Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

PADA KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :

Nurwijaya Fitri

20181050026

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi yang salam terhadap objek atau kejadian dalam sistem
sensorik manusia. Ketika seseorang terkena halusinasi maka mereka akan melihat,
mendengar, membaui, merasakan, bahkan mengecap sesuatu yang tidak seharusnya ada
(Asosiasi Alzaimer, 2015).
Pada pasien dengan halusinasi, ia akan mendengar suara-suara halusinasinya
berbicara dengan keras dalam pikirannya. Pasien juga akan mulai mendengar
halusinasinya berbicara mengenai aktivitas yang saat itu ia lakukan (American
Psychiatric Association, 2006).
Halusinasi juga biasanya terjadi pada tahap akhir dari penyakit parkinson.
Halusinasi dapat mempengaruhi orang-orang muda dan orang tua di tahap-tahap awal dari
kondisi penyakit parkinson, tetapi lebih sering terjadi pada orang dengan penyakit
parkinson untuk waktu yang lama (Parkinson United Kingdom, 2013).

B. Klasifikasi Halusinasi
Halusinasi dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:
1. Halusinasi Pengelihatan
Halusinasi visual atau halusinasi pengelihatan adalah keadaan saat seseorang
melihat sesuatu yang tidak ada. Demensia, migrain dan obat atau kecanduan alkohol
adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan halusinasi jenis ini (Mandal, 2014).
2. Halusinasi Pendengaran
Pasienmemiliki halusinasi adalahsaat mereka melihat orang-orang, terutama
kerabat, hewan atau bahkan serangga, yang sebenarnya tidak ada. Pasien dengan
halusinasi visual, akan dapat menggambarkan apa yang telah mereka 'lihat' secara
rinci. Halusinasi dapat terjadi secara cepat tetapi diingat pasien untuk waktu yang
lama (Pakinson United Kingdom, 2013).
Pada pasien dengan skizofrenia, halusinasi pendengaran adalah jenis
halusinasiyang paling umum terjadi. Halusinasi pendengaran terjadi jika pasien
mampu mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Suara-suara tersebut dapat
terjadi secara internal (seakan datang dari dalam pikiran pasien sendiri) atau eksternal
(dalam hal ini,suara-suara tersebut bisa untuk menjadi nyata seperti orang lain yang
berbicara). Suara-suara tersebut bisa berbicara dengan orang mengenai dirinya atau
perilakunya, melakukan perintah kepada pasien untuk melakukan sesuatu, atau
memperingatkan pasien dari bahaya. Kadang-kadang suara berbicara satu sama lain,
dan kadang-kadang orang dengan skizofrenia berbicara dengan suara-suara yang
mereka dengar (National Institute of Mental Health [NIMH], 2015).
Pasien juga mungkin mendengar suara atau suara-suara yang terdengar familiar,
seperti pintu bergerak atau dering bel (Parkinson United Kingdom, 2013).
3. Halusinasi Perabaan
Hal ini mengacu ketika seseorang merasa bahwa mereka sedang tersentuh
sesuatu padahal sebenarnya tidak. Salah satu keluhan yang paling umum adalah
sensasi serangga yang merangkak di atas kulit. Hal ini terkait dengan penyalahgunaan
zat seperti kokain atau amfetamin (Mandal, 2014).
4. Halusinasi Pengecapan
Ini adalah halusinasi yang menyebabkan seseorang merasakan sesuatu yang
tidak hadir (Mandal, 2014). Pasien mungkin dapat mencium sesuatu, seperti asap,
atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak pasien makan (Parkinson United
Kingdom, 2013).
5. Halusinasi Penghidu
Halusinasi penghidu melibatkan berbau bau yang tidak ada. Bau biasanya tidak
menyenangkan seperti seperti muntah, urin, feses, asap atau daging yang membusuk.
Kondisi ini juga disebut phantosmia dan dapat terjadi sebagai akibat dari kerusakan
saraf pada sistem penciuman. Kerusakan mungkin disebabkan oleh virus, trauma,
tumor otak atau paparan zat-zat beracun atau obat-obatan. Phantosmia juga dapat
disebabkan oleh epilepsi (Mandal, 2014).
C. Tanda dan Gejala
1. Pasien melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal yang orang lain tidak bisa
mengalaminya (Suheri, 2014).
2. Pasien kehilangan control terhadap dirinya sendiri sehingga dapat membahayakan diri
sendiri dan orang lain (Suheri, 2014).
3. Pasien ketakutan, berbicara sendiri, tertawa dan berperilaku aneh jika sedang
mengalami halusinasi (Suheri, 2014).
4. Pasien panik dan perilaku dikendalikan oleh halusinasi (Suheri, 2014).
D. Penyebab Halusinasi
1. Faktor predisposisi
a. Faktor biologis
faktor biologis yang memperngaruhi proses terjadinya halusinasi ada beberapa
yaitu:
1) Genetic
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada
pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang
salah satu anggota keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi
jika kedua orang tua skizofrenia (Yusuf, Rizky dan Hanik, 2015).
2) Neurobilogik
Pasien dengan halusinasi pada scizofrenia mengalami penurunan volume
lapisan abu-abu otak. Bagian otak di gyrus superior temporal kiri juga
mengalami penurunan pada pasien halusinasi. Neurobiologik juga
berhubungan system limbic yang fungsinya dikendalikan oleh
neurotransmitter (Hughdahl, 2015).
3) Neurotransmitter
Neurotransmitter yang palin gberpengaruh terhadap terjadinya halusinasi yaitu
dopamine. Dopamine sangat mempengaruhiaktivitas motoric dan area berfikir
di otak. Kadar dopamine yang tinggi menyebabkan seseorang kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara realitas dengan ilusi. Neurotransmitter
lain yaitu hypocretin yang disekresikan sel dihipotalamus. Penurunan kadar
hypocretin dapat menyebabkan seseorang mengalami halusinasi dan gangguan
tidur (Carver, 2016).
4) Asam amino
Asam amino inhibitor gamma-monobutyric acid (GABA) yang berkurang
pada otak individu dapat menyebabkan hiperaktivitas dopamine dan
noradrenergic sehingga pasien mengalami ketidakseimbangan
neurotransmitter dan gangguan emosi (Yusuf, Rizky dan Hanik, 2015).
b. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran
terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi (Yusuf, Rizky dan Hanik, 2015).
c. Faktor social
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau
kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti
delusi dan halusinasi (Yusuf, Rizky dan Hanik, 2015).
2. Faktor presipitasi
a). Stresor sosial budaya Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari
kelompok dapat menimbulkan halusinasi (Yusuf, Rizky dan Hanik, 2015).
b). Faktor biokimia Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin,
serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas
termasuk halusinasi (Yusuf, Rizky dan Hanik, 2015).
c). Faktor psikologis Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya
gangguan orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang tidak menyenangkan (Yusuf, Rizky dan Hanik, 2015).
d). Perilaku Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi
realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan
social (Yusuf, Rizky dan Hanik, 2015).
E. Tahapan Halusinasi
Menurut Dalami, dkk (2009), tahap halusinasi dibagi menjadi:
1. Sleep Disorder
Tahapan pertama/ awal saat sebelum munculnya halusinasi pada seseorang. Sleep
disorder dikarakteristikan yakni pasien yang merasa memiliki banyak masalah, takut
orang lain tahu bahwa dirinya memiliki banyak masalah, pasien merasa ingin
mengindar dari lingkungan. Selain itu, perilaku pasien juga berubah menjadi susah
tidur yang berlangsung terus-menerus sehingga pasien terbiasa untuk mulai menhayal
sebagai pemecahan masalah.
2. Comforthing
Tahap kedua adalah comforthing yakni halusinasi pada tahap menyenangkan
(perasaan cemas yang sedang). Dicirikan engan pasien yang mengalami perasaan
yang mendalam terkait dengan cemas, kesepian, takut, rasa bersalah, mencoba fokus
pada pikiran yang menyenangkan. Perilaku yang mencerminkan tahap ini adalah
pasien yang kadang tersenyum, tertawa sendirian, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan konsentrasi.
3. Condemning
Pada tahap ketiga condemning adalah tahap halusinasi yang berubah menjadi
menjijikkan. Tingkat cemas pada tahap ini adalah cemas berat. Condemning dicirikan
dengan adanya pengalaman sensori yang menakutkan serta menjijikkan. Pasien akan
mengalami peningkatan tanda-tanda sistem syaraf otonom seperti peningkatan denyut
jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Sampai akhirnya pasien kehilangan
kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
4. Controling
Pada tahap controling, pengalaman halusinasi akan semakin berkuasa. Cemas yang
dapat dialami pasien adalah cemas berat. Pasien dikarakteristikkan menghentikan
perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi
menjadi menarik dan pasien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori
halusinasi berhenti. Pasien akan taat pada perintah halusinasi, respon perhatian
terhadap lingkungan berkurang, sulit berhubungan dengan orang lain.
5. Conquering
Conquering adalah tahap halusinasi panik yang umumnya menjadi melebur dalam
halusinasi. Pada tahap ini dikarakteristikkan sebagai pengalaman sensori yang
menjadi mengancam jika pasien tidak mengikuti perintah halusinasi. Perilaku pasien
berubah menjadi panik, panik, resiko tinggi untuk mencederai, bahkan dapat
melakukan bunuh diri atau membunuh.
F. Akibat Dari Halusinasi
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah
kehilangan kontrol dirinya. Dalam kondisi ini pasien dapat melakukan bunuh diri
(suicide), membunuh orang lain (homicide), dan bahkan merusak lingkungan
disekitarnya. Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan, dibutuhkan penanganan
halusinasi yang tepat. Aktivitas fisik merefleksi isi halusinasi seperti; perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia. Tidak mampu berespon terhadap
perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang (Suheri,
2014).
G. Patosikologi

H. Pengkajian Keperawatan
a. Data Subjektif
1) Pasien mengatakan mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu
2) Pasien mengatakan takut jika suara atau benda datang
3) Pasien mengatakan melakukan hal yang disuruh oleh suara
b. Data Objektif
1) Pasien terlihat melakukan hal aneh
2) Pasien terlihat seperti mendengar atau melihat sesuatu
3) Pasien tertawa atau berbicara sendiri
4) Pasien terlihat mondar mandi
5) Pasien terlihat kontak mata mudah beralih
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ganggaun persepsi sensori: halusinasi penglihatan dan pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan
J. Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx Kep Tujuan Intervensi
1 Gangguan Klien dapat  Tindakan Psiko Terapeutik
Persepsi mengontrol 1. Bina hubungan saling percaya
Sensori: halusinasi yang 2. Adakan kontak yang sering dan singkat secara
Halusinasi dialaminya bertahap
3. Observasi tingkah laku klien
4. Tanyakan keluhan yang dirasakan
5. Diskusikan tentang halusinasi
 SP 1 = identifikasi halusinasi dan cara
mengontrol halusinasi dengan
mengahardik
1. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik,
obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik
 SP 2
1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat
(jelaskan 5 benar obat: orang, obat, dosis,
waktu, cara)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat
 SP 3 = cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat.
Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
 SP 4 = cara mengontrol halusinasi dengan
aktivitas fisik
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat
& bercakap-cakap. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan
kegiatan harian
 SP 5 = cara mengontrol halusinasi dengan
spiritual
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik & obat
& bercakap-cakap & kegiatan harian. Beri
pujian
2. Latih kegiatan spiritual (sholat, mengaji,
istighfar)
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
Nilai apakah halusinasi terkontrol
2 Risiko Setelah “Strategi Pelaksanaan”
perilaku dilakukan SP 1 :
kekerasan tidakan 1. Identifikasi penyebab,tanda & gejala, perilaku
keperawatan kekerasan yang dilakukan, akibat dari perilaku
selama 3x kekerasan
pertemuan 2. Jelaskan cara mengontrol marah : fisik, obat,
diharapkan verbal, spiritual
masalah perilaku 3. Latihan cara mengontrol marah secara fisik :
kekerasan klien tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal
dapat teratasi Secara verbal: ketakan dengan cara yang baik
dengan kriteria jika sedang marah atau kesal
hasil : 4. Secara spiritual: berdoa, sembahyang
- klien dapat 5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
mengidentifi fisik
kasi tanda- SP 2 :
tanda 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, beri pujian
perilaku 2. Latih cara mengontrol marah dengan obat
- klien (jelaskan enam benar ; jenis, guna, dosis,
mengidentifi frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
kasi akibat 3. Masukka jadwal kegiatan latihan fisik dan
dari perilaku minum obat
- klien dapat SP 3 :
mengontrol 1. Evaluasi kegiatan fisik dan obat, beri pujian
marah 2. Latih cara mengontrol marah secara verbal (3
- klien dapat cara ; mengungkapkan, meminta dan menolak
menggunaka dengan benar)
n obat 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
dengan fisik, minum obat dan verbal
benar SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 dan obat,
-
verbal dan spiritual. Beri pujian
2. Nilai kemampuan yang telah mandiri

Nilai apakah marah terkontrol


Daftar Pustaka
American Psychiatric Association.(2006).The Textbook of Schizophrenia.American
Psychiatric Publishing:Amerika

Asosiasi Alzaimer.(2015).Hallucination, Delusion and Paranoid.

Dalami, Ermawati dkk. (2009).Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa.Jakarta:Trans Info Media.

Madal, Ananya.(2014).Hallucination Type.News Medical Life science

National Institute of Mental Health [NIMH].(2015).Schizophrenia.National Isntitute of


Health:Amerika

Parkinson United Kingdom.(2013).Hallucination and Delusion in Parkinson.Parkinson


Organization:UK
Stuart, Sudeen.(2007).Buku Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai