Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM SIRKULASI”

Di susun oleh :

Kari Yani ( 17100031)

Maya Cristiani (1910074P)

Meda Krisnayurdila ( 17100006)

Mega ( 17100017)

Metha Indah Sari (17100023)

Muhammad Maulid (17100053)

Nafa Martianingsih (17100024)

Dosen Pengampu : Ns. Linda Juwita, S.Kep

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Citra Delima Bangka Belitung

Tahun Ajaran 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Rasa terima kasih kami sampaikan kepada hadirat Allah, atas kelimpahan rahmat dan
bimbingan kita dapat melengkapi makalah tentang "Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Sirkulasi". Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas keperawatan Kritis.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada:

1. Dosen kami Ns. Linda Juwita, S.Kep

2. Orang tua kami yang telah membantu secara moral dan material.

3. Rekan anggota kelompok yang telah berpartisipasi dalam tugas.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
persiapan, diskusi, maupun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun, terutama dari dosen untuk digunakan sebagai referensi dalam pengalaman
kami untuk menjadi lebih baik di masa depan.

Pangkalpinang, 13 Oktober 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Konsep Kebutuhan Sirkulasi


a. Definisi sirkulasi
b. Fisiologi
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sirkulasi sistemik
d. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem sirkulasi.

BAB II PEMBAHASAN

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Konsep Kebutuhan Sirukulasi
a. Definisi Sirkulasi
Tubuh manusia terdiri dari beberapa organ tubuh yang tersusun secara
terstruktur dan sangat sistemik. Tiap organ dalam tubuh manusia memiliki fungsi
dan tugas tersendiri. Namun, organ-organ tersebut tidak akan bisa melakukan
tugasnya bila asupan oksigen, nutrisi serta zat-zat yang dibutuhkannya tidak
sampai pada organ yang membutuhkannya tersebut. Oleh karena itulah dikenal
istilah sirkulasi dalam tubuh yang mengidindikasikan adanya sistem transportasi
zat-zat dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh menuju tempat-tempat atau organ-organ
yang membutuhkannya (Ganong,1998).
Sistem sirkulasi adalah sistem transport yangmensuplai zat-zat yang di
absorbsi dari saluran pencernaan dan oksigen ke jaringan, mengembalikan CO ke
paru-paru dan produk-produk metabolisme lainnya ke ginjal, berfungsi dalam
pengaturan temperatur tubuh dan mendistribusikan hormon-hormon dan zat-zat
lain yang mengatur fungsi sel (Ganong,1998).
Sirkulasi dalam tubuh manusia terbagi dalam dua jenis yang sirkulasi sistemik
dan sirukulasi paru-paru. Kedua sistem sirkulasi tersebut saling bekerja sama
untuk mendistribusikan zat-zat yang penting dibutuhkan oleh tubuh, antara lain
oksigen dan berbagai nutrisi lainnya (Sloane,2007).
Sirkulasi sistemik adalah bagian dari sistem kardiovaskules yang membawa
darah berdeoksigenasi darah kembali ke jantung. Istilah ini kontras dengan
sirkulasi utama adalah proses dimana darah, yaitu sebagai pembawa hormon dan
zat-zat yang diperlukan tubuh ini dipompakan melalui sistem tertutup pembuluh-
pembuluh darah oleh jantung. Dari ventrikel kiri, darah dipompakan melalui
arteri-arteri dan anteriol ke arterile ke kapiler-kapiler, dimana darah berada dalam
keadaan seimbang dalam cairan interstitial. Kapiler-kapiler mengalirkan darah
melalui venula ke dalam vena dan kembali ke atrium kanan (Ganong,1998).
b. Fisiologi sistem sirkulasi sistem.
a. Bagian-bagian yang berperan :
1. Arteri berfungsi mentransfor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan.
Untuk ini arteri mempunyai dinding yang tebal dan kuat karena darah
mengalir dengan cepat pada arteri.
2. Arteriola adalah cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai
kendali dimana darah dikeluarkan ke dalam kapiler. Arteriola mempunyai
dinding otot yang kuat mampu menutup arteriola dan melakukan dilatasi
beberapa kali lipat dan mengubah aliran darah ke kapiler sebagai respon
terhadap kebutuhan jaringan.
3. Kapiler berfungsi untuk pertukaran cairan zat makanan elektrolit,
hormone dan bahan lainnya antara darah dan cairan interstitial. Untuk ini
dinding kapiler bersifat sangat tipis dan permeabel molekul kecil.
4. Venula berfungsi mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap dan
bergabung menjadi vena yang semakin besar.
5. Vena adalah saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan
kembali ke jantung. Karena tekanan pada sistem vena sangat rendah maka
dinding vena sangat tipis, tetapi dinding vena mempunyai otot untuk
berkontraksi sehingga berfungsi sebagai penampung darah ekstra yang
dapat dikendalikan berdasarkan kebutuhan tubuh.
b. Mekanisme
Dalam sirkulasi sistemik, arteri membawa oksigen darah ke jaringan.
Ketika darah beredar melalui tubuh, oksigen berdifusi dari darah ke dalam sel
sekitar kapiler, dan karbon dioksida berdifusi ke dalam darah dari sel-sel
kapiler. Vena membawa darah terdeoksigenasi kembali ke jantung. Oksigen
darah memasuki sirkulasi sistemik ketika meninggalkan ventrikel kiri, melalui
katup aorta semilunar. Bagian pertama dari sirkulasi sistemik adalah arteri
aorta, arteri besar dan berdinding tebal.
Darah berpindah dari arteri ke arteriol dan akhirnya ke kapiler yang paling
tipis dan paling banyak dari pembuluh darh. Kapiler ini membantu untuk
bergabung dengan jaringan arteriol untuk transportasi nutrisi ke sel, yang
menyerap oksigen dan nutrisi di dalam darah (Sherwood,2001).
Darah terdeoksigenasi kemudian dikumpulkan oleh venula, mengalir
pertama ke dalam pembuluh, dan kemudian ke vena cava inferior dan superior,
yang kembali ke jantung kanan, menyelesaikan siklus sistemik. Darah
kemudian kembali melalui sirkulasi paru-paru sebelum kembali lagi ke
sirkulasi sistemik (Ganong,1998).
c. Proses sirkulasi sistemik
Peran sirkulasi sistemik sangat kompleks bagi tubuh manusia. Selain
sistem transport, pekerjaan utama dari sistem sirkulasi adalah mengambil
nutrisi dan oksigen keseluruh bagian tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan
bantuan darah dan jantung yang memompa darah. Darah beredar melalui
pembuluh darah, yang terdiri dari arteri dan vena. Membawa oksigen darah
arteri dan vena membawa darah terdeoksigenasi (Guyton,1991).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sirkulasi sistemik
a. Beban awal
Otot jantung direnggakan sebelum ventrikel kiri berkontraksi dan
berhubungan dengan panjang jantung. Peningkatan beban awal menyebabkan
kontraksi ventrikel lebih kuat dan meningkatkan volume curah jantung.
b. Kontraktilitas (kemampuan)
Bila saraf simpatis yang menuju ke atas atau ke kiri akan meningkatkan
kontraktilis. Frekuensi dan irama jantung juga akan mempengaruhi
kontraktilitas.
c. Beban akhir
Resistensi (tahanan) harus di atasi sewaktu darah dikeluarkan dari ventrikel.
Beban akhir suatu beban ventrikel kiri diperlukan untuk membuka katup
semilunaris aorta dan mendorong darah selama kontraksi. Peningkatan kerja
juga meningkatkan kebutuhan oksigen.
d. Frekuensi jantung
Dengan meningkatnya frekuensi jantung akan memperberat pekerjaan jantung.
d. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem sirkulasi.
a. Arteriosklerosis yaitu pergerasan pembuluh nadi karena endapan lemak
berbentuk plak (kerak) yaitu jaringan ikat berserat dan sel-sel otot polos yang
di infiltrasi oleh lipid (lemak).
b. Emboli yaitu tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang bergerak.
c. Anemia atau biasa disebut penyakit kurang darah yaitu rendahnya kadar
haemoglobin dalam darah atau berkurangnya jumlah eritrosit dalam darah.
d. Varies yaitu pelebaran pembuluh darah.
e. Thrombus yaitu tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang tidak
bergerak.
f. Hemofili yaitu kelainan darah yang menyebabkan darah sukar membeku
(diturunkan secara hereditas).
g. Leukemia (kanker darah) yaitu peningkatan jumlah eritrosit secara tidak
terkendali.
h. Erithroblastosis fetalis yaitu rusaknya eritrosit bayi/janin akibat aglutinasi dari
antibodi yang berasal dari ibu.
i. Thalasemia yaitu anemia yang diakibatkan oleh rusaknya gen pembentuk
haemoglobin yang bersifat menurun.
j. Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi akibat arteriosklerosis.
k. Hemoroid (ambeien) pelebaran pembuluh darah di sekitar dubur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendarahan
Pendarahana ( bahasa Inggris hemorrhage, exsanguination, bahasa Latin :
exsanguinatus, tanpa darah ) merupakan istilah kedotkeran yang digunakan untuk
menjelaskan ekstravasasi atau keluarnya darah dari tempatnya semula. Pendarahan
dapat terjadi hanya di dalam tubuh, misalnya saat terjadi peradangan dan darah keluar
dari dalam pembuluh darah atau organ tubuh dan membentuk hematoma ; atau terjadi
hingga keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari dalam vagina, mulut, rektrum
atau saat kulit terluka, dan mimisan.
Pendarahan juga menyebabkan hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya
terjadi setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu ketinggian.
Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena
pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh
benturan fisik, sayatan atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.
B. Klasifikasi Perndarahan
a. Standar America College of Surgeons Advanced Trauma Life Support
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan
darah sebagai berikut:
- Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood
volume.
- Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15 – 30% dari total
volume.
- Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30 – 40% dari volume pada
sirkulasi darah.
- Kelas IV, denga kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume
sirkulasi darah.
b. Standar World Health Organization
WHO menetapkan skala gradasi ukuran resiko yang dapat diakibatkan oleh
pendarahan sebagai berikut:
Grade 0 : Tidak terjadi pendarahan
Grade 1 : Pendarahan petekial
Grade 2 : Pendarahan sedang dengan gejala klinis yang signifikan
Grade 3 : Pendarahan gross, yang memerlukan transfusi darah
Grade 4 : Pendarahan debilitating yang fatal, retinal maupun cerebral
Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu
pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup. Pada pendarahan terbuka, darah keluar
dari dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada saat keluar tergantung dari jenis
pembuluh darah yang rusak. Jika yang rusak adalah pembuluh arteri ( pembuluh
nadi ), maka darah memancar dan berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah
pembuluh vena (pembuluh balik), maka darah mengalir dan berwarna merah tua.
Jika yang rusak adalah pembuluh kapiler (pembuluh rambut), maka darah merembes
seperti titik embun dan berwarna merah terang.
Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi daerah di
sekitarnya, terutama dalam jaringan otot. Pendrahan ini dapat diindetifikasikan
dengan adanya memar pada korban.
Bentuk lain dari pendarahan tertutup adalah pendarahan dalam. Pada pendarahan
dalam darah yang keluar dari pembuluh darah mengisi rongga dalam tubuh, seperti
rongga dalam perut. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dari tanda – tanda pada
korban, seperti rongga dalam perut. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dari tanda
tanda pada korban, seperti :
- Setelah cidera korban mengalami syok, tapi tidak ada tanda – tanda pendarahan.
- Tempat cidera mungkin terlihat memar yang terpola
- Lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah
Pengendalian pendarahan bisa bermacam – macam, tergantung pada jenis dan
tingkat pendrahannya. Untuk pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan
antara lain :
a. Tekanan langsung pada cidera
Penakanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa
saat,sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan
ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak
terlalu dalam)
b. Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (tentunya setelah
dibalut) sehimgga lebih timggi dari jantung. Apabila darah masih merembes,
diatas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan
yang pertama.
c. Tekanan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian
yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9titik nadi, yaitu temporal artery
dikening, facial artery atau dibelakang rahang common carotid artery (dipangkal
leher, dekat tulang selangka) brachial artery (dilipatan siku) radial artery
(dipegelangan tangan) femoralartery (dilipatan paha) popliteal artery (dilipatan
lutut) posterior artery (di belakangan mata kaki) dan dorsalis pedis artery
(dipunggung kaki).
d. Immobilisasi
Immobilisasi bertujuan untuk mrminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka
dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah kebagian yang luka tersebut
menurun.
e. Tourniquet
Pembahasan:
Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran darah dibawahnya
terhenti sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga yang
dilipat-lipat atau sepotong karet ban sepeda dapat dipergunakan untuk keperluan
ini. Panjang torniket haruslah cukup untuk dua kali melilit bagian yang hendak
dibalut tempat yang terbaik untuk memasang torniket. Untuk torniket kain
masih perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Caranya eratkan torniket
dengan sebuah simpul hidup, kemudiaan putar kayu itu seperti memutar keran
air untung mengencangkan torniket. Tetapi jangan diputar terlalu keras karena
dapat melukai jaringan-jaringan dibawahnya. Tanda torniket sudah kencang
ialah menghilangnya denyut nadi ditempat yang rendah dari torniket.
Bagian yang ditornikiet tidak boleh ditutup atau diselimuti benda apapun. Biarkan
saja dalam keadaan terbuka. Juga tidak boleh dipanaskan dengan cara apapun. Hal ini
untuk tidak mempercepat kematian jaringan yang dialiri oleh darah. Setiap 10 menit
torniket boleh dikendorkan ( dengan memutar kayunya) selama 30 detik tepat. Selama
torniket kendor, luka ditekan dengan kasa steril.
Biasanya dilakukan pada :
- Perdarahan hebat
- Tangan / kaki putus
- Tempat yang baik melakukan pemasangan torniket : 5 jari di atas luka.
Jenis tourniquets :
a. Bedah tourniquets
Bedah tourniquets sering digunakan dalam bedah ortopedi. Tourniquet bedah
dengan lengan perlindungan ekstremitas dalam persiapan untuk ortopedi. Bedah
tourniquets mencegah aliran darah ekstremitas dan memungkinkan ahli bedah
untuk bekerja dalam bidan operasi berdarah. Hal ini memungkinkan prosedur
pembedahan yang akan dilakukan dengan presisi perbaikan, keselamatan dan
kesepatan. Tourniquets yang banyak digunakan dalam bedah ortopedi dan plastik,
serta dalam anestesi regional intravenia (biar anestesi blok) dimana mereka
melayani fungsi tambahan untuk mencegah bius lokal di dahan dari memasuki
sirkulasi umum.
b. Darurat tourniquets
Tourniquets darurat digunakan dalam keadaan darurat pendarahan, kontrol untuk
mencegah kehilangan darah yang parah dari trauma ekstremitas. Tourniquets
darurat biasanya digunakan sebagai upaya terakhir, terutama dalam aplikasi sipil,
karena bisa membunuh jaringan, dan menyebabkan kerusakan ekstremitas bawah.
Berbeda denga pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban
yang mengalami pendarahan dalam sebagai berikut :
a. Rest
Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin.
b. Ice
Bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah yang
membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan
metabolisme tubuh.
c. Commpression
Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses
penutupan lubang/ bagian yang rusak pada pembuluh darah.
d. Elevation
Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.
Pendarahan berat maupun ringan jika tidak segera dirawat bisa berakibat fatal. Bila
pedarahan terjadi, penting bagi penolong untuk menghentikannya secepat mungkin.
Ada dua jenis pendarahan : pendarahan luar ( pendarahan dari luka ) dan
pendarahan dalam (pendarahan di dalam tubuh )
Pendarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit unutk diketahui daripada
pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda berikut untuk harus diperhatikan.
Cara penanganan pendarahan dalam :
1. Baringkan korban dengan nyaman dan longgarkan pakaiannya yang tepat.
2. Angkat dan tekuk kakinya, kecuali ada bagian yang retak.
3. Segera cari bantuan medis.
4. Jangan memberi makanan atau minuman.
5. Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok (shock).
Cara penangan pendarahan luiar (pendarahan dari luka)
- Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada.
- Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada,
jangan sentuh luka, gunakan bantalan pengikat. Untuk keterangan lebih lanjut
lihat bagian sebelumnya, “Merawat Luka.”
- Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang
terluka terluka. Jika tidak ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau
baju bersih atau tangan untuk mengontrol pendrahan sampai menemukan
pembalut dan bantalan yang steril. Jika korban dapat menekan sendiri, suruh
korban menekan lukanya, untuk mengurangi resiko infeksi silang.
- Balyt luka dengan erat.
- Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
- Jika darah membasahi pembalut, lepaskan pembalut dan gantilah bantalan.
Walaupun pendarahan telah berhenti, jangan terburu-buru melepaskan pembalut,
bantalan atau perban untuk menghindari terjadinya hal yang tak terduga.
- Jangan memberi makanan atau minuman kerpada korban yang mengalami
pendarahan.
- Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok (shock).
- Segera cari bantuan medis.

Cara menghentikan pendarahan


1. Angkat bagian tubuh yang terluka.
2. Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih.
3. Jika tidak ada, gunakan tangan anda.
4. Tetap tekan bagian tubuh yang terluka sampai pendarahan terhenti.
5. Jika pendarahan tidak bisa diatasi dengan menekankan bagian tubuh yang terluka, dan
korban telah kehilangan banyak darah, maka dianjurkan untuk:
a. Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang terluka
b. Mengangkat bagian tubuh yang terluka setinggi – tingginya
c. Mengikat bagian lengan atau kaki yang dekat dengan luika, sedekat-dekatnya.
d. Ikat di antara bagian yang terluka dengan badan korban. Kencangkat ikatan
sampai pendarahan.
C. Tanda – tanda shock secara umum :
a. Keadaan umum lemah.
b. Perfusi kulit : pucat, dingin dan basah.
c. Tachicardia.
d. Vena perifer tidak tampak.
e. Tekanan darah menurun, sisitolik <90 mmHg atau >50 mmHg dari tekanan
semula.
f. Hiperventilasi.
g. Sianosis perifer.
h. Gelisah dan kesadaran menurun.
i. Produksi urine menurun.

ASUHAN KEPERAWATAN KGD SISTEM KARDIOVASKULER:


PERDARAHAN
1.    Pengkajian
a.    Identitas
b.    Aktifitas
c.    Sirkulasi
d.    Neurosensori
e.    Nyeri/ Kenyamanan
f.     Keamanan
g.    Pemeriksaan Fisik
h.    Pemeriksaan Lab
2.    Diagnosa
a.    Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
b.    Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan penurunan darah balik vena

3.    Intervensi
a.    Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : keseimbangan volume cairan
Kriteria Hasil :
1.    Asupan dan haluaran seimbang
2.    Memperlihatkan tekanan darah normal
3.    Tidak terjadi syok hipovolemia
4.    Ph darah 7,35 samapai 7,45
Intervensi:
1)    Pertahankan keseimbangan volume cairan dan elektrolit dengan pemberian
terapi:
Therapi intravena ( sesuai dengan jenis shock)
·         Kristaloid ( untuk mengembalikan cairan – elektrolit
-       Ringer laktat.
-       Ringer acetat.
·         Koloid : Mengembalikan volume plasma dan mengembalikan tekanan
osmotik.
-       Whole blood,  DRC, plasma ( plasma –net, dekstran, dll)
2)    Kaji Vital sign
b.    Penurunan Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan penurunan darah
balik vena
Tujuan : Mengembalikan curah jantung
Kriteria Hasil :
·         Curah jantung dalam batas normal
·         Denyut nadi perifer dalam batas normal
·         Kecepatan dan irama jantung dalam batas normal
·         Suhu kulit dalam batas normal
Intervensi:
1.    Pantau status kardiovaskuler meliputi curah jantung, denyut nadi perifer,
kecepatan dan irama jantung dan dihubungkan dengan kondisi pasien
2.    Observasi perdarahannya
3.    Observasi adanya hipotensi, tekanan atrium kiri,  gagal jantung, bunyi
jantung lemah, denyut nadi lemah,  penurunan aliran urine.

Anda mungkin juga menyukai