Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

“FISIOLOGI SISTEM SIRKULASI”

Disusun Oleh :
Asri Mutia Pratiwi

(1304617035)

Dosen Pengampu :
Dr. Rusdi, M. Biomed.

Tanggal praktikum : Jumat, 25 Oktober 2018


Tanggal pengumpulan : Jumat, 8 November 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


2019
PRAKTIKUM III
FISIOLOGI SISTEM SIRKULASI
A. TUJUAN

 Mahasiswa mampu mengetahui aliran darah pada katak.

 Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan pembuluh darah arteri dan


pembuluh darah vena.
 Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh rangsang mekanik, suhu, dan kimia
terhadap kecepatan aliran darah.
 Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan antara luas pembuluh darah,
kecepatan aliran darah dan tekanan darah.

B. LANDASAN TEORI

Hewan amfibi seperti Katak memiliki system sirkulasi tertutup dan ganda.
Sistem peredaran darah tertutup adalah adanya peredaran darah ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah. Sedangkan sistem peredaran darah ganda adalah darah melewati jantung
sebanyak dua kali dalam sekali perputarannya.
Sistem pembuluh darah terdiri atas jantung yang memompa darah, arteri yangmembawa
darah ke organ-organ dan jaringan-jaringan, kapiler, saluran kecil yang bernastosom dan
membelah diri untuk pertukaran zat antara darah dan jaringan,dan vena yang
mengembalikan darah ke jantung (Barvelender & Judith, 1988).
Darah merupakan media transport dari sistem sirkulasi. Sirkulasi merupakanlintasan
yang kontinyu merupakan sifat paling utama dari sirkulasi. Jumlah yangsama akan mengalir
melalui setiap bagian sirkulasi apabila jumlah tertentu darahdipompa oleh jantung
(Junquiera, 1995)
Sistem sirkulasi berperan dalam homeostasis dengan berfungsi sebagaisystem
transportasi tubuh. Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusiakandarah yang dipompa
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2 dan nutrient, menyingkirkan zat-zat
sisa dan penyampaian sinyal hormone. Hantarandan pengiriman kembali zat, energi dan
pesan antar sel-sel dalam tubuh manusiamerupakan aktifitas hidup yang terpenting yang
dikerjakan oleh mikrosirkulasi.Mikrosirkulasi menyebar ke seluruh organ di tubuh yang
dibentuk oleh sistemdarah yang luas dari setiap bagian struktur internal (Halwatiah, 2009).
Sistem sirkulasi tertutup memiliki beberapa kelebihan apabiladibandingkan dengan
sistem sirkulasi terbuka. Pada sistem sirkulasi tertutup,darah beredar dalam sistem pembuluh
yang kontinu, di dorong oleh kekuatan yang berasal dari hasil kerja jantung. Sebagai motor
penggerak, jantung bekerjadengan melakukan gerakan memompa secara terus-menerus
sehingga tekanandalam pembuluh dapat dipertahankan tetap tinggi. Hasilnya, darah yang
keluardari pembuluh akan segera masuk kembali ke jantung dengan cepat. Selain itu, pada
hewan yang memiliki sistem ini, darah akan mengalir dalam pembuluhsecara langsung
kesetiap sel tubuh (Isnaeni, 2006).
Jantung amfibi sedikit lebih kompleks yakni memiliki dua atrium, salahsatu menerima
darah teraksigenasi dari seluruh tubuh, dua macam darah initercampur dalam satu ventrikel,
sehingga sistem ini tidak begitu efisien, akantetapi bagi hewan berdarah dingin dapat
dikatakan cukup efektif bila mengalirkanmelalui ventrikel tersebut. Dalam ventrikel tunggal
pada jantung katak, terdapat pencampuran darah kaya oksigen yang telah kembali dari paru-
paru dengan darahyang kurang oksigen yang telah kembali dari bagian tubuh yang lain
(Jasin, 1992)
Hewan Amphibia mempunyai jantung yang beruang 3 yaitu 2 ruang atrium dan 1 ruang
vertikel. Sepintas lalu, darah yang keluar dari ventrikel merupakan darah campuran antara
darah kaya oksigen (teroksigenasi) dan kurang oksigen (terdeoksigenasi). Namun bila
dicermati, ternyata darah yang mengalir ke otak Amphibia selalu darah teroksigenasi.
Berikut penyebab darah yang ke otak Amphibia selalu darah kaya oksigen
(teroksigenasi).
1. Dasar ventrikel memiliki lekukan-lekukan, sehingga mampu menghambat terjadinya
percampuran darah bersih dan darah kotor.
2. Posisi aorta lebih dekat ke atrium sinistrum yang membawa darah teroksigenasi dari paru-
paru dan kulit. Oleh karena itu, begitu terjadi sistol atrium, maka darah teroksigenasi
terdorong lebih dahulu dan diikuti oleh darah campuran dan terakhir darah terdeoksigenasi.
3. Adanya valvula spiralis (klep berbentuk spiral) di aorta yang ujungya bercabang dua, ke
kanan dan ke kiri. Selanjutnya cabang aorta kanan dan kiri masing-masing bercabang 3.
Cabang pertama menuju ke otak berisi darah teroksigenasi, cabang kedua ke seluruh tubuh
bersisi darah campuran, dan cabang ketiga berisi darah terdeoksigenasi menuju ke sistem
pernapasan yaitu paru-paru dan kulit (pulmokutanea). Terpisahnya darah ke 3 cabang terjadi
karena di aorta terdapat valvua spiralis (spiral valve).
The amphibian cardiovascular system is characterized by having a single ventricle,
generating equal pressure output that drives blood through the common conus arteriosus
and into parallel systemic and pulmocutaneous circuits. Oxygenated blood from the lungs
returns to the left atrium and passes through to the single ventricle, whereas systemic venous
blood returns to the right atrium. In the single, undivided ventricle, systemic venous blood
can re-enter the systemic circulation (right-to-left shunt), while pulmonary venous blood
can re-enter the pulmonary circulation (left-to-right shunt). (Wang et al., 1999)
Keuntungan yang diperoleh dengan suplai oksigen yang tinggi ke otak adalah sel-sel
otak terhindar dari kematian. Hal ini disebabkan sel saraf akan segera mati bila dalam tiga
menit kekurangan oksigen. Pada manusia yang menderita stroke (pecahnya pembuluh darah
di otak) akan terjadi iskemia (berhentinya aliran darah setempat). Hal ini menyebabkan
rusaknya sel saraf di otak. Gejala yang timbul adalah sesuai dengan bagian otak yang
mengalami iskemia. Bila gangguan bagian korteks motoris dapat menyebabkan kelumpuhan
organ ekstremitas. Bila gangguan terjadi di area Broca’s dan Wernic’s, maka penderita akan
mengalami kesulitan bicara (berkomunikasi).
Pada saat terjadi sistol vertikel, darah akan mengalir melalui aorta  arteri  arteriol
 kapiler  venula  vena  vena cava  atrium dextrum jantung. Darah di aorta
mengalir paling cepat, sebab luas panampang total pembuluh aorta adalah yang paling
sempit, sedang aliran darah kapiler adalah yang paling lambat sebab jumlah luas penampang
total kapiler adalah yang paling tinggi. Tekanan darah yang tertinggi juga di aorta dan yang
paling rendah di kapiler. Hal ini disebabkan tekanan berbanding terbalik dengan volume.
In the systemic circulation, blood flows along the following path: heart→ aorta→
arteries→ arterioles→ capillaries→ venules→ veins→ venae cavae→ heart. Blood is
pumped out of the heart in a pulsatile fashion and the elastic aorta and arteries help to
continue pushing the blood forward by expanding and recoiling. As the blood continues on
its path being driven by pressure, the pressure decreases as energy is lost to friction and
heat. By the time the blood reaches the venous circulation, the pressure is dramatically
lower than that of the arterial circulation. (Cheng, 2019)
Simultaneously, by the time the blood passes through the arterioles and capillaries, the
pulsatility experienced in the arteries has been damped nearly to zero, which means the
venous system does not experience substantial cardiac-induced pressure changes. These
differences in blood pressure and pressure pulsatility between the arteries and veins lead to
dramatic differences in vessel morphology. (Cheng, 2019)
Hemodinamika semakin lancar bila terjadi vasodilatasi (arteriol melebar), dan aliran
darah akan terhambat jika terjadi vasokonstriksi (menyempitnya pembuluh darah). Faktor-
faktor yang merangsang vasodilitasi adalah: panas, asam laktat, adenosin, menurunya
tekanan parsial O2, meningkatnya tekanan parsial CO2, histamin, substansi P, atrial
natriuretic peptide (NAP) dan menurunya impuls noradrenergik.
Faktor-faktor yang merangsang vasokonstriksi adalah: dingin, angiotensin II, vasopresin
(ADH), katekolamin, endothelin, inhibitor Na+-K+-ATPase dan meningkatnya impuls
noradrenergik. Pengaturan denyut jantung dan diameter pembuluh darah dilakukan secara
otonom yang berpusat di medulla oblongata
When exposed to cold, increased sympathetic output to the adrenal medulla induces it
to release more epinephrine as well as some norepinephrine into the bloodstream. As
mentioned above norepinephrine is a strong vasoconstrictive agent, as is epinephrine but to
a lesser extent. Other powerful vasoconstrictive agents are angiotensin, acting on all
arterioles, and vasopressin (Guyton, 1991).
3. METODOLOGI
Alat dan Bahan
 Rana tigrina
 Papan parafin
 Pisau Bedah
 Gunting bedah
 Tisu
 Larutan ringer
 Asam Cuka encer
 Pipet
 Jarum Pentul
 Mikroskop

1. Cara Kerja
Percobaan Hemodinamika Mikrosirkulasi pada Katak.
 Siapkan mikroskop, atur dengan pembesaran kecil (10 x 10).

 Bedah perut katak dan tarik ususnya. Perhatian: penggantung usus (mesentrium) usus
tidak dipotong, letakan usus di atas gelas objek dan amati dengan mikroskop.
 Amati aliran pada pembuluh darah di mesenterium dengan mikroskop.

 Gambar/foto hasil pengamatan, jika perlu dibuat video.

 Bersihkan mikroskop dengan alkohol setelah dipakai.

Percobaan Pengaruh Rangsang Mekanik, Suhu, dan Kimia terhadap Kecepatan


Aliran Darah.
 Pengaruh rangsang mekanik

A. Jaringan diusap dengan rambut yang kasar atau ijuk dan pelajari

B. pengaruhnya terhadap kecepatan aliran darah.

 Pengaruh rangsang suhu

A. Jaringan diberi 5 tetes air es (5°C) dan amati pengaruhnya terhadap kecepatan
aliran darah.
B. Jaringan diberi 5 tetes air hangat (40°C) dan amati pengaruhnya terhadap
kecepatan aliran darah.
 Pengaruh rangsang kimia

Jaringan diberi satu tetes asam cuka encer dan amati kecepatan aliran darah.

C. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan rangsangan mekanik, suhu, dan kimia terhadap kecepatan aliran darah.
Perlakuan Gambar Ukuran Kecepatan Kondisi

Fisiologis
Ijuk/ Tetap Terhambat Vasodilatasi

Rambut

Dingin Mengecil Melambat Vasokontriksi


Panas Membesar Lebih Cepat Vasodilatasi

Asam Cuka Membesar Makin Cepat Vasokontriksi


D. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini untuk mengetahui system sirkulasi pada amphibi. Pada
arteri mesentrium katak, darah terlihat mengalir masuk ke dalam organ usus. Hal ini
karena usus merupakan organ yang kapiler-kapiler pada jaringannya terjadi proses
sirkulasi. Di kapiler jaringan pada usus, peristiwa pertukaran gas dan nutrisi akan
terjadi. Oleh karena itu, darah di arteri (dari jantung) mengalir dari mesentrium menuju
usus. Pada kapiler mesentrium, arah aliran darah keuar masuk organ usus. Hal ini
disebabkan oleh aktifitas sfingter pra kapiler pada metarteriol (percabangan arteriol
yang akan bercabang-cabang lagi menjadi kapiler) yang tidak aktif. Saat otot
beristirahat dan tidak melakukan aktivitas yang berat, hanya 10 % sfingter prakapiler
terbuka setiap saat, sehingga darah hanya mengalir pada 10% otot. Pada saat
konsentrasi zat kimia mulai berubah di jaringan otot yang dialiri oleh kapiler-kapiler
yang tertutup, sfingter prakapiler dan arteriol di daerah tersebut melemas, sehingga
darah dapat mengalir. Namun, pemulihan konsentrasi zatzat kimia ke tingkat normal
akibat peningkatan aliran darah tersebut menghilangkan rangsangan untuk vasodilatasi,
sehigga sfingter prakapiler kembali tertutup dan arteriol kembali ke tonus semula.
Dengan cara ini, aliran darah melalui kapiler sering bersifat intermitten (sebentar-
sebentar) dan cenderung naik turun akibat kerja bersama arteriol dan sfingter prakapiler.
(Sherwood, 1996).
Pengaruh rangsang awalnya aliran darah katak sebelum ditekan memiliki aliran
yang tidak terlalu cepat. Ketika pembuluh darah mesentrium katak ditekan perlahan
dengan menggunakan bagian ujung dari korek selama 10 detik ternyata hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa aliran darah semakin lambat. Setelah tekanan korek
dilepaskan aliran darah terlihat semakin melambat dan lama kelamaan berhenti. Proses
melambatnya aliran darah pada saat terjadi rangsangan mekanik berupa tekanan
disebabkan karena adanya pengaruh fisik lokal oleh tekanan korek. Pengaruh fisik lokal
merupakan bagian dari kontrol lokal (intrinsik), yaitu perubahan-perubahan di dalam
suatu jaringan yang mengubah jari-jari pembuluh, sehingga aliran darah ke jaringan
tersebut berubah melalui efek terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol lokal atas
jari-jari arteriol penting untuk menentukan ditribusi curah jantung, sehingga aliran
darah sesuai dengan kebutuhan metabolik jaringan. Selain itu, semakin lambatnya
aliran darah pada mesentrium katak yang diamati disebabkan karena jaringan pada
mesentrium katak yang diamati sudah mati sehingga tidak terlihat aliran darah lagi.
Seharusnya setelah korek api dilepaskan dari pembuluh darah, aliran darah ke jaringan
yang sebelumnya kekurangan darah tersebut secara sementara akan lebih besar dari
keadaan awal karena arteriol – arteriol mengalami dilatasi. Namun, pada percobaan hal
tersebut tidak terjadi jaringan pada mesntrium katak sudah mati.
Hermodinamika dan mikrosirkulasi pada katak

Pada pengamatan ini, dilakukan dengan cara merentangkan misentrium katak


dibawah mikroskop. Setelah itu, mengamati sirkulasi darahnya. Pada mikroskop terlihat
aliran darah menuju usus mengalir dengan cepat karena pembuluh darah mengalami
vasodilatasi yaitu pelebaran pembuluh darah. Tekanan lidi tidak berpengaruh besar
terhadap diameter pembuluh sehingga aliran darah tetap lancar.
Pengaruh Rangsang Mekanik
Pada percobaan pengaruh rangsang mekanik terhadap kecepatan aliran darah
diberikan perlakuan, yaitu jaringan di tusuk-tusuk dengan ujung lidi. Saat pembuluh
darah diberikan perlakuan dengan ditusuk-tusuk menggunakan ujung lidi, aliran darah
menjadi terhenti tetapi setelah dilepaskan lidi tersebut maka aliran darah menjadi lebih
cepat dari sebelumnya. Pada saat pasokan darah ke suatu daerah tersumbat total, arteriol
di daerah itu akan mengalami dilatasi karena relaksasi miogenik yang terjadi sebagai
respon terhadap hilangnya peregangan karena tidak ada aliran darah dan perubahan
komposisi kimia lokal. Apabila pasokan darah ke suatu jaringan tersumbat, kadar O 2
menurun di jaringan itu. Jaringan terus mengonsumsi O2, tetapi tidak mendapatkan
pasokan O2 segar (Sherwood, 2001).
Selain itu juga disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ada pada pembuluh darah
ketika ditusuk oleh ujung lidi. Ketika tersumbat, aliran darah menjadi kecil sehingga
tekanan menjadi tinggi dan saat ujung lidi tersebut dilepaskan, maka tekanan pada aliran
darah yang tinggi tadi akan mendorong aliran darah menjadi lebih cepat.
Setelah tekanan ujung lidi dilepaskan, aliran darah terlihat mengalir lebih cepat
dari aliran normalnya, karena saat ujung lidi menghambat aliran pasokan darah, maka
arteriol-arteriol di daerah itu akan mengalami dilatasi, yang disebabkan oleh :
 Relaksasi miogenik (otot), yang terjadi karena respons terhadap hilangnya peregangan
karena tidak ada aliran darah
 Perubahan komposisi kimia lokal. Apabila pasokan darah ke suatu jaringan tersumbat,
kadar O2 menurun di jaringan itu; jaringan terus mengonsumsi O2, tetapi tidak mendapat
pasokan O2 segar. Sementara itu, konsentrasi CO2, asam, dan metabolit lain meningkat.
Walaupun produksi mereka tidak meningkat jika suatu jaringan lebih aktif secara
metabolis, zat-zat ini akan tertimbun di jaringan apabila tidak “dibersihkan” oleh darah.
Setelah tekanan dilepaskan, aliran darah ke jaringan yang sebelumnya kekurangan
darah tersebut secara sementara akan lebih besar dari normal karena pembuluh yang
berdilatasi. Peningkatan aliran darah karena dilatasi pembuluh darah ini disebut
hiperemia reaktif. Respons ini bermanfaat untuk secara cepat memulihkan komposisi
kimiawi lokal ke normal.
Peristiwa hiperemia reaktif tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh fisik lokal
oleh tekanan ujung lidi. Pengaruh fisik lokal merupakan bagian dari kontrol lokal
(intrinsik), yaitu perubahan-perubahan di dalam suatu jaringan yang mengubah jari-jari
pembuluh, sehingga aliran darah ke jaringan tersebut berubah melalui efek terhadap otot
polos arteriol jaringan. Kontrol lokal atas jari-jari arteriol penting untuk menentukan
ditribusi curah jantung, sehingga aliran darah sesuai dengan kebutuhan metabolik
jaringan.
Selain peristiwa hiperemia reaktif, penyebab utama terdilatasinya pembuluh darah
setelah tersumbat oleh ujung lidi ialah karena naiknya gradien tekanan antara lokasi
penyumbatan dengan pembuluh darah setelahnya yang kekurangan aliran darah. Seiring
dengan bertambahnya tekanan di area penyumbatan, maka gradien tekanan antara
daerah penyumbatan dan daerah setelahnya menyebabkan laju aliran darah bertambah,
hal itu disebabkan karena laju aliran darah (F) berbanding lurus dengan gradien tekanan
(ΔP), (F= ΔP/R).

Pengaruh Rangsang Suhu


 Air dingin

Pada pengamatan ini, yaitu dengan mencelupkan/ merendam kaki katak pada air dingin
dan kemudian mengamati selaput renang katak dibawah mikroskop. Adapun hasil yang
didapatkan adalah terdapat bagian vena, arteri, arteriola, venula, dan kapiler. Arteri
adalah pembuluh yang berfungsi untuk mengangkut darah yang keluar dari jantung.
Arteriola adalah pembuluh arteri kecil yang dindingnya mengandung sejumlah besar
otot polos, yang proses kontraksinya tidak dikendalikan oleh pusat kesadaran dan
terlihat bercabang-cabang karena pembuluh tersebut mengalirkan darah dari arteri
keseluruh jaringan pada organ yang membutuhkan suplai O2. Venula dan vena
merupakan pembuluh darah yang berfungsi untuk membawa darah dari jaringan
kembali ke jantung. Kapiler adalah pembuluh darah yang terkecil dalam sisten sirkulasi
dan menjadi tempat terjadinya pertukaran gas serta berbagai zat lainnya antara
pembuluh darah dan sel jaringan dan menghubungkan antara arteri dan venula. Pada
pengamatan ini menunjukkan bahwa ukuran vena lebih besar/mengembang daripada
arteri. Hal ini disebabkan karena kecepatan aliran darah dari jairngan ke jantung lebih
lambat dibanding kecepatan aliran darah dari jantung ke jaringan melalui arteri. Hasil
pengamatan ini juga berhubungan dengan vasokontriksi. Vasokontriksi yaitu
penyempitan pembuluh darah akibat dari pengaruh suhu dingin, kondisi ini mengurangi
jumlah darah yang mengalir ke bagian tubuh dari suatu makhluk hidup.
 Air panas

Pada pengamatan ini, yaitu dengan mencelupkan/ merendam kaki katak pada air panas
dan kemudian mengamati selaput renang katak dibawah mikroskop. Adapun hasil yang
didapatkan adalah terdapat bagian vena, arteri, arteriola, dan venula. Arteri adalah
pembuluh yang berfungsi untuk mengangkut darah yang keluar dari jantung. Arteriola
adalah pembuluh arteri kecil yang dindingnya mengandung sejumlah besar otot polos,
yang proses kontraksinya tidak dikendalikan oleh pusat kesadaran dan terlihat
bercabangcabang karena pembuluh tersebut mengalirkan darah dari arteri keseluruh
jaringan pada organ yang membutuhkan suplai O2. Venula dan vena merupakan
pembuluh darah yang berfungsi untuk membawa darah dari jaringan kembali ke
jantung. Pada pengamatan ini menunjukkan bahwa ukuran arteri lebih
besar/mengembang daripada vena. Hal ini disebabkan karena kecepatan aliran darah
dari jantung melalui arteri kedalam jaringan lebih lambat dibandingkan kecepatan aliran
darah dari jaringan ke jantung. Hasil pengamatan ini juga berhubungan dengan
vasodilatasi. Vasodilatasi yaitu pelebaran diameter pembuluh darah yang terjadi ketika
otot-otot di dinding pembuluh darah mengendur (rileks).

3.) Pengaruh Rangsang Kimia

Pada awalnya, kondisi awal aliran darah pada mesentrium katak yang diamati tidak
terlalu cepat. Setelah jaringan diberi larutan asam cuka encer 1 tetes ternyata laju aliran
darah menjadi semakin cepat. Hal ini disebabkan Larutan asam cuka dalam air
merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+
dan CH3COO- . Asam cuka encer (CH3COOH) menginduksi mitokondria yang
terdapat di otot polos pembuluh darah untuk menghasilkan Ca2+. Peningkatan
konsentrasi Ca2+ di otot polos digunakan untuk kontraksi otot polos. Otot polos yang
berkontraksi tersebut menyebabkan vasodilatasi (melebarnyanya pembuluh arteriol)
sehingga laju aliran darah.
Jika suatu area otot polos, khususnya otot polos unit tunggal/viseral(ditemukan di
dinding organ berongga/ visera, seperti saluran pencernaan, kemih, dan pembuluh
darah kecil) diteteskan dengan asam lemah, maka asam lemah tersebut akan
merangsang timbulnya potensial aksi. Ketika timbul potensial aksi di bagian
manapun pada lembaran otot polos unit-tunggal, potensial aksi tersebut merambat
dengan cepat melalui gap junction yang menghubungkannya. Kelompok sel-sel otot
yang saling berhubungan itu pun kemudian berkontraksi sebagai satu unit yang
terkoordinasi. (Sherwood, 2001).
Arteriol memiliki lapisan otot polos yang tebal dan peka terhadap banyak
perubahan kimiawi. Apabila terjadi kontraksi, maka lapisan otot polos akan berjalan
sirkuler mengelilingi arteriol menyebabkan lingkaran pembuluhnya mengecil. Dengan
demikian resistensinya meningkat dan aliran melalui pembuluh berkurang (Sherwood,
2001).
Suatu kenaikan dalam konsentrasi ion kalsium menyebabkan konstriksi. Ini
disebabkan efek umum kalsium untuk merangsang kontraksi otot polos (Guyton,
1990). Vasokonstriksi mengacu pada peningkatan kontraksi otot polos sirkuler di
dinding arteriol dan menyebabkan diameter lingkaran pembuluh menjadi lebih kecil,
dengan demikian resistensi arteriol meningkat dan terjadilah penurunan aliran darah.
(Sherwood, 2001).
KESIMPULAN

Katak mempunyai jantung yang beruang 3 yaitu 2 ruang atrium dan 1 ruang vertikel.
Atrium merupakan Atrium mengacu pada ruang bagian atas jantung, sedangkan ventrikel
adalah ruang di bagian bawah jantung.
Berbagai rangsang dapat mempengaruhi laju aliran darah, baik oleh perlakuan fisik
maupun kimiawi. Perlakuan fisik dengan ijuk dan perlakuan suhu dengan pemberian air
panas dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran laju
aliran darah, sedangkan penurunan suhu dan pemberian asam cuka dapat menurunkan
aliran darah karena jari-jari pembuluh mengecil, atau bervasokonstriksi.
Sistem sirkulasi berperan dalam homeostasis dengan berfungsi sebagai system transportasi
tubuh. Pada sistem sirkulasi tertutup,darah beredar dalam sistem pembuluh yang kontinu, di
dorong oleh kekuatan yang berasal dari hasil kerja jantung. Pada saat terjadi sistol vertikel,
darah akan mengalir melalui aorta  arteri  arteriol  kapiler  venula  vena  vena
cava  atrium dextrum jantung. Hemodinamika semakin lancar bila terjadi vasodilatasi
(arteriol melebar), dan aliran darah akan terhambat jika terjadi vasokonstriksi
(menyempitnya pembuluh darah). Faktor-faktor yang merangsang vasokonstriksi adalah:
dingin, angiotensin II, vasopresin (ADH), katekolamin, endothelin, inhibitor Na+-K+-
ATPase dan meningkatnya impuls noradrenergik. Pengaturan denyut jantung dan diameter
pembuluh darah dilakukan secara otonom yang berpusat di medulla oblongata
PERTANYAAN
3. Gambarkan posisi valvula spiralis pada jantung katak!

1. Jelaskan dengan menggambar grafik hubungan antara luas total pembuluh darah,
kecepatan aliran darah dan tekanan darah dari aorta sampai ke vena cava!

Pembuluh darah yang memiliki luas total terbesar ialah kapiler, yang merupakan
percabangan terhalus dan tempat pertukaran gas dan nutrisi dalam darah dan
jaringan. Kecepatan aliran darah (velocity of flow ) yang berbeda-beda mengalir
melalui berbagai segmen pohon vaskuler dan kecepatan aliran berbanding terbalik
dengan luas potongan melintang total semua pembuluh di tingkat sistem sirkulasi
tertentu.
Walaupun luas potongan melintang tiap kapiler sangat kecil dibandingkan
dengan pembuluh lainnya, jumlah luas potongan melintang semua kapiler jauh lebih
besar dibandingkan las penampang pembuluh lain, terutama aorta. karena jumlah
kapiler yang sangat banyak. Dengan demikian, kecepatan aliran darah melambat
ketika melalui kapiler.
Kecepatan aliran darah akan bertambah ketika darah mengalir ke system vena,
karena aliran darah ke jantung dibantu oleh bebarapa faktor fisiologis, salah satunya
ialah kontraksi katup vena. Tekanan darah terbesar terjadi di aorta dan cabang arteri
besar. Tekanan darah semakin menurun hingga ke vena, karena tekanan yang
diberikan oleh kontraksi ventrikel sinister semakin melemah ketika darah semakin
jauh dari arah denyutan jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Bray, J.J., Cragg, P. A., Mackninght, A. D., & Mills, R. G. (2003). Human Phsiology

Fourth Edition. Tokyo: Blackwell Printing.

Campbell, Neil A. dkk. (2002). Biologi: Jilid 3 . Jakarta: Erlangga.

Evelyn C, Pearce. (2004). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis.


Jakarta: PT. Gramedia.

Guyton. (1990). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem . Jakarta: EGC.

Tambayong. (2007). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:

EGC

Anda mungkin juga menyukai