel ameboid yang berfungsi mengedarkan makanan.
Makanan ditangkap dan dicerna oleh sel-sel leher (koanosit), kemudian diberikan
ke sel-sel ameboid. Setelah itu, sel-sel ameboid mengembara ke sel-sel lain untuk
mengedarkan makanan. Makanan porifera diperoleh melalui aliran air yang
melintasi ostia atau pori dan keluar ostium

2.4.2 Coelenterata
Pada Coelenterata, misalnya hydra, makanan yang telah dicerna didalam
rongga gastrovaskuler langsung diserap oleh sel-sel endoderma penyusun dinding
rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, sel-sel endoderma memberikan makanan ke
sel-sel ektoderma secara difusi dan osmosisi. Sisa-sisa makanan dikeluarkan
melalui mulutnya.

19
Gambar 10. Sistem sirkulasi Coelenterata
2.4.3 Platyhelminthes
Pada cacing tingakat rendah, misalnya planaria, makanan masuk kedalam
usus. Selanjutnya, usus bercabang-cabang ke seluruh tubuh untuk mengedarkan
makanan. Usus tersebut disebut gastrovaskuler, yang berfungsi sebagai pencerna
makanan dan mengedarkannya ke seluruh tubuh.

Gambar 11. Sistem sirkulasi Planaria

2.4.4 Annelida
Cairan yang terdapat dalam tubuh cacing tanah berupa darah. Darah ini
beredar ke seluruh tubuh dengan melewati pembuluh darah sehingga disebut juga
peredaran darah tertutup. Darah cacing tanah mengandung hemoglobin yang
berfungsi untuk mengangkut O2.
Alat transfortasi cacing terdiri atas.
1. Pembuluh darah punggung (dorsal)

20
2. Pembuluh darah perut (ventral) Pembuluh kapiler, yang menghubungkan
pembuluh punggung dan pembuluh perut.
3. Lima pasang lengkung aorta. Lengkung aorta fungsinya sebagai jantung.
Sistem peredaran darahnya :
a) Cacing tanah menyerap oksigen melalui seluruh permukaan tubuhnya.
b) Oksigen tersebut masuk ke dalam pembuluh darah kapiler. Selanjutnya, oksigen
akan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah punggung. Ke dalam pembuluh
punggung juga masuk pembuluh darah dari usus yang kaya zat-zat makanan.
c) Selanjutnya, darah dari pembuluh punggung menuju lengkung aorta. Lengkung
aorta berdenyut berfungsi sebagai jantung.
d) Dari lengkung aorta, darah mengalir ke tubuh bagian depan dan bagian belakang
melalui pembuluh perut.
e) Dari pembuluh perut, darah melalui kapiler, kemudian masuk ke pembuluh
punggung. Selanjutnya darah mengalir ke lengkung aorta.
f) Darah pada caccing tanah beredar di dalam pembuluh, oleh sebab itu disebut
peredaran darah tertutup.
Pada sikulasi cacing tanah, darah selamanya ada di dalam pembulub-
pembuluh darah. Kontraksi pembuluh darah dorsal dan lima pasang lengkung aorta
menyebabkan darah tetap mengalir. Darah pada cacing tanah terdiri atas plasma
darah dan butir-butir darah. Plasma darah berwarna merah karena mengandung
hemoglobin, sehingga mampu mangikat oksigen. Selain mengangkut oksigen,
darah juga mengangkut zat-zat makanan dan sisa metabolisme.

Gambar 12. Sistem sirkulasi Annelida

21
2.4.5. Insecta
Serangga contohnya belalang. Alat peredaran darahnya berupa jantung
pembuluh yang terletak di atas saluran pencernaan. Pada bagian jantung pembuluh,
terdapat lubang-lubang kecil (ostium) yang punya suatu katup. Ketika jantung
pembuluh berdenyut, ostium pun tertutup, darah mengalir ke depan melalui aorta.
Darah keluar dari pembuluh darah, kemudian masuk ke hemosel.
Peredarannya adalah peredaran darah terbuka. Sistem peredaran darah
terbuka artinya dalam peredarannya, darah dan cairan lainnya tidak selamanya
beredar atau berada di dalam pembuluh darah. Darah menuju jaringan tanpa melalui
pembuluh. Pada saat tertentu darah meniggalkan pembuluh darah dan langsung
beredar dalam rongga-rongga tubuh dan akhirnya kembali lagi ke dalam tubuh.
Dari seluruh tubuh darah masuk kembali ke jantung pembuluh melalui
lubang-lubang di kanan-kiri pembuluh. Darah belalang tidak dapat mengikat
oksigen, karena tidak mengandung hemoglobin. Plasma darah yang jernih ini
mengandung sel-sel darah yang tidak berwarna yang bekerja sebagai fagositosit
untuk membinasakan organism asing.

Gambar 13. Sistem siirkulasi Insecta

2.5 Pengertian Sistem Imun


Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam

22
pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi,
bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan
memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi
yang menetralisir patogen. Bahkan organisme uniselular seperti bakteri
dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus.
Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada
keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme tersebut
termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem
komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif
baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata. Imunitas vertebrata seperti
manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang berinteraksi
pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon imun yang lebih
kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus
secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat
perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen
tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Respons pejamu yang terjadi juga tergantung dari jumlah mikroba yang
masuk. Mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya
meliputi
1. Pertahanan fisik dan kimiawi, seperti kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat
melalui kelenjar keringat, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi air mata, air
liur, urin, asam lambung serta lisosom dalam air mata
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat
mencegah invasi mikroorganisme
3. Innate immunity (mekanisme non-spesifik), seperti sel polimorfonuklear
(PMN) dan makrofag, aktivasi komplemen, sel mast, protein fase akut,
interferon, sel NK (natural killer) dan mediator eosinofil
4. Imunitas spesifik, yang terdiri dari imunitas humoral dan seluler. Secara umum
pengontrolan infeksi intraselular seperti infeksi virus, protozoa, jamur dan

23
beberapa bakteri intraselular fakultatif terutama membutuhkan imunitas yang
diperani oleh sel yang dinamakan imunitas selular, sedangkan bakteri
ekstraselular dan toksin membutuhkan imunitas yang diperani oleh antibodi
yang dinamakan imunitas humoral. Secara keseluruhan pertahanan imunologik
dan nonimunologik (nonspesifik) bertanggung jawab bersama dalam
pengontrolan terjadinya penyakit infeksi.

2.6 Mekanisme Pertahanan Tubuh


Respons imun terhadap bakteri ekstraseluler bertujuan untuk menetralkan
efek toksin dan mengeliminasi bakteri. Respons imun alamiah terutama melalui
fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam
dinding bakteri Gram negatif dapat mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa
adanya antibodi. Hasil aktivasi ini adalah C3b yang mempunyai efek opsonisasi,
lisis bakteri melalui serangan kompleks membran dan respons inflamasi akibat
pengumpulan serta aktivasi leukosit. Endotoksin juga merangsang makrofag dan
sel lain seperti endotel vaskular untuk memproduksi sitokin seperti TNF, IL-1, IL-
6 dan IL-8. Sitokin akan menginduksi adesi neutrofil dan monosit pada endotel
vaskular pada tempat infeksi, diikuti dengan migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi
sel inflamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi adalah akibat efek samping
mekanisme pertahanan untuk eliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam
dan sintesis protein fase akut.
a. Netralisasi toksin
Infeksi bakteri Gram negatif dapat menyebabkan pengeluaran endotoksin
yang akan menstimulasi makrofag. Stimulasi yang berlebihan terhadap makrofag
akan menghasilkan sejumlah sitokin seperti IL-1, IL-6 dan TNF. Proses ini akan
memacu terjadinya reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan sel, hipotensi,
aktivasi sistem koagulasi, gagal organ multipel dan berakhir dengan kematian.
Antibodi yang mengandung reseptor sitokin dan antagonisnya, berperan dalam
menghilangkan sejumlah sitokin dalam sirkulasi dan mencegah sitokin berikatan
pada sel target.
Antibodi yang beredar dalam sirkulasi akan menetralisasi molekul
antifagositik dan eksotoksin lainnya yang diproduksi bakteri. Mekanisme

24
netralisasi antibodi terhadap bakteri terjadi melalui dua cara. Pertama, melalui
kombinasi antibodi di dekat lokasi biologi aktif infeksi yaitu secara langsung
menghambat reaksi toksin dengan sel target. Kedua, melalui kombinasi antibodi
yang terletak jauh dari lokasi biologi aktif infeksi yaitu dengan mengubah
konformasi alosterik toksin agar tidak dapat bereaksi dengan sel target. Dengan
ikatan kompleks bersama antibodi, toksin tidak dapat berdifusi sehingga rawan
terhadap fagositosis, terutama bila ukuran kompleks membesar karena deposisi
komplemen pada permukaan bakteri akan semakin bertambah.

b. Opsonisasi
Opsonisasi adalah pelapisan antigen oleh antibodi, komplemen, fibronektin,
yang berfungsi untuk memudahkan fagositosis. Opsonisasi ada dua yaitu opsonisasi
yang tidak tergantung antibodi dan yang ditingkatkan oleh antibodi.
Pada opsonisasi yang tidak tergantung antibodi, protein pengikat manose
dapat terikat pada manose terminal pada permukaan bakteri, dan akan mengaktifkan
C1r dan C1s serta berikatan dengan C1q. Proses tersebut akan mengaktivasi
komplemen pada jalur klasik yang dapat berperan sebagai opsonin dan
memperantarai fagositosis. Lipopolisakarida (LPS) merupakan endotoksin yang
penting pada bakteri Gram negatif. Sel ini dapat dikenal oleh tiga kelas molekul
reseptor. Sedangkan opsonisasi yang ditingkatkan oleh antibodi adalah bakteri yang
resisten terhadap proses fagositosis akan tertarik pada sel PMN dan makrofag bila
telah diopsonisasi oleh antibodi.
Dalam opsonisasi terdapat sinergisme antara antibodi dan komplemen yang
diperantarai oleh reseptor yang mempunyai afinitas kuat untuk IgG dan C3b pada
permukaan fagosit, sehingga meningkatkan pengikatan di fagosit. Efek augmentasi
dari komplemen berasal dari molekul IgG yang dapat mengikat banyak molekul
C3b, sehingga meningkatkan jumlah hubungan ke makrofag (bonus effect of
multivalency). Meskipun IgM tidak terikat secara spesifik pada makrofag, namun
merangsang adesi melalui pengikatan komplemen.
Antibodi akan menginisiasi aksi berantai komplemen sehingga lisozim
serum dapat masuk ke dalam lapisan peptidoglikan bakteri dan menyebabkan
kematian sel. Aktivasi komplemen melalui penggabungan dengan antibodi dan

25
bakteri juga menghasilkan anfilaktoksin C3a dan C5a yang berujung pada
transudasi luas dari komponen serum, termasuk antibodi yang lebih banyak, dan
juga faktor kemotaktik terhadap neutrofil untuk membantu fagositosis.

c. Fagositosis
Sel PMN merupakan fagosit yang predominan dalam sirkulasi dan selalu
tiba di lokasi infeksi lebih cepat dari sel lain, karena sel PMN tertarik oleh sinyal
kemotaktik yang dikeluarkan oleh bakteri, sel PMN lain, komplemen atau makrofag
lain, yang lebih dahulu tiba di tempat infeksi. Sel PMN sangat peka terhadap semua
faktor kemotaktik.
Sel PMN yang telah mengalami kemotaktik selanjutnya akan melakukan
adesi pada dinding sel bakteri, endotel maupun jaringan yang terinfeksi.
Kemampuan adesi PMN pada permukaan sel bakteri akan bertambah kuat karena
sinyal yang terbentuk pada proses adesi ini akan merangsang ekspresi Fc dan
komplemen pada permukaan sel. Sel PMN juga akan melakukan proses diapedesis
agar dapat menjangkau bakteri yang telah menginfeksi.
Proses penelanan bakteri oleh fagosit diawali dengan pembentukan tonjolan
pseudopodia yang berbentuk kantong fagosom untuk mengelilingi bakteri,
sehingga bakteri akan terperangkap di dalamnya, selanjutnya partikel granular di
dalam fagosom akan mengeluarkan berbagai enzim dan protein untuk merusak dan
menghancurkan bakteri tersebut.
Mekanisme pemusnahan bakteri oleh enzim ini dapat melalui proses
oksidasi maupun nonoksidasi, tergantung pada jenis bakteri dan status metabolik
pada saat itu. Oksidasi dapat berlangsung dengan atau tanpa mieloperoksidase.
Proses oksidasi dengan mieloperoksidase terjadi melalui ikatan H2O2 dengan Fe
yang terdapat pada mieloperoksidase. Proses ini menghasilkan komplek enzim-
subtrat dengan daya oksidasi tinggi dan sangat toksik terhadap bakteri, yaitu asam
hipoklorat (HOCl). Proses oksidasi tanpa mieloperoksidase berdasarkan ikatan
H2O2 dengan superoksida dan radikal hidroksil namun daya oksidasinya rendah.
Proses non oksidasi berlangsung dengan perantaraan berbagai protein dalam
fagosom yaitu flavoprotein, sitokrom-b, laktoferin, lisozim, kaptensin G dan
difensin. Pada proses pemusnahan bakteri, pH dalam sel fagosit dapat menjadi

26
alkalis. Hal ini terjadi karena protein yang bermuatan positif dalam pH yang alkalis
bersifat sangat toksik dan dapat merusak lapisan lemak dinding bakteri Gram
negatif. Selain itu, bakteri juga dapat terbunuh pada saat pH dalam fagosom
menjadi asam karena aktivitas lisozim. Melalui proses ini PMN memproduksi
antibakteri yang dapat berperan sebagai antibiotika alami (natural antibiotics).

d. Sistem imun sekretori


Permukaan mukosa usus mempunyai mekanisme pertahanan spesifik
antigen dan nonspesifik. Mekanisme nonspesifik terdiri dari peptida antimikrobial
yang diproduksi oleh neutrofil, makrofag dan epitel mukosa. Peptida ini akan
menyebabkan lisis bakteri melalui disrupsi pada permukaan membran. Imunitas
spesifik diperantarai oleh IgA sekretori dan IgM, dengan dominasi IgA1 pada usus
bagian awal dan IgA2 pada usus besar. Antibodi IgA mempunyai fungsi proteksi
dengan cara melapisi (coating) virus dan bakteri dan mencegah adesi pada sel epitel
di membran mukosa. Reseptor Fc dari kelas Ig ini mempunyai afinitas tinggi
terhadap neutrofil dan makrofag dalam proses fagositosis. Apabila agen infeksi
berhasil melewati barier IgA, maka lini pertahanan berikutnya adalah IgE.
Adanya kontak antigen dengan IgE akan menyebabkan pelepasan mediator
yang menarik agen respons imun dan menghasilkan reaksi inflamasi akut. Adanya
peningkatan permeabilitas vaskular yang disebabkan oleh histamin akan
menyebabkan transudasi IgG dan komplemen, sedangkan faktor kemotaktik
terhadap neutrofil dan eosinofil akan menarik sel efektor yang diperlukan untuk
mengatasi organisme penyebab infeksi yang telah dilapisi oleh IgG spesifik dan
C3b. Penyatuan kompleks antibodi-komplemen pada makrofag akan menghasilkan
faktor yang memperkuat permeabilitas vaskular dan proses kemotaktik . Apabila
organisme yang diopsonisasi terlalu besar untuk difagosit, maka fagosit dapat
mengatasi organisme tersebut melalui mekanisme ekstraseluler, yaitu Antibody-
Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC).

e. Pertahanan diperantarai sel T (Celluar Mediated Immunity, CMI)


Pertahanan diperantarai sel T (Celluar Mediated Immunity, CMI) sangat
penting dalam mengatasi organisme intraseluler. Sel T CD4 akan berikatan dengan

27
partikel antigen yang dipresentasikan melalui MHC II pada permukaan makrofag
yang terinfeksi bakteri intraseluler. Sel T helper (Th1) ini akan mengeluarkan
sitokin IFN yang akan mengaktivasi makrofag dan membunuh organisme
intraseluler, terutama melalui pembentukan oksigen reaktif intermediat (ROI) dan
nitrit oxide (NO). Selanjutnya makrofag tersebut akan mengeluarkan lebih banyak
substansi yang berperan dalam reaksi inflamasi kronik. Selain itu juga terjadi lisis
sel yang diperantarai oleh sel T CD8.
Beberapa bakteri ada yang resisten sehingga menimbulkan stimulasi antigen
yang kronik. Keadaan ini menimbulkan pengumpulan lokal makrofag yang
terkativasi yang membentuk granuloma sekeliling mikroorganisme untuk
mencegah penyebaran. Hal ini dapat berlanjut pada nekrosis jaringan dan fibrosis
yang luas yang menyebabkan gangguan fungsi. Oleh karena itu, kerusakan jaringan
terutama disebabkan oleh respons imun terhadap infeksi bakteri intraseluler.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Sistem sirkulasi ini adalah sistem organ yang menjamin terpenuhinya
kebutuhan tubuh akan sari makanan dan oksigen, menjamin pembuangan zat
sisa metabolisme dari tubuh dengan segera, berperan penting dalam penyebaran
panas tubuh, dan menyebarkan tekanan/kekuatan.
b. Komponen penyusun sistem sirkulasi terdiri atas 3 komponen utama, yaitu jantung,
pembuluh, dan cairan darah.
c. Sistem peredaran darah pada Vertebrata terbagi menjadi sistem peredaran darah pada
Pisces, Amfibi, Reptilia, Aves, dan Mamalia, yang berlangsung secara sirkulasi
tertutup.
d. Sistem peredaran darah pada Invertebrata diwakili oleh sistem peredaran darah pada :
Porifera , Coelenterata, Platyhelminthes, dan Annelida, serta Insecta..
e. Sistem iimun adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh
terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh
patogen serta sel tumor.
f. Mekanisme pertahanan tubuh dalam sistem imun dapat berupa netralisasi toksin.
opsonisasi, fagositosis, sistem imun sekretori, serta pertahanan diperantarai sel T
(Celluar Mediated Immunity, CMI)

3.2 Saran
Agar lebih memahami materi sel dan membran sel, perlu dilakukan
praktikum di laboratorium terutama dalam mengamati sistem sirkulasi pada
Vertebrata dan Invertebrata. Selain itu dapat ditunjang dengan menggunakan media
pembelajaran agar dapat menampilkan pemahaman yang lebih konkrit.

29
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta: Erlangga.


Kimball, John. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid dua. Jakarta: Erlangga.

30

Anda mungkin juga menyukai