Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN DAN MANUSIA


MEMBEDAKAN ALIRAN DARAH ARTERIOLA,KAPILER DAN VENULA
KATAK (HEMODINAMIKA)

Oleh: Kelompok 5

Rizqy Fauziah (226201446012)


Wildan Maulidan (226201446014)
Sesilia Devita Sari (226201446027)
Niken Ayu Ramadhani (226201446030)
Isnaeni Nurjanah (226201446036)
Dea Aulia Adiliani (226201446038)

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA


2022
I. TUJUAN PERCOBAAN
a. Pada praktikum ini mahasiswa harus dapat membedakan gambaran anatomi
arteriola, kapiler dan venula pada selaput renang, lidah dan mesenterium katak
menggunakan mikroskop.
b. Mahasiswa diharapkan dapat menerangkan reaksi yang terjadi secara
hemodinamika hal - hal yang menimbulkan perbedaan sifat aliran darah tersebut,
dan menerangkan perubahan yang terjadi pada aliran darah kapiler akibat
rangsangan mekanik, suhu dan zat kimia.

II. DASAR TEORI

2.1 Pengertian Pembuluh Darah


Pembuluh darah adalah organ tubuh yang memiliki struktur seperti tabung,
bertanggung jawab untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Peran organ ini sangat
penting dalam sistem sirkulasi. Ada tiga jenis pembuluh darah utama: arteri, kapiler,
dan vena. Arteri bertanggung jawab mengalirkan darah dari jantung, sementara
kapiler memungkinkan pertukaran air dan zat tubuh lainnya antara darah dan jaringan
sekitarnya. Sedangkan, vena bertugas untuk mengalirkan darah dari kapiler kembali
ke jantung. Selain tiga jenis pembuluh darah utama, tubuh juga mempunyai jaringan
pembuluh darah kecil yang disebut arteriol dan venula. Arteriol adalah cabang kecil
arteri, sedangkan venula adalah cabang kecil yang mengumpulkan darah dari organ-
organ hingga sampai ke vena. (Ikhsan, 2022)
1. Arteri

Merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke


jaringan. Arteri terletak lebih ke dalam dari permukaan tubuh. Arteri yang keluar dari
ventrikel kiri dan mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh adalah aorta
dan merupakan pembuluh nadi yang paling besar. Percabangan dari aorta adalah arteri.
Sedangkan arteriol adalah pembuluh nadi yang berhubungan dengan kapiler. Pada
umumnya arteri mengalirkan darah yang kaya akan oksigen kecuali pada arteri
pulmunalis. Arteri pulmonalis merupakan pembuluh nadi yang mengalirkan darah
yang kaya akan karbondioksida dari ventrikel kanan ke paru – paru. (Sherwood, 2011).
Kecepatan aliran darah di arteriol adalah yang paling cepat diantara kapiler
dan venula. Ketika jantung berkontraksi selama sistol ventrikel, darah yang memasuki
arteri lebih cepat, jadi tekanan di arteri jauh lebih besar dibandingkan di dalam vena.
Akan tetapi, ketika darah memasuki arteriol, kecepatannya semakin berkurang. Begitu
juga ketika darah memasuki kapiler, kecepatannya pun semakin berkurang. Hal ini
dikarenakan kecepatan aliran darah dalam pembuluh-pembuluh tersebut dipengaruhi
oleh total luas penampang keseluruhan pipa yang mengalirkan darah. (Campbell,
2004)
2. Kapiler

Pembuluh darah kapiler berfungsi untuk menyaring dan menyerap


cairan tubuh serta tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbon
dioksida. Arah aliran darah dikapiler bolak balik artinya darah keluar masuk usus
(organ). Arah aliran darah di kapiler bolak balik, hal ini mungkin disebabkan karena
pada pembuluh darah kapiler terjadi pertukaran zat – zat antara darah dengan jaringan.
Karena kapiler adalah pembuluh yang ideal untuk tempat pertukaran. Pertukaran
dikapiler merupakan tujuan akhir di system sirkulasi. Pertukaran zat – zat yang
melintasi dinding kapiler proses utamanya berlangsung melalui proses difusi.
Pertukaran antara darah dan jaringan disekitarnya melalui dinding kapiler berlangsung
melalui difusi pasif. (Ikhsan, 2022)

3. Venula

Aliran darah dari venula adalah menuju jantung/keluar dari dalam organ.
Karena venula membawa darah miskin oksigen menuju vena dan akan dibawa ke
jantung. Darah setelah melewati kapiler akan menuju ke venula dan nantinya akan
menuju ke vena untuk dibawa ke jantung. Kecepatan aliran darah saat di venula lebih
cepat dari kapiler, tetapi lebih lambat dari arteriol. (Campbell, 2004)
2.2 Sistem Peredaran Katak
Sistem peredaran darah katak berupa sistem peredaran darah tertutup dan
peredaran darah ganda. Pada sistem peredaran darah ganda, darah melalui jantung dua
kali dalam satu kali peredaran. Pertama, darah dari jantung menuju ke paru-paru
kemudian kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung dan
diedarkan kembali ke seluruh tubuh. Jantung katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua
atrium (atrium kanan dan atrium kiri) dan sebuah ventrikel. Di antara atrium dan
ventrikel terdapat klep yang mencegah agar darah di ventrikel tidak mengalir kembali
ke atrium.
Darah yang miskin oksigen dari berbagai jaringan dan organ-organ tubuh
mengalir ke sinus venosus menuju atrium kanan. Darah dari atrium kanan mengalir ke
ventrikel, kemudian menuju ke arteri pulmonalis dan masuk ke paru-paru. Di paru-
paru, dilepaskan CO2 dan O2 diikat. Dari paru-paru darah mengalir ke vena
pulmonalis, kemudian menuju atrium kiri. Peredaran darah yang terjadi ini merupakan
peredaran darah kecil. Selanjutnya, dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel. Di
dalam ventrikel terjadi pencampuran darah yang mengandung O2 dengan darah yang
mengandung CO2, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Dari ventrikel, darah keluar
melalui traktus arteriosus (batang nadi) ke aorta yang bercabang ke kiri dan ke kanan.
Masing-masing aorta ini bercabang-cabang menjadi tiga arteri pokok, yaitu arterior
(karotis) mengalirkan darah ke kepala dan ke otak, lengkung aorta mengalirkan darah
ke jaringan internal dan alat dalam tubuh, dan arteri posterior mengalirkan darah ke
kulit dan paru-paru.

Gambar 1. Gambaran pembuluh darah arteriola, kapiler, dan venula katak


2.3 Pengaruh Rangsangan Mekanik, Suhu dan Kimiawi terhadap Kecepatan
Aliran Darah Katak

a. Perlakuan Rangsang Mekanik dengan Ijuk

Pengaruh rangsang terhadap kecepatan aliran darah dan diameter


pembuluh darah diberikan empat macam perlakuan, yaitu ditekan dengan ijuk, ditetesi
air es, ditetesi air panas, dan pemberian asam cuka. Saat pembuluh darah diberikan
perlakuan dengan ditekan menggunakan ijuk aliran darah menjadi terhenti tetapi
setelah dilepaskan ijuk tersebut maka lairan darah menjadi lebih cepat dari
sebelumnya. Pada saat pasokan darah ke suatu daerah tersumbat total, arteriol di
daerah itu akan mengalami dilatasi karena relaksasi miogenik yang terjadi sebagai
respon terhadap hilangnya peregangan karena tidak ada aliran darah dan perubahan
komposisi kimia lokal. Apabila pasokan darah ke suatu jaringan tersumbat, kadar O2
menurun di jaringan itu. Jaringan terus mengkonsumsi O2, tetapi tidak mendapatkan
pasokan O2 segar (Sherwood, 2011).

Selain itu juga disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ada pada
pembuluh darah ketika ditekan oleh ijuk. Ketika tersumbat aliran darah menjadi kecil
sehingga tekanan menjadi tinggi. Dan saat ijuk tersebut dilepaskan maka tekanan pada
aliran darah yang tinggi tadi akan mendorong aliran darah menjadi lebih cepat.
Setelah tekanan ijuk dilepaskan, aliran darah terlihat mengalir lebih cepat dari aliran
normalnya, karena saat ijuk menghambat aliran pasokan darah, maka arteriol-arteriol
di daerah itu akan mengalami dilatasi, yang disebabkan oleh :

 Relaksasi miogenik(otot), yang terjadi karena respons terhadap hilangnya


peregangan karena tidak ada aliran darah

 Perubahan komposisi kimia lokal. Apabila pasokan darah ke suatu jaringan


tersumbat, kadar O2 menurun di jaringan itu; jaringan terus mengkonsumsi O2, tetapi
tidak mendapat pasokan O2 segar. Sementara itu, konsentrasi CO2, asam, dan
metabolit lain meningkat. Walaupun produksi mereka tidak meningkat jika suatu
jaringan lebih aktif secara metabolis, zat-zat ini akan tertimbun di jaringan apabila
tidak “dibersihkan” oleh darah.
Setelah tekanan dilepaskan, aliran darah ke jaringan yang sebelumnya
kekurangan darah tersebut secara sementara akan lebih besar dari normal karena
pembuluh yang berdilatasi. Peningkatan aliran darah karena dilatasi pembuluh darah
ini disebut hiperemia reaktif. Respons ini bermanfaat untuk secara cepat memulihkan
komposisi kimiawi lokal ke normal.

Peristiwa hiperemia reaktif tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh fisik


lokal oleh tekanan ijuk. Pengaruh fisik lokal merupakan bagian dari kontrol lokal
(intrinsik), yaitu perubahan-perubahan di dalam suatu jaringan yang mengubah jari-
jari pembuluh, sehingga aliran darah ke jaringan tersebut berubah melalui efek
terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol lokal atas jari-jari arteriol penting untuk
menentukan ditribusi curah jantung, sehingga aliran darah sesuai dengan kebutuhan
metabolik jaringan.

Selain peristiwa hiperemia reaktif, penyebab utama terdilatasinya pembuluh


darah setelah tersumbat oleh ijuk ialah karena naiknya gradien tekanan antara lokasi
penyumbatan dengan pembuluh darah setelahnya yang kekurangan aliran darah.
Seiring dengan bertambahnya tekanan di area penyumbatan, maka gradien tekanan
antara daerah penyumbatan dan daerah setelahnya menyebabkan laju aliran darah
bertambah, hal itu disebabkan karena laju aliran darah(F) berbanding lurus dengan
gradien tekanan(ΔP) (lihat persamaan reaksi sebelumnya, F= ΔP/R).

b. Perlakuan Rangsang Suhu

1) Air dingin
Kecepatan aliran darah katak melambat dari keadaan normal. Hal ini
disebabkan terjadinya vasokonstriksi. Vasokonstriksi mengacu pada peningkatan
kontraksi otot polos sirkuler di dinding arteriol dan menyebabkan diameter lingkaran
pembuluh menjadi lebih kecil, dengan demikian resistensi arteriol meningkat dan
terjadilah penurunan aliran darah. (Sherwood, 2011). Suhu dingin dapat menyebabkan
otot polos dinding pembuluh darah berkontraksi/mengerut, sehingga jari-jari
pembuluh menjadi lebih kecil. Mengecilnya pembuluh darah meyebabkan resistensi
semakin tinggi dan aliran melalui pembuluh bekurang. Perisrita ini disebut
vasokonstriksi(penyempitan pembuluh darah) akibat pengaruh fisik lokal pada
pembuluh.
2) Air panas
Kecepatan aliran darah menjadi semakin cepat. Hal ini disebabkan karena
terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi mengacu pada pembesaran diameter lingkaran pada
arteriol dan jari–jari pembuluh akibat melemasnya lapisan otot polos (penurunan
kontraksi otot polos sirkuler di dinding arteriol). Vasodilatasi juga menyebabkan
penurunan resistensi arteriol, sehingga akan lebih banyak darah yang mengalir ke
daerah–daerah dengan resistensi arteriol rendah. (Sherwood, 2011). Pengaruh fisik
lokal berupa suhu tinggi/panas juga berpengaruh terhadap besar/kecilnya pembuluh
darah, khususnya arteriol. Suhu tinggi menyebabkan otot polos dinding pembuluh
berelaksasi/melemas. Hal ini menyebabkan pembesaran jari-jari pembuluh darah,
resistensi pun menurun, sehingga aliran darah melalui pembuluh yang bersangkutan
pun meningkat.

c. Perlakuan Rangsang Kimiawi dengan Asam cuka

Pada penetesan asam asetat/asam cuka, didapat hasil bahwa aliran darah
pada bagian arteri, venula dan kapiler melambat, bahkan berhenti. Jika suatu area otot
polos, khususnya otot polos unit tunggal/viseral(ditemukan di dinding organ
berongga/visera, seperti saluran pencernaan, kemih, dan pembuluh darah kecil)
diteteskan dengan asam lemah, maka asam lemah tersebut akan merangsang
timbulnya potensial aksi. Ketika timbul potensial aksi di bagian manapun pada
lembaran otot polos unit-tunggal, potensial aksi tersebut merambat dengan cepat
melalui gap junction yang menghubungkannya. Kelompok sel-sel otot yang saling
berhubungan itu pun kemudian berkontraksi sebagai satu unit yang terkoordinasi.
(Sherwood, 2011).

Arteriol memiliki lapisan otot polos yang tebal dan peka terhadap banyak
perubahan kimiawi. Apabila terjadi kontraksi, maka lapisan otot polos akan berjalan
sirkuler mengelilingi arteriol menyebabkan lingkaran pembuluhnya mengecil. Dengan
demikian resistensinya meningkat dan aliran melalui pembuluh berkurang (Sherwood,
2011). Melambatnya aliran darah dikarenakan medapat merangsang potensial aksi
otot polos dan meningkatkan produksi Ca2+. Suatu kenaikan dalam konsentrasi ion
kalsium menyebabkan konstriksi. Ini disebabkan efek umum kalsium untuk
merangsang kontraksi otot polos (Guyton, 1990). Vasokonstriksi mengacu pada
peningkatan kontraksi otot polos sirkuler di dinding arteriol dan menyebabkan
diameter lingkaran pembuluh menjadi lebih kecil, dengan demikian resistensi arteriol
meningkat dan terjadilah penurunan aliran darah. (Sherwood, 2011).

Pada pengamatan aliran darah pada katak ketika ditetesi asam cuka, aliran
darahnya lama kelamaan berhenti. Hal ini dikarenakan mesenterium yang digunakan
merupakan mesenterium yang sebelumnya telah diberi perlakuan ditekan dengan ijuk,
diberi air panas dan diberi air dingin. Berhentinya aliran darah juga dapat dikarenakan
jaringan yang mengalami kematian akibat lamanya waktu penglihatan (mesenterium
katak tersebut sudah tidak segar lagi.

III. METODE

3.1 Alat dan Bahan

1. Papan fiksasi katak yang berlubang yang terbuat dari kardus, jarum pentul
dan penusuk katak

2. Seutas ijuk, air es dan air panas

3. Larutan asam cuka encer

4. Mikroksop

5. Katak

6. Tali rapia

7. Pipet tetes

3.2 Cara Kerja

a) Siapkan katak, bentangkan selaput renang salah satu kaki katak diatas
lubang papan fiksasi dan fiksir kaki tersebut dengan jarum

b) Pilih secara makroskopis bagian selaput renang yang terbaik/tipis/tidak


bertumpuk tumpuk, untuk dapat melihat pembuluh darah dengan jelas.

c) Pelajari bagian bagian tersebut di bawah, meliputi

 Gambaran anatomi pembuluh darah arteriola, kapiler dan venula.

 Sifat aliran darah dalam arteriola, kapiler dan venula.


 Perubahan bentuk sel darah merah ketika melalui percabangan
kapiler.

d) Rangsang selaput renang pada bagian yang terletak di bawah


mikroskop secara berturut-turut dengan

 Rangsang mekanik

 Goresan seutas ijuk

 Rangsang suhu

 Beberapa tetes air

 Beberapa tetes air panas

 Rangsang kimia

 Satu tetes larutan asam cuka encer

e) Catat perubahan yang terjadi pada aliran darah dan lebar pembuluh
darah pada selaput renang katak.

IV. HASIL PERCOBAAN


I. Selaput Renang
Pembuluh Dinding Pembuluh Diameter Pembuluh
Arteriola Tebal Besar
Kapiler Tipis Kecil
Venula Tebal Sedang

Sifat aliran darahnya :


Sifat Arteriola Kapiler Venula
Arah aliran darah Stream line Berpusar Stream line
Denyut (-/+) + + -
Kecepatan aliran Cepat Lambat Sedang
Letak sel-sel darah
Bergerombol Berjajar satu-satu Bergerombol
dalam pembuluh
Rangsang mekanik
- Goresan seutas ijuk : vasokontriksi (melambat)
Rangsangan Suhu
- Air es : vasokontriksi (lambat)
- Air panas : vasodilatasi (cepat)
Rangsangan kimia :
- Asam cuka : vasodilatasi (cepat)

KESIMPULAN
1. Pembuluh darah arteriola memiliki dinding pembuluh yang tebal dengan
diameter besar, kapiler berdinding tipis dan diameter kecil sedangkan
venula berdinding tebal dengan diameter sedang.

2. Sifat aliran darah pada pembuluh arteriola mengarah ke stream line


(lurus), denyutnya positif (+), kecepatan alirannya cepat dan letak sel-sel darah
dalam pembuluh arteriola bergerombol. Sifat aliran darah pada
pembuluh kapiler berpusar, denyutnya positif (+), kecepatan
alirannya lambat dan letak sel-sel darah dalam pembuluh arteriola berjajar
satu-satu. Sifat aliran darah pada pembuluh venula stream line, denyutnya
negatif (-), kecepatan alirannya lambat dan berjajar satu-satu.

3. Rangsangan yang diberikan kepada lidah katak dapat mengubah kecepatan


aliran darah dan lebar pembuluh darah katak.

V. PEMBAHASAN
Pada pengamatan selaput renang katak yaitu aliran darah terdiri atas arteriola,
kapiler, venula, dan vena. Arteri yang membawa darah yang akan kaya oksigen
menuju arteriola. Arteri ini berwarna lebih muda dibandingkan dengan vena dan
venula. Arteri dan arteriola memiliki dinding berotot yang dapat menyesuaikan
diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu.
Oleh karena itulah kecepatan aliran darah dalam arteri dan arteriola lebih konstan.
Jumlah kapiler darah pada selaput renang katak lebih banyak namun ukurannya kecil.
Kemudian darah dari arteri ini mengalir agak lambat ke cabang-cabang arteri yang
disebut arteriol.darah dari arteriol tersebut akan terus mengalir ke kapiler dan menuju
ke bagian ekor. Dari pembuluh kapiler ini darah mengalir agak lambat menuju venula,
karena di dalam kapiler terjadi proses pertukaran zat-zat maupun gas-gas antara darah
dan jaringan tubuh. Dindingnya berperan sebagai membran permeable yang bersifat
selektif yang memungkinkan air, oksigen dan nutrient keluar dari darah dan masuk
kesel-sel jaringan masuk kedalam jaringan. Serta memungkinkan pula produk-produk
buangan dari sel-sel jaringan masuk kedalam darah. Banyak cairan yang keluar dari
kapiler masuk keruang-ruang jaringan kembali lagi melalui dinding kapiler. Sebagian
cairan ada yang tetap tinggal didalam jaringan sebagai cairan jaringan, sedang
kelebihannya dalam keadaan normal akan diangkut oleh pembuluh limfa.

1. Pada Selaput renang

 Pembuluh arteriola memiliki dinding pembuluh yang tebal dan


diameter yang besar. Dengan arah aliran darah stream line (searah),
berdenyut dengan kecepatan aliran darah yang cepat dan letak sel-sel
darah dalam pembuluh adalah bergerombol. Hal ini menunjukkan
bahwa praktikum yang dilakukan sesuai dengan konsep literatur yang
ada. Kecepatan aliran darah di arteriol adalah yang paling cepat diantara
kapiler dan venula. Ketika jantung berkontraksi selama sistol ventrikel,
darah yang memasuki arteri lebih cepat, jadi tekanan di arteri jauh lebih
besar dibandingkan di dalam vena. Akan tetapi, ketika darah memasuki
arteriol, kecepatannya semakin berkurang. Begitu juga ketika darah
memasuki kapiler, kecepatannya pun semakin berkurang. Hal ini
dikarenakan kecepatan aliran darah dalam pembuluh-pembuluh tersebut
dipengaruhi oleh total luas penampang keseluruhan pipa yang
mengalirkan darah.

 Pembuluh kapiler memiliki dinding pembuluh yang tipis dan diameter


yang kecil. Dengan arah aliran darah berpusar, berdenyut dengan
kecepatan aliran darah yang lambat dan letak sel-sel darah dalam
pembuluh adalah berjajar satu-satu. Hal ini menunjukkan bahwa
praktikum yang dilakukan sesuai dengan konsep literatur yang ada.

Darah mengalir lebih lambat di kapiler dari pada dibagian sirkulasi lainnya.
Percabangan kapiler yang luas juga merupakan penyebab lambatnya aliran darah
melalui kapiler. Kecepatan darah yang mengalir melalui berbagai segmen pembuluh
vaskuler berbeda – beda karena kecepatan aliran berbanding terbalik dengan luas
potongan melintang total semua pembuluh di tingkat system sirkulasi
tertentu.Walaupun luas potongan melintang setiap kapiler sangat kecil dibandingkan
dengan aorta, jumlah luas potongan melintang semua kapiler sekitar tiga ratus kali
lebih besar daripada luas melintang potongan aorta karena jumlah kapiler yang sangat
banyak. Dengan demikian,darah melambat ketika mengalir melalui kapiler.

 Pembuluh venula memiliki dinding pembuluh yang tebal dan diameter


yang sedang. Dengan arah aliran darah stream line (searah), berdenyut
dengan kecepatan aliran darah yang sedang dan letak sel-sel darah
dalam pembuluh adalah bergerombol. Hal ini menunjukkan bahwa
praktikum yang dilakukan sesuai dengan konsep sesuai literatur yang
ada. Kecepatan aliran darah lebih cepat dari kapiler karena saat dikapiler
terjadi difusi gas (aliran bolak-balik) sehingga pergerakan aliran di
kapiler lambat. Namun, ketika memasuki venula, darah hanya mengalir
satu arah yaitu menuju vena lalu ke jantung. Hal ini karena pada venula
terdapat katup-katup satu arah yang memungkinkan darah hanya
bergerak kedepan ke arah jantung sehingga mencegah darah mengalir
kembali ke jaringan.Kecepatan aliran darah di venula lebih lambat dari
arteriol, karena pada arteriol darah langsung dipompa dari jantung lalu
melewati arteri dan ke arteriol. kerja dari otot jantunglah yang membuat
tekanan darah menjadi besar dan kecepatannya menjadi besar pula. Hal
ini karena besarnya (laju) aliran melalui suatu pembuluh berbanding
lurus dengan gradien tekanan dan cairan selalu mengalir dari daerah
bertekanan tinggi ke rendah (Campbell, 2003). dari teori-teori itu kita
dapat menyimpulkan bahwa kecepatan aliran darah di venula lebih
lambat daripada aliran darah di arteriol.

Perubahan yang terjadi pada aliran darah dan lebar pembuluh darah setelah diberi
rangsangan:

1. Mekanik, berupa goresan seutas ijuk, maka aliran darah menjadi lebih lambat
dan lebar pembuluh darahnya menjadi vasoliditasi. Hal ini sesuai dengan
literatur yang ada. Yakni, saat pembuluh darah diberikan perlakuan dengan
ditekan menggunakan ijuk aliran darah menjadi terhenti tetapi setelah
dilepaskan ijuk tersebut maka Aliran darah menjadi lebih cepat dari
sebelumnya. Pada saat pasokan darah ke suatu daerah tersumbat total, arteriol
di daerah itu akan mengalami dilatasi karena relaksasi miogenik yang terjadi
sebagai respon terhadap hilangnya peregangan karena tidak ada aliram darah
dan perubahan komposisi kimia lokal. Apabila pasokan darah ke suatu
jaringan tersumbat, kadar O2 menurun di jaringan itu. Jaringan terus
mengkonsumsi O2, tetapi tidak mendapatkan pasokan O2 segar (Sherwood,
2001). Selain itu juga disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ada pada
pembuluh darah ketika ditekan oleh ijuk. Ketika tersumbat aliran darah
menjadi kecil sehingga tekanan menjadi tinggi. Dan saat ijuk tersebut
dilepaskan maka tekanan pada aliran darah yang tinggi tadi akan mendorong
aliran darah menjadi lebih cepat
2. Suhu, berupa :

 Air Es, maka aliran darah menjadi lebih lambat dan lebar pembuluh
darahnya menjadi vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah). Kondisi
ini akan mengurangii jumlah darah yang mengalir ke bagian tubuh). Hal
ini sesuai dengan literatur yang ada. Hal ini disebabkan terjadinya
vasokonstriksi. Vasokonstriksi mengacu pada peningkatan kontraksi otot
polos sirkuler di dinding arteriol dan menyebabkan diameter lingkaran
pembuluh menjadi lebih kecil, dengan demikian resistensi arteriol
meningkat dan terjadilah penurunan aliran darah. (Sherwood, 2001). Suhu
dingin dapat menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah
berkontraksi/mengerut, sehingga jari-jari pembuluh menjadi lebih kecil.
 Air Panas, maka aliran darah menjadi lebih cepat dan lebar pembuluh
darahnya menjadi vasoliditasi (pelebaran diameter pembuluh darah).
Kondisi ini terjadi ketika otot-otot di dinding pembuluh darah mengendur
(rileks). Hal ini sesuai dengan literatur yang ada. Penyebabnya adalah
karena terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi mengacu pada pembesaran
diameter lingkaran pada arteriol dan jari–jari pembuluh akibat
melemasnya lapisan otot polos (penurunan kontraksi otot polos sirkuler di
dinding arteriol). Vasodilatasi juga menyebabkan penurunan resistensi
arteriol, sehingga akan lebih banyak darah yang mengalir ke daerah–
daerah dengan resistensi arteriol rendah. (Sherwood, 2001). Pengaruh
fisik lokal berupa suhu tinggi/panas juga berpengaruh terhadap
besar/kecilnya pembuluh darah, khususnya arteriol. Suhu tinggi
menyebabkan otot polos dinding pembuluh berelaksasi/melemas. Hal ini
menyebabkan pembesaran jari-jari pembuluh darah, resistensi pun
menurun, sehingga aliran darah melalui pembuluh yang bersangkutan pun
meningkat.

3. Rangsang kimia, berupa :

 Asam Cuka, maka aliran darah menjadi lebih cepat dan lebar pembuluh
darahnya menjadi vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah). Kondisi
ini akan mengurangii jumlah darah yang mengalir ke bagian tubuh). Hal
ini sesuai dengan literatur yang ada. Jika suatu area otot polos, khususnya
otot polos unit tunggal/viseral(ditemukan di dinding organ
berongga/visera, seperti saluran pencernaan, kemih, dan pembuluh darah
kecil) diteteskan dengan asam lemah, maka asam lemah tersebut akan
merangsang timbulnya potensial aksi. Ketika timbul potensial aksi di
bagian manapun pada lembaran otot polos unit-tunggal, potensial aksi
tersebut merambat dengan cepat melalui gap junction yang
menghubungkannya. Kelompok sel-sel otot yang saling berhubungan itu
pun kemudian berkontraksi sebagai satu unit yang terkoordinasi.
(Sherwood, 2001). Arteriol memiliki lapisan otot polos yang tebal dan
peka terhadap banyak perubahan kimiawi. Apabila terjadi kontraksi, maka
lapisan otot polos akan berjalan sirkuler mengelilingi arteriol
menyebabkan lingkaran pembuluhnya mengecil. Dengan demikian
resistensinya meningkat dan aliran melalui pembuluh berkurang
(Sherwood, 2001). Melambatnya aliran darah dikarenakan medapat
merangsang potensial aksi otot polos dan meningkatkan produksi Ca2+.
Suatu kenaikan dalam konsentrasi ion kalsium menyebabkan konstriksi.
Ini disebabkan efek umum kalsium untuk merangsang kontraksi otot polos
(Guyton, 1990). Vasokonstriksi mengacu pada peningkatan kontraksi otot
polos sirkuler di dinding arteriol dan menyebabkan diameter lingkaran
pembuluh menjadi lebih kecil, dengan demikian resistensi arteriol
meningkat dan terjadilah penurunan aliran darah.
HASIL DOKUMENTASI

Gambar 1. Sampel percobaan (Katak yang masih hidup)

Gambar 2. Mikroskop yang digunakan untuk mengamati peredaran darah di selaput


renang, lidah dan mesenterium pada katak.

A B

Gambar 3. Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan katak akibat rangsangan suhu.
Gambar A air panas dan gambar B air dingin.
Gambar 4. Peredaran darah katak pada bagian selaput renang akibat dari percobaan
rangsangan suhu.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. dkk. (2002). Biologi: Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi Edisi ke 5 Jilid
3. Jakarta: Erlangga, 2004.

Guyton, A.C & Hall, J.E. 2006. Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi kesebelas.
Jakarta : EGC.
Ikhsan, Muhammad. 2022. “3 Jenis Pmbuluh Darah”. Diakses pada 28 Oktober 2022.
https://siapdok.id/blog/jenis-pembuluh-darah/
Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Alih
bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai