Oleh: Kelompok 5
FAKULTAS BIOLOGI
3. Venula
Aliran darah dari venula adalah menuju jantung/keluar dari dalam organ.
Karena venula membawa darah miskin oksigen menuju vena dan akan dibawa ke
jantung. Darah setelah melewati kapiler akan menuju ke venula dan nantinya akan
menuju ke vena untuk dibawa ke jantung. Kecepatan aliran darah saat di venula lebih
cepat dari kapiler, tetapi lebih lambat dari arteriol. (Campbell, 2004)
2.2 Sistem Peredaran Katak
Sistem peredaran darah katak berupa sistem peredaran darah tertutup dan
peredaran darah ganda. Pada sistem peredaran darah ganda, darah melalui jantung dua
kali dalam satu kali peredaran. Pertama, darah dari jantung menuju ke paru-paru
kemudian kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung dan
diedarkan kembali ke seluruh tubuh. Jantung katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua
atrium (atrium kanan dan atrium kiri) dan sebuah ventrikel. Di antara atrium dan
ventrikel terdapat klep yang mencegah agar darah di ventrikel tidak mengalir kembali
ke atrium.
Darah yang miskin oksigen dari berbagai jaringan dan organ-organ tubuh
mengalir ke sinus venosus menuju atrium kanan. Darah dari atrium kanan mengalir ke
ventrikel, kemudian menuju ke arteri pulmonalis dan masuk ke paru-paru. Di paru-
paru, dilepaskan CO2 dan O2 diikat. Dari paru-paru darah mengalir ke vena
pulmonalis, kemudian menuju atrium kiri. Peredaran darah yang terjadi ini merupakan
peredaran darah kecil. Selanjutnya, dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel. Di
dalam ventrikel terjadi pencampuran darah yang mengandung O2 dengan darah yang
mengandung CO2, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Dari ventrikel, darah keluar
melalui traktus arteriosus (batang nadi) ke aorta yang bercabang ke kiri dan ke kanan.
Masing-masing aorta ini bercabang-cabang menjadi tiga arteri pokok, yaitu arterior
(karotis) mengalirkan darah ke kepala dan ke otak, lengkung aorta mengalirkan darah
ke jaringan internal dan alat dalam tubuh, dan arteri posterior mengalirkan darah ke
kulit dan paru-paru.
Selain itu juga disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ada pada
pembuluh darah ketika ditekan oleh ijuk. Ketika tersumbat aliran darah menjadi kecil
sehingga tekanan menjadi tinggi. Dan saat ijuk tersebut dilepaskan maka tekanan pada
aliran darah yang tinggi tadi akan mendorong aliran darah menjadi lebih cepat.
Setelah tekanan ijuk dilepaskan, aliran darah terlihat mengalir lebih cepat dari aliran
normalnya, karena saat ijuk menghambat aliran pasokan darah, maka arteriol-arteriol
di daerah itu akan mengalami dilatasi, yang disebabkan oleh :
1) Air dingin
Kecepatan aliran darah katak melambat dari keadaan normal. Hal ini
disebabkan terjadinya vasokonstriksi. Vasokonstriksi mengacu pada peningkatan
kontraksi otot polos sirkuler di dinding arteriol dan menyebabkan diameter lingkaran
pembuluh menjadi lebih kecil, dengan demikian resistensi arteriol meningkat dan
terjadilah penurunan aliran darah. (Sherwood, 2011). Suhu dingin dapat menyebabkan
otot polos dinding pembuluh darah berkontraksi/mengerut, sehingga jari-jari
pembuluh menjadi lebih kecil. Mengecilnya pembuluh darah meyebabkan resistensi
semakin tinggi dan aliran melalui pembuluh bekurang. Perisrita ini disebut
vasokonstriksi(penyempitan pembuluh darah) akibat pengaruh fisik lokal pada
pembuluh.
2) Air panas
Kecepatan aliran darah menjadi semakin cepat. Hal ini disebabkan karena
terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi mengacu pada pembesaran diameter lingkaran pada
arteriol dan jari–jari pembuluh akibat melemasnya lapisan otot polos (penurunan
kontraksi otot polos sirkuler di dinding arteriol). Vasodilatasi juga menyebabkan
penurunan resistensi arteriol, sehingga akan lebih banyak darah yang mengalir ke
daerah–daerah dengan resistensi arteriol rendah. (Sherwood, 2011). Pengaruh fisik
lokal berupa suhu tinggi/panas juga berpengaruh terhadap besar/kecilnya pembuluh
darah, khususnya arteriol. Suhu tinggi menyebabkan otot polos dinding pembuluh
berelaksasi/melemas. Hal ini menyebabkan pembesaran jari-jari pembuluh darah,
resistensi pun menurun, sehingga aliran darah melalui pembuluh yang bersangkutan
pun meningkat.
Pada penetesan asam asetat/asam cuka, didapat hasil bahwa aliran darah
pada bagian arteri, venula dan kapiler melambat, bahkan berhenti. Jika suatu area otot
polos, khususnya otot polos unit tunggal/viseral(ditemukan di dinding organ
berongga/visera, seperti saluran pencernaan, kemih, dan pembuluh darah kecil)
diteteskan dengan asam lemah, maka asam lemah tersebut akan merangsang
timbulnya potensial aksi. Ketika timbul potensial aksi di bagian manapun pada
lembaran otot polos unit-tunggal, potensial aksi tersebut merambat dengan cepat
melalui gap junction yang menghubungkannya. Kelompok sel-sel otot yang saling
berhubungan itu pun kemudian berkontraksi sebagai satu unit yang terkoordinasi.
(Sherwood, 2011).
Arteriol memiliki lapisan otot polos yang tebal dan peka terhadap banyak
perubahan kimiawi. Apabila terjadi kontraksi, maka lapisan otot polos akan berjalan
sirkuler mengelilingi arteriol menyebabkan lingkaran pembuluhnya mengecil. Dengan
demikian resistensinya meningkat dan aliran melalui pembuluh berkurang (Sherwood,
2011). Melambatnya aliran darah dikarenakan medapat merangsang potensial aksi
otot polos dan meningkatkan produksi Ca2+. Suatu kenaikan dalam konsentrasi ion
kalsium menyebabkan konstriksi. Ini disebabkan efek umum kalsium untuk
merangsang kontraksi otot polos (Guyton, 1990). Vasokonstriksi mengacu pada
peningkatan kontraksi otot polos sirkuler di dinding arteriol dan menyebabkan
diameter lingkaran pembuluh menjadi lebih kecil, dengan demikian resistensi arteriol
meningkat dan terjadilah penurunan aliran darah. (Sherwood, 2011).
Pada pengamatan aliran darah pada katak ketika ditetesi asam cuka, aliran
darahnya lama kelamaan berhenti. Hal ini dikarenakan mesenterium yang digunakan
merupakan mesenterium yang sebelumnya telah diberi perlakuan ditekan dengan ijuk,
diberi air panas dan diberi air dingin. Berhentinya aliran darah juga dapat dikarenakan
jaringan yang mengalami kematian akibat lamanya waktu penglihatan (mesenterium
katak tersebut sudah tidak segar lagi.
III. METODE
1. Papan fiksasi katak yang berlubang yang terbuat dari kardus, jarum pentul
dan penusuk katak
4. Mikroksop
5. Katak
6. Tali rapia
7. Pipet tetes
a) Siapkan katak, bentangkan selaput renang salah satu kaki katak diatas
lubang papan fiksasi dan fiksir kaki tersebut dengan jarum
Rangsang mekanik
Rangsang suhu
Rangsang kimia
e) Catat perubahan yang terjadi pada aliran darah dan lebar pembuluh
darah pada selaput renang katak.
KESIMPULAN
1. Pembuluh darah arteriola memiliki dinding pembuluh yang tebal dengan
diameter besar, kapiler berdinding tipis dan diameter kecil sedangkan
venula berdinding tebal dengan diameter sedang.
V. PEMBAHASAN
Pada pengamatan selaput renang katak yaitu aliran darah terdiri atas arteriola,
kapiler, venula, dan vena. Arteri yang membawa darah yang akan kaya oksigen
menuju arteriola. Arteri ini berwarna lebih muda dibandingkan dengan vena dan
venula. Arteri dan arteriola memiliki dinding berotot yang dapat menyesuaikan
diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu.
Oleh karena itulah kecepatan aliran darah dalam arteri dan arteriola lebih konstan.
Jumlah kapiler darah pada selaput renang katak lebih banyak namun ukurannya kecil.
Kemudian darah dari arteri ini mengalir agak lambat ke cabang-cabang arteri yang
disebut arteriol.darah dari arteriol tersebut akan terus mengalir ke kapiler dan menuju
ke bagian ekor. Dari pembuluh kapiler ini darah mengalir agak lambat menuju venula,
karena di dalam kapiler terjadi proses pertukaran zat-zat maupun gas-gas antara darah
dan jaringan tubuh. Dindingnya berperan sebagai membran permeable yang bersifat
selektif yang memungkinkan air, oksigen dan nutrient keluar dari darah dan masuk
kesel-sel jaringan masuk kedalam jaringan. Serta memungkinkan pula produk-produk
buangan dari sel-sel jaringan masuk kedalam darah. Banyak cairan yang keluar dari
kapiler masuk keruang-ruang jaringan kembali lagi melalui dinding kapiler. Sebagian
cairan ada yang tetap tinggal didalam jaringan sebagai cairan jaringan, sedang
kelebihannya dalam keadaan normal akan diangkut oleh pembuluh limfa.
Darah mengalir lebih lambat di kapiler dari pada dibagian sirkulasi lainnya.
Percabangan kapiler yang luas juga merupakan penyebab lambatnya aliran darah
melalui kapiler. Kecepatan darah yang mengalir melalui berbagai segmen pembuluh
vaskuler berbeda – beda karena kecepatan aliran berbanding terbalik dengan luas
potongan melintang total semua pembuluh di tingkat system sirkulasi
tertentu.Walaupun luas potongan melintang setiap kapiler sangat kecil dibandingkan
dengan aorta, jumlah luas potongan melintang semua kapiler sekitar tiga ratus kali
lebih besar daripada luas melintang potongan aorta karena jumlah kapiler yang sangat
banyak. Dengan demikian,darah melambat ketika mengalir melalui kapiler.
Perubahan yang terjadi pada aliran darah dan lebar pembuluh darah setelah diberi
rangsangan:
1. Mekanik, berupa goresan seutas ijuk, maka aliran darah menjadi lebih lambat
dan lebar pembuluh darahnya menjadi vasoliditasi. Hal ini sesuai dengan
literatur yang ada. Yakni, saat pembuluh darah diberikan perlakuan dengan
ditekan menggunakan ijuk aliran darah menjadi terhenti tetapi setelah
dilepaskan ijuk tersebut maka Aliran darah menjadi lebih cepat dari
sebelumnya. Pada saat pasokan darah ke suatu daerah tersumbat total, arteriol
di daerah itu akan mengalami dilatasi karena relaksasi miogenik yang terjadi
sebagai respon terhadap hilangnya peregangan karena tidak ada aliram darah
dan perubahan komposisi kimia lokal. Apabila pasokan darah ke suatu
jaringan tersumbat, kadar O2 menurun di jaringan itu. Jaringan terus
mengkonsumsi O2, tetapi tidak mendapatkan pasokan O2 segar (Sherwood,
2001). Selain itu juga disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ada pada
pembuluh darah ketika ditekan oleh ijuk. Ketika tersumbat aliran darah
menjadi kecil sehingga tekanan menjadi tinggi. Dan saat ijuk tersebut
dilepaskan maka tekanan pada aliran darah yang tinggi tadi akan mendorong
aliran darah menjadi lebih cepat
2. Suhu, berupa :
Air Es, maka aliran darah menjadi lebih lambat dan lebar pembuluh
darahnya menjadi vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah). Kondisi
ini akan mengurangii jumlah darah yang mengalir ke bagian tubuh). Hal
ini sesuai dengan literatur yang ada. Hal ini disebabkan terjadinya
vasokonstriksi. Vasokonstriksi mengacu pada peningkatan kontraksi otot
polos sirkuler di dinding arteriol dan menyebabkan diameter lingkaran
pembuluh menjadi lebih kecil, dengan demikian resistensi arteriol
meningkat dan terjadilah penurunan aliran darah. (Sherwood, 2001). Suhu
dingin dapat menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah
berkontraksi/mengerut, sehingga jari-jari pembuluh menjadi lebih kecil.
Air Panas, maka aliran darah menjadi lebih cepat dan lebar pembuluh
darahnya menjadi vasoliditasi (pelebaran diameter pembuluh darah).
Kondisi ini terjadi ketika otot-otot di dinding pembuluh darah mengendur
(rileks). Hal ini sesuai dengan literatur yang ada. Penyebabnya adalah
karena terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi mengacu pada pembesaran
diameter lingkaran pada arteriol dan jari–jari pembuluh akibat
melemasnya lapisan otot polos (penurunan kontraksi otot polos sirkuler di
dinding arteriol). Vasodilatasi juga menyebabkan penurunan resistensi
arteriol, sehingga akan lebih banyak darah yang mengalir ke daerah–
daerah dengan resistensi arteriol rendah. (Sherwood, 2001). Pengaruh
fisik lokal berupa suhu tinggi/panas juga berpengaruh terhadap
besar/kecilnya pembuluh darah, khususnya arteriol. Suhu tinggi
menyebabkan otot polos dinding pembuluh berelaksasi/melemas. Hal ini
menyebabkan pembesaran jari-jari pembuluh darah, resistensi pun
menurun, sehingga aliran darah melalui pembuluh yang bersangkutan pun
meningkat.
Asam Cuka, maka aliran darah menjadi lebih cepat dan lebar pembuluh
darahnya menjadi vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah). Kondisi
ini akan mengurangii jumlah darah yang mengalir ke bagian tubuh). Hal
ini sesuai dengan literatur yang ada. Jika suatu area otot polos, khususnya
otot polos unit tunggal/viseral(ditemukan di dinding organ
berongga/visera, seperti saluran pencernaan, kemih, dan pembuluh darah
kecil) diteteskan dengan asam lemah, maka asam lemah tersebut akan
merangsang timbulnya potensial aksi. Ketika timbul potensial aksi di
bagian manapun pada lembaran otot polos unit-tunggal, potensial aksi
tersebut merambat dengan cepat melalui gap junction yang
menghubungkannya. Kelompok sel-sel otot yang saling berhubungan itu
pun kemudian berkontraksi sebagai satu unit yang terkoordinasi.
(Sherwood, 2001). Arteriol memiliki lapisan otot polos yang tebal dan
peka terhadap banyak perubahan kimiawi. Apabila terjadi kontraksi, maka
lapisan otot polos akan berjalan sirkuler mengelilingi arteriol
menyebabkan lingkaran pembuluhnya mengecil. Dengan demikian
resistensinya meningkat dan aliran melalui pembuluh berkurang
(Sherwood, 2001). Melambatnya aliran darah dikarenakan medapat
merangsang potensial aksi otot polos dan meningkatkan produksi Ca2+.
Suatu kenaikan dalam konsentrasi ion kalsium menyebabkan konstriksi.
Ini disebabkan efek umum kalsium untuk merangsang kontraksi otot polos
(Guyton, 1990). Vasokonstriksi mengacu pada peningkatan kontraksi otot
polos sirkuler di dinding arteriol dan menyebabkan diameter lingkaran
pembuluh menjadi lebih kecil, dengan demikian resistensi arteriol
meningkat dan terjadilah penurunan aliran darah.
HASIL DOKUMENTASI
A B
Gambar 3. Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan katak akibat rangsangan suhu.
Gambar A air panas dan gambar B air dingin.
Gambar 4. Peredaran darah katak pada bagian selaput renang akibat dari percobaan
rangsangan suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi Edisi ke 5 Jilid
3. Jakarta: Erlangga, 2004.
Guyton, A.C & Hall, J.E. 2006. Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi kesebelas.
Jakarta : EGC.
Ikhsan, Muhammad. 2022. “3 Jenis Pmbuluh Darah”. Diakses pada 28 Oktober 2022.
https://siapdok.id/blog/jenis-pembuluh-darah/
Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Alih
bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.